Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA RADIASI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 7
NAMA : Hengky Fernando
NIM : 011400385
REKAN KERJA : - Anisa Novita Sari
- Eka Maretami
- Irianto Rizaldi F
- Naufal Alif S
PRODI : Teknokimia Nuklir
SEMESTER : V
ACARA : Ceri Cero
ASISTEN : Kartini Megasari

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
DOSIMETRI CERI-CERO

I. TUJUAN

Menentukan laju dosis MBE PSTA BATAN dengan dosimeter ceri cero

II. DASAR TEORI

Dosimeter ceri cero dapat digunakan sebagai dosimeter standar untuk mengukur radiasi pengion
dosis tinggi, seperti sinar gamaa dengan dosis 10 1000 kGy. Dosimeter standar adalah
dosimetri yang digunakan sebagai acuan ICRU(International Commision On Radioation Units
and Measurements), karena mempunyai kestabilan tinggi dan ketelitian yang baik ( 1% ).
Apabila larutan ceri-cero ini diiradiasi dengan dosis tinggi, maka yang terjadi adalah reduksi ion
Ce (IV) menjadi Ce(III). Semakin besar dosis radiasi, maka semakin banyak pula ion Ce (III)
yang terbentuk. Perubahan densitas optic ceri-cero dapat diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 320 nm. Spesi reaktif yang dapat menimbulkan reaksi reduksi adalah e- aq dan
H*. dalam air e-aq dan H* akan mengubah ion Ce(IV) menjadi Ce(III) seperti reaksi berikut

H + Ce4+ H+ + Ce3+ (1)

e_aq + Ce4+ Ce3+ + H2O (2)

H2O2 + Ce4+ H+ + Ce3+ + H2O (3)

G-value merupakan kesebandingan jumlah spesi tertentu yang menghasilkan per 100 eV
kehilangan energi oleh partikel bermuatan, foton dan produk sekundernya ketika terhenti dalam
air [9]. G-value Ce (III) jauh lebih kecil dibanding G-value Fe (III).

G-value Ce(III) jauh lebih kecil dibanding G-value Fe(III), yaitu 2,34, sedangkan G-value
Fe(III) adalah 15,6.

Pengukuran laju dosis radiasi dari suatu iradiator gamma atau elektron beam menggunakan
dosimetri Ceri-cero dapat ditentukan rumus pada Persamaan
DO a DO s 100 12
D

d 103 G Ce3 N A 1,602.10 rad/jam

dengan D = laju dosis yang dicari dalam rad/jam, Do a= densitas optik ion Ce (III)
setelah sel Ceri-Cero diiradiasi, Dos= densitas optik ion Ce (III) sebelum sel Ceri-Cero


diiradiasi, dan = koefisien ekstinksi molar pada suhu 25C untuk ion Ce (III) atau
dosimeter Ceri-Cero setelah diiradiasi dalam liter/mol.cm. pada grafik densitas optik Vs


konsentrasi ion Ce (III), harga adalah tangen kurva kalibrasi itu;
: Berat jenis dosimeter Ceri-Cero dalam gram/mL;
d : Tebal larutan, yaitu diameter sel Ceri-Cero;
3+
G(Ce ) : Jumlah molekul, radikal atau ion Ce4+ yang berubah menjadi ion
Ce3+ untuk setiap absorpsi tenaga radiasi 100 eV. Harga G untuk ion Ce (III) = 2,34 untuk
larutan Cero yang jenuh udara.
NA : Bilangan Avogadro = 6,023 x 1023 molekul/mol,
1 eV : 1,602 x 10-12 erg
1 rad : 100 erg/gram

Dalam dosimetri ceri-cero yang pengamatannya menggunakan UV-Vis


spektrofotometer, yang perlu diperhatikan adalah larutan ceri yang akan diradiasi harus
dibuat dalam suasana asam yaitu pada konsentrasi 0,4 M larutan H2SO4. Untuk
meminimalkan kesalahan karena perubahan koefisien ekstingsi molar akibat proses iradiasi,
konsentrasi larutan Ce(IV)-sulfat dibuat antara 0,2 50 mM. Pada saat larutan Ce(IV)-sulfat
belum digunakan sebaiknya disimpan di tempat gelap. Panjang gelombang () yang
digunakan untuk pengukuran dengan UV-Vis spektrofotometer adalah sekitar 320 nm,
sedangkan koefisien ekstingsi molar pada itu adalah 5600 M-1 cm-1.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan ceri atau cero setelah iradiasi
bila akan diukur dengan cara titrasi adalah hal-hal yang terkait dengan penentuan titrasi
redoks. Cerium (IV) sulfat merupakan zat pengoksid yang sangat kuat, potensial reduksinya
dalam asam sulfat 1-8 N pada 25 C adalah 1,430,05 volt. Larutan cerium dapat digunakan
hanya dalam larutan asam, paling baik dalam konsentrasi 0,5N atau lebih tinggi. Selagi
larutan dinetralkan, (cerium (IV) hidroksida, cerium (IV) oksida terhidrasi), atau garam-
garam cerium basa dapat mengendap. Larutan berwarna kuning kuat, dan dalam larutan
panas yang tidak terlalu encer, titik-titik dapat dideteksi tanpa suatu indikator. Tetapi
prosedur ini memerlukan suatu koreksi blanko.
Keuntungan cerium (IV) sulfat sebagai suatu zat pengoksidasi standar adalah :
1. larutan cerium (IV) sulfat secara menyolok stabil selama jangka-jangka
waktu yang lama. Larutan ini tak perlu dilindungi dari cahaya, dan bahkan dapat didihkan
selama waktu yang singkat tanpa perubahan yang berarti dalam konsentrasi. Kestabilan
larutannya dalam suasana asam sulfat mempunyai daerah jangkau yang lebar, yaitu 10-40
cm3 asam sulfat pekat per liter. Maka jelaslah, bahwa suatu larutan asam cerium (IV)
sulfat mengungguli larutan permanganat dalam kestabilan.
2. Larutan-larutan cerium (IV) dalam dengan konsentrasi 0,1 N warnanya
tidak terlalu jelas. Dalam hal ini pengamatan warna dapat mengaburkan penglihatan
ketika membaca meniskus dalam buret dan alat-alat titrimeter lainnya.
3. Dalam reaksi garam cerium (IV) dalam larutan asam dengan zat-zat
pereduksi, perubahan valensi sederhana.
Ce4 e Ce3

4. Bobot ekivalen dalam keadaan itu adalah satu mol. Bila cerium
direaksikan dengan permanganat, mol produk reaksi yang dihasilkan sesuai dengan
kondisi eksperimen.
5. Ion cerium (III) tak berwarna, (bandingkan ion mangan (II) yang tak
berwarna dari kalium permanganat, dan ion kromium (III) yang hijau dari kalium
dikromat.
6. Cerium (IV) sulfat adalah zat pengoksid yang serba guna. Ia dapat
digunakan dalam kebanyakan titrasi dalam mana permanganat telah digunakan, dan juga
untuk penetapan-penetapan lainnya.
7. Larutan cerium sulfat paling baik distandarkan dengan arsen (III) oksida
atau dengan natrium oksalat.
Larutan cerium (IV) sulfat dalam asam sulfat encer adalah stabil, bahkan pada
temperatur-temperatur didih. Larutan dalam asam klorida dari garam ini tidak stabil, karena
reduksi menjadi cerium (III) oleh asam tersebut dengan dibarengi dengan pembebasan klor :
2Ce4 2Cl 2Ce3 Cl 2

Reaksi ini berlangsung benar-benar cepat pada pendidihan, maka asam klorida tak
dapat digunakan dalam oksidasi-oksidasi yang memerlukan pendidihan dengan cerium (IV)
sulfat berlebih dalam larutan asam. Jadi asam sulfat harus digunakan dalam oksidasi
demikian. Namun, titrasi langsung dengan cerium (IV) sulfat dalam medium asam klorida
encer (misalnya, untuk besi (II) dapat dilakukan dengan tepat (akurat) pada temperatur
kamar. Berkenaan dengan ini, cerium (IV) sulfat lebih unggul ketimbang kalium
permanganat. Adanya asam fluorida mengganggu, karena ion fluorida membentuk kompleks
stabil dengan Ce(IV) dan menghilangkan warna larutan.
Pengukuran-pengukuran potensial formal menunjukkan bahwa potensial redoks dari
sistem Ce (IV)-Ce (III) sangat banyak bergantung pada sifat serta konsentrasi dari asam yang
ada, sebagai berikut: H2SO4 1,44 V; HNO3 1,61 V; HClO4 1,70 V; dan dalam larutan asam
perklorat 8 M nilainya adalah 1,87 V. Telah dipostulatkan atas dasar pengukuran-pengukuran
potensial formal, bahwa Ce (IV) berada sebagai kompleks-kompleks anionik [Ce(SO 4)4]4-
atau [Ce(SO4)3]2-, [Ce(NO3)6]2-[Ce(ClO4)6]2-; akibatnya garam-garam padat seperti ammonium
cerium (IV) sulfat 2(NH4)2SO4, Ce(SO4)2, 2H2O dan amonium cerium (IV) nitrat 2NH 4NO3,
Ce(NO3)2, 4H2O telah dirumuskan masing-masing sebagai amonium tetrasulatoserat (IV).
Indikator yang sesuai untuk digunakan dengan larutan cerium (IV) sulfat adalah asam N-
fenilantranilat, feroin, dan 5,6-dimetilferoin.
Laju dosis ditentukan dengan cara menghitung jumlah atom Ce(IV) yang berubah
dibagi densitas sel dosimeter dan G-value Ce(III) dan dikali dengan 1,602 x 10-12 erg.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Bahan
1. (Ce(SO4)2.4H2O)
2. Aquadest
3. CTA
4. H2SO4
3.2. Alat
1. Labu ukur
2. Pipet volume
3. Kaca arloji
4. Sendok sungu
5. Wadah kaca
6. Botol plastic
7. Wadah berdinding gelap
8. Piknometer
9. Seperangkat spektrofotometer UV-VIS

IV. LANGKAH KERJA


1. Buat larutan dosimeter ceri cero dengan konsentrasi Ce(IV) 50 mM dalam 0,8 N asam
sulfat sebanyak 250 ml.
2. Tentukan densitas larutan ceri cero .
3. Tuangkan larutan ceri cero ke dalam kotak kaca untuk diiradiasi.
4. Beri dosimeter CTA pada wadah bagian luar.
5. Cuplikan diiiradiasi dengan waktu dan dosis yang telah ditentukan.
6. Biarkan larutan yang telah diiradiasi selama semalam.
7. Tentukan konsentrasi Ce(IV) yang telah diiradiasi.
8. Buat larutan Ce(IV) sulfat standar dengan konsentrasi 2-50 ppm dan dilarutkan dalam 0,4
M asam sulfat.
9. Ukur larutan standar pada panjang gelombang 289 nm.
10. Ukur larutan Ce(IV) sulfat yang belum diiradiasi dan yang telah diiradiasi.

V. DATA PENGAMATAN

Densitas

Suhu air = 29o C


gram
air padaT 29 C=0,9959487
cm 3

m pikno kosong = 10,2382 gram


m pikno + aquadest = 15,4776 gram
m pikno + ceri cero sebelum iradiasi = 15,8160 gram
m pikno + ceri cero setelah iradiasi = 15,6746 gram
Panjang Gelombang Maksimal : 289

Sampel Absorbansi K*Abs


Sebelum iradiasi 0.262 0.2622
Setelah iradiasi 0,049 0,0487

PAIR

No Absorbansi K*Abs
Sebelum iradiasi 2,635 2,6354
Sesudah iradiasi 2,571 2,5709

VI. PERHITUNGAN
Dosis = 86 kGy

Waktu iradiasi = 2.5 menit

1. Densitas larutan Ceri Cero

massa aquadest = massa pikno+aquadest massa pikno kosong

= 15,4776 g 10,2382 g

= 5,2394 g

m
=
V

g 5,2394 g
0,9959487 =
cm 3
V

5,294 g
V= 3
0,9959487 g/cm

V =5,26 ml

a. Densitas larutan ceri cero sebelum iradiasi

Massa larutan ceri cero = massa pikno+lrtn ceri cero massa pikno kosong

= 15,8160 g 10,2382 g

= 5,5778 g

m
=
V

5,5778 g
=
5,26 ml
g
1,06041
ml

b. Densitas larutan ceri cero setelah diiradiasi

Massa larutan ceri cero = massa pikno +larutan ceri cero massa pikno kosong

= 15,6746 g 10,2382 g

= 5,4364 g

m
=
V

5,4364 g
=
5,26 ml

g
1,03353
ml

2. Pembuatan larutan ceri cero

MX BM X V
massa=
1000

0,05 X 140,12 X 100



1000

0.7 gr

S O 4 2 .4 H 2 O

Mr Ce
massa Ce ( S O 4 )2 .4 H 2 O=
404,30
x 0.7 g
140

2.0215 g

3. Penentuan Laju Dosis

Sampel Absorbansi K*Abs


Sebelum iradiasi 0.262 0.2622
Setelah iradiasi 0,049 0,0487

A = abc

A = 0,07

c = 10.185 ppm

b = dianggap 1 cm

A
a=
bc

0.07
a=
1 cm x 10.185 ppm

6,87 x 103
a=
cm. ppm

Konsentrasi sebelum iradiasi :

Absorbansi = 0.262

A
c=
ab
0.262
3
6,87 x 10

38,137 ppm

Konsentrasi setelah iradiasi

Absorbansi = 0.049

A
c=
ab

0.049
3
6,87 x 10

7.132 ppm

Dari data hasil praktikum, maka

absorbansi Konsentrasi
(ppm)
Sebelum 2,612 38.137
sesudah 2,451 7.132
kons 31.005

Jumlah spesi yang berubah

31.005 mg 1 gr 0.031005 gr
x =
L 1000 mg L
0.031005 g
L
mol=
g
140
mol

2.214 x 104 mol



L

4 20
2.214 X 10 mol 1.333 x 10 partikel
N= x 6,02 x 10 23 partikel/ mol=
L L

1,333 x 1020 partikel 1L


x
L 1000 ml

1.03353 gr
ml

1.289 x 10 17 partikel

gram

G value untuk Ce di udara = 2,34

E
D= M

17 partikel 100 ev 18 ev
1.289 10 =5.508 10
gram 2.34 partikel gram

ev erg 1 rad
5.508 1018 1.602 1012 =88240 rad
gram ev 100 erg/ gram
1 gray = 100 rad

1 gray
88240 rad x 100 rad = 882.4 gray = 0.8824 kGy

Waktu iradiasi = 2.5 menit

0.8824 kGy 60 menit


x
2.5 menit 1 jam

21.1776 kGy / jam

Dosis terbaca dengan CTA : 86 kGy/jam

DCTAD ceri cero


Kesalahan= 100
D CTA

86 kGy / jam21.1776 kGy / jam


Kesalahan= 100
86 kGy/ jam

Kesalahan=75.37

DOSIMETRI CERI CERO PAIR

No Absorbansi K*Abs
Sebelum iradiasi 2,635 2,6354
Sesudah iradiasi 2,571 2,5709

Penentuan Laju Dosis

A = abc

A = 0.07
c = 10.185 ppm

b = dianggap 1 cm

A
a=
bc

0.07
a=
1 cm x 10.185 ppm

6,87 x 103
a=
cm. ppm

Konsentrasi sebelum iradiasi

Absorbansi = 2.635

A
c=
ab

2,635
3
6.87 x 10

383.551 ppm

Konsentrasi setelah iradiasi

Absorbansi = 2.571

A
c=
ab

2.571
3
6.87 x 10

374.23 ppm
Dari data hasil praktikum, maka

absorbansi Konsentrasi
(ppm)
Sebelum 2.635 383.551
sesudah 2.571 374.23
kons 9.321

Jumlah spesi yang berubah =

3
9,321mg 1 gr 9,321 x 10 gr
x =
L 1000 mg L

3
9,321 x 10 gr
L
mol=
gr
140
mol

6.6578 x 105 mol



L

5 19
6.6578 X 10 mol 4.00799 x 10 partikel
N= x 6.02 x 10 23=
L L

4.00799 x 10 19 partikel 1L
x
L 1000 ml

1,03353 gr
ml

16
3.87796 x 10 partikel

gram
G value untuk Ce

G value untuk Ce di udara = 2.34

E partikel 100 ev eV
16 18
D= M = 3.87796x 10 gram x 2.34 partikel = 1.65742x10 gram

eV erg rad
18 -12
1.65742 x 10 gram x 1.602 x 10 eV x 100 erg /gram = 2654911.077 rad

1 gray = 100 rad

1 gray
2654911.077 rad x 100 rad = 26549.11077 gray = 26.549 kGy

Dosis terbaca dengan CTA : 50 kGy

DCTAD ceri cero


Kesalahan= 100
D CTA

50 kGy26.549 kGy
Kesalahan= 100
50 kGy

Kesalahan=46,902
VII. PEMBAHASAN

Dalam proses iradiasi ceri-cero terjadi perubahan pada saat dosimeter ceri-cero di kenai
radiasi untuk mereduksi ion Ce4+ oleh radiasi pengion menjadi ion Ce3+. Proses reaksi reduksi
berlangsung melalui tahapan berikut:
e aq + H+ H.
H. + O2 HO2.
HO2. + Ce4+ Ce3+ + H. + O2
H2O2 + Ce4+ Ce3+ + HO2. + H+
Prinsip dari dosimeter ceri-cero ini adalah reaksi redoks atau perubahan bilangan oksidasi.
Larutan cerium sulfat yang mengandung ion Ce4+ bila disinari dengan sinar gamma akan
tereduksi menjadi ion Ce3+. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka akan semakin banyak ion
Ce4+ yang tereduksi. Banyaknya Ce4+ yang tereduksi dapat diketahui dengan pembacaan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Oleh karena itu, dalam percobaan ini digunakan larutan
asam (H2SO4) dengan konsentrasi 0,8 N. Larutan CeSO4.4H2O yang digunakan memiliki warna
kuning yang cukup kuat dan stabil, sehingga dapat dianalisis secara langsung tanpa harus
menambahkan zat pewarna lain.Pada pelaksanaannya, larutan dosimeter ceri-cero tersebut
diiradiasi dengan MBE dengan dosis sebesar 86 kGy/jam, dan dengan iradiator gamma PAIR
dengan dosis sebesar 50 kGy/jam.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui perubahan densitas optik, dalam hal ini
absorbansi dari larutan dosimeter ceri-cero sebelum dan setelah diiradiasi dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang maksimum 289 nm. Dari hasil
analisis dapat diketahui bahwa absorbansi sebelum dan setelah iradiasi mengalami reduksi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah ion ceri (Ce 4+) menjadi ion
cero(Ce3+).
Dari hasil perhitungan diperoleh dosis yang teserap oleh dosimeter ceri-cero di MBE
PSTA adalah 21.1776 kGy, sedangkan untuk dosimeter dari iradiator gamma PAIR adalah 26.549
kGy. Kedua nilai tersebut berbeda dengan dosis yang terbaca pada dosimeter CTA sehingga
menghasilkan persentase kesalahan 75.37% untuk di MBE dan 46.902% untuk iradiator gamma.
Diduga penyebab kesalahan pada praktikum kali ini adalah penempatan dosimeter CTA dan
Dosimeter Ceri - Cero pada conveyor MBE dan iradiator gamma diletakkan pada tempat yang
berbeda. Hal ini sangat mempengaruhi dosis yang diterima masing masing dosimeter karena
ketidakseragaman dosis di sepanjang window.

VIII. KESIMPULAN

1. Prinsip dasar dosimeter Ceri-cero adalah reduksi ion Ceri (Ce 4+) menjadi ion Cero (Ce3+)
oleh radikal radikal reduktor. Dan banyaknya ion Ceri yang tereduksi berbanding lurus
dengan dosis yang diserap oleh larutan Dosimeter. Sehingga Dosis radiasi dapat diukur
melalui metode ini.
2. Dosis serap untuk larutan Ce(SO4)2 setelah iradiasi sebesar 21.1776 kGy pada MBE dan
26.549 kGy pada irradiator gamma PAIR

3. Perbedaan dosis yang terukur disebabkan ketidakseragaman dosis pada MBE dan
peletakan dosimeter CTA dan ceri-cero yang berjauhan.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Jundiy, Anwar dan Sukaryono. 2015. PENGUKURAN DOSIS RADIASI IRADIATOR GAMMA
DAN MESIN BERKAS ELEKTRON DENGAN DOSIMETER CERICERO. Yogyakarta :
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya.
CHRISTINA MARIA, dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, dan
Contoh Aplikasinya. Yogyakarta : STTN-BATAN.
https://dykuza.files.wordpress.com/2011/01/dosimetri-ceri-cero.pdf
Yogyakarta, 1 Januari 2017

Asisten, Praktikan,

Kartini Megasari Hengky Fernando

Anda mungkin juga menyukai