Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

EKSTRAK BUNGA PACAR AIR UNGU (Impatiens balsamina Linn.):


INDIKATOR ALTERNATIF TITRASI ASAM-BASA

Oleh:
I PUTU RAIWATA MERTANJAYA

(0813031019)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2011

PENGGUNAAN EKSTRAK BUNGA PACAR AIR UNGU (Impatiens balsamina Linn.)


SEBAGAI INDIKATOR ALTERNATIF TITRASI ASAM-BASA

IDENTITAS PENELITI
Nama

: I Putu Raiwata Mertanjaya

NIM

: 0813031019

Jurusan

: Pendidikan Kimia

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut dengan sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya sudah diketahui (Justiana dan Muchtaridi, 2009). Dalam titrasi asam-basa, sangat
diperlukan adanya indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Indikator-indikator yang lazim
digunakan dalam titrasi asam-basa, diantaranya fenolftalein, metil merah, metil oranye dan
bromtimol biru.
Penggunaan indikator merupakan hal yang sangat penting dan menjadi bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan titrasi asam-basa. Titrasi asam-basa sudah
diperkenalkan pada saat sekolah menengah atas (SMA). Oleh karena itu, di setiap sekolah harus
tersedia indikator titrasi asam-basa tersebut. Namun, pada kenyataannya tidak semua sekolah
dapat menyediakan indikator-indikator tersebut, sehingga proses titrasi asam-basa ini menjadi
terganggu dan kemungkinan besar tidak dilaksanakan. Dengan kenyataan ini, diperlukan suatu
indikator alternatif yang dapat mudah diperoleh, sehingga proses pembelajaran tetap berjalan
meskipun tanpa indikator asam-basa yang lazim digunakan. Indikator tersebut dapat diganti
dengan alternatif lain berupa indikator dari ekstrak bahan-bahan alam atau tanaman. Salah satu
alternatif bahan alam yang dapat dijadikan indikator alami asam basa adalah bunga pacar air
ungu (Impatiens balsamina Linn.).
Bunga pacar air (Impatiens balsamina Linn) memiliki warna bunga yang cerah dan
bermacam-macam (merah, putih, ungu). Warna yang tampak pada bunga pacar air disebabkan
oleh adanya flavonoid yaitu antosianin dan kopigmen seperti flavon dan flavonol. Antosianin,
flavon, dan flavonol, dapat mengalami perubahan warna karena pengaruh pH. Oleh karena itu,
2

bunga pacar air akan memberikan warna yang berbeda pada kondisi pH tertentu, sehingga dapat
digunakan sebagai indikator alternatif asam-basa. Bunga pacar air yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yang berwarna ungu, karena ekstraknya yang semula berwarna ungu akan
memberikan perubahan warna yang tegas dalam suasana asam (hijau) dan suasana basa (merah).
Penelitian ekstrak bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator
alternatif dilaporkan oleh Kirna (1990) yang menggunakan ekstrak bunga mawar sebagai
pengganti fenolftalein. Penelitian sejenis dilakukan oleh Sukarta (1999) yang menggunakan
ekstrak bunga mawar sebagai pengganti fenolftalein dan memperoleh trayek pH 7-9 dengan daya
tahan maksimal 18 hari.
Penelitian-penelitan sejenis yang pernah dilakukan hanya terbatas pada trayek pH dan
daya simpan ekstraknya saja, namun belum dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai serapan
sinar tampaknya. Antosianin dalam ekstrak bunga, khususnya pacar air ungu mengandung ikatan
rangkap terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV-Vis, sehingga pelu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai serapan sinar tampak dari bunga pacar air ungu.
Berdasarkan permasalahan yang timbul, maka penulis ingin melakukan penelitian
mengenai ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.) yang dapat digunakan
sebagai indikator alternatif dalam titrasi asam basa berdasarkan trayek pH, daya tahan
penyimpanan, dan serapan sinar tampaknya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu:
1. Berapakah trayek pH perubahan warna dari ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens
balsamina Linn.)?
2. Berapa lama daya tahan penyimpanan indikator dari ekstrak bunga pacar air ungu
(Impatiens balsamina Linn.) di laboratorium?
3. Bagaimanakah serapan sinar tampak dari ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens
balsamina Linn.)?

1.3 Tujuan
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan ekstrak bunga
pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.) dapat digunakan sebagai indikator alternatif dalam
3

titrasi asam basa berdasarkan trayek pH, daya tahan penyimpanan, dan serapan sinar tampak dari
ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.).

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan ekstrak
tumbuhan sebagai indikator pada titrasi asam basa, khususnya ekstrak bunga pacar air ungu
(Impatiens balsamina Linn.). Informasi yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat
merangsang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita agar dapat digunakan
sebagai indikator asam basa alternatif selain indikator yang telah tersedia di laboratorium.
Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai
alternatif pada praktikum tentang titrasi asam basa untuk siswa SMA dan sebagai salah satu
pilihan indikator asam basa yang bersumber dari lingkungan sekitar.

1.5 Asumsi dan Batasan Penelitian


1.5.1 Asumsi
Etanol 95% merupakan pelarut yang baik untuk ekstraksi bunga pacar air ungu.
Perubahan warna ekstrak bunga pacar air ungu hanya disebabkan oleh perubahan
pH larutan.
Larutan fenolftalein dan metil oranye 1% yang disimpan dalam waktu 20 hari
tidak mengalami kerusakan.
1.5.2 Batasan
Titrasi asam-basa yang digunakan sebagai sampel hanya terbatas pada titrasi HClNaOH dan NaOH-CH3COOH, dan NH4OH-HCl.
Volume titran yang digunakan hanya terbatas pada 25 mL.
Lama penyimpanan ekstrak bunga pacar air ungu yang diteliti hanya sampai 20
hari dan penelitian dilakukan setiap 2 hari sekali.

II. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Titrasi Asam-Basa
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut dengan sejumlah volume larutan lain yang
4

konsentrasinya sudah diketahui (Justiana dan Muchtaridi, 2009). Volume titran ditambahkan
sampai titik ekivalennya, yaitu sampai saat dimana pereaksinya tepat bereaksi. Prosedur analisis
yang melibatkan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.
Titrasi asam-basa didasarkan pada persamaan reaksi yang telah pasti. Konsentrasi larutan
asam atau basa dihitung secara stoikiometri pada keadaan ekivalen asam sama dengan ekivalen
basa.

Ekivalen asam Ekivalen basa


V1 N1

V2 N 2

V1 dan V2 = volume larutan asam dan basa


N1 dan N2 = Normalitas larutan asam dan basa
Reaksi kimia yang terjadi pada titrasi asam-basa sebenarnya adalah reaksi antara ion
hidronium (dari asam) dengan ion hidroksida (dari basa) menghasilkan air.
H3O+(aq) + OH-(aq)

2H2O(l)

Tidak semua reaksi asam-basa dapat mempergunakan cara titrasi untuk menentukan
konsentrasi asam atau basanya. Titrasi dapat dilaksanakan jika memenuhi beberapa syarat
berikut:
a. Reaksi berlangsung sempurna sesuai dengan reaksi kimia tertentu dan tidak ada reaksi
samping.
b. Reaksi harus berlangsung lengkap sampai saat tercapainya titik ekivalen.
c. Tersedia cara yang jelas untuk menentukan saat tercapainya titik ekivalen.
d. Reaksi berlangsung cepat sehingga titran dapat bereaksi sempurna dalam waktu beberapa
detik.

2.1.1 Perubahan pH Larutan Pada Titrasi Asam-Basa


Pada titrasi asam dengan basa, pH larutan (titrat asam) bertambah mengikuti penambahan
titran (basa). Larutan titrat yang memiliki pH tertentu dalam proses titrasi asam dengan basa
dapat dibedakan dalam empat keadaan yaitu:
a. pH larutan sebelum titrasi dimulai.
b. pH larutan sebelum titik ekivalen tercapai.
c. pH larutan pada saat titik ekivalen tercapai.
d. pH larutan setelah titik ekivalen tercapai.
5

Berdasarkan pH larutan pada keempat keadaan di atas, dapat dibuat grafik titrasi asam-basa
yang terdiri dari perubahan harga pH atau pOH terhadap mL titran.

2.2 Indikator Asam-Basa


Indikator asam-basa adalah asam atau basa organik lemah. Struktur molekul indikator
asam-basa mengandung gugus pembawa sifat asam atau basa dan struktur konyugasinya yang
menimbulkan warna.
Perubahan warna pada indikator asam-basa disebabkan oleh berubahnya struktur
konjugasi bentuk tak terion menjadi struktur konjugasi yang lain dari bentuk ionnya. Ionisasi
indikator asam-basa dipengaruhi oleh tingkat keasamaan larutan.
HIn
(warna 1)

H+ + In(warna 2)

Pemilihan indikator yang tepat merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil titrasi
yang teliti. Pemilihan indikator asam-basa memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Dalam konsentrasi yang encer harus menunjukkan perubahan warna yang jelas.
b. Trayek pH perubahan warna seharusnya sesempit mungkin. Hal ini berhubungan
dengan ketajaman perubahan warna indikator.
c. Trayek pH perubahan warna indikator harus memotong kurva yang curam dari grafik
titrasi asam-basa dan sedekat mungkin dengan titik ekivalen.
d. Indikator asam-basa harus bersifat asam lemah atau basa lemah.

2.2.1 Indikator Fenolftalein


Fenolftalein merupakan senyawa organik yang memiliki formula C20H14O4, bentuk kristal
padat, tidak berwarna dan larut dalam alkohol dan pelarut organik. Fenolftalein umumnya
digunakan sebagai indikator asam-basa (dalam larutan asam tidak berwarna dan berwarna merah
dalam larutan alkali). Fenolftalein merupakan indikator asam-basa yang termasuk dalam kelas
ftalein.
Fenolftalein merupakan indikator dari satu warna. Trayek pH perubahan warna pada 8,39,8 yaitu dari tidak berwarna menjadi merah. Indikator ini sangat cocok sebagai indikator untuk

titrasi asam dengan basa kuat. Asam yang dititrasi dapat berupa asam kuat atau asam lemah
dengan batas harga Ka yang memenuhi syarat dalam jangka waktu reaksi kesempurnaan.
Fenolftalein adalah senyawa yang mengandung gugus fenol, sehingga bersifat asam
lemah. Dalam larutannya, fenolftalein terionisasi sebagai berikut.
O

HO

OH
HO

OH

H2O

OH

OH
O

O
C

C
C OO

(II)

(I)

(III)

O
O

OH
C

O
O

C
O
O

(IV)

(V)

Gambar 1. Perubahan Struktur Fenolftalein dalam Berbagai Kondisi


(Sumber: Sukarta, 1999)
Bentuk I dan II tidak menimbulkan perubahan warna, sedangkan bentuk III dan IV
berwarna merah yang disebabkan oleh adanya struktur konjugasi kuinoid. Dalam suasana sangat
basa (V), struktur kuiniod berubah benjadi benzoid, sehingga fenolftalein menjadi tidak
berwarna (Sukarta, 1999).

2.3 Bunga Pacar Air


Kandungan kimia bunga yaitu antosianin, kaempherol, dan kuersetin. Efek farmakologis
bunga pacar air di antaranya peluruh haid, tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakkan
akibat terpukul (hematoma), bisul (furunculus), rematik sendi, gigitan ular tidak berbisa, dan
radang kulit (dermatitis).
Hasil karakteristik serbuk simplisia bunga pacar air ungu diperoleh kadar air 9,31%,
Kadar sari yang larut dalam air 19,62%, kadar sari yang larut dalam etanol 12,80%, Kadar abu
total 1,14%, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,25%. Hasil skrining fitokimia simplisia
menunjukkan adanya flavonoida dan glikosida (Sinaga, 2010).
Adapun klasifikasi ilmiah dari bunga pacar air ungu adalah sebagai berikut.
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Geraniales

Famili

: Balsaminaceae

Genus

: Impatiens

Spesies

: Impatiens balsamina Linn.

Gambar 2. Bunga Pacar Air Ungu

(Sumber: Taman Nasional Alas Purwo, 2010)

2.3.1 Antosianin
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh
tumbuhan kecuali fungus. Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat
satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka
bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan
bagian aglikionnya disebut antosianidin. Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam
larutan asam, tetapi menjadi ungu dan biru dengan meningkatnya pH yang akhirnya rusak dalam
larutan alkali kuat (Sinaga, 2010).
Warna yang dihasilkan dari antosianin dipengaruhi oleh tingkat keasaman medium, pada
suasana asam pH 1-3 antosianin menunjukkan warna merah sementara peningkatan pH
mengakibatkan penurunan intensitas warna yang dihasilkan (Abbas, 2003). Hal tersebut

menunjukkan bahwa antosianin merupakan pigmen yang tidak stabil terhadap perubahan pH dan
suhu.
OH
OH

O+

HO

OH
OH

Gambar 3. Struktur antosianin


Perubahan struktur antosianin dalam suasana asam dan basa dapat dilihat pada gambar
berikut.
OH
OH

OH
O
HO

+H+

HO

-H+

OH
OH

OH
OH

pH < 3 (merah)

pH = 7 (ungu)

+H+

-H+
OH
O

O
OH

pH > 9 (hijau)

OH

Gambar 4. Perubahan Struktur Antosianin dalam Suasana Asam dan Basa


(Sumber: Wachtendonk, 2005)

Hingga saat ini, telah ditemukan sekitar 300 jenis sianidin, beberapa di antaranya
disebutkan pada tabel di bawah ini.

Antosianidin R1

R2

R3

R4

R5

R6

R7

Aurantinidin

-H

-OH

-H

-OH

-OH

-OH

-OH

Cyanidin

-OH

-OH

-H

-OH

-OH

-H

-OH

Delphinidin

-OH

-OH

-OH

-OH

-OH

-H

-OH

Europinidin

-OCH3

-OH

-OH

-OH

-OCH3

-H

-OH

Luteolinidin

-OH

-OH

-H

-H

-OH

-H

-OH

Pelargonidin

-H

-OH

-H

-OH

-OH

-H

-OH

Malvidin

-OCH3

-OH

-OCH3

-OH

-OH

-H

-OH

Peonidin

-OCH3

-OH

-H

-OH

-OH

-H

-OH

Petunidin

-OH

-OH

-OCH3

-OH

-OH

-H

-OH

Rosinidin

-OCH3

-OH

-H

-OH

-OH

-H

-OCH3

(Sumber: ChromaDex, Inc. 2009).


2.3.2 Flavon dan Flavonol
Senyawa flavonoida adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri
dari dua cincin benzen tersubstitusi yang dihubungkan oleh satu rantai alifatik yang mengandung
tiga atom karbon. Kerangka dasar dari struktur flavonoida adalah sistem C6-C3-C6 dapat dilihat
dalam gambar berikut.
H2
C

H2
C
C
H2

Gambar 5. Kerangka dasar flavonoid


(Sumber: Sinaga, 2010)
Aglikon flavonoida pada umumnya terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul
dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida, sehingga dalam menganalisis flavonoida lebih
baik memeriksa aglikon yang telah dihidrolisis dibanding dengan bentuk glikosida, karena
stukturnya yang rumit dan kompleks. Modifikasi flavonoida dapat terjadi dengan berbagai tahap
dan menghasilkan penambahan (pengurangan) hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti
flavonoida, metilenasi gugus orto-dihidroksil, dimerisasi (pembentukan biflavonoida), dan yang
10

terpenting glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoida O-glikosida) atau inti flavonoida
(pembentukan flavonoida C-glikosida) (Sinaga, 2010).
2.4 Spektrometri UV-Vis
Spektrometri UV-Vis merupakan metode analisis yang didasarkan atas serapan molekul
dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet dan sinar tampak dengan panjang gelombang
antara 160-780 nm (Muderawan, 2009). Metode ini sering dipakai dalam analisis kuantitatif
senyawa organik maupun anorganik. Sinar ultraviolet memiliki panjang gelombang antara 160400 nm dan sinar tampak yang biasa dilihat manusia memiliki rentang panjang gelombang antara
400-800 nm.

Energi radiasi ultraviolet-tampak dengan panjang gelombang antara 160-780 nm


berhubungan dengan transisi elektron yang terlibat dalam ikatan pada suatu molekul. Pada
molekul organik, absorbansi energi radiasi pada daerah ultraviolet-tampak menyebabkan transisi
elektron yang terlibat dalam ikatan pi () terutama elektron pi yang terlibat dalam sistem
konjugasi. Molekul organik tersebut memiliki elektron pi yang terlibat dalam ikatan pi
terkonjugasi. Sedangkan pada molekul anorganik, absorbansi radiasi pada daerah tampak terlihat
dengan transisi elektron pada orbital d, dan hal ini banyak terjadi pada senyawa kompleks,
karena itu senyawa kompleks umumnya berwarna (Muderawan, 2009).

III. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif untuk menentukan kelayakan ekstrak bunga
pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.) sebagai indikator alternatif asam-basa, berdasarkan
trayek pH, daya tahan serta serapan sinar tampaknya.

11

Rancangan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram berikut.


Persiapan
Pemetikan Bunga
Pacar Air Ungu
Ekstraksi
Uji Trayek pH

Uji Daya Tahan

Analisis Serapan Sinar Tampak


dengan UV-Vis Spektrometer

Gambar 6. Diagram Rancangan Pelaksanaan Penelitian

Bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.) dipetik dalam keadaan segar (tidak
layu), dipetik dengan cara memotong tungkai bunganya dengan menggunakan gunting.
Pemetikan dilakukan sehari sebelum eksperimen dilakukan dan disimpan ditempat yang teduh.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian


Subyek dalam penelitian ini adalah ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina
Linn.), sedangkan obyek penelitian adalah trayek pH, daya tahan, dan serapan sinar tampak dari
ekstrak bunga pacar air ungu.

3.3 Instrumen Penelitian


3.3.1 Alat dan Instrumen
Nama Alat
Buret 25 mL
Labu Erlenmeryer 100 mL
Gelas Kimia 250 mL
Labu Volumetri 500 mL
Labu Volumetri 100 mL
Batang Pengaduk
Spatula
Pipet Tetes
Neraca Analitik

Jumlah
2 buah
6 buah
4 buah
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
3 buah
1 buah
12

pH meter
Corong
Lumpang dan Alu
Statif dan Klem
Spektrofotometer
Shimadzu 1700

1 buah
1 buah
1 buah
1 set
UV-Vis 1 set

3.3.2 Bahan
Nama Bahan
Fenolftalein
Bunga pacar air ungu
Alkohol 95%
Aquades
Larutan NaOH
Larutan NH4OH
Larutan CH3COOH
Larutan HCl
Larutan Borax
Larutan Asam Oksalat

Jumlah/Konsentrasi
1 gram
500 gram
500 mL
1 Liter
0,1 N
0,1 N
0,1 N
0,1 N
0,1 N
0,1 N

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Prosedur Kerja
1.

Indikator PP 1 % dibuat dengan melarutkan 1 gram kristal fenolftalein dalam 100 mL


alkohol 95%, kemudian dilakukan penyaringan.

2.

Ekstrak bunga pacar air ungu dibuat dengan cara sebagai berikut.
a. Bunga pacar air ungu dipotong kecil dan ditimbang sebanyak 100 gram,
kemudian digerus.
b. Bunga yang sudah halus ditambahkan dengan etanol 95% sebanyak 250 mL.
Diamkan selama 15 menit kemudian disaring.
c. Ekstrak dimasukkan ke dalam botol gelap dan disimpan di tempat yang teduh.

3.

Larutan yang dibuat adalah larutan asam dan basa yang dipergunakan dalam titrasi
dengan konsentrasi 0,1 N, larutan standar Borak 0,1 N, larutan standar asam oksalat
0,1 N.

4.

Titrasi dilakukan sebanyak 3 macam, yaitu:


a. Kelompok 1
Titrasi dilakukan dengan menggunakan asam 0,1 N sebagai titrat. Sebanyak 3
tetes indikator PP ditambahkan ke dalam larutan ini, kemudian dititrasi
13

menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan sampai timbul warna merah muda
pada larutan. Volume NaOH yang diperlukan dan pH larutan diukur dan dicatat.
Cara kerja diulangi untuk titrasi NaOH-CH3COOH dan NH4OH-HCl.
b. Kelompok 2
Cara kerja hampir sama dengan kelompok kontrol, namun indikator PP diganti
dengan menggunakan ekstrak bunga pacar air ungu.
5.

Serapan sinar tampak dari ekstrak bunga pacar air ungu dilakukan dengan
menggunakan UV-Vis Shimadzu 1700 spektrometer. Serapan diukur sebanyak 3
kali, yaitu serapan tanpa penambahan asam dan basa, serapan dengan penambahan
asam, dan serapan dengan penambahan basa.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan eksperimen
laboratorium. Pengambilan data dilakukan tiga kali penggulangan.
Tabel 3.1 Titrasi 25 mL asam dengan NaOH 0,1 N dan NH4OH 0,1 N dengan menggunakan
indikator ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.)
HCl-NaOH
Volume pH
Warna
Ulangan
NaOH
(mL)
1
2
3

NaOH-CH3COOH
Volume pH
Warna
NaOH
(mL)

NH4OH-HCl
Volume pH Warna
NH4OH
(mL)

Untuk menentukan lama daya tahan ekstrak bunga pacar air ungu yang telah diuji pada
hari ke nol (hari pada saat dibuat) disimpan selama 20 hari. Penelitian dengan cara seperti tabel
di bawah ini dilakukan setiap dua hari.
Tabel 3.2 Titrasi 25 mL HCl dengan NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator ekstrak bunga
pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.)
Hari

Ekstrak bunga pacar air


ungu
0
Rata-rata
Volume
pH
NaOH (mL)

Fenolftalein
Rata-rata Volume
NaOH (mL)

pH

0
2
4
14

6
8
Dst.
3.5

Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, kemudian dianalisis

secara deskriptif. Penentuan lama daya tahan ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina
Linn.) dengan kurva hubungan antara waktu pendiaman dengan volume titran yang digunakan.
Penentuan absorbansi ekstrak bunga pacar air ungu (Impatiens balsamina Linn.) dilakukan
dengan bantuan Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1700.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Asmi. 2003. Identifikasi dan Pengujian Stabilitas Pigmen Antosianin Bunga Kana
(Canna coccinea mill.) serta Aplikasinya pada Produk Pangan. Tersedia pada
http://student-research.umm.ac.id/index.php/dept_of_agribisnis/article/view/3235
(diakses tanggal 19 Februari 2011)
ChromaDex,

Inc.

2009.

Anthocyanins

and

Anthocyanidins.

Tersedia

http://www.chromadex.com/Literature/Brochures/AnthocyaninsBrochure.pdf

pada
(diakses

pada 16 Maret 2011).


Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira
Muderawan, I Wayan. 2009. Analisis Instrumen. Singaraja: Undiksha Press.
Sinaga, Chinda Rumenta. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens
balsaminae Flos) terhadap Hepar Marmut Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera

Utara,

Medan.

Tersedia

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22465/4/Chapter%20II.pdf

pada
(diakses

tanggal 17 Maret 2011).


Sukarta, I Nyoman. 1999. Penggunaan Ekstrak Bunga Angsoka Merah (Ixora gandiflora)
sebagai Indikator Alternatif dalam Titrasi Asam-Basa. Skripsi (tidak diterbitkan).
Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA, STKIP Singaraja.
Taman Nasional Alas Purwo. 2010. Impatiens balsamina (Pacar Air). Tersedia pada
http://tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_pacar_air_(impatiens_balsamina).pdf

(diakses

tanggal 17 Maret 2011).


Wachtendonk. 2005. CHEME 2000+. Bamberg: C.C. Buchner

16

Anda mungkin juga menyukai