Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

DASAR PROSES REKAYASA


PEMBUATAN BIODIESEL

Kelas 2C D3 Teknik Kimia


Kelompok 2
Aris saputra
Danang rafirda
Dwika hapsari
Fawwaz dafa
Martha ayu

Politeknik Negeri Malang


Jurusan Teknik Kimia
Tahun 2018
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Merekayasa proses pembuatan biodesel
b. Mengetahui pengaruh variabel bahan

2. Dasar Teori
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang dihasilkan dari
reaksi transesterifikasi antara minyak nabati atau lemak hewani yang mengandung
trigliserida dengan alkohol seperti metanol dan etanol. Reaksi transesterifikasi ini
memerlukan katalis basa kuat seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida sehingga
menghasilkan senyawa kimia baru yang disebut dengan metil ester (Gerpen, 2005).
Minyak merupakan bahan cair pada suhu ruang disebabkan tingginya kandungan
asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-
atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (F.G Winarno, 2002 : 92)
Reaksi transesterifikasi dapat berlangsung apabila kandungan asam lemak bebas (FFA)
dalam minyak rendah, jika kandungan FFA dalam minyak besar (>5%) harus dilakukan
reaksi esterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan kadar FFA dalam minyak. Reaksi
transesterifikasi disebut juga reaksi alkoholis yang melibatkan peruaian atau
pemaksapisahan (cleavage) oleh alkohol sehingga dibutuhkan alcohol dengan
kereaktifan besar (Triana Kusumaningsih, Pranoto, & Ragil Saryoso, 2006: 21).
Metanol merupakan alkohol yang umum digunakan dalam pembuatan biodiesel
yang diproduksi dari gas alam (Erna Astuti, 2008: 6). Penggunaan metanol (CH3OH)
mempunyai keuntungan, yakni lebih mudah bereaksi atau lebih stabil dibandingkan
dengan pengggunaan etanol (C2H5OH), hal ini disebabkan karena metanol memiliki satu
ikatan karbon sedangkan etanol memiliki 2 ikatan karbon, sehingga pada penggunaan
metanol lebih mudah dilakukan pemisahaan gliserol daripada penggunaan etanol
(Mahlinda & Lancy Maurina, 2011: 21).
Didalam reaksi transesterifikasi minyak nabati, trigliserida bereaksi dengan
alkohol dengan adanya asam kuat atau basa kuat sebagai katalis menghasilkan fatty acid
alkyl ester dan gliserol (Freedman, et al, 1986: 1375). Katalis basa yang umum digunakan
dalam reaksi transesterifikasi adalah potassium hidroksida (KOH), sodium hidroksida
(NaOH), dan sodium metilat (NaOCH3), sedangkan katalis asam adalah H2SO4 (Astrilia
Damayanti & Wara Dyah Pita Rengga, 2010: 43)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi adalah :
a. Suhu Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada umumnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (650C) pada tekanan
atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur semakin
tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk
mencapai energi aktivasi.
b. Waktu Reaksi Lamanya waktu reaksi mempengaruhi jumlah produk yang diperoleh.
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkkan karena
semakin banyak reaktan yang saling bertumbukan satu
sama lain. Setelah produk terbentuk maka waktu reaksi menjadi tidak lagi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
c. Katalis Katalis adalah substansi yang dapat meningkatkan laju reaksi pada suatu reaksi
kimia yang mendekati kesetimbangan dimana katalis tersebut tidak terlibat secara
permanen. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan cara mempengaruhi energi
pengaktifan suatu reaksi kimia. Keberadaan katalis akan menurunkan energi pengaktifan,
sehingga reaksi dapat berjalan dengan cepat (M. Pranjoto U & Endang W.L, 2007: 111)
d. Pengadukan Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistim
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fasefase yang berlangsung
lambat. Pengadukan akan mempercepat jalannya reaksi. Setelah produk terbentuk maka
pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa. (Purwono, S., 2003).

3. Alat dan Bahan


a. Daftar Alat
 Neraca Analitik 1
 Erlenmeyer 250 ml 2
 Gelas ukur 50 ml 1
 Hot plate 1
 Pipet tetes 1
 Buret 1
 Corong 1
 Beaker glass 3
 Botol semprot 1
 Termometer 1
 Cawan arloji 1
 Labu ukur 100 ml 1
 Waterbath 1
 Labu leher 4 1
 Corong pisah 1
 Elemen listrik 1
 Klem 1
 Statif 1
 Gelas plastik berukuran 1
 Viscometer 1
 Piknometer 1

b. Daftar Bahan
 Minyak curah
 Etanol
 Aquades
 NaOH teknis
 Metanol
 Tisu gulung
4. Skema kerja
Proses trans-esterifikasi

Sampel minyak yang digunakan memiliki kadar FFA < 2%, jika melebihi
maka perlu dilakukan proses esterifikasi terlebih dahulu

Menimbang sampel sebanyak 500 g

Menimbang katalis sebanyak 0,5 – 2 % dari berat sampel minyak (variabel)

Menimbang metanol dengan perbandingan mol 3 : 1 dari berat minyak


(variabel)

Mencampurkan terlebih dahulu katalis dan metanol, panaskan pada suhu


40℃ disertai dengan pengadukan

Memanaskan sampel suhu 60℃, masukkan perlahan campuran katalis

Melakukan pengadukan selama 60 menit

Setelah dingin, melakukan pemisahan lapisan biodiesel dan campuran


katalis

Memisahkan lapisan biodiesel dari gliserol selama 24-48 jam, kemudian


cuci bidiesel dengan air panas (suhu 80-90℃)

Mencuci menggunakan air panas, dilakukan beberapa kali hingga


didapatkan metil ester bersih

Penguapan sisa air pencuci yang ada di metil ester dengan memanaskan
metil ester sampai temperatur 90-100℃

Gambar 1. Diagram Alir Proses Trans-esterifikasi


4. Data Pengamatan
 Massa minyak curah kelapa sawit 200 gram
 Katalis NaOH 0,6% dari massa minyak curah kelapa sawit yakni sebesar 0,8
gram
 Methanol yang digunakan sebesar 97 ml.

Tabel 1. Hasil Data Pengamatan Proses Trans-Esterifikasi Pembuatan Biodiesel


No Komposisi Pengamatan
1 0,80 gram NaOH + gram 76,68 Kedua bahan tercampur
methanol → larutan 1 sempurna saat dipanaskan

2 200 gram minyak → larutan 2 -

3 Larutan 2 + larutan 1→ larutan 3 - Warna campuran berubah


menjadi putih keruh
- Setelah 90 menit
pengadukan larutan terpisah
menjadi dua lapisan
- Lapisan atas : Biodiesel
- Lapisan bawah : Gliserin
4 Biodiesel kotor → dicuci menggunakan - Pencucian dilkukan
air panas → hingga bersih sebanyak 14 kali

Tabel 2. Hasil Analisa Biodiesel

No Ukuran Satuan Variabel 0,8 gram


Naoh
1 Massa biodiesel gram 172,87
2 Volume biodiesel ml 199,89
3 Densitas biodiesel g/ml 0,86481
4 Viskositas biodiesel mm2/s 6,627
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum biodiesel, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin banyak kadar metanol yang digunakan dalam reaksi trans-esterifikasi,
maka metil ester yang dihasilkan akan bertambah banyak.
2. Semakin sedikit katalis basa yang digunakan pada reaksi transesterifikasi, maka
semakin banyak jumlah metil ester yang dihasilkan karena katalis basa yang
berlebih akan menyebabkan reaksi penyabunan.

B. Daftar Pustaka
Auriyani, W. dkk. (2013): Pengaruh Kadar Methanol, Jumlah katalis, dan waktu
reaksi pada pembuatan biodiesel dari lemak sapi melalui proses trans-
esterifikasi, 19, 30-36.

Katsiroh, F. (2017): Pengaruh rasio molar minyak ethanol terhadap konversi


Biodiesel dari minyak goring bekas dengan modifikasi preparasi katalis CaO
kulit telur. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukoharjo.

Rhofita, I.E. (2015): Penurunan kadar FFA pada reaksi esterifikasi dalam proses
produksi Biodiesel : Kajian waktu reaksi dan temperature reaksi. 11, 39-40.

Anda mungkin juga menyukai