Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Dapat mengetahui, menghitung konsentrasi emisi Sox
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Definisi Udara
Udara adalah suatu sampuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.
Komponen yang konsentrasinya paling bevariasi adalah air dalam bentuk uap dan
karbon dioksida (CO). Jumlah uap air yag terdapat di udara bervariasi tergantug
dari cuaca dan suhu.
Secara alamiah, udara mengandung unsur kimia seperti : O, N,NO, CO,H
dll. Penambahan gas ke udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara. Udara di alam tidak penah ditemukan
bersih tanpa polusi sama sekali. Beerapa gas seperti sulfur dioksida (SO),
hidrogen sulfida (HS) dan karbon monoksida selalu dibeaskan ke udara sebagi
produk sampingan dari prose-proses alami.
1.2.2 PENGERTIAN PENCEMARAN UDARA
Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).Menurut Salim yang
dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan sebagai keadaan atmosfir,
dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan konsentrasinya dapat
membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti, mengurangi
kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat, gas dan
cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut
polutan udara.Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-

zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)


udara dari keadaan normalnya (Wisnu, Dampak pencemaran lingkungan : 27)
Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan.Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran
tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang
perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution).
Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan
regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi
dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).
1.2.3 FAKTOR PENYEBAB PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam, contoh :

abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi

gas-gas vulkanik

debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin

bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik

b. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia,


contoh :

hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor

bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat


kimia organik dan anorganik

pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara

pembakaran sampah rumah tangga

pembakaran hutan

1.2.4 KLASIFIKASI BAHAN PENCEMAR UDARA


Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya
pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global
atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder :
1. Polutan primer
Polutan primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara atau polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu, dan dapat berupa:
a. Polutan Gas terdiri dari:

Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi, dan


karbon oksida (CO atau CO2) karena ia merupakan hasil dari pembakaran

Senyawa sulfur, yaitu oksida.

Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon


terklorinasi, dan bromin.

b. Partikel
Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik, dapat
berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair sulfur di atmosfer. Bahan partikel

tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses (misalnya proses


penyemprot/ spraying) maupun proses erosi bahan tertentu.
2. Polutan Sekunder
Polutan sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer ekunder biasanya terjadi karena reaksi
dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai
contoh adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses
kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

Derajat fotoaktivasi

Kondisi iklim

Topografi lokal dan adanya embun.

1.2.5 ZAT-ZAT PENCEMARAN UDARA


Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara
lain:
Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon,
CFC, Timbal dan Karbondioksida.

Karbon monoksida (CO)

Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan
bermotor.

Nitrogen dioksida (NO2)

Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.

Sulfur dioksida (SO2)

Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini
biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.

Partikulat (asap atau jelaga)

Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari
cerobong pabrik berupa asap hitam tebal. Macam-macam partikel, yaitu :
1. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara
2. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di udara
3. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan cair
dan melayang berhamburan di udara
4. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan melayang-layang di
udara

Hidrokarbon (HC)

Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang
tidak sempurna.

Chlorofluorocarbon (CFC)

Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di atmosfer
bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum
dan hair spray.

Timbal (Pb)

Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada


kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.

Karbon Dioksida (CO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor
dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
1.2.6 EFEK YANG DITIMBULKAN
5

Efek Negatif
Dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa
menyebabkan penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan
lainnya. Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon
Monoksida bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin
(metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah
merah). Dan selain itu penyakit yang timbul adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan
karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan
dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja
efektif, dan ISPA pada tahun 1998
Dari segi ekonomi dampak pencemaran udara yaitu dengan hasil kajian
Bank Dunia menemukan dampak ekonomi akibat pencemaran udara di Indonesia
sebesar Rp 1,8 triliun yang pada 2015 akan mencapai Rp 4,3 triliun.Dari segi
sosial pencemaran sangat merugikan, orang-orang sudah tidak dapat menikmati
udara sehat lagi, setiap hari harus bertemu dengan asap, aktivitas sosial juga
terhambat dan lain-lain.
Dari segi pendidikan pencemaran udara dapat mempengaruhi tingkat
belajar para pelajar, mereka terhambat dalam hal berpikir dan juga dalam
menyelesaikan satu permasalahan.Dari segi pertanian dan perkebunan
pencemaran udara juga sangat berpengaruh, kurangnya lahan hijau yang menjadi
tempat pohon-pohon untuk melakukan proses fotosintesis karena Tanaman yang
tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam menjadikan sirkulasi udara kita berkurang, dan menjadikan udara kotor dan
tidak baik untuk kita hirup. Dan dampak yang lainnya adalah :
1. Hujan Asam

pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain :

Mempengaruhi kualitas air permukaan

Merusak tanaman

Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga


mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan

Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

2. Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan
troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
3. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara
alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.Kerusakan
lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
Efek Positif
Ternyata selain menimbulkan dampak yang negatif terdapat pula efek positif dari
terjadinya pencemaran udara. Hal itu antara lain :

Manusia mulai sadar akan kelestarian dan kebersihan alam

Munculnya banyak ide tentang gerakan peduli lingkungan

Munculnya ide untuk menciptakan alat pembersih udara (air purifier)

1.2.7 SOLUSI MENGURANGI PENCEMARAN UDARA


Untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya polusi udara, maka perlu
dilakukan usaha-usaha sebagai berikut, antara lain :
1. Setiap pabrik diwajibkan melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap
asap pabriknya sebelum di buang ke udara bebas. Pengolahan yang dapat
dilakukan adalah :

Untuk udara yang mengandung gas atau uap :

Dengan cara mencuci, yaitu udara dialirkan ke dalam air atau cairan yang mudah
bereaksi dengan gas atau uap yang terdapat dalam udara kotor tersebut sehingga
terikat.Dengan jalan membakar, yaitu udara yang kotor di lewatkan pada alat
pembakar agar terbakar semua.

Untuk udara yang mengandung debu atau alkohol :

Udara kotor yang akan di buang di alirkan dalam satu kamar khusus, yang di
sebut kamar pengendap agar debu-debunya mengendap.Udara kotor di lewatkan
pada alat khusus perangkap kelembaban sehingga partikel yang ada di dalamnya
tidak ikut bersama aliran udara.Udara kotor di lewatkan pada ruangan khusus
secara melingkar-lingkar (cyclone) sehingga partikel yang terdapat di dalamnya
melekat di dinding.
Dengan presipitasi dinamis, alat yang bentuknya seperti baling-baling yang
menyebabkan partikel-partikel yang terdapat pada udara kotor terhempas dan
terkumpul di sekitar baling-baling.Partikel-partikel yang terdapat dalam udara
kotor di saring dengan suatu filter khusus. Partikel dalam udara kotor di endapkan
secara elektrik karena adanya perbedaan tegangan listrik di antara dua kutub
listrik.
2. Untuk kendaraan bermotor, digunakan bahan bakar yang sedikitnya
mencemari udara, seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar matahari.

Bagi kendaraan bermotor yang sisa pembakarannya lebih banyak, sebaiknya


menggunakan jalan-jalan di pinggir kota.
3. Melakukan penghijauan kota, karena tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan
oksigen pada siang hari di samping menyerap karbon dioksida dari udara.
Oleh alam, hujan yang turun menyebabkan kotoran di udara berkurang dan
angin akan menyebabkan kotoran di udara tersebar luas, sehingga tidak
terkonsentrasi pada daerah tertentu.
4. Elektrostatik dalam pengolahan pencemaran udara
Pengendap Elektrostatik Sebagai Sebuah Solusi Ramah Lingkungan

Digunakan untuk membersihkan udara kotor dalam jumlah besar

Materi partikulat: aerosol atau uap air

Bekerja dengan menggunakan alektroda yang di aliri arus searah (DC)


Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang


kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya
adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara
cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Elektrostatik merupakan salah satu cabang fisika yang berhadapan dengan


gaya yang dikeluarkan oleh medan listrik statik (tidak berubah) kepada
sebuah objek yang bermuatan. Aplikasi elektrostatik dalam dunia industri
digunakan untuk mengatasi masalah limbah debu. Industri yang banyak
mengaplikasikannya yaitu seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap),
pabrik gula, dan pabrik semen. Salah satu penerapannya yaitu
penggunaan electrostatic precipitator (ESP).

ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap


debu dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang
didapat cukup besar. Dengan menggunakan electrostatic
precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong
diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektifitas penangkapan debu
mencapai 99,84%).
Cara Kerja ElectroStatic Precipitator

(1) Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang
terbentuk antara discharge electrode dengancollector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat
melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga
partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-).

(2) Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada
pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihatgambar 4. Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik
dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian
jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan
dipindahkan (transport) ke flyash silo dengan cara dihembuskan (vacuum).

1.2.8 Polusi Udara


Macam bahan pencemar udara dapat dilasifikasikan dalam beberapa
kelompok antara lain :
a.
Kalisifikasi Menurut Bentuk Asal
Bahan pencemar uadara primer, yaitu : polutan yang apabila menyebar dengan
keadaan tetap pada keadaan semula. Misalnya : partikel halus,senyawa sulfur,
nitrogen, karbon, senyawa organik.Bahan pencemar udara sekunder, yaitu : bahan
pencemar udara primer yang mengalami reaksi dengan senyawa lain setelah keluar
dari sumbernya.
Misalnya SO + HO
HSO
b.
Klasifikasi Menurut Keadaan Fisika

Partikel. Misalnya: aerosol, mist, smoke dan fog.

Gas. Misalnya: true gas dan vapor.


c.
Klasifikasi Menurut Susunan Kimia Bahan Pencemar

Inorganik. Misaknya : CO, SO.

Organik. Misalnya : metan, benzen dan etilen


1.2.9 Polutan
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di
Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan
bakar solar terutama berasal dari Metromini [5]. Formasi CO merupakan fungsi
dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam
10

ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar
terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO.
Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi
serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan
tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang
mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan
bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor
Emisi SOx terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar, selain
itu kandungan sulfur dalam pelumas, juga menjadi penyebab terbentuknya SOx
emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatic dan alkyl. Dalam proses
pembakaran sulfur dioxide dan sulfur trioxide terbentuk dari reaksi:
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 = SO3
Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil sekali yaitu sekitar 1-5%. Gas yang
berbau tajam tapi tidak berwarna ini dapat menimbulkan serangan asma, gas ini
pun jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB
menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah
mencapai ambang batas yg ditetapkan oleh WHO.
Gas belerang dioksida (SOx)terdiri atas gas SO dan gas SO yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO berbau tajam dan tidak mudah terbakar ,
sedangkan gas SO bersifat sangat reaktif. Sox memiliki ciri bau yang tajam,
besifat korosif, beracun karea selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan
phasa gasnya. Sox menimbulkan gangguan sistem pernapasan , jika kadar 400-500
ppm akan sangat berbahaya , 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 1-5 ppm
menimbulkan bau.
Gas SO akan bertemu dengan oksigen yang da diudara dan kemudian
membentuk gas SO melalui reaksi berikut :
2SO +
O(udara)

2SO

11

Sampai tahun 1999 NOx yang berasal dari alat transportasi laut di Jepang
menyumbangkan 38% dari total emisi NOx (25.000 ton/tahun) [4]. NOx terbentuk
atas tiga fungsi yaitu Suhu (T), Waktu Reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2),
NOx = f (T, t, O2). Secara teoritis ada 3 teori yang mengemukakan terbentuknya
NOx, yaitu:
1.
Thermal NOx (Extended Zeldovich Mechanism)
Proses ini disebabkan gas nitrogen yang beroksidasi pada suhu tinggi pada
ruang

bakar (>1800 K). Thermal NOx ini didominasi oleh emisi NO (NOx =

NO + NO2)
2.
Prompt NOx
Formasi NOx ini akan terbentuk cepat pada zona pembakaran.
3.
Fuel NOx
NOx formasi ini terbentuk karena kandungan N dalam bahan bakar.
Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan
tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa
digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida
yang ada di udara yang dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paruparu. Setelah bereaksi dengan atmosfir zat ini membentuk partikel-partikel nitrat
yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat
oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna
dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan
coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota di dunia.
Nitrogen oksida (NOx) memiliki bentuk yang sifatnya berbeda , yaitu gas
NO dan NOx . sifat gas NO adalah berwarna dan berbau . sedankan gas NO
tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO adalah merah kecoklatan dan
berbau tajam menyengat hidung. Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal
dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik
stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada diudara, NO merupakan gas
yang paling beracaun. Karena larutan NO dalam air yang lebih rendah
dibandingkan dengan SO , maka NO akan menembus ke dalam saluran
pernapasan lebih dalam. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan,
pengaruh yang membahayakan seperti misalnya : meningkatnya kepekaan

12

terhadap radang saluran pernapasan, dapa terjadi setelah mendapat pajanan sebesar
100 g/m. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO sebesar 250
g/m dan 500 g/m dapat mengganggu fungsi saluran pernapasan pada penderita
asma dan orang sehat (Yoko Edy Saputra.2009).
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
tempat kerja. Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat
menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan
yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60 dB. Oleh sebab
itu, para karyawan yang nekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin di atas 60
dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga, guna
mencegah gangguan-gangguan pedengaran (Notoatmodjo, 2003).
Di samping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan
suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak di dalam berkomunikasi
dengan pekerja yang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan
kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di
tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa sebagai sikap marah.
Lebih jauh kebisingan yang terus menerus dapat mengakibatkangangguan
konsentrasi pekerja, yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan
akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Notoatmodjo, 2003). Selain itu
kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Pada mesin, emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam
sumber. Tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya
minyak pelumas silinder adalah salah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi
HC pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar
akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar
Diesel Oil (DO). Emisi HC ini berbentuk gas methan (CH4). Jenis emisi ini dapat
menyebabkan leukemia dan kanker.
Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam
komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang
mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari

13

pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu


tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida.
Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu
tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah
karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. Sebagian benda
partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling
berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam
paru-paru. Diketahui juga bahwa di beberapa kota besar di dunia perubahan
menjadi partikel sulfat di atmosfir banyak disebabkan karena proses oksida oleh
molekul sulfur.
1.2.10 Jenis-Jenis Kebisingan
Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003):
1.

Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus)


Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang

secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang


ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal
landas.
2.

Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)


Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur

dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per


detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB,
misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
3.

Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk

mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang
dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari
500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave
band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan
bom.

14

Secara sekilas teknologi penanggulangan emisi dari mesin dapat


dikategorikan menjadi dua bagian besar yaitu Pengurangan emisi metoda primer
dan Pengurangan emisi metoda sekunder. Untuk pengurangan emisi metoda
primer adalah sebagai berikut:
Berdasarkan bahan bakar :
1. Penggunaan bahan bakar yang rendah Nitrogen dan Sulfur termasuk
penggunaan non fossil fuel
2. Penggalangan penggunaan Non Petroleum Liquid Fuels
3. Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor diesel dan angka oktan
bagi motor bensin
4. Penggunaan bahan bakar Gas
5. Penerapan teknologi emulsifikasi (pencampuran bahan bakar dengan air
atau lainnya)
Berdasarkan Perlakuan Udara :
1.
Penggunaan teknologi Exhaust Gas Recirculation (EGR)
2.
Pengaturan temperature udara yang masuk pada motor
3.
Humidifikasi
Berdasarkan Proses Pembakaran :
1. Modifikasi pada pompa bahan bakar dan sistem injeksi bahan
bakar
2. Pengaturan waktu injeksi bahan bakar
3. Pengaturan ukuran droplet dari bahan bakar yang diinjeksikan
4. Injeksi langsung air ke dalam ruang pembakaran
Sementara itu pengurangan emisi metoda sekunder adalah :
1. Penggunaan Selective Catalytic Reduction (SCR)
2. Penerapan teknologi Sea Water Scrubber untuk aplikasi di
kapal
3. Penggunaan katalis magnet yang dipasang pada pipa bahan
bakar
4. Penggunaan katalis pada pipa gas buang kendaraan bermotor
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di
dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran
dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan
(outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan,
dan proses alami oleh makhluk hidup.

15

Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan


sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah
tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor
dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di
kota-kota besar, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap
konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan
kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita
bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik
melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian
bagi penerapan teknologi pengurangan emisi
Langkah-langkah perencanaan dalam melakukan managemen Pengendalian
Bising (Department of Labor USA,1971)
1. Melakukan identifikasi daaerah bising yg dianggap berbahaya
2. Mengembangkan sasaran yang hendak dicapai
3. Melakukan studi kelaikan
4. Memilih metode, bahan-bahan termasuk desain dan instalasi bebagai
prototipe yg dibutuhkan
5. Melakukan evaluasi terhadap metode pengendalian bising yang
hendak di aplikasikan dan melakukan modifikasi yang dianggap perlu
6. Mengimplementasikan perubahan dan modifikasi final
7. Melakukan evaluasi terhadap sistem yg akan digunakan terhadap
peraturan-peraturan yg berlaku
1.2.11 Contoh peralatan pengendali bising

Enclosure; insulasi bising yg dirancang untuk membungkus sumber bising

atau menutup penerima dari paparan bising


Barrier ; Dibangun antara sumber bising dan penerima untuk

memposisikan penerima pada daerah bayangan suara


Cladding ; digunakan untuk mengurangi tingkat bising dari dinding pipa

Silencer, Attenuator dan Muffler


Zona kebisingan yang masih aman untuk pendengaran manusia
a) Zona A : intensitas yang rendah, 35-45 dB
b) Zona B : zona tenang, 45-55 dB
c) Zona C : lingkungan yang cukup bising, 50-60 dB
d) Zona D : lingkungan sangat bising, 60-70 dB

16

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
a) Rangkaian peralatan pengambil contoh uji Sox
b) Labu ukur 50 dan 250 ml
c) Pipet volume 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, 25 mL
d) Gelas Ukur 100 mL
e) Gelas kimia 50 dan 100 ml
f) Tabung uji 50 mL
g) Spektrofotometer UV-Vis
h) spatula
i) Buret
j) Labu Erlenmeyer 250 mL
2.1.2

Bahan
a) Larutan H2O2
b) Larutan natrium klorida (NaCl)
c) Larutan gliserol
d) Serbuk barium klorida
e) Larutan induk asam sulfat 0,1N
f) Larutan kerja asam sulfat 0,004 N
g) Larutan boraks 0,004 N
h) Indikator MO
i) aquadest

17

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Standarisasi H2SO4
a. Memipet 5 ml larutan boraks Na2B4O7 0.004 N kemudian
memasukkannya kedalam Erlenmeyer
b. Menambahkan 2-3 tetes indicator metal orange
c. Menitrasi dengan asam sulfat 0.004 N hingga terjadi perubahan
warna mwnjadi merah kekuningan
d. Mencatat volume asam sulfat yang digunakan
e. Melakukan perlakuan yang sama terhadap larutan blanko
f. Menghitung konsentrasi asam sulfat dengan rumus :
Na=

Vb x Nb
Va

2.2.2 Pembuatan Larutan Standar H2SO4


a. Memipet 0 ;5; 20 ;15 ;20 ; dan 25 ml larutan H2SO4 0.004 N
kemudian memasukkannya kedalam tabung uji
b. Menambahkan 50 ml aquadest
c. Menambahkan 10 ml larutan gliserol dan 5 ml NaCl
d. Kemudian mengocoknya setelah itu menambahkan 0.3 gram BaCl2
dan mengocoknya kembali selama 1 menit
e. Menganalisa sampel dengan spektrofotometer UV-Vis
f. Mencatat serapan masing-masing larutan standar
2.2.3 Pembuatan Larutan Penjerap
a. Memipet 25 ml larutan H2O2 30% v/v kemudian memasukkannya
kedalam labu ukur 250 ml
b. Menambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian
mengocoknya hingga homogen
2.2.4 Pengambilan sampel
a. Merangkai alat uji emisi dan menyiapkan sumber emisi
b. Memasukkan larutan penjerap yang telah disiapkan kedalam
tabung uji pada alat uji emisi
c. Menyalakan peralatan uji dan sumber emisi
d. Mencatat tekanan dan flowrate yang terbaca pada alat selama 20
menit
e. Mematikan peralatan dan sumber emisi,kemudian mengambil
larutan penjerap yang akan menjerap emisi(larutan sampel)
2.2.5 Pembuatan larutan sampel

18

a. Memipet sampel sebanyak 25 ml kemudian memasukkanya


kedalam labu ukur 50 ml
b. Menambahkan 10 ml larutan gliserol dan 5 ml NaCl
c. Kemudian mengocoknya setelah itu menambahkan 0.3 gram BaCl2
dan mengocoknya kembali selama 1 menit
d. Menganalisa sampel dengan spektrofotometer UV-Vis
e. Mencatat serapan sampel
2.3 Diagram Alir
2.3.1

Standarisasi H2SO4 0.004 N

2.3.2 Pembuatan larutan standar H2SO4 0.004 N

19

2.3.3

Pembuatan larutan penjerap

2.3.4

Pengambilan sampel

20

2.3.5

Pembuatan larutan sampel

21

BAB III
PENGOLAHAN DATA

22

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1.1 Data absorbansi larutan standar H2SO4
Volume
0
5
10
15
20
25

Absorbansi(nm)
0
0.605
0.724
0.827
0.92
1.165

Tabel 3.1.2 Absorbansi sampel


waktu(menit)
5

Absorbansi(nm)
0.183

10

0.241

15

0.263

Tabel 3.1.3 Hasil pengamatan


5

Vs (L)
0.006

C (mg/Nm3)
1.161

10

0.011480604

0.81296538

15

0.011480604

0.871034336

waktu(menit)

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum Emisi Gas 1 ini bertujuan untuk mengetahui


konsentrasi SOx dari sumber emisi tidak bergerak. Emisi gas buang adalah sisa

23

hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin


pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin.
Salah satu contohnya SOx merupakan oksida-oksida sulfur menghasilkan proses
pembakaran dan proses oksida sulfur yang diemisikan dari sumber tidak bergerak
pada konsentrasi dan jumlah tertentu dapat membahayakan lingkungan. Pada
praktikum kali ini sumber emisi dari mesin kendaraan bermotor, sampel diambil
sebanyak 3 kali dilakukan selama 5 menit , 10 menit ,dan 15 menit dengan laju
alir yang didapat pada alat sebesar 1.5 ml/menit; 1.5 ml/menit;1.0 ml/menit.
Selama proses pengambilan sampel, SOx yang dihasilkan akan dijerap oleh
larutan penjerap H2O2. Larutan penjerap akan bereaksi membentuk H2SO4.
H2O2 + SOx

H2SO4

Dalam proses selanjutnya mengetahui konsentrasi SOx pada sampel maka


dilakukan dengan metode turbidimetri menggunakan UV-Vis. 3 Sampel yang
mengandung H2SO4 ditambahkan BaCl2 untuk membentuk endapan Barium Sulfat
dan kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 420 nm. Dari 3 sampel
yang diukur diperoleh nilai absorbansi pada sampel 1 sebesar 0.183 Abs; sampel 2
sebesar 0.241 Abs; sampel 3 sebesar 0.263 Abs . Pada Grafik Cs VS Abs akan
diperoleh Nilai absorbansi kemudian diplotkan pada kurva standar untuk
memperoleh nilai konsentrasi sampel, dari perhitungan diperoleh nilai konsentrasi
SOx sebagai SO2.
Dari hasil yang didapat pada grafik maka sampel 1 sebesar 1.161 mg/Nm3 dan
sampel 2 sebesar 0.812965 mg/Nm3 serta sampel 3 sebesar 0.871034336 mg/Nm3.
Bila dibandingkan dengan nilai baku mutu emisi untuk jenis kegiatan lain yaitu
sebesar 750 mg/m3 maka dapat dilihat perbedaan yang cukup besar maka nilai Sox
masih tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan terutama serta masih
memiliki asap kendaraan yang baik. Sehingga kendaraan yang dipakai sebagai
sampel ini masih layak dan pantas untuk dipakai karena mesin kendaraan masih
memproduksi asap yang baik. Menurut Regulasi oleh KLH Indonesia kategori
kendaraan bermotor kurang dari 2.5 ton dan penumpang kurang dari 5 hanya
dapat diukur kadar HC dan NOx , Kendaraan bermotor yang biasa pada kegiatan
24

sehari-hari digunakan ini kadar SOx sangat kecil perbandingannya didapat sekitar
1:3500. Sehingga konsentasi yang kecil tidak akan menggangu ekosistem
lingkungan.

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

25

Nilai konsentrasi :
a) Sampel 1 : 1.161 mg/Nm3
b) Sampel 2 : 0.81296538 mg/Nm3
c) Sampel 3 : 0.871034 mg/Nm3
Dengan demikian nilai konsentrasi sampel masih jauh dari batas baku mutu.
Perbandingannya sebesar sampel masih sangat jauh dibawah nilai ambang
batas emisi 1:3500.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Labolatorium. 2015. Pilot Plan. Teknologi Kimia Industri.Jurusan Teknik
kimia. Polnes

26

Hariri prianto.blogspot.com/2012/06/modul-pembelajaran-sistem-gas-buang-html
(23022015 15.00)
SNI. 2005. Emisi Gas Buang Sumber Tidak Bergerak Bagian 3: Oksda-oksida
Sulfur (SOx) Seksi 1: Cara Uji Dengan Metode Tubidimetri Menggunakan
Spekrofotometer. SNI 19-7117.3.1-2005.
Sudarjad A. 2006. Mengenal Teknologi Pengurangan Pencemaran Udara NOx dan
SOx. Edisi vol.7-xviiii-juni 2006
Ambo U. 2014. Dampak Pencemaran Pada Udara. www.scribd.com

27

LAMPIRAN

28

DATA PERHITUNGAN
Konversi satuan konsentrasi dari normalitas gram ekuivalen ke mg sulfat (SO42-)
Cs=Na x

96
x 96
98

Mancari Nilai Na dengan rumus pengenceran :


a. Untuk Volume Larutan H2SO4 5 ml
V1
: 5 ml
V2
: 50 ml
N1
: 0,004N
N2 ?
V1.N1 = V2 . N2
5ml . 0,004 N= 50 ml . N2
N2
= 0,004 N . 5 ml
50 ml
N2= 0,0004 N
b. Untuk Volume Larutan H2SO410 ml
V1
: 10 ml
V2
: 50 ml
N1
: 0,004 N
N2 ?
V1.N1 = V2 . N2
10 ml . 0,004 N = 50 ml . N2
N2
= 0,004 N . 10 ml
50 ml
N2= 0,0008 N
Lakukan perhitungan yang sama seperti diatas untuk volume 15 ml, 20 ml, 25
ml.

Cs=Na x

Dimana :

96
x 96
98
Cs = Konsentrasi SO42- (mg)
Na = KonsentasiSO42- (N)
96 = BM SO42-

29

98 = BM H2SO4
-Untuk Na = 0,0004 N
96
98 x 96

Cs = 0,0004 N x
Cs = 0,037616 mg

-Untuk Na = 0,0008 N
96
98 x 96

Cs = 0,0008 N x
Cs =0,075233 mg

Lakukan perhitungan yang sama seperti diatas untuk Na 0,0012 N, 0,0016 N,


0,002 N.
Volume contoh uji gas yang diambil
(Pa+ Pm+Pv)
298
Vs=V x
x
273+ C
760
1. t = 5 menit
Diketahui :

V =Flowrate x Waktu
= 1.5 mL/mnt x 5 mnt
= 7.5 ml = 0.0075 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7 mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K

Vs=V x

(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760

30

Vs=0.0075 x

(771.67 mmHg+1.871 inH 2O35.7 mmHg)


298
x
273+105
760

Vs= 0.006 m3
Konsentrasi Sox sebagai SO2
Diketahui :
A= Jumlah ion sulfat pada contoh uji, diperoleh dari kurva kalibrasi (0,01
mg)
Vs = Volume gas contoh uji dikoreksi pada kondisi normal 25OC, 760
mmHg (31,293 L)
64 A
C= x
96 Vs
C=

64 0.01
x
96 0.006

C= 1.161 mg/Nm3
2. t = 10 menit
Diketahui :

V =Flowrate x Waktu
= 1.5 mL/mnt x 10 mnt
= 1.5 ml = 0.0015 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7 mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K

Vs=V x

(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760

Vs=0.0015 x

(771.67 mmHg+1.871 inH 2O35.7 mmHg)


298
x
273+105
760

Vs= 0.0115 m3

31

Konsentrasi Sox sebagai SO2


Diketahui :
A= Jumlah ion sulfat pada contoh uji, diperoleh dari kurva kalibrasi (0,014
mg)
Vs = Volume gas contoh uji dikoreksi pada kondisi normal 25OC, 760
mmHg (31,293 L)
64 A
C= x
96 Vs
C=

64 0.014
x
96 0.0115

C= 0.8129 mg/Nm3
3. t = 15 menit
Diketahui :

V =Flowrate x Waktu
= 1.0 mL/mnt x 15 mnt
= 1.5 ml = 0.0015 m3
Pa = Tekanan udara atmosfer (760 mmHg)
Pm = Tekanan manometer pada gas meter (1,0 inH2O)
Pv = Tekananuap air jenuh pada T = 30OC ( 35.7mmHg)
298 = konversi temperatur pada 25OC kedalam K

Vs=V x

(Pa+ PmPv )
298
x
273+ C
760

Vs=0.0015 x

(771.67 mmHg+1.871 inH 2O35.7 mmHg)


298
x
273+105
760

Vs= 0.0115 m3

Konsentrasi Sox sebagai SO2


Diketahui :

32

A= Jumlah ion sulfat pada contoh uji, diperoleh dari kurva kalibrasi (0,015
mg)
Vs = Volume gas contoh uji dikoreksi pada kondisi normal 25OC, 760
mmHg (35.7 L)
64 A
C= x
96 Vs
C=

64 0.015
x
96 0.0115

C= 0.8710 mg/Nm3

Grafik Cs vs Abs

33

BAKU MUTU EMISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN


No.

Parameter

Batas Maksimum
mg/m3

Bukan Logam

1.

Ammonia (NH3)

0,5

2.

Gas Klorin (Cl2)

10

3.

Hidrogen Klorida (HCl)

4.

Hidrogen Fluorida (HF)

10

5.

Sulfur Dioksida (SO2)

750

6.

Total Sulfur Tereduksi (H2S)


(Total Reduced Sulphur)

35

7.

Nitrogen Oksida (NO2)

900

8.

Total Partikel

300

9.

Opasitas

30

II.

Logam

1.

Air Raksa (Hg)

2.

Arsen (As)

3.

Antimon (Sb)

4.

Kadmium (Cd)

5.

Seng (Zn)

50

6.

Timah Hitam (Pb)

12

Catatan

- Volume Gas dalam keadaan standar (25C dan Tekanan 1 atm)

34

Anda mungkin juga menyukai