Anda di halaman 1dari 13

BAB III

MIXING
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui jenis pola alir dari berbagai impeller
2. Menghitung torsi dari proses pengadukan
3. Menghitung power dari proses pengadukan
4. Menganalisis fenomena vorteks pada tengki pengadukan
5. Menganalisis Froude Number

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Agigator
b. Impeller propeller
c. Impeller 4 pitched blade turbine
d. Beaker glass1000ml

Gambar
III.1 Alat Agigator Gambar III.2 Alat Impeller
propeller

Gambar III.3 AlatImpeller 4 Gambar III.4 Alat Beaker glass


pitched blade turbine 1000 ml
2. Bahan
a. Air
b. Glitter

Gambar III.5 Rangkaian Alat Mixing


C. PROSEDUR KERJA

Air Glitter

Memasang Impeller

Mengatur posisi Impeller


1
(Clearence): 4
Mengatur variabel kecepatan
Menghidupkan mixer

Impeller Impeller 4 blade

propeller pitch blade turbin

Mengamati bentuk aliran

Gambar III.1 Skema Kerja Mixing


D. DATA PENGAMATAN
Tabel III.1 Data Pengataman menggunakan Impeller 4 blade pitch blade
turbin

Variasi putaran
Pola Aliran
Rpm Rps
50 5.233 Aliran Radial, belum terbentuk Vortex.
150 15.700 Aliran Radial, belum terbentuk Vortex.
250 26.167 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.
350 36.633 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.
450 47.100 Aliran Radial, sudah terbentuk Vortex.

Tabel III.2 Data Pengataman menggunakan Impeller Propeller

Variasi Putaran
Pola Aliran
Rpm Rps
50 5.233 Aliran Axial, belum terbentuk Vortex.
150 15.700 Aliran Axial, belum terbentuk Vortex.
250 26.167 Aliran Axial, mulai terbentuk Vortex.
350 36.633 Aliran Axial, sudah terbentuk Vortex.
450 47.100 Aliran Axial, sudah terbentuk Vortex.

Diketahui: Din= 10,2 cm

L
=1,1
D

1
Clearence: 4

Sehingga ketinggian air dalam beaker glass (L) = Din x 1,1

= 10,2 x 1,1 = 11,22 cm

Ketinggian impeller dari dasar beaker glass = L = x 11,22

= 2,805 cm

Volume fluida (air) = 935 ml = 935 x 10-6 m3


densitas ( ) = 995,8 kg/m3

viskositas ( = 8,6x10-4 kg/ms

gravitasi (g) = 9,8 m/s2

diameter impeller Pitch blade turbin (D1) = 0,05 m

diameter impeller Pitch Propeller (D2) = 0,04 m

1. Menghitung bilangan Reynolds dan mencari Np


x D2 xN
Nre=

Keterangan :
kg
=995,8 3
m
D=diameter bekker glass(0,102 m)

N = variabel kcepatan
4
8,6 x 10 kg
=
ms

(McCabe, 1985)
a. Bilangan Reynold dengan impeller Pitch blade turbin

Tabel III.3 Data Perhitungan Bilangan Reynold menggunakan


Impeller Piched blade turbin
N Nre Np
5.23 15148.31
3 8 1,97

15.7 45447.84
00 8 1,57

26.1 75747.37
67 9 1,45

36.6 106044.0
33 15 1,34

47.1 136343.5
00 46 1,13

b. Bilangan Reynold dengan impeller Propeller

Tabel III.4 Data Perhitungan Bilangan Reynold menggunakan


Impeller Propeller

N Nre Np
9694.92
5.233 3 2,21

15.70 29086.6
0 23 1,62

26.16 48478.3
7 22 1,47

36.63 67868.1
3 70 1,33

47.10 87259.8
0 69 1,23

2. Menghitung power dari proses pengadukan


Np x x N 3 x D3
P=
g
a. Power dengan impeller Pitch blade turbin

Tabel III.5 Data Perhitungan power menggunakan Impeller


Pitched blade turbin

N Np P
5.233 1,97 0.014463
15.70
1,57
0 0.311584
26.16
1,45
7 1.178702
36.63
1,34
3 3.676331
47.10
1,13
0 6.055058

b. Power dengan impeller propeller

Tabel III.6 Data Perhitungan power menggunakan Impeller


Propeller

N Np P
5.233 2,21 0.008307
15.70
1,62
0 0.164612
26.16
1,47
7 0.61182
36.63
1,33
3 1.868235
47.10
1,23
0 3.374543

3. Menghitung Froude Number


N 2 xD
Nfr=
g

a. Froude Number dengan impeller Pitch blade turbin

Tabel III.7 Data Perhitungan Froude Number menggunakan


Impeller Pitch blade turbin
N Nfr
5.233 0.139
15.70
1.257
0
26.16
3.493
7
36.63
6.846
3
47.10
11.318
0

b. Froude Number dengan impeller Propeller

Tabel III.8 Data Perhitungan Froude Number menggunakan


Impeller Propeller

N Nfr
5.233 0.111
15.70
1.006
0
26.16
2.794
7
36.63
5.477
3
47.10
9.054
0

4. Menghitung torsi
=P/ n

a. Torsi dengan impeller Pitch blade turbin

Tabel III.9 Data Perhitungan Torsi menggunakan Impeller Pitch


blade turbin

N P
5.233 0.014463 0.005529
15.700 0.311584 0.039692
26.167 1.178702 0.093846
36.633 3.676331 0.195134
47.100 6.055058 0.257115

b. Torsi dengan impeller Propeller

Tabel III.10 Data Perhitungan menggunakan Impeller Propeller

N P
5.233 0.008307 0.003176
15.700 0.164612 0.02097
26.167 0.61182 0.048712
36.633 1.868235 0.099163
47.100 3.374543 0.143293

E. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pola alir dapat dilakukan dengan cara mengamati
pergerakan glitter yang membentuk pola aliran. Pada percobaan ini
digunakan dua jenis pengaduk, yaitu impeller pitch blade turbin dan
propeller. Impeller pitch blade turbin dapat menghasilkan pola aliran
radial. Sedangkan propeller menghasilkan pola aliran axial karena aliran
yang dihasilkan sejajar dengan poros (Mc Cabe, 1985).
Pada suatu aliran dapat terjadi vorteks, apabila Nre mencapai 104 atau
aliran turbulen. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan dimana saat
menggunakan impeller Pitch blade turbin vorteks terbentuk saat
kecepatan alirannya 250 rpm dengan nilai Re sebesar 12062,5. pada saat
menggunakan impeller Propeller vorteks terbentuk pada kecepatan aliran 350
rpm dengan nilai Re sebesar 10806,51. (Galletti, 2004)
7
6
5
4
Power (watt) 3
2
1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

N (rpm)

impeller pitched blade turbin


impeller propller

Grafik III.1 hubungan antara kecepatan aliran dengan power

0.4
0.3

Nfr 0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
N (rpm)

impeller pitched blade turbin


impeller propller

Pa
da grafik diatas, daat diketahui bahwa besarnya kecepatan pengaduk
sebanding dengan besarnya power. Oleh karena itu, power yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk, semakin besar
kecepatan pengaduk maka power yang dihasilkan semakin besar
(Candrika dan Totok, 2013).

Grafik III.2 hubungan antara kecepatan pengaduk dengan bilangan fraude

Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa besarnya kecepatan


pengaduk sebanding dengan besarnya froude number. Sehingga, bilangan
froude bertambah besar seiring dengan bertambahnya kecepatan
pengadukan.

F. Desain tanki
Untuk membuat desain tangki yang efektif, maka perlu
memperhatikan pengadukan. Pengadukan yang efektif terjadi apabila
pada saat pengadukan tidak terjadi vorteks, karena vorteks dapat
mempengaruhi efisiensi pengadukan itu sendiri. Pada percobaan ini,
propeller dapat menghasilkan vorteks pada saat kecepatan 225 Rpm
sedangkan pada pitch blade turbin dapat menghasilkan vorteks pada
kecepatan 150 rpm. Pada propeller, bilangan Froude > 1 didapatkan pada
kecepatan diatas 150 Rpm. Sedangkan pada pitch blade turbin bilangan
Froude > 1 didapatkan pada kecepatan diatas 130 rpm.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam perancangan
tangki yaitu power yang dibutuhkan dalam pengadukan. Dari data
didapatkan bahwa daya (Power) yang dibutuhkan dalam pengadukan
menggunakan impeller propeller lebih kecil daripada impeller jenis pitch
blade turbin. Dari analisis tersebut, kebutuhan power dalam pengadukan
akan mempengaruhi biaya produksi, sehingga dalam mendesain tangki
pengaduk disarankan menggunakan impeller propeller karena distribusi
partikel lebih merata dan nilai power yang dibutuhkan kecil.

G. PENUTUP
Kesimpulan
1. Penggunaan pengaduk jenis pitch blade turbin pada tangki tanpa sekat
menghasilkan pola alir radial, hal ini dapat dilihat dari pergerakan
glitter yang menyebar ke segala arah., sedangkan pengaduk jenis
propeller menghasilkan pola aliran axial, hal ini dapat dilihat dari
pergerakan glitter yang sejajar dengan poros.
2. Power yang dihasilkan berbanding lurus dengan kecepatan
pengadukan.
3. Vorteks dapat tarjadi akibat adanya pengaruh nilai Froude number dan
gaya gravitasi.
4. Pada percobaan ini, saat kecepatan 350 Rpm pada jenis propeller
mampu menghasilkan vorteks dengan Froude number sebesar
0.146939, sedangkan pada pengaduk pitch blade turbin pada kecepatan
250 Rpm mampu menghasilkan vorteks dengan Froude number
sebesar 0.081633.
Saran
1. Sebaiknya amati dengan teliti di setiap variasi putaran agar tidak
terjadi kekeliruan dalam menentukan pola aliran.
2. Sebaiknya pengukuran dilakukan dengan akurat pada saat mengukur
diameter pengaduk, jarak dasar tangki dengan ujung pengaduk, dan
volume agar tidak terjadi kekeliruan dalam perhitungan.
3. Hendaknya dalam menentukan interval kecepatan tidak terlalu besar,
sehingga dalam mengamati vorteks lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Galletti, C., Paglianti, A. Lee, K.C. Yianneskis, M., 2004, Reynolds Number and
Impeller Diameter Effect on Instabilities in Stirred Vessles, AlChe
Journal, 50, pp.2050 2063.
Mc. Cabe, W.L. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. Tioon Well
Finishing Co. Ltd. Singapura.
Yuwono, C. W., Totok Soehartanto. 2013. Perancangan Sistem Pengadukan pada
Bioreactor Batch untuk Meningkatkan Produksi Biogas. Teknik Fisika
ITS : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai