Anda di halaman 1dari 41

LEMBAR PENGESAHAN

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


BRIKET BATUBARA DAN ILALANG

Dosen Pembimbing

: Kusyanto S.,ST

Kelas

: VII B / S1 Terapan

Kelompok

: V (Lima)

Nama Mahasiswa / NIM

: 1. Mifthahul Nur Jannah

13 644 008

2. Fitrianingsih

13 644 023

3. Pungky Ramadhani P.A

13 644 026

4. Fitri Rosiana

13 644 057

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal .............................. 2016


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Kusyanto S.,ST
NIP. 19800803 200604 1 013

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA
BRIKET BATUBARA DAN ILALANG

Disusun Oleh :
Nama / NIM

: 1. Mifthahul Nur Jannah

13 644 008

2. Fitrianingsih

13 644 023

3. Pungky Ramadhani P.A

13 644 026

4. Fitri Rosiana

13 644 057

Kelas

: VII B / S1 Terapan

Kelompok

: V (Lima)

Dosen Pembimbing

: Kusyanto S.,ST

PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
- Dapat membuat biobriket dari campuran batubara dengan serbuk gergaji
1.1.1
1.1.2

dan rumput ilalang


Dapat mengetahui analisis proximate dan nilai kalor dari hasil briket
Dasar Teori
Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk
dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah
bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Proses mengubah tumbuhan menjadi batubara disebut dengan
pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk dari tumbuhan purba
yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung
selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa,
batubara tergolong mineral organik.
(Sukandarumidi,1995/www.scribd.com)
C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus,
bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang
dialami. Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat
pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan gas-gas yang terbentuk
yaitu metan, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain
yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan
yang ada di sekitar lapisan batubara.

1.1.2Jenis-jenis Batubara

Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan


terdapat di alam dalam tingkat yang berbeda mulai dari lignit, subbituminus, bituminus, dan antrasit.
Tabel 1.1 Jenis Batubara

Klasifikasi batubara berdasarkan sifat fisiknya.


a. Sifat batubara jenis antrasit
Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat
tinggi, kandungan karbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat
tinggi.
b. Sifat batubara jenis semi antrasit
Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan
karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.
c. Sifat batubara jenis bituminous
Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi,
kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu
sedikit, dan kandungan sulfur sedikit.
d. Sifat batubara jenis lignit
Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan
karbon sedikit, kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan
kandungan sulfur juga tinggi.
Batubara yang digunakan dalam penelitian ini adalah barubara
lignit yang merupakan batubara coklat yang memiliki nilai kalor < 5100
kal/g serta mengandung air 35-75% dari beratnya.
1.1.3

Biomassa

Biomassa adalah suatu limbah benda padat yang bisa dimanfaatkan


kembali sebagai sumber bahan bakar. Energi biomassa dapat menjadi
sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena beberapa
sifatnya mengguntungkan yaitu dapat dimanfaatkan secara lestari karena
sifatnya yang dapat diperbarui. Sumber energi ini relatif tidak mengandung
sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian
(Surya U, 2012). Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi tepat
guna yang sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan, yaitu pembuatan
briket dengan memanfaatkan limbah biomassa misalnya tempurung
kelapa, sekam padi, serbuk gergaji kayu. Sejalan dengan itu, berbagai
pertimbangan untuk memanfaatkan tempurung kelapa, serbuk gergaji
kayu, sekam padi menjadi penting mengingat limbah ini sering, bahkan
belum dimanfaatkan secara maksimal (Jamilatun, 2011). Salah satu
biomassa yang dapat dimanfaatkan yaitu serbuk gergaji kayu.
Serbuk gergaji kayu adalah suatu bahan baku kayu yang diolah dan
diiris dengan menggunakan alat (gergaji kayu) menjadi ampasampas
kecil.
Limbah serbuk gergaji memiliki potensi yang cukup besar yang
dapat digunakan sebagai bahan baku briket arang. Serbuk gergaji kayu
yang selama ini menjadi limbah bagi perusahan dapat dijadikan menjadi
sebuah peluang usaha dan peluang bisnis. Dengan bertambah tingginya
harga minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak maka serbuk
kayu dapat dijadikan penggantinya dengan harga yang lebih murah.
Pada pengolahan kayu diindustri perkayuan terutama industri kayu
lapis dan kayu gergajian selain produk kayu lapis dan kayu gergajian
diperoleh pula limbah kayu berupa potonghan kayu bulat (log). Namun
sayangnya limbah dalam bentuk serbuk gergaji belum dimanfaatkan secara
optimal, terutama hanya untuk bahan bakar boiler (atau dibakar tanpa
pemanfaatan yang berarti menimbulkan masalah terhadap lingkungan

(Febrianto et al. 1999). Serbuk gergaji mengandung komponenkomponen


kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif.
1.1.4Briket
Briket merupakan benda padat yang menjadi bahan bakar alternatif
atau bahan bakar minyak lainnya. Definisi briket itu sendiri adalah suatu
bahan yang berupa serbuk atau potongan - potongan kayu kecil yang
dipadatkan dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan
perekat sehingga menjadi bentuk yang solid. Briket biomasa adalah energi
alternative yang ramah lingkungan. Bahan baku dari serbuk briket ini
menggunakan limbah limbah sisa produksi, baik itu rumah tangga,
perkebunan maupun sampah dari proses alam, seperti daun daun yang
gugur.Bahan bakar berbentuk briket pertama dikembangkan oleh
kelompok

aktivis

lingkungan

hidup

di

Nepal.

(www.wikipedia.org/wiki/Briket.).
Sebagai salah satu bentuk bahan bakar baru, briket merupakan
bahan yang sederhana, baik dalam proses pembuatan ataupun dari segi
bahan baku yang digunakan, sehingga bahan bakar briket memiliki potensi
yang cukup besar untuk dikembangkan. Pembuatan briket telah banyak
dilakukan dengan menggunakan bahan yang berbasis biomassa, seperti
briket serbuk gergaji kayu (Ismayana dan Rizal, 2011)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) dikatakan bahwa
briket adalah bata: gumpalan (sebesar kepalan tangan) dari barang lunak
yang dikeraskan melalui pembakaran, contoh: briket arang, dll.
Pada tahun 1990, berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa
Barat dan Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergaji kayu sebagai
bahan baku utamanya. Proses pembuatan briket arangnya berbeda dengan
cara pembuatan briket dari bahan organik lainnya. Bahan baku serbuk
gergaji kayu dikeringkan selanjutnya dibuat briket.
1.1.4.1 Jenis - Jenis Briket

Briket yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket
arang, briket gambut, dan briket biomassa. Menurut Patabang D (2012),
bahan biomassa yang dapat digunakan untuk pembuatan briket berasal
dari:
1. Limbah pengolahan kayu seperti : logging residues, bark, saw dusk,
shavinos, waste timber.
2. Limbah pertanian seperti; jerami, sekam padi, ampas tebu, daun
kering,tongkol jagung.
3. Limbah bahan berserat seperti; serat kapas, goni, sabut kelapa.
4. Limbah pengolahan pangan seperti kulit kacang-kacangan, biji-bijian,
kulitkulitan.
5.Selulosa seperti, limbah kertas, karton.
1.1.4.2 Syarat Syarat Briket
Menurut Setiawan, dkk. (2012) syarat briket yang baik adalah briket
yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan.
Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Mudah dinyalakan.
2. Tidak mengeluarkan asap.
3. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun.
4. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada
waktulama.
5. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan
suhu pembakaran) yang baik.

1.1.4.3 Ukuran Partikel Pada Briket


Ukuran partikel meliputi ukuran partikel berbentuk bola (butiran)
dan partikel berbentuk menyerupai kubus. Ukuran partikel dapat

dinyatakan dalam bentuk volume, luas permukaan, dan panjang. Beberapa


cara untuk menentukan ukuran partikel yaitu (Distantina, S. 2011):
1. Mikroskop
Mikroskop digunakan untuk mengukur partikel berukuran sekitar 1 m
= 0,001 mm.
2. Screening
Screening bekerja dengan cara melewatkan bahan melalui ayakan seri
(sieveshaker) yang mempunyai ukuran lubang ayakan semakin kecil.
Setiap pemisahanpadatan berdasarkan ukuran diperlukan pengayakan.
Standar screen mampumengukur partikel dari 76 mm sampai dengan 38
m. Operasi screening dilakukandengan jalan melewatkan material
pada suatu permukaan yang banyak lubang denganukuran yang sesuai
1.1.4.4Perekat Kanji
Perekat kanji dibuat dari tepung tapioka (tepung kanji) yang
dicampur dengan air atau ditambah bahan kimia (soda). Perekat kanji
merupakan perekat serbaguna, apabila perekat dicampurkan ke bahan
tertentu pada suhu kamar maka akan cepat melekat. Perekat kanji memiliki
sifat-sifat diantaranya tidak tahan cuaca, lembab atau perubahan suhu
karena bila lembab atau basah kanji akan cepat rusak oleh organisme
(Hartomo dkk., 1992).
Penggunaan perekat kanji biasanya diterapkan pada kertas karton,
label botol, alat tulis dan keperluan- keperluan ringan lainnya. Perekat
kanji apabila ditambahkan soda api, berisiko mengubah sifat barang yang
direkatkan. Kekuatan sambungannya buruk dan terkadang diberi zat
pengawet (Hartomo dkk., 1992).

1.1.4.5 Pencetakan
Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh bentuk yang
seragam dan memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya.

Dengan kata lain, pencetak briket akan memperbaiki penampilan dan


mengangkat nilai jualnya. Oleh karena itu bentuk ketahanan briket yang
yang diinginkan tergantung dari alat pencetak yang digunakan. Ada
berbagai macam alat percetakan yang dapat dipilih, mulai dari yang paling
ringan hingga super berat, tergantung tujuan penggunaanya. Setiap cetakan
menghendaki kekerasan atau kekuatan pengempaan sampai nilai tertentu
sesuai yang diinginkan, biasanya briket rumah tangga memiliki tingkat
kekerasan antara (2.000-5.000) kg/cm2, sedangkan untuk industri tingkat
kekerasannya sekitar (5.000 - 20.000) kg/cm2 ,semakin padat dan keras
briket, semakin awet daya bakarnya. Umumnya kadar air briket yang telah
dicetak masih sangat tinggi sehingga bersifat basah dan lunak. Oleh karena
itu, briket perlu dikeringkan. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air
dan mengeraskannya hingga aman dari gangguan jamur dan benturan fisik.
Berdasarkan caranya, dikenal 2 metode pengeringan, yakni penjemuran
dengan sinar matahari dan pengeringan dengan oven.
1.1.5

Briket Batubara
Briket batubara adalah jenis produk pembriketan melalui proses
pencetakan partikel-partikel padatan berbasis batubara pada tekanan
tertentu baik dengan atau tanpa bahan pengikat (binder) maupun bahan
imbuh lainnya. Briket batubara yang memiliki sifat yang baik diantaranya
yaitu tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran, mempunyai
kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah, mempunyai suhu
pembakaran yang tetap (350C) dalam jangka waktu yang cukup panjang
(8-10 jam) (Sukandarrumidi, 2004).
Dikenal 2 jenis briket yaitu tipe Yontan (silinder) untuk keperluan
rumah tangga dan tipe Egg (telur) untuk keperluan industri dan rumah
tangga. Tipe telur juga digunakan untuk bahan bakar industri kecil seperti
untuk pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan
sebagainya.

1.1.6

Standar Biobriket
Briket yang baik juga harus memenuhi standar yang telah
ditentukan agar dapat dipakai sesuai keperluannya. Penentuan kualitas
briket pada umumnya dilakukan terhadap komposisi kimia seperti kadar
abu, kadar air, kadar zat terbang, kandungan karbon dan nilai kalor.
Standar kualitas briket arang menurut SNI 01-6235-2000, syarat mutu
briket adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Standar Kualitas Biobriket di Indonesia
Parameter
Kadar Air (%)
Kadar Zat Terbang (%)
Kadar Abu (%)
Kadar Karbon Terikat (%)
Keteguhan Tekan (g/cm3)
Nilai Kalor (cal/g)

SNI 01-6235-2000
8
15
8
77
5000

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, (2000)

1.1.7 Analisa Proximate


1.1.7.1 Kadar Air
Kadar air merupakan kandungan yang tidak dipisahkan dalam
sampel. Kadar air diukur sebagai jumlah air yang dilepaskan ketika sampel
dipanaskan pada kondisi yang tertentu (Luppens and Hoeft, 1992 dalam
Speight, 2013). PenentuanTotal moisture ada dua cara, yaitu cara satu
tahap dan cara dua tahap. Pada cara satu tahap, semua moisture dalam
sampel langsung ditentukan, sedangkan pada cara dua tahap, peratama
ditentukan free moisture, kemudian ditentukan residual moisture. Metode
yang digunakan yaitu standar ASTM D-3173 dengan rumus:
Kadar air ( )=

W 0W
100 ...........................................(1.1)
W s0

Keterangan:
W0 = berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W = berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 = berat sampel awal (gram)

1.1.7.2 Kadar Abu


Kadar abu merupakan sisa dari bahan anorganik yang tersisa
setelah sampel terbakar keseluruhan dan sebagian besar terdiri dari
senyawa silika, aluminium, besi, kalsium, magnesium, dan lain-lain
(Luppens and Hoeft, 1992 dalam Speight, 2013). Abu adalah bahan yang
tersisa apabila bahan bakar padat dipanaskan hingga berat konstan.
Kandungan abu dapat ditentukan melalui metode ASTM D-3174-02
Standard practice of determination of ash in the analysis sample of coal
and coke from coal. Kandungan abu dapat ditentukan dengan rumus
berikut:
m
( 2m1 ) 100
( m m4) ..................................(1.2)
Kadar abu ( )= 3

Dimana :
m1

= berat cawan kosong sebelum pemanasan (gram)

m2

= berat cawan tambah sampel sebelum pemanasan (gram)

m3

= berat sampel dan cawan setelah pemanasan (gram)

m4

. = berat cawan kosong setelah pemanasan (gram)

1.1.7.3 Nilai Kalor


Nilai kalor merupakan energi yang dilepaskan sebagai panas ketika
batubara (atau zat-zat lainnya) mengalami pembakaran sempurna dengan
oksigen (Luppens and Hoeft, 1992 dalam Speight, 2013). Penentuan nilai
kalor batubara dilakukan dengan cara membakar sampel batubara dengan
oksigen di dalam sebuah bomb calorimeter yang telah dikalibrasi dalam
kondisi

terkontrol.

Kalorimeter

terdiri

dari

bomb,

bucket

serta

pengaduknya, air di dalam bucket dan bagian termometer serta kabel


pemijar di dalam wadah. Sampel dalam cawan michrome dimasukkan ke
dalam bomb yang diisi sedikit air, kemudian dialirkan gas oksigen ke
dalamnya. Bomb ini disimpan di dalam bucket yang telah diisi air yang
suhunya di bawah suhu selubung (jacket) air (Muchjidin, 2006).

1.1.7.4 Bagian yang Hilang Pada Pemanasan 950 OC


Bagian yang hilang pada pemansan (volatile matter) yang
merupakan bagian dari sampel batubara yang dipanaskan tanpa udara pada
kondisi yang ditentukan, dilepaskan sebagai gas dan cairan yang mudah
menguap (Luppens and Hoeft, 1992 dalam Speight, 2013). Semakin
banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka semakin mudah
biobriket untuk terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin
cepat. Besarnya zat mudah menguap dihitung menggunakan standar
ASTM D-3175-02 dengan rumus :
VM =

(m2 m 3)
100 MI
.........................................(1.3)
(m 2m 1)

Dimana :
m1

= berat cawan kosong + tutupnya (gram)

m2

= berat cawan kosong + tutupnya +sampel sebelum dipanaskan


(gram)

m3

= berat cawan kosong + tutupnya + sampel setelah dipanaskan


(gram)

MI

= persen moisture dalam sampel yang dianalisis (gram)

1.1.7.5 Fixed Carbon


Fixed carbon atau kadar karbon terikat merupakan sisa bahan
organik dan kelembaban yang telah dibebaskan. Biasanya dihitung dengan
mengurangkan dari 100% zat terbang, kadar air, dan kadar abu (Luppens
and Hoeft, 1992 in Speight, 2013). Fixed Carbon (FC) menyatakan
banyaknya karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile
matter dihilangkan. Penentuan fixed carbon dapat dilakukan dengan
metode ASTM D-3172 dengan rumus sebagai berikut:
FC ( ) =100 (%air +%abu+%VM )

1.1.8

Pengembangan briket batubara di Indonesia


Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi alternatif
pengganti bahan bakar minyak yang melalui proses karbonasi kemudian
dicetak dengan tekanan tertentu baik dengan atau tanpa bahan pengikat
(binder) maupun bahan tambahan lainnya. Teknologi pembuatan briket
terus dikembangkan guna meningkatkan kualitas dari briket tersebut.
Sejauh ini, beberapa penelitian yang dikembangkan dalam peningkatan
kualitas briket mengarah pada teknologi pencetakan briket, bahan pengikat
(binder) dan bahan tambahan. Bahan tambahan adalah bahan pencampur
pada pembuatan briket yang digunakan untuk tujuan tertentu seperti kapur
untuk menangkap emisi gas SO2.Penambahan kapur yang optimal pada
briket adalah 2-4%. Briket akan memiliki ketahanan terhadap kelembaban
dan meningkatkan kekuatan mekanik serta dapat mengikat senyawa
biomassa untuk mempercepat atau mempermudah proses pembakaran dan
menyerap emisi gas SO2. Selain untuk mengurangi emisi gas pencemar,
bahan tambahan juga digunakan untuk meningkatkan nilai kalor dari
briket. Sejumlah zat aditif seperti minyak tanah dan minyak residu
digunakan untuk meningkatkan nilai kalor dari batubara peringkat rendah
dan hasilnya terbukti dapat meningkatkan nilai kalor batubara berperingkat
rendah dari 4702 kcal/kg menjadi 6692 kcal/kg (Billah, 2010).
Selain bahan tambahan, kualitas briket juga dipengaruhi oleh
bahan perekat (binder). Beberapa penelitian telah dilakukan guna
mendapatkan bahan perekat terbaik untuk mendapatkan briket batubara
dengan

kualitas

tinggi.

Bahan pengikat

yang

sejauh ini telah

dikembangkan ialah kanji, aspal dan molase dengan masing masing


keunggulannya. Briket kokas dengan binder kanji memiliki kuat tekan
terbesar yaitu 35,372 kg/cm2, di banding dengan briket kokas dengan
binder aspal dan molase. Briket kokas dengan binder aspal memiliki nilai
kuat kejut rata-rata sebesar 20 jatuhan. Nilai ini sangat besar bila di
banding dengan briket dengan binder molasses dan kanji yang rata-rata

nilai kuat kejut 1 jatuhan. Laju pembakaran terbesar dimiliki oleh briket
kokas dengan binder molase sebesar 0,6 gram/menit. Laju pembakaran ini
dicapai pada menit pertama. Pada briket kokas binder aspal laju
pembakaran tertinggi sebesar 0,52 gram/menit dan terjadi pada menit
pertama. Untuk briket kokas dengan binder kanji laju pembakaran
tertinggi sebesar 0,32 gram/menit dan terjadi pada menit pertama
(Setiabudi, 2007).
Kegiatan penelitian dan pengembangan briket batubara juga
dilakukan di Pusat Penelitian Fisika LIPI Bandung dengan judul
Peningkatan

Kualitas

Briket

Batubara

untuk

Tungku

Rumah

Tangga/Industri Kecil dengan hasil berupa contoh produk inovasi briket


batubara-biomassa yang diharapkan dapat memenuhi kriteria ramah
lingkungan. Briket batubara biomasa ini merupakan hasil optimasi dari
jumlah kombinasi antara batubara dan biomassa arang, ukuran mesh dari
butiran bahan baku dan bentuk briket tersebut. Pengujian karakterisasi
contoh produk briket dengan menggunakan tungku uji dan dilakukan
dalam berbagai kondisi yang tertentu dengan parameter uji cara
pembentukan (manual, mesin), cara pengeringan briket (angin, oven) dan
penggunaan bahan perekat (kanji, lem kayu-semen). Hasil pengujian
dengan kinerja tungku terbaik (daya panas(kW) 0.83, efisiensi (%) 47.81,
Waktu nyala awal 5 menit) dapat menunjukkan parameter yang
berpengaruh positif terhadap kinerja contoh produk inovasi briket
batubara-biomassa antara lain cara pencetakan dengan mesin, pengeringan
menggunakan oven dan penggunaan perekat lem kayu-semen (Supriyatno,
2010).

Adapun pengembangan briket batubara sebgai berikut :


1. Briket batubara biasa, campuran berupa batubara mentah dan
zat perekat(biasanya lempung). Sangat sederhana dan biasanya
berkualitas rendah.

2. Briket batubara terkarbonisasi,batubara yang digunakan di


karbonisasi

(di

pirolisis)

terlebih

dulu

dengan

cara

membakarnya pada temperatur tertentu sehingga sebagian


besar zat pengotor, terutama zat terbang hilang. Dengan bahan
perekat yang baik, briket batubara yang dihasilkan akan
menjadi sangat baik dan rendah emisinya.
3. Briket bio-batubara, atau dikenal dengan bio-briket, selain kapur
dan zat perekat, ke dalam campuran ditambahkan bio-masa
sebagai substansi untuk mengurangi emisi dan mempercepat
pembakaran. Bio-masa yang biasanya digunakan berasal dari
ampas industri agro (seperti bagas tebu, ampas kelapa sawit,
sekam padi, dan lain-lain) atau sebuk gergaji.

Tabel 1.3Pengembangan briket batubara dan kualitasnya


N

Jenis Briket

Batubara

Nilai

Total

Kalor

Sulfur

Kkal/kg

(adb)

(adb)

Air

Zat

Lembab

Terbang

% (adb)

Maks 20

Maks 15

Min 4000

Maks 15

Min 5500

Briket Batubara
1

Terkabonisasi Jenis
batubara muda
Briket Batubara

Terkabonisasi Jenis

Maks

bukan batubara

7,5

muda
Briket Batubara
3

Tanpa Karbonisasi

Sesuai
Maks 12

tipe telur
Briket Batubara
4

Tanpa Karbonisasi

Briket BioBatubara

Min 4400

asal
Sesuai
Maks 12

tipe sarang tawon

batubara

batubara

Min 4400

asal
Sesuai
Maks 15

dengan
bahan

Min 4400

Maks
1

Maks
1

Maks
1
Maks
1

Maks
1

baku
Sumber: Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006

Beban
Pecah
Kg/cm2

Min 60

Min 60

Min 65

Min 10

Min 65

Tabel 1.4 Karakteristik berbagai briket batubara


Bentuk Briket

Ukuran

Batubara

(mm)

51 x 49
x 39

55 x 60
x 30

38 x 26
18

Kuat

Nilai

Kadar

Kadar

Tekan

Kalor

Air %

Abu %

(kg/cm2)

(Kkal/kg)

(adb)

(adb)

<7,5

14-18

<10

14-18

<10

10-12

10-15

15-20

>60

>60

>70

53005600

52005400

50005400

125 x
125 x 75
=125
mm

40-6

48005200

T=7 mm
(silinder)
Sumber: Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, 2006

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


A. Alat
Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. 1 set alat cetakan briket
2. Ayakan standar (U.S.A Standart Test Sieve ) ukuran -16 + 18 mesh
3. Oven tipe Memmert UNB 200
4. Furnace Wisetherm tipe FH - 03071228002
5. Neraca digital tipe Satrorius CPA 124S - MOD
6. Deksikator
7. Hot plate
8. Cawan porselin
9. Gelas kimia 1000 ml
10. Gelas ukur 100 ml
11. Cawan petridish
12. Batang pengaduk
13. Spatula
14. Bomb calorimeter 5E C5500
15. Bomb calorimeter
16. Water handling system
17. Chamber/reaktor
18. Krus logam
19. Penyangga chamber
20. Tabung gas oksigen
21. Kawat pembakar
22. Seperangkat computer lengkap dengan printer

B. Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Batubara
2. Alang_alang

3. Tepung kanji
4. Aquadest

2.2 Prosedur kerja


2.2.1

Preparasi bahan baku


1. Mengecilkan ukuran batubara dan serbuk gergaji.
2. Menyeragamkan ukuran

batubara dan serbuk gergaji dengan

menggunakan screening dengan ukuran 16 dan 18 mesh.


3. Menyiapkan perekat dengan perbandingan tepung kanji dan aquadest
3:10.
2.2.2

Prosedur Pembuatan Briket


1. Menyiapkan batubara dan serbuk gergaji yang telah di sreening.
2. Menyiapkan batubara dan serbuk gergaji dengan perbandingan 90:10,
80:20 dan 70:30.
3. Mencampurkan sampel (batubara dan serbuk gergaji) dengan
perbandingan perekat 20%, 15% dan 10% untuk setiap variasi sampel.
4. Mengaduk campuran sampel dan perekat dalam suatu wadah sampai
merata.
5. Mencetak campuran menggunakan cetakan berbentuk silinder.
6. Mengeringkan briket yang sudah dicetak selama 12 jam pada suhu
60oC.
7. Briket yang sudah kering, siap untuk dianalisa.

2.2.3

Prosedur Analisa

1. Uji Ash Content (ASTM D 3174)


1. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan, dan nomor crucible pada
lembar kerja analisa.
2. Menimbang crucible kosong, mencatat data.

3. Menimbang sampel

1 gram ke dalam crucible, meratakannya lalu

meletakkan diatas tray.


4. Memijarkan crucible yang telah berisi sampel didalam furnace pada
suhu 400oC 450oC selama 1 jam, kemudian dilanjutkan pada suhu
750oC selama 3 jam, mengeluarkan crucible dari furnace dan
mendinginkan di dalam desikator selama 5-10 menit.
5. Menimbang crucible yang berisi residu.
6. Membersihkan residu didalam crucible dengan menggunakan kuas
kering.
7. Menimbang crucible kosong setelah pemanasan.
8. Mencatat data analisa pada lembar kerja analisa.
9. Melakukan perhitungan.
2. Uji Inherent Moisture (ASTM D 3173)
1. Menaikkan suhu oven hingga 105oC 110oC.
2. Menimbang petridish kosong + tutupnya, mencatat data.
3. Menimbang sampel 1 gram ke dalam cawan petridish, meletakkan
diatas tray.
4. Memasukkan tray beserta sampel tersebut kedalam oven, dan
meletakkan tutup cawan petridish diluar.
5. Memanaskan selama 1 jam.
6. Mengeluarkan tray beserta sampel dari oven, dan menutup kembali
dengan penutup cawan petridish yang sesuai.
7. Mendinginkan tray beserta sampel didalam desikator selama 5 menit.
8. Menimbang kembali cawan petridish beserta sampel yang telah
didinginkan.
9. Mencatat data analisa pada lembar kerja analisa.
10. Melakukan perhitungan.
3. Uji Volatilate Matter (ASTM D 3175)

1. Menaikkan suhu furnace VM hingga suhu 950oC.


2. Mencatat nomor sampel, nomor pekerjaan dan nomor cawan crucible
pada lembar kerja analisa.
3. Menimbang

cawan

crucible

kosong

beserta

tutup

kemudian

mencatatnya pada lembar kerja analisa.


4. Menimbang secara merata sampel 1 gram kedalam cawan crucible,
lalu menutupnya kembali dan mencatat hasil timbangan.
5. Memasukkan cawan crucible yang telah berisi sampel kedalam
furnace berserta tutupnya dan memijarkannya selama 7 menit.
6. Mengeluarkan cawan crucible dari furnace dan mendinginkannya pada
desikator selama 7 menit.
7. Menimbang cawan yang berisi residu yang telah didinginkan tersebut
beserta tutupnya dan mencatatnya pada lembar kerja analisa.
8. Melakukan perhitungan.

4. Prosedur Analisa Bomb Calorimeter


a. Persiapan Analis.
1. Menimbang massa sampel dan menempatkan pada krusibel logam
bomb calorimeter serta menempatkan pada penyangga chamber.
2. Memasang kawat pembakar pada suspender krusibel sehingga kawat
menyentuh permukaan sampel batubara.
3. Mengisi aquades sebanyak 10 mL kedalam chamber calorimeter.
4. Menyatukan chamber bomb calorimeter dan mengisi gas oksigen
bertekanan 3 Mpa.
5. Memeriksa level cairan pada bucket, minimal dari batas
maksimumnya.
b. Pengoperasian Bomb Calorimeter.
1. Menekan tombol power pada bomb calorimeter.
2. Menset temperatur calorimeter pda 26-28oC dengan cara menekan agak
lama tombol set dan seusaikan nilai temperaturnya dengan menekan
up/down.
3. Mengaktifkan aplikasi calorimeter 5E-C5500 pada komputer.

4. Mengklik hardware debugging dan melihat posisi instrument terkoneksi


pada COM1 atau COM2 dengan cara mengecek muncul tidaknya nilai
temperatur pada display.
5. Menutup hardware debugging dan mengklik system setting.
6. Mencentang bucket A jika bomb calorimeter terkoneksi pada COM1 atau
bucket B bila pada COM2
7. Memilih normal method pada parameter analysis method dan caloriviec
value pada parameter analysis content, mengklik save
8. Mengklik start analysis, mengisi massa sampel yang dipakai, mengklik
preheat (optional). Setelah itu mengklik start.
9. Setelah selesai proses pengukuran, akan muncul nilai QB dari sampel,
mengklik exit untuk keluar. Untuk sampel yang lebih dari satu, Jangan
mengklik exit.
10.
Mencetak hasil analisis maka pilih menu data view.
11. Mengeluarkan chamber dari calorimeter dan mengeluarkan sisa
gasnya dengan menekan ujung inlet gas dengan bola karet hitam.
12. Menampung air dalam chamber untuk bahan dalam koreksi sulfur
dalam sampel.

BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1

Data Pengamatan dan Hasil Perhitungan Briket Campuran Batubara

Serbuk Gergaji
3.1.1

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar air sampel briket (%)

VARIASI
SAMPE
L
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%
100%

3.1.2

PEREKA
T
10%

15%

20%

No perekat
10%
15%
20%
No perekat

m1

Sampel

m2

m3

70.3900
82.0159
92.0222
81.5690
70.1536
69.3492
70.3900
82.0159
92.0222
81.5690
70.1536
69.3492
70.3900
82.0159
92.0222
81.5690

1.0008
1.0001
1.0005
1.0010
1.0001
1.0006
1.0002
1.0013
1.0005
1.0001
1.0012
1.0005
1.0006
1.0003
1.0003
1.0016

71.3908
83.0160
93.0227
82.5700
71.1537
70.3498
71.3902
83.0172
93.0227
82.5691
71.1548
70.3497
71.3906
83.0162
93.0225
82.5706

71.1865
82.8205
92.8092
82.3250
70.9234
70.1061
71.1373
82.7695
92.8578
82.3962
70.9756
70.1872
71.1328
82.7631
92.7392
82.3745

Kadar Air
(%)
20.4137
19.5480
21.3393
24.4755
23.0277
24.3554
25.2849
24.7378
16.4818
17.2883
17.8985
16.2419
25.7645
25.3024
28.3215
19.5787

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar air produk briket (%)
VARIASI

PEREKA

BRIKET
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%

T
10%

15%

20%
10%

m1

Sampel

m2

m3

70.3900
81.5690
70.3900
82.0159
69.3492
82.0159
92.0222
70.1536
92.0222
81.5690

1.0019
1.0009
1.0011
1.0004
1.0013
1.0012
1.0004
1.0009
1.0005
1.0010

71.3919
82.5699
71.3911
83.0163
70.3505
83.0171
93.0226
71.1545
93.0227
82.5700

71.2627
82.4350
71.2765
82.8852
70.2231
82.8997
92.8823
71.0237
92.8987
82.4484

Kadar Air
(%)
12.8955
13.4779
11.4474
13.1048
12.7235
11.7259
14.0244
13.0682
12.3938
12.1479

100%
100%

3.1.3

15%
20%

70.1536
69.3492

1.0001
1.0011

71.1537
70.3503

71.0316
70.2253

12.2088
12.4863

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar abu sampel briket (%)
VARIASI
SAMPEL

PEREKAT

90:10

m1

sampel

40.5551

1.0095

33.8981

1.0059

70:30

34.4150

1.0008

90:10

40.5551

1.0004

33.8981

1.0005

70:30

34.4150

1.0100

90:10

40.5551

1.0030

33.8981

1.0056

70:30

34.4150

1.0055

90:10

40.5551

1.0062

33.8981

1.0021

34.4150

1.0034

80:20

80:20

80:20

80:20

10%

15%

20%

No perekat

70:30
100%

10%

40.5551

1.0075

100%

15%

33.8981

1.0104

m2
41.564
6
34.904
0
35.415
8
41.555
5
34.898
6
35.425
0
41.558
1
34.903
7
35.420
5
41.561
3
34.900
2
35.418
4
41.562
6
34.908

Kadar

m3

m4

40.6345

40.5462

8.7469

33.9628

33.8892

7.3168

34.4678

34.4061

6.1651

40.6196

40.5462

7.3371

33.9580

33.8892

6.8766

34.4615

34.4061

5.4851

40.6220

40.5462

7.5573

33.9618

33.8892

7.2196

34.4669

34.4061

6.0467

40.6175

40.5462

7.0861

33.9631

33.8892

7.3745

34.4666

34.4061

6.0295

40.6384

40.5462

9.1514

33.9969

33.8892

10.6591

Abu (%)

3.1.4

100%

20%

34.4150

1.0031

100%

No perekat

40.5551

1.0021

5
35.418
1
41.557
2

34.5050

34.4061

9.8594

40.6743

40.5798

9.4302

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar abu produk briket (%)
VARIASI
SAMPEL

PEREKAT

90:10

m1

sampel

40.5551

1.0169

33.8981

1.0023

70:30

34.4150

1.0105

90:10

40.5551

1.0081

33.8981

1.0086

70:30

34.4150

1.0009

90:10

40.5551

1.0157

33.8981

1.0055

34.4150

1.0105

80:20

80:20

80:20

10%

15%

20%

70:30
100%

10%

40.5551

1.0062

100%

15%

33.8981

1.0021

100%

20%

34.4150

1.0034

m2
41.572
0
34.900
4
35.425
5
41.563
2
34.906
7
35.415
9
41.570
8
34.903
6
35.425
5
41.561
3
34.900
2
35.418
4

m3
40.6364
33.9773
34.4759
40.6194
33.9756
34.4756
40.6337
33.9782
34.4808
40.6175
33.9631
34.4666

m4
40.546
2
33.889
2
34.406
1
40.546
2
33.889
2
34.406
1
40.546
2
33.889
2
34.406
1
40.546
2
33.889
2
34.406
1

Kadar

Abu (%)
8.87010
8.78978
6.90747
7.26118
8.56633
6.94375
8.61475
8.85132
7.39238
7.0861
7.3745
6.0295

3.1.5

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar volatile matter (VM )

sampel briket (%)


VARIASI
SAMPEL
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%
100%

3.1.6

PEREKAT
10%

15%

20%
No perekat
10%
15%
20%
No perekat

m1

Sampel

m2

m3

76.1643
75.5110
76.4310
76.4247
74.6346
80.1937
76.1630
74.6333
75.5084
75.5084
76.4257
80.1929
74.6310
76.1628
80.1915
76.4242

1.0094
1.0053
1.0072
1.0024
1.0070
1.0046
1.0038
1.0046
1.0053
1.0041
1.0017
1.0048
1.0071
1.0042
1.0051
1.0021

77.1737
76.5163
77.4382
77.4271
75.6416
81.1983
77.1668
75.6379
76.5137
76.5125
77.4274
81.1977
75.6381
77.1670
81.1966
77.4263

76.3950
75.6674
76.5417
76.5889
74.8121
80.3405
76.3018
74.7799
75.6184
75.7320
76.6167
80.3659
74.8266
76.3616
80.3755
76.6581

Volatile

Matter (%
56.7312
64.8944
67.6698
59.1438
59.3457
61.0318
60.8876
60.6693
72.5762
60.4430
63.0339
66.5408
54.8134
54.9007
53.3719
57.0803

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar volatile matter (VM )

produk briket (%)


VARIASI
BRIKET
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10

PEREKAT
10%

15%
20%

m1

Sampel

m2

m3

76.4245
75.5090
74.6323
74.6323
80.1929
76.1644
76.1644

1.0085
1.0034
1.0006
1.0096
1.0025
1.0000
1.0006

77.4330
76.5124
75.6329
75.6419
81.1954
77.1644
77.1650

76.6740
75.7384
74.8320
74.8763
80.4158
76.3454
76.3770

Volatile

Matter (%
62.3648
63.6599
68.5946
62.7273
65.0421
70.1741
64.7284

80:20
70:30
100%
100%
100%

10%
15%
20%

76.4245
75.5090
80.1929
74.6323
75.5090

1.0030
1.0038
1.0042
1.0042
1.0097

77.4275
76.5128
81.1971
75.6365
76.5187

3.1.7 Tabel hasil perhitungan fixed carbon sampel briket (%)


VARIASI

PEREKA

Fixed

SAMPEL
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%
100%

Carbon (%)
14.1083
8.2407
4.8258
9.0436
10.7501
9.1276
6.2701
7.3733
4.8953
15.1826
11.6931
11.1879
10.2707
9.1377
8.4472
13.9108

10%

15%

20%

No perekat
10%
15%
20%
No perekat

3.1.8 Tabel hasil perhitungan fixed carbon produk briket (%)


VARIASI
BRIKET
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20

Fixed
PEREKAT
10%

15%
20%

Carbon (%)
15.8696
14.0725
13.0506
16.9068
13.6681
11.1562
12.6325
11.1487

76.6251
75.6703
80.4149
74.8934
75.7610

66.9318
71.5373
65.7450
61.7904
62.5558

70:30
100%
100%
100%

3.2

10%
15%
20%

8.6766
15.0211
18.6263
18.9284

Data Pengamatan dan Hasil Perhitungan Briket Campuran Batubara

Ilalang
3.2.1

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar air sampel briket (%)
VARIASI
SAMPEL

PEREKAT

90:10
80:20

No perekat

70:30
90:10

10%

m1

Sampel

m2

35.4557

1.0091

36.4648

46.8711

1.0102

47.8791

47.6755

1.0109

48.6842

35.1783

1.0055

36.1838

m3
36.325
7
47.746
3
48.534
7
36.101

Kadar Air
(%)
13.7846
14.3948
16.0514
8.1750

80:20

46.0842

1.0062

47.8090

70:30

56.0905

1.0066

57.8157

90:10

46.8452

1.0054

47.8506

58.2606

1.0063

59.2669

70:30

59.0650

1.0068

60.0708

90:10

45.6570

1.0069

46.6639

57.2829

1.0080

58.2909

67.2892

1.0088

68.2964

80:20

80:20

15%

20%

70:30

3.2.2

100%

10%

70.3900

1.0006

71.3906

100%

15%

82.0159

1.0003

83.0162

100%

20%

92.0222

1.0003

93.0225

100%

No perekat

81.5690

1.0016

82.5706

6
47.735
6
57.724
3
47.746
5
59.148
1
59.965
4
46.562
4
58.194
6
68.282
9
71.292
8
82.921
0
92.915
6
82.474
5

9.0407
10.8320
10.3541
11.8019
13.1296
10.0804
10.6275
18.8835
9.7741
9.5171
10.6868
9.5946

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar air produk briket (%)
VARIASI
BRIKET

PEREKAT

90:10
80:20
70:30

10%

m1

Sampel

m2

35.4557

1.0031

36.4588

46.8711

1.0008

47.8719

47.6755

1.0001

48.6756

m3
36.321
4
47.756
4
48.557
9

Kadar Air
(%)
13.6975
11.5408
11.7688

90:10

35.1783

1.0005

36.1788

46.0842

1.0010

47.0852

70:30

56.0905

1.0001

57.0906

90:10

46.8452

1.0006

47.8458

58.2606

1.0002

59.2608

59.0650

1.002

60.0670

80:20

80:20

15%

20%

70:30

3.2.3

100%

10%

81.5690

1.0010

82.5700

100%

15%

70.1536

1.0001

71.1537

100%

20%

69.3492

1.0011

70.3503

36.090

8.7856

9
47.000

8.4416

7
57.000

9.0491

1
47.710

13.5619

1
59.120

14.0572

2
59.910

15.6587

1
82.448

12.1479

4
71.031

12.2088

6
70.225

12.4863

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar abu sampel briket (%)
VARIASI

m1

sampel

16.4637

1.0001

33.8976

1.0040

70:30

34.4134

1.0028

90:10

33.8976

1.0059

16.4637

1.0003

34.4134

1.0023

34.4134

1.0010

SAMPEL

PEREKAT

90:10
80:20

80:20

10%

15%

70:30
90:10

20%

m2

m3

m4

17.463

16.507

16.464

8
34.901

8
33.952

5
33.898

6
35.416

1
34.467

0
34.414

2
34.903

3
33.958

0
33.898

5
17.464

6
16.542

0
16.464

0
35.415

3
34.459

0
34.414

7
35.414

9
34.497

2
34.414

Kadar

abu (%)
4.3296
5.3884
5.3151
6.0245
7.8277
4.5595
8.2617

80:20

33.8976

1.0009

70:30

16.4637

1.0020

90:10

33.8976

1.0001

34.4134

1.0040

16.4637

1.0005

80:20

No perekat

70:30

3.2.4

100%

10%

40.5551

1.0075

100%

15%

33.8981

1.0104

100%

20%

34.4150

1.0031

100%

No perekat

33.8981

1.0002

4
34.898

6
33.927

9
33.897

5
17.465

0
16.503

9
16.464

7
34.897

7
33.939

2
33.898

7
35.417

9
34.492

2
34.413

4
17.464

3
16.532

9
16.464

2
41.562

7
40.638

2
40.546

6
34.908

4
33.996

2
33.889

5
35.418

9
34.505

2
34.406

1
34.898

0
33.979

1
33.870

2.9074
3.9421
4.1696
7.8088
6.8466
9.1514

10.6591
9.8594

10.8578

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar abu produk briket (%)
VARIASI
BRIKET
90:10:00
80:20:00
70:30:00
90:10:00
80:20:00
70:30:00
90:10:00
80:20:00
70:30:00
100%
100%
100%

PEREKAT
10%

15%

20%
10%
15%
20%

m1

sampel

m2

m3

m4

34.4134
33.8976
16.4637
33.8976
16.4637
34.4134
16.4637
34.4134
33.8976
40.5551
33.8981
34.4150

1.0029
1.0020
1.0039
1.0052
1.0001
1.0003
1.0039
1.0009
1.0025
1.0062
1.0021
1.0034

35.4163
34.8996
17.4676
34.9028
17.4638
35.4137
17.4676
35.4143
34.9001
41.5613
34.9002
35.4184

34.4923
33.9487
16.5102
33.9933
16.5242
34.4889
16.5233
34.4975
33.9563
40.6175
33.9631
34.4666

34.4144
33.8982
16.4645
33.8983
16.4643
34.4139
16.4645
34.4142
33.8982
40.5462
33.8892
34.4061

Kadar

abu (%
7.76747
5.03992
4.55225
9.45086
5.98940
7.49775
5.85716
8.32251
5.79551
7.0861
7.3745
6.0295

3.2.5

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar volatile matter (VM )

sampel briket (%)


VARIASI
SAMPEL
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%
100%

3.2.6

PEREKAT
No perekat

10%

15%

20%
10%
15%
20%
No perekat

m1

Sampel

m2

m3

75.5075
74.6311
76.1613
74.6311
80.1910
75.5075
76.1613
74.6311
80.1910
80.1910
75.5075
76.1613
74.6310
76.1628
80.1915
76.4242

1.0058
1.0003
1.0008
1.0058
1.0011
1.0045
1.0084
1.0001
1.0018
1.0043
1.0020
1.0007
1.0071
1.0042
1.0051
1.0021

76.5133
75.6314
77.1621
75.6369
81.1921
76.5120
77.1697
75.6312
81.1928
81.1953
76.5095
77.1620
75.6381
77.1670
81.1966
77.4263

75.7985
74.8954
76.4003
74.9448
80.4899
75.7799
76.4885
74.8999
80.4112
80.4756
75.7576
76.2868
74.9989
76.5201
80.5485
76.6581

Volatile
Matter (%)
57.2832
59.1831
60.0677
60.6359
61.1021
62.0500
57.1985
61.3208
64.8900
61.5814
64.4124
68.5753
63.4694
64.4194
64.4811
67.0643

Tabel data pengamatan dan hasil perhitungan kadar volatile matter (VM )

produk briket (%)


VARIASI
BRIKET
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%

PEREKAT
10%

15%

20%
10%
15%

m1

Sampel

m2

m3

76.1613
74.6311
80.1910
76.1613
74.6311
80.1910
76.1613
74.6311
80.1910
80.1929
74.6323

1.0109
1.0055
1.0062
1.0066
1.0054
1.0063
1.0068
1.0015
1.0021
1.0042
1.0042

77.1722
75.6366
81.1972
77.1679
75.6365
81.1973
77.1681
75.6326
81.1931
81.1971
75.6365

76.4978
74.9805
80.5265
76.5634
74.9924
80.5401
76.4201
74.8701
80.4001
80.4149
74.8934

Volatile

Matter (%)
53.0153
53.7104
54.8879
51.2680
55.6225
56.2595
60.7329
62.0786
63.4751
77.8929
73.9992

100%

20%

75.5090

1.0097

3.2.7 Tabel hasil perhitungan fixed carbon sampel briket (%)


VARIASI
SAMPEL
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%
100%

PEREKAT
10%

15%

20%

No perekat
10%
15%
20%
No perekat

Fixed
Carbon
24.6026
21.0336
18.5658
25.1646
22.0295
22.5585
24.1857
23.9699
18.0383
24.1686
17.1513
5.6946
17.6051
15.4043
14.9726
12.4832

76.5187

75.7610

75.0421

3.2.8 Tabel hasil perhitungan fixed carbon produk briket (%)


VARIASI
BRIKET
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30
100%
100%
100%

3.2.9

PEREKAT
10%

15%

20%
10%
15%
20%

Fixed
Carbon
25.5197
29.7090
28.7910
30.4955
29.9465
27.1937
19.8480
15.5417
15.0707
2.8732
6.4175
6.4421

Tabel analisa nilai kalor


Jenis Briket
Batubara - Serbuk Gergaji
Batubara - Alang alang

Variasi
90:10
80:20
70:30
90:10
80:20
70:30

BAB IV

Perekat
10%
15%
20%
10%
15%
20%

Kalor (Cal/g)
5196,1
5381,2
5119,1
6676,4
5622,5
5198,5

PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk dapat membuat briket dari campuran batubara
dengan perekat alang-alang dan menganalisa briket yang dihasilkan. Analisa yang
dilakukan yaitu analisa proximate meliputi analisa kadar air, kadar abu, volatile
matter dan analisa kalor.

KADAR AIR
Campuran 70:30

Campuran 80:20

Campuran 90:10

20
15

Kadar Air (%) 10


5
0
8%

10%

12%

14%

16%

18%

20%

22%

Perekat

Gambar 5. Grafik kadar air (%)


Kadar air adalah jumlah air yang terkandung pada briket. Semakin tinggi
kandungan air di dalam briket maka bahan bakar tersebut semakin sukar dibakar.
Standar kandungan air pada briket menurut SNI 01-6235-2000 yakni maksimal
8%. Pada gambar 5 dapat diketahui bahwa kadar air yang dihasilkan dari briket
campuran batubara alang-alang dengan perekat kanji cukup tinggi sehingga tidak
memenuhi standar. Menurut teori, semakin besar jumlah perekat yang
ditambahkan maka kadar air yang dihasilkan akan semakin tinggi namun hal
tersebut tidak sesuai dengan praktikum yang dilakukan. Perekat 15%
menghasilkan kadar air yang lebih rendah dibandingkan perekat 10% dengan

20%. Hal ini dapat terjadi karena analisa yang dilakukan secara acak dimulai dari
briket dengan perekat 15% yang menyebabkan semakin lama penyimpanan briket
dengan perekat 10% dan 20%. Lama penyimpanan tersebut menyebabkan briket
10% dan 20% menjadi lembab sehingga kadar air yang dihasilkan lebih besar dari
briket dengan perekat 15%.

KADAR ABU
Campuran 70:30

Campuran 80:20

Campuran 90:10

10.00000
8.00000
6.00000

Kadar Abu (%)

4.00000
2.00000
0.00000
8%

10% 12% 14% 16% 18% 20% 22%

Perekat

Gambar 6. Grafik kadar abu (%)


Kadar abu adalah persentase dari zat zat yang tersisa dari proses
pembakaran dan sudah tidak memiliki unsur karbon. Semakin tinggi kadar abu
dalam suatu briket maka kualitas briket akan semakin rendah, karena kandungan
abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor dari briket. Dari gambar 6 dapat
diketahui bahwa kadar abu yang dihasilkan telah memenuhi standar SNI 01-62352000 yakni maksimal 8% kecuali pada campuran 90:10 perekat 15% dan
campuran 80:20 perekat 20% masih di atas standar. Tingginya kadar abu dapat
dipengaruhi oleh penambahan abu dari perekat kanji yang digunakan, adanya
kontaminan yang terikut pada saat pembuatan briket atau karena kurangnya
ketelitian pada saat analisa.

VOLATILE MATTER
Campuran 70:30

Campuran 80:20

Campuran 90:10

65.0000
60.0000
55.0000

Volatile Matter (%)

50.0000
45.0000
40.0000
8%

10% 12% 14% 16% 18% 20% 22%

Perekat

Gambar 7. Grafik volatile matter


Kandungan volatille matter atau zat mudah menguap memegang peranan
penting dari bahan bakar padat dalam hal ini kemampuan menyala (ignitability)
dan kemampuan terbakar (combustion). Kadar zat mudah menguap dalam arang
merupakan salah satu petunjuk untuk menentukan kualitas arang. Dari gambar 7
dapat diketahui bahwa semakin banyak perekat maka kandungan zat mudah
menguap akan semakin tinggi menunjukkan bahwa kualitas briket yang dihasilkan
sangat tinggi dan tidak sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000 yakni maksimal
15%. Hal ini disebabkan adanya kandungan zat zat mudah menguap seperti CO,
CO2, H2, CH4, dan H2O yang terdapat pada perekat kanji yang digunakan ikut
menguap. Kandungan asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antara CO
dengan turunan alkohol. Tingginya volatile matter pada briket yang dihasilkan
menunjukkan kualitas briket yang tidak baik.

FIXED CARBON
Campuran 70:30

Campuran 80:20

Campuran 90:10

35.0000
30.0000
25.0000
20.0000

Fixed Carbon (%) 15.0000


10.0000
5.0000
0.0000
8%

10% 12% 14% 16% 18% 20% 22%

Perekat

Gambar 8. Grafik fixed carbon


Fixed carbon adalah fraksi karbon dalam briket arang selain dari fraksi air,
zat mudah menguap dari abu. Kadar karbon terikat merupakan salah satu
parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas briket, dimana semakin
tinggi kadar karbon terikat maka semakin baik pula kualitas briket yang
dihasilkan karena kadar karbon terikat yang tinggi akan menghasilkan briket yang
minim asap pada saat pemakaian, selain itu nilai kalor juga akan semakin rendah.
Pada gambar 8 dapat diketahui bahwa nilai fixed carbon yang dihasilkan tidak
stabil dan belum memenuhi standar SNI 01-6235-2000 yakni minimal 77%.
Tinggi rendahnya nilai fixed carbon yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai dari
kadar air, kadar abu dan volatile matter.
Nilai kalor merupakan banyaknya panas/energy yang dapat dilepaskan
dalam proses pembakaran briket. Diperoleh nilai kalor sebesar 5198,5 Cal/g untuk
perekat 20% campuran batubara alang-alang 70:30 sedangkan nilai kalor untuk
campuran batubara alang-alang 90:10 perekat 10% sebesar 5622,5 Cal/g. Nilai
kalor yang diperoleh untuk kedua variasi tersebut telah memenuhi standar yakni
5000 Cal/g. Nilai kalor pada variasi 90:10 dengan perekat 10% lebih besar
dibanding 70:30 dengan perekat 20% dikarenakan jumlah batubara pada variasi

90:10 lebih banyak dari 70:30. Banyaknya jumlah batubara menunjukkan


tingginya kandungan karbon dalam campuran briket tersebut sehingga nilai kalor
yang dihasilkan juga semakin besar.

BAB V
KESIMPULAN

1. Kadar air yang dihasilkan dari briket campuran batubara alang-alang dengan
perekat kanji cukup tinggi sehingga tidak memenuhi standar, berdasarkan
standar SNI 01-6235-2000 yaitu maksimal 8 %. Perekat 15% menghasilkan
kadar air yang lebih rendah dibandingkan perekat 10% dengan 20%
2. Kadar abu untuk briket campuran 90:10 perekat 15% dan campuran 80:20
perekat 20% masih di atas standar, berdasarkan standar SNI 01-6235-2000
yaitu maksimal 8 %.
3. Kadar volatile metter untuk briket campuran semua variasi tidak memenuhi
standar SNI 01-6235-2000 yaitu maksimal 15%.
4. fixed carbon yang dihasilkan tidak stabil dan belum memenuhi standar SNI
01-6235-2000 yakni minimal 77%.
5. Diperoleh nilai kalor sebesar 5198,5 Cal/g untuk perekat 20% campuran
batubara alang-alang 70:30 sedangkan nilai kalor untuk campuran batubara
alang-alang 90:10 perekat 10% sebesar 5622,5 Cal/g. Nilai kalor yang
diperoleh untuk kedua variasi tersebut telah memenuhi standar SNI 01-62352000 yaitu 5000 Cal/g

Anda mungkin juga menyukai