Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI

MATERI
DEGRADASI ZAT WARNA DENGAN IRADIASI

Disusun Oleh :
Nama : - Asy Syarifain ( 011500402 )
- Claudia Yosephin ( 011500404 )
- Mutia Sari Sholikha ( 011500417 )
Kelompok : Sembilan (9)
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Pembimbing : Sugili Putra, S.T, M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
I. Tujuan

Mempelajari pengaruh radiasi gama terhadap zat warna sehingga dapar didegradasi menjadi
zat yang lebih sederhana

II. Dasar Teori

Salah satu pencemar organik yang bersifat non biodegradable adalah zat warna tekstil.
Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus
benzena. Diketahui bahwa gugus benzena sangat sulit didegradasi, kalaupun dimungkinkan
dibutuhkan waktu yang lama. Senyawa azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan
menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogen dan mutagenik. Karena itu perlu dicari
alternatif efektif untuk menguraikan limbah tersebut. Dengan iradiasi, ikatan nitrogen dan
karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal menjadi senyawa yang
lebih sederhana, yang sifatnya lebih ramah lingkungan.

Zat warna Azo

Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil, yaitu
sekitar 60 % - 70 % . Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’
adalah rantai organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang
dinamakan struktur azo. Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk
nitrogen bermula dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup). Senyawa azo dapat berupa
senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna
menyala. Senyawa azo alifatik seperti lebih tidak stabil. Sehingga , beberapa senyawa azo
alifatik digunakan sebagai inisiator radikal.
Untuk membuat zat warna azo ini dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion
diazonium (seperti pada Gambar 1).

Gambar 1. Contoh Pembuatan Salah Satu Zat Warna Azo


Interaksi radiasi pengion pada larutan

Interaksi antara radiasi pengion berupa berkas elektron dengan air akan menghasilkan
spesi tereksitasi secara elektronik dan molekul terionisasi. Produk pertama radiasi pengion
pada air atau larutan air (encer) ialah : (1). elektron, (2). radikal ion positif air, dan (3). molekul
air tereksitasi.
H2 O → e -, H2O.+, dan H2O*
(1) (2) (3)
Elektron, e-
✓ Elektron yang terbentuk pada awalnya energinya masih tinggi
✓ Energi ini segera berkurang setelah mengadakan tumbukan dengan molekul lain
disekitarnya
✓ Bila energinya sudah rendah ~ 0,02 eV, maka elektron ini akan segera diserap oleh molekul
air, dan terbentuklah elektron terhidratasi.
✓ Kejadian ini berlangsung dalam waktu 10-11 detik
e- + n H2O → e-aq

Radikal ion positif air, H2O.+


• Bersifat tidak stabil dan segera terurai menjadi ion hidrogen (H+) dan radikal OH. dalam
waktu 10-13 detik.
H2O.+ → H+ + OH. atau H2O.+ + H2O → H3O+ + OH.

Molekul air tereksitasi, H2O*


• Akan terurai menjadi radikal-radikal OH. dan H.
H2O* → H. + OH.
Hasil-hsil langsung tersebut yang berupa ion dan radikal, yang berada disekitar lintasan
radiasi pengion dapat bereaksi satu sama lain membentuk molekul-molekul sebagai berikut :
H. + OH. → H2 O
e- aq + OH. → OH-
e- aq + e- aq → H2 + 2 OH-
H. + H. → H2
OH. + OH. → H2O2
e- aq + H2O → H. + OH-
e- aq + H3O+ → H3 O.
Ion dan radikal yang terbentuk dalam orde waktu kurang dari 10-8 tersebut di atas
(yaitu : e-aq, H+ , OH. , H3O+ , H2O* , OH- , H. , H2 , H2O2 , H3O. ), disebut sebagai spesies
primer, yaitu spesies yang segera dapat di deteksi segera setelah dilalui radiasi pengion
berdasarkan harga Gvalue. Nilai G untuk spesies-spesies primer tersebut tergantung pada pH
larutan. Untuk pH antara 4 – 11, maka nilai G spesies-spesies tersebut adalah :
Spesies primer Nilai G
e- aq 2,7
H. 0,55
OH. 2,8
H2 0,45
H2O2 0,7
H3O+ 3,6
OH- 1,0

Efek keseluruhan terhadap peristiwa degradasi adalah terjadi pengurangan berat


molekul, yang dalam beberapa kasus produk akhir reaksi adalah molekul cairan dengan berat
molekul rendah. Dimana, efisiensi pengolahan dari kontaminasi bahan kimia organik
tergantung pada dosis radiasi, konsentrasi awal kontaminan, pH dan kekeruhan.

Briliant Blue

Brilliant Blue FCF (dikenal juga sebagai FD&C Blue No.1, Food Blue 2, Acid Blue
9, D&C Blue No. 4, Alzen Food Blue No. 1,Alphazurine, Atracid Blue
FG, Erioglaucine, Eriosky blue, Patent Blue AR, Xylene Blue VSG, dan C.I. 42090) adalah
bahan pewarna yang dapat diberi pada makanan dan substansi lainnya untuk mengubah warna.
Brilliant Blue memberi warna biru pada makanan.

Zat pewarna yang memiliki rumus empiris C37H34N2Na2O9S3 ini termasuk pewarna
golongan trifenil metan, yang merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila pewarna ini
dilarutkan dalam air akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Pewarna ini bersifat larut
dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Brilliant Blue FCF tahan
terhadap asam asetat tetapi agak luntur oleh cahaya. Pewarna ini juga agak tahan terhadap HCl
10% tetapi akan berwarna kehijauan, sedangkan pada HCl 30% warnanya menjadi hijau
kekuningan.
Brilliant Blue FCF juga agak tahan terhadap NaOH 10% dan akan membentuk warna
merah anggur pada NaOH 30%. Warna merah juga akan terbentuk terhadap alkali lain pada
suhu tinggi. Pewarna ini lebih tahan terhadap reduktor daripada dengan golongan
pewarna azo dan tidak terpengaruh oleh gula invert, Cu, maupun Al. Masa simpan brilliant
blue FCF adalah selama lima tahun.

Gambar 2. struktur molekul brilliant blue

III. Alat dan Bahan

Alat

1. Labu Ukur
2. Gelas Ukur
3. Botol kaca
4. UV-vis
5. Kaca Arloji

Bahan

1. Tita Printer (Warna Hitam)


2. Aquadest
IV. Langkah Kerja

1. Tinta diambil sebanyak 2,5 mL lalu diencerkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu dikocok,
(tinta warna hitam).
2. Diambil berturut-turut sebanyak 2, 6, 10, 14, 20 mL untuk diencerkan kembali ke dalam
labu ukur 50 mL
3. Larutan dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
4. Larutan kemudian ditempatkan pada botol-botol kecil untuk kemudian diiradiasi dengan
variasi konsentrasi dan variasi dosis (3 kGy, 5 kGy, 1 kGy)
5. Larutan yang telah selesai diiradiasi kemudian dianalisis kembali menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui absorbansinya

V. Data Pengamatan

Data Uv-Vis

Kurva Standar

Panjang gelombang λ : 308.0

Tabel Standar :

No Konsentrasi Absorbansi
1 0 0
2 0,1 0,1718
3 0,3 0,5218
4 0,5 0,788
5 0,7 1,304
6 1 1,54
Kurva Standar
A 1.8
b 1.6
s 1.4
o 1.2
r 1
b 0.8
a 0.6
n 0.4
s 0.2
i 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (%)

Absorbansi = K1C + K0

K1 = 1,6067

K0 = 0.0247

Sebelum Iradiasi Setelah Iradiasi


Konsentrasi Pengukuran
Dosis Konsentrasi Konsentrasi
(%) ke- Absorbansi Absorbansi
(%) (%)
1 0.125 0.0257
2 0.124 0.0255
Konsentrasi
3 0,1718 0,1 0.124 0.0255
0,1
4 0.124 0.0255
5 0.124 0.0256
Rata-rata 0,1242 0,02556
3 1 -0.045 -0.0093
kGy 2 -0.045 -0.0093
Konsentrasi
3 0,5218 0,3 -0.044 -0.0091
0,3
4 -0.045 -0.0093
5 -0.045 -0.0092
Rata-rata -0,0448 -0,00924
Konsentrasi 1 0.182 0.0374
0,788 0,5
0,5a 2 0.182 0.0375
3 0.183 0.0376
4 0.183 0.0376
5 0.184 0.0377
Rata-rata 0,1828 0,03756
1 0.148 0.0305
2 0.149 0.0306
Konsentrasi
3 0,788 0,5 0.148 0.0305
0,5b
4 0.149 0.0306
5 0.148 0.0305
Rata-rata 0,1484 0,03054
1 0.073 0.0150
2 0.073 0.0150
5 Konsentrasi
3 0,788 0,5 0.073 0.0150
kGy 0,5
4 0.073 0.0150
5 0.073 0.0151
Rata-rata 0,073 0,01502
1 0.083 0.0170
2 0.083 0.0171
1 Konsentrasi
3 0,788 0,5 0.083 0.0170
kGy 0,5
4 0.083 0.0171
5 0.083 0.0171
Rata-rata 0,083 0,01706

VI. Perhitungan

a. Efisiensi Degradasi
▪ Variasi Dosis

Untuk konsentrasi 5b dosis iradiasi 3 kGy

Abs. sebelum iradiasi = 0,788


Abs. sesudah iradiasi = 0,1484

𝐴𝑏𝑠.𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑖𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖−𝐴𝑏𝑠.𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖


Efisiensi Degradasi warna % = × 100%
𝐴𝑏𝑠.𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑖𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖
0,788−0,1484
= × 100%
0,788

= 81,17%

Untuk konsentrasi yang sama pada dosis berbeda diperoleh efisiensi degradasi

Dosis (kGy) Efisiensi Degradasi (%)


3 81,17
5 90,7
1 89,47

▪ Variasi Konsentrasi

Untuk konsentrasi 5b dosis iradiasi 3 kGy diperoleh efisiensi 81,17%. Sedangkan untuk
konsentrasi lainnya diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut

Konsentrasi(%) Efisiensi Degradasi (%)


0,1 27,71
0,3 108,5
0,5a 76,8
0,5b 81,17

b. Konsentrasi larutan setelah iradiasi


▪ Perhitungan Secara Teori
Untuk konsentrasi 5b dosis iradiasi 3 kGy diperoleh konsentrasi iradiasi
Absorbansi iradiasi
Konsentrasi Iradiasi = Absorbansi tidak iradiasi × Konsentrasi Awal

0,1484
Konsentrasi Iradiasi = × 0,5%
0,788

= 0.0942 %

▪ Pengukuran konsentrasi dengan Spektrometri UV-Vis adalah 0,03054%

Presentase kesalahan

[𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘]
Kesalahan % = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
[0,0942−0,03054]
= × 100%
0,0942

= 67.6 %

Untuk larutan dengan konsentrasi lainnya diperoleh data berikut :

Dosis Konsentrasi Kons. Teoritis(%) Kons, UV Vis(%) % Kesalahan


1 0,0723 0,02556 64,45
3 -0,0258 -0,00924 63,89
3 kGy
5a 0,116 0,03756 67,76
5b 0,0942 0,03054 67,6
5 kGy 5 0,0463 0,01502 67,62
1 kGy 5 0,0527 0,01706 67,72

VII. Pembahasan

Pada praktikum degradasi zat warna dengan iradiasi ini dilakukan dengan mengiradiasi
zat warna dengan konsentrasi dan absorbansi tertentu dengan dosis 3 kGy, 5 kGy, dan 1 kGy.
Dari praktikum ini diharapkan nantinya dapat diaplikasikan secara umum oleh pabrik-pabrik
kertas untuk mengurangi penggunaan bahan baku berupa kayu dengan mendegradasi zat warna
pada kertas bekas.
Secara teori interaksi antara radiasi pengion berupa berkas elektron dengan air akan
menghasilkan spesi tereksitasi secara elektronik dan molekul terionisasi. Selanjutnya akan
- * * * *
terbentuk spesi-spesi reaktif (eaq , OH , H dan HO2 atau O2 ) dan produk molekular (H2 dan

H2O2). Spesi-spesi tersebut merupakan produk primer radiolisis air yang cenderung bereaksi
dengan gugus fungsi molekul organik daripada molekul tersebut secara keseluruhan.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada dosis 1 kGy terhadap larutan dengan
konsentrasi 0,5% diperoleh efisiensi degradasi sebesar 89,47%. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan penggunaan laju dosis yang rendahpun, degradasi zat warna cukup tinggi. Namun pada
dosis iradiasi 3 kGy efisiensi ini menurun dan kembali meningkat mencapai 90,7% pada dosis
5 kGy. Peningkatan ini tidak signifikan dibandingkan dengan efisiensi yang diperoleh pada
dosis 1 kGy hal ini bisa disebabkan karena laju dosis pada 1 kGy lebih rendah sehingga waktu
yang digunakan untuk menguraikan zat warna lebih lama.

Iradiasi pada Dosis Berbeda


100
E 95
90
f
85
i 80
s 75
70
i
65
e 60
n 55
50
s
45
i 40
0 1 2 3 4 5 6
Dosis(kGy)

Pada variasi konsentrasi efisiensi tertinggi terdapat pada larutan dengan konsentrasi
0,5% (b). Namun nilai ini perlu dianalisis kembali apakah konsentrasi ini merupakan
konsentrasi optimum untuk mencapai efisiensi degradasi tertinggi atau bukan karena jika
dilihat dari grafik efisiensi masih terus mengalami kenaikan (konsentrasi 0,3% diabaikan).
Berdasarkan Penelitian yang dilkaukan oleh Maria Christina dkk tahun 2007 menunjukan
bahwa pada konsentras awal yang lebih besar spesi reaktif hasil radiolisis air yang terjadi jauh
ledih sedikit jika dibanding dengan zat terlarutnya, sehingga zat terlarut yang bereaksi dengan
spesi relatif juga hanya sedikit.
Pada hasil analisis perbandingan antara konsentrasi secara teori dengan konsentrasi
sebenarnya terjadi perbedaan yang cukup signifikan dengan nilai berkisar pada 60%. Hal ini
kemungkinan terjadi karena pada praktikum ini larutan standar juga berperan sebagai larutan
sampel sehingga konsentrasi sebenarnya pada larutan sampel tidak diketahui secara pasti.
Dan untuk mengetahui bahwa proses degradasi warna terjadi juga dapat dilihat dengan
perubahan warna setelah iradiasi. Pada warna hitam tidak terlihat perbedaan yang jauh karena
konsetrasi warna hitam lebih pekat
VIII. Kesimpulan
1. Proses degradasi zat warna dapat dilakukan dengan proses iradiasi dengan adanya
perubahan dari larutan yang awalnya bersifat kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana.
2. Proses iradiasi dapat menyebabkan :
- Perubahan wana larutan yang lebih pudar
- Penurunan absorbansi setelah iradiasi

IX. Daftar Pustaka


- Sugita, Purwantiningsih dkk. 2000. Pengaruh Iradiasi Gamma Terhadap
Degradasi Zat Warna Direct Orange 34 Dalam Air. Jurnal Teknologi Lingkungan
BPPT
- Christina, Maria dkk. 2007. Studi Pendahuluan Mengenai Degradasi Zat Warna
Azo (Metil Orange) Dalam Pelarut Air Menggunakan Mesin Berkas Elektron 350
Kev/10 MA. Yogyakarta; STTN-BATAN.

Yogyakarta, 30 Desember 2017

Pembimbim Praktikan

Asy Syarifain

Claudia Yosephin

Sugili Putra, S.T, M.Sc Mutia Sari Sholikha

Anda mungkin juga menyukai