PENDAHULUAN
gas-gas vulkanik
pembakaran hutan
b. Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel
Derajat fotoaktivasi
Kondisi iklim
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan
bermotor.
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari
cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu :
1. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara
2. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara
3. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair
dan melayang berhamburan di udara
4. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di
udara
Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang
tidak sempurna.
Chlorofluorocarbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer
bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum
dan hair spray.
Timbal (Pb)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor
dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
1.2.6 EFEK YANG DITIMBULKAN
5
Efek Negatif
Dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa
menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan
lainnya. Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon
Monoksida bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin
(metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah
merah). Dan selain itu penyakit yang timbul adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan
karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan
dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja
efektif, dan ISPA pada tahun 1998
Dari segi ekonomi dampak pencemaran udara yaitu dengan hasil kajian
Bank Dunia menemukan dampak ekonomi akibat pencemaran udara di Indonesia
sebesar Rp 1,8 triliun yang pada 2015 akan mencapai Rp 4,3 triliun.Dari segi
sosial pencemaran sangat merugikan, orang-orang sudah tidak dapat menikmati
udara sehat lagi, setiap hari harus bertemu dengan asap, aktivitas sosial juga
terhambat dan lain-lain.
Dari segi pendidikan pencemaran udara dapat mempengaruhi tingkat
belajar para pelajar, mereka terhambat dalam hal berpikir dan juga dalam
menyelesaikan satu permasalahan.Dari segi pertanian dan perkebunan
pencemaran udara juga sangat berpengaruh, kurangnya lahan hijau yang menjadi
tempat pohon-pohon untuk melakukan proses fotosintesis karena Tanaman yang
tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam menjadikan sirkulasi udara kita berkurang, dan menjadikan udara kotor dan
tidak baik untuk kita hirup. Dan dampak yang lainnya adalah :
1. Hujan Asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain :
Merusak tanaman
Dengan cara mencuci, yaitu udara dialirkan ke dalam air atau cairan yang mudah
bereaksi dengan gas atau uap yang terdapat dalam udara kotor tersebut sehingga
terikat.Dengan jalan membakar, yaitu udara yang kotor di lewatkan pada alat
pembakar agar terbakar semua.
Udara kotor yang akan di buang di alirkan dalam satu kamar khusus, yang di
sebut kamar pengendap agar debu-debunya mengendap.Udara kotor di lewatkan
pada alat khusus perangkap kelembaban sehingga partikel yang ada di dalamnya
tidak ikut bersama aliran udara.Udara kotor di lewatkan pada ruangan khusus
secara melingkar-lingkar (cyclone) sehingga partikel yang terdapat di dalamnya
melekat di dinding.
Dengan presipitasi dinamis, alat yang bentuknya seperti baling-baling yang
menyebabkan partikel-partikel yang terdapat pada udara kotor terhempas dan
terkumpul di sekitar baling-baling.Partikel-partikel yang terdapat dalam udara
kotor di saring dengan suatu filter khusus. Partikel dalam udara kotor di endapkan
secara elektrik karena adanya perbedaan tegangan listrik di antara dua kutub
listrik.
2. Untuk kendaraan bermotor, digunakan bahan bakar yang sedikitnya
mencemari udara, seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar matahari.
(1) Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang
terbentuk antara discharge electrode dengancollector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat
melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga
partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-).
(2) Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada
pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihatgambar 4. Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik
dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian
jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan
dipindahkan (transport) ke flyash silo dengan cara dihembuskan (vacuum).
ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar
terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO.
Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi
serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan
tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang
mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan
bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain
itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx
emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses
pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang
berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini
pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB
menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah
mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
Gas belerang dioksida (SOx)terdiri atas gas SO dan gas SO yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO berbau tajam dan tidak mudah terbakar ,
sedangkan gas SO bersifat sangat reaktif. Sox memiliki ciri bau yang tajam,
besifat korosif, beracun karea selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan
phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan sistem pernapasan , jika kadar 400-500
ppm akan sangat berbahaya , 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 1-5 ppm
menimbulkan bau.
Gas SO akan bertemu dengan oksigen yang da diudara dan kemudian
membentuk gas SO melalui reaksi berikut :
2SO +
O(udara)
2SO
11
Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang
menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk
atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2),
NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya
NOx, yaitu:
1.
Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada
ruang
bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx =
NO + NO2)
2.
Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
3.
Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa
digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida
yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paruparu. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat
yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat
oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna
dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan
coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
Nitrogen oksida (NOx) memiliki bentuk yang sifatnya berbeda , yaitu gas
NO dan NOx . sifat gas NO adalah berwarna dan berbau . sedankan gas NO
tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO adalah merah kecoklatan dan
berbau tajam menyengat hidung. Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal
dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik
stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada diudara, NO merupakan gas
yang paling beracaun. Karena larutan NO dalam air yang lebih rendah
dibandingkan dengan SO , maka NO akan menembus ke dalam saluran
pernapasan lebih dalam. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan,
pengaruh yang membahayakan seperti misalnya : meningkatnya kepekaan
12
terhadap radang saluran pernapasan, dapa terjadi setelah mendapat pajanan sebesar
100 g/m. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO sebesar 250
g/m dan 500 g/m dapat mengganggu fungsi saluran pernapasan pada penderita
asma dan orang sehat (Yoko Edy Saputra.2009).
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
tempat kerja. Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan
yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60 dB. Oleh sebab
itu, para karyawan yang nekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin di atas 60
dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga, guna
mencegah gangguan-gangguan pedengaran (Notoatmodjo, 2003).
Di samping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak di dalam berkomunikasi
dengan pekerja yang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan
kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di
tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa sebagai sikap marah.
Lebih jauh kebisingan yang terus menerus dapat mengakibatkangangguan
konsentrasi pekerja, yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan
akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Notoatmodjo, 2003). Selain itu
kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam
sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya
minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi
HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar
akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar
Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat
menyebabkan leukemia dan kanker.
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam
komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang
mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari
13
Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk
mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari
500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave
band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan
bom.
14
15
16
BAB II
METODOLOGI
Bahan
a) Larutan H2O2
b) Larutan natrium klorida (NaCl)
c) Larutan gliserol
d) Serbuk barium klorida
e) Larutan induk asam sulfat 0,1N
f) Larutan kerja asam sulfat 0,004 N
g) Larutan boraks 0,004 N
h) Indikator MO
i) aquadest
17
Vb x Nb
Va
18
19
2.3.3
2.3.4
Pengambilan sampel
20
2.3.5
21
BAB III
PENGOLAHAN DATA
22
Absorbansi(nm)
0
0.605
0.724
0.827
0.92
1.165
Absorbansi(nm)
0.183
10
0.241
15
0.263
Vs (L)
0.006
C (mg/Nm3)
1.161
10
0.011480604
0.81296538
15
0.011480604
0.871034336
waktu(menit)
BAB IV
PEMBAHASAN
23
H2SO4
sehari-hari digunakan ini kadar SOx sangat kecil perbandingannya didapat sekitar
1:3500. Sehingga konsentasi yang kecil tidak akan menggangu ekosistem
lingkungan.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
25
Nilai konsentrasi :
a) Sampel 1 : 1.161 mg/Nm3
b) Sampel 2 : 0.81296538 mg/Nm3
c) Sampel 3 : 0.871034 mg/Nm3
Dengan demikian nilai konsentrasi sampel masih jauh dari batas baku mutu.
Perbandingannya sebesar sampel masih sangat jauh dibawah nilai ambang
batas emisi 1:3500.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Labolatorium. 2015. Pilot Plan. Teknologi Kimia Industri.Jurusan Teknik
kimia. Polnes
26
Hariri prianto.blogspot.com/2012/06/modul-pembelajaran-sistem-gas-buang-html
(23022015 15.00)
SNI. 2005. Emisi Gas Buang Sumber Tidak Bergerak Bagian 3: Oksda-oksida
Sulfur (SOx) Seksi 1: Cara Uji Dengan Metode Tubidimetri Menggunakan
Spekrofotometer. SNI 19-7117.3.1-2005.
Sudarjad A. 2006. Mengenal Teknologi Pengurangan Pencemaran Udara NOx dan
SOx. Edisi vol.7-xviiii-juni 2006
Ambo U. 2014. Dampak Pencemaran Pada Udara. www.scribd.com
27
LAMPIRAN
28
DATA PERHITUNGAN
Konversi satuan konsentrasi dari normalitas gram ekuivalen ke mg sulfat (SO42-)
Cs=Na x
96
x 96
98
Cs=Na x
Dimana :
96
x 96
98
Cs = Konsentrasi SO42- (mg)
Na = KonsentasiSO42- (N)
96 = BM SO42-
29
98 = BM H2SO4
-Untuk Na = 0,0004 N
96
98 x 96
Cs = 0,0004 N x
Cs = 0,037616 mg
-Untuk Na = 0,0008 N
96
98 x 96
Cs = 0,0008 N x
Cs =0,075233 mg
V =Flowrate x Waktu
= 1.5 mL/mnt x 5 mnt
= 7.5 ml = 0.0075 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7 mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K
Vs=V x
(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760
30
Vs=0.0075 x
Vs= 0.006 m3
Konsentrasi Sox sebagai SO2
Diketahui :
A= Jumlah ion sulfat pada contoh uji, diperoleh dari kurva kalibrasi (0,01
mg)
Vs = Volume gas contoh uji dikoreksi pada kondisi normal 25OC, 760
mmHg (31,293 L)
64 A
C= x
96 Vs
C=
64 0.01
x
96 0.006
C= 1.161 mg/Nm3
2. t = 10 menit
Diketahui :
V =Flowrate x Waktu
= 1.5 mL/mnt x 10 mnt
= 1.5 ml = 0.0015 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7 mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K
Vs=V x
(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760
Vs=0.0015 x
Vs= 0.0115 m3
31
64 0.014
x
96 0.0115
C= 0.8129 mg/Nm3
3. t = 15 menit
Diketahui :
V =Flowrate x Waktu
= 1.0 mL/mnt x 15 mnt
= 1.5 ml = 0.0015 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K
Vs=V x
(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760
Vs=0.0015 x
Vs= 0.0115 m3
32
A= Jumlah ion sulfat pada contoh uji, diperoleh dari kurva kalibrasi (0,015
mg)
Vs = Volume gas contoh uji dikoreksi pada kondisi normal 25OC, 760
mmHg (35.7 L)
64 A
C= x
96 Vs
C=
64 0.015
x
96 0.0115
C= 0.8710 mg/Nm3
Grafik Cs vs Abs
33
Parameter
Batas Maksimum
mg/m3
Bukan Logam
1.
Ammonia (NH3)
0,5
2.
10
3.
4.
10
5.
750
6.
35
7.
900
8.
Total Partikel
300
9.
Opasitas
30
II.
Logam
1.
2.
Arsen (As)
3.
Antimon (Sb)
4.
Kadmium (Cd)
5.
Seng (Zn)
50
6.
12
Catatan
34