MIXING
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui jenis pola alir dari berbagai impeller
2. Menghitung torsi dari proses pengadukan
3. Menghitung power dari proses pengadukan
4. Menganalisis fenomena vorteks pada tengki pengadukan
5. Menganalisis Froude Number
Gambar
III.1 Alat Agigator Gambar III.2 Alat Impeller
propeller
Air Glitter
Memasang Impeller
Variasi putaran
Pola Aliran
Rpm Rps
50 5.233 Aliran Radial, belum terbentuk Vortex.
150 15.700 Aliran Radial, belum terbentuk Vortex.
250 26.167 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.
350 36.633 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.
450 47.100 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.
Variasi Putaran
Pola Aliran
Rpm Rps
50 5.233 Aliran Axial, belum terbentuk Vortex.
150 15.700 Aliran Axial, belum terbentuk Vortex.
250 26.167 Aliran Axial, mulai terbentuk Vortex.
350 36.633 Aliran Axial, sudah terbentuk Vortex.
450 47.100 Aliran Axial, sudah terbentuk Vortex.
L
=1,1
D
1
Clearence: 4
= 2,805 cm
N = variabel kcepatan
4
8,6 x 10 kg
=
ms
(McCabe, 1985)
a. Bilangan Reynold dengan impeller Pitch blade turbin
15.7 45447.84
00 8 1,57
26.1 75747.37
67 9 1,45
36.6 106044.0
33 15 1,34
47.1 136343.5
00 46 1,13
N Nre Np
9694.92
5.233 3 2,21
15.70 29086.6
0 23 1,62
26.16 48478.3
7 22 1,47
36.63 67868.1
3 70 1,33
47.10 87259.8
0 69 1,23
N Np P
5.233 1,97 0.014463
15.70
1,57
0 0.311584
26.16
1,45
7 1.178702
36.63
1,34
3 3.676331
47.10
1,13
0 6.055058
N Np P
5.233 2,21 0.008307
15.70
1,62
0 0.164612
26.16
1,47
7 0.61182
36.63
1,33
3 1.868235
47.10
1,23
0 3.374543
N Nfr
5.233 0.111
15.70
1.006
0
26.16
2.794
7
36.63
5.477
3
47.10
9.054
0
4. Menghitung torsi
=P/ n
N P
5.233 0.014463 0.005529
15.700 0.311584 0.039692
26.167 1.178702 0.093846
36.633 3.676331 0.195134
47.100 6.055058 0.257115
N P
5.233 0.008307 0.003176
15.700 0.164612 0.02097
26.167 0.61182 0.048712
36.633 1.868235 0.099163
47.100 3.374543 0.143293
E. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pola alir dapat dilakukan dengan cara mengamati
pergerakan glitter yang membentuk pola aliran. Pada percobaan ini
digunakan dua jenis pengaduk, yaitu impeller pitch blade turbin dan
propeller. Impeller pitch blade turbin dapat menghasilkan pola aliran
radial. Sedangkan propeller menghasilkan pola aliran axial karena aliran
yang dihasilkan sejajar dengan poros (Mc Cabe, 1985).
Pada suatu aliran dapat terjadi vorteks, apabila Nre mencapai 104 atau
aliran turbulen. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan dimana saat
menggunakan impeller Pitch blade turbin vorteks terbentuk saat
kecepatan alirannya 250 rpm dengan nilai Re sebesar 12062,5. pada saat
menggunakan impeller Propeller vorteks terbentuk pada kecepatan aliran 350
rpm dengan nilai Re sebesar 10806,51. (Galletti, 2004)
7
6
5
4
Power (watt) 3
2
1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
N (rpm)
0.4
0.3
Nfr 0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
N (rpm)
Pa
da grafik diatas, daat diketahui bahwa besarnya kecepatan pengaduk
sebanding dengan besarnya power. Oleh karena itu, power yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk, semakin besar
kecepatan pengaduk maka power yang dihasilkan semakin besar
(Candrika dan Totok, 2013).
F. Desain tanki
Untuk membuat desain tangki yang efektif, maka perlu
memperhatikan pengadukan. Pengadukan yang efektif terjadi apabila
pada saat pengadukan tidak terjadi vorteks, karena vorteks dapat
mempengaruhi efisiensi pengadukan itu sendiri. Pada percobaan ini,
propeller dapat menghasilkan vorteks pada saat kecepatan 225 Rpm
sedangkan pada pitch blade turbin dapat menghasilkan vorteks pada
kecepatan 150 rpm. Pada propeller, bilangan Froude > 1 didapatkan pada
kecepatan diatas 150 Rpm. Sedangkan pada pitch blade turbin bilangan
Froude > 1 didapatkan pada kecepatan diatas 130 rpm.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam perancangan
tangki yaitu power yang dibutuhkan dalam pengadukan. Dari data
didapatkan bahwa daya (Power) yang dibutuhkan dalam pengadukan
menggunakan impeller propeller lebih kecil daripada impeller jenis pitch
blade turbin. Dari analisis tersebut, kebutuhan power dalam pengadukan
akan mempengaruhi biaya produksi, sehingga dalam mendesain tangki
pengaduk disarankan menggunakan impeller propeller karena distribusi
partikel lebih merata dan nilai power yang dibutuhkan kecil.
G. PENUTUP
Kesimpulan
1. Penggunaan pengaduk jenis pitch blade turbin pada tangki tanpa sekat
menghasilkan pola alir radial, hal ini dapat dilihat dari pergerakan
glitter yang menyebar ke segala arah., sedangkan pengaduk jenis
propeller menghasilkan pola aliran axial, hal ini dapat dilihat dari
pergerakan glitter yang sejajar dengan poros.
2. Power yang dihasilkan berbanding lurus dengan kecepatan
pengadukan.
3. Vorteks dapat tarjadi akibat adanya pengaruh nilai Froude number dan
gaya gravitasi.
4. Pada percobaan ini, saat kecepatan 350 Rpm pada jenis propeller
mampu menghasilkan vorteks dengan Froude number sebesar
0.146939, sedangkan pada pengaduk pitch blade turbin pada kecepatan
250 Rpm mampu menghasilkan vorteks dengan Froude number
sebesar 0.081633.
Saran
1. Sebaiknya amati dengan teliti di setiap variasi putaran agar tidak
terjadi kekeliruan dalam menentukan pola aliran.
2. Sebaiknya pengukuran dilakukan dengan akurat pada saat mengukur
diameter pengaduk, jarak dasar tangki dengan ujung pengaduk, dan
volume agar tidak terjadi kekeliruan dalam perhitungan.
3. Hendaknya dalam menentukan interval kecepatan tidak terlalu besar,
sehingga dalam mengamati vorteks lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Galletti, C., Paglianti, A. Lee, K.C. Yianneskis, M., 2004, Reynolds Number and
Impeller Diameter Effect on Instabilities in Stirred Vessles, AlChe
Journal, 50, pp.2050 2063.
Mc. Cabe, W.L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. Tioon Well
Finishing Co. Ltd. Singapura.
Yuwono, C. W., Totok Soehartanto. 2013. Perancangan Sistem Pengadukan pada
Bioreactor Batch untuk Meningkatkan Produksi Biogas. Teknik Fisika
ITS : Surabaya.