Anda di halaman 1dari 16

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017

Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia


pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

MENGOPTIMALKAN ASPEK LITERASI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA


ABAD 21

1
Sri Rahayu
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

E-mail: sri.rahayu.fmipa@um.ac.id

Abstrak
Literasi sains, termasuk literasi kimia, sangat perlu untuk diajarkan kepada siswa agar mereka dapat
hidup di tengah-tengah masyarakat modern abad 21. Berbagai upaya telah dilakukan di berbagai
negara termasuk Indonesia untuk meningkatkan literasi sains dan literasi kimia siswa, misalnya
upaya diluncurkannya kurikulum baru 2013. Namun guru kimia sebagai tonggak penentu
keberhasilan dari upaya tersebut perlu memahami dengan baik pengertian literasi/kimia, bagaimana
cara menilai dan mendesain pembelajaran kimia yang berorientasi peningkatan literasi kimia siswa.
Cara menilai literasi kimia dapat menggunakan kerangka literasi sains PISA dan literasi kimia
Shwartz. Sedangkan pembelajaran kimia dapat didesain dengan mengoptimalkan aspek-aspek
literasi yaitu memilih topik kimia yang memiliki banyak relevansinya bagi kehidupan siswa dan
mencakup pengetahuan deklaratif, prosedural serta epistemik; strategi pembelajaran berbasis
inkuiri; menentukan konteks yang relevan, kontemporer atau isu-isu sosiosaintifik; menentukan
nilai-nilai afektif dan cara belajar siswa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran berorientasi
literasi kimia.

PENDAHULUAN disebut dengan masyarakat berliterasi


Kita telah memasuki abad 21 yang sains (Bond, 1989). Oleh karena itu,
ditandai dengan perkembangan dunia yang tercapainya masyarakat yang berliterasi
semakin cepat dan kompleks. Berbagai sains sudah menjadi tuntutan zaman.
perubahan terjadi dalam bidang Literasi sains merupakan salah satu
pengetahuan, teknologi dan informasi keterampilan/kapabilitas yang diperlukan
secara mengglobal dan perubahan tersebut di abad 21 diantara 16 keterampilan yang
pada dasarnya ditujukan untuk diidentifikasi oleh World Economic
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Forum (Wefusa, 2015).
modern, seperti manfaatnya dalam bidang Mengingat pentingnya literasi sains
kedokteran, komunikasi, dan maka mendidik masyarakat agar memiliki
nanoteknologi. Namun seiring dengan literasi sains merupakan tujuan utama
manfaat yang dirasakan masyarakat, dalam setiap reformasi pendidikan sains
dampak negatif juga bermunculan, seperti (DeBoer, 2000). Banyak organisasi
terjadinya pemanasan global, krisis energi pendidikan dewasa ini menerima dan
atau kerusakan lingkungan. Oleh karena mengeluarkan standar dan pedoman
itu, tidak dapat dihindari bahwa (benchmark) terkait dengan isi, pedagogi
masyarakat membutuhkan pemahaman dan asesmen terkait dengan literasi sains
tentang fakta-fakta ilmiah dan hubungan (AAAS, 1993; Millar and Osborne, 1998;
antara sains, teknologi, dan masyarakat. NRC, 1996). Selain itu, beberapa upaya
Masyarakat yang memiliki pengetahuan telah dilakukan untuk mendefinisikan
tersebut dan mampu menerapkan secara teoritis tentang literasi biologi
pengetahuannya untuk memecahkan (biological literacy) (BSCS, 1993) dan
masalah-masalah dalam kehidupan nyata literasi kimia (chemical literacy)

1
Prof. Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D adalah Guru Besar di Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang 1
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

(Holman, 2002; Atkins, 2005; Shwartz, juga menunjukkan bahwa literasi sains
Ben-Zvi and Hofstein, 2005). semakin diterima dan dinilai oleh para
Di Indonesia, sudah diketahui secara pendidik sebagai hasil belajar yang
umum bahwa level literasi sains siswa diharapkan (Lederman, 2014). Trend
Indonesia yang diukur oleh PISA sampai dalam kebijakan pendidikan sains di abad
saat ini menunjukkan kondisi yang 21 ini menekankan pentingnya literasi
memprihatinkan. Namun, sudah ada upaya sains dalam pendidikan sains sebagai
untuk memperbaiki situasi ini seperti upaya transferable outcome (Fives et al, 2014).
mereformasi kurikulum seperti kurikulum Diskusi tentang tujuan pendidikan sains
baru 2013. Pertanyaan penting bagi seringkali diawali dengan isu “literasi
pendidik adalah bagaimana cara kita sains” dan frasa itu mewakili harapan kita
membantu siswa agar mereka mencapai tentang apa yang seharusnya diketahui
literasi sains/kimia? Menurut Glynn dan dan mampu dilakukan oleh siswa sebagai
Muth (1994), upaya meningkatkan literasi hasil dari pengalaman belajarnya.
sains siswa tidaklah cukup hanya dengan Walaupun sebenarnya, pengertian literasi
menambah banyak fakta-fakta ilmiah dalam sains itu sendiri jika dikaitkan dengan
pembelajaran dan meningkatkan jumlah implementasi pembelajarannya di kelas
kegiatan laboratorium saja, namun siswa masih dapat diperdebatkan karena istilah
perlu dibekali oleh kegiatan yang literasi sains itu cenderung abstrak
menekankan minds-on disamping kegiatan sehingga menimbulkan interpretasi yang
hands-on. Karena aspek afektif bermacam-macam berkaitan dengan hasil
merupakan faktor penting dalam belajar yang diharapkan. Namun secara
berliterasi sains maka perlu menyertakan global telah disepakati bahwa tujuan
hearts-on dalam pembelajaran. Agar utama mengembangkan literasi sains
upaya pendidik/guru dapat memfasilitasi adalah agar siswa memiliki kemampuan
siswa secara optimal dalam mencapai dalam memahami perdebatan sosial
tujuan tersebut melalui pembelajaran mengenai permasalahan-permasalahan
kimia, maka mereka perlu memahami yang terkait sains dan teknologi dan turut
terlebih dahulu apa pengertian literasi berpartisipasi didalam perdebatan itu
sains/kimia dan bagaimana cara (Roth & Lee, 2004). Literasi sains
mengoptimalkan dalam pembelajaran memfokuskan pada membangun
kimia agar siswa memiliki literasi kimia pengetahuan siswa untuk menggunakan
yang baik. konsep sains secara bermakna, berfikir
secara kritis dan membuat keputusan-
PEMBAHASAN keputusan yang seimbang dan memadai
Pengertian Literasi Sains dan Literasi terhadap permasalahan-permasalahan yang
Kimia memiliki relevansi terhadap kehidupan
Literasi sains (LS) sebenarnya siswa. Akan tetapi masih sering dijumpai
bukanlah hal baru dalam dunia bahwa praktek pembelajaran sains di
pendidikan. Namun, sejak dua dekade berbagai negara mengabaikan dimensi
terakhir, literasi sains menjadi topik utama sosial pendidikan sains dan
dalam setiap pembicaraan mengenai dorongan untuk mengembangkan
tujuan pendidikan sains di sekolah. ketrampilan-ketrampilan siswa yang
Literatur dalam bidang pendidikan sains diperlukan untuk berpartisipasi secara

2
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era
Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

aktif dalam masyarakat (Hofstein, Eilks & Model scientific literacy ini menekankan
Bybee, 2011). perlunya keseimbangan antar berbagai
Jika ditelusuri lebih rinci sebenarnya kemampuan dan membutuhkan
ada dua kelompok besar orang yang ketrampilan dalam pengambilan
memiliki pandangan tentang scientific keputusan terhadap isu-isu sosiosaintifik
literacy (Holbrook & Rannikmae, 2009). (socioscientific issues) (Holbrook &
Kelompok pertama, yaitu kelompok Rannikmae, 2007).
“science literacy” memandang bahwa Holbrook & Rannikmae (2009)
komponen utama literasi sains adalah mengembangkan definisi baru tentang
pemahaman materi sains yaitu konsep- literasi sains yang menjadi target
konsep dasar sains. Pemahaman kelompok pendidikan sains. Mereka menyarankan
pertama inilah yang banyak dipahami oleh perlunya apresiasi tentang hakekat sains
guru-guru sains saat ini baik di Indonesia (NOS) dan relevansinya dengan sains
maupun di luar negeri. yang sedang dipelajari, sehingga
Kelompok kedua, yaitu scientific mengembangkan literasi sains melalui
literacy, memandang bahwa literasi sains pendidikan sains adalah upaya
searah dengan pengembangan life skills mengembangkan kemampuan dalam
(Rychen & Salganik, 2003). Yaitu menggunakan pengetahuan dan
pandangan yang mengakui perlunya ketrampilan ilmiah secara kreatif
keterampilan bernalar dalam konteks berlandaskan bukti-bukti yang cukup,
sosial dan menekankan bahwa literasi khususnya yang relevan dengan karir dan
sains diperuntukan bagi semua orang, kehidupan sehari-hari dalam memecahkan
bukan hanya kepada orang yang memilih permasalahan-permasalahan penting, dan
karir dalam bidang sains atau spesialis mengajukan argumentasi pribadi didalam
dalam bidang sains. Gräber et al (2001) membuat keputusan sosiosaintifik secara
menjembatani kedua kelompok ini dengan berpertanggung jawab. Selain itu, dalam
model literasi sains seperti Gambar 1, literasi sains diperlukan juga kemampuan
yang menunjukkan bahwa literasi sains mengembangkan ketrampilan berinteraksi
berbasis kompetensi/ kemampuan dan secara kolektif, pengembangan diri
merupakan hasil interseksi antara “what dengan pendekatan komunikatif, dan
do people know” (terdiri dari kemampuan perlunya menunjukkan penalaran yang
memahami materi sains dan kemampuan dapat dimengerti dan persuasif ketika
epistemologis sains (nature of science), mengemukakan argumentasi dalam isu-isu
“what do people value” (terdiri dari sosiosaintifik (socioscientific issues).
kemampuan beretika atau bermoral), dan
“what can people do” (terdiri dari
kemampuan belajar, kemampuan
bersosialisasi, kemampuan melakukan
prosedur, kemampuan berkomunikasi).

3
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

Pada prinsipnya, walaupun terdapat dan pembelajaran sains difasilitasi dengan


berbagai macam pengertian literasi sains, kompetensi tersebut di atas, maka literasi
namun terdapat sekurang-kurangnya 3 hal sains siswa akan berkembang (Shswartz
umum yang disepakati yaitu: (1) et.al, 2005; Roberts, 2007).
pengetahuan tentang konsep dan ide-ide Definisi literasi kimia berasal dari
sains; (2) pemahaman tentang proses definisi literasi sains dan dapat
inkuiri dan hakekat cara memperoleh didefinisikan dari dua kerangka teoritis
pengetahuan (nature of science); dan (3) utama, yaitu definisi Program for
kesadaran akan pengaruh kegiatan ilmiah International Student Assessment, PISA
terhadap konteks sosial dimana kegiatan (OECD, 2006; OECD, 2015) dan definisi
tersebut dilakukan, dan pengaruhnya Shwartz et al (2005, 2006a) yang
terhadap kehidupan sehari-hari, pribadi dibangun atas dasar kesepakatan antara
maupun keputusan sosial tentang ide-ide ilmuwan, pendidik, dan guru kimia
ilmiah dan prakteknya (Ratcliffe and Sebenarnya, kedua definisi ini bersumber
Millar, 2009, p 946). Selain itu, hampir dari definisi literasi sains yang
setiap deskripsi literasi sains dikemukakan oleh Bybee (1997).
memfokuskan pada pentingnya Definisi literasi sains menurut PISA
kemampuan berbahasa, membaca dan (OECD, 2016: 1) mengalami
menulis dengan baik dalam memahami perkembangan. Pada PISA 2000 dan
dan menjelaskan fenomena, mengevaluasi 2003, literasi sains didefinisikan sebagai
informasi, mengkomunikasikan ide-ide kemampuan dalam menggunakan
kepada orang lain dan menerapkan pengetahuan ilmiah (scientific
pengetahuan ilmiah dan keterampilan knowledge), mengidentifikasi pertanyaan
bernalar pada situasi kehidupan sehari- dan dalam menarik kesimpulan
hari dan proses pengambilan keputusan. berdasarkan bukti dalam rangka
Literasi sains memberikan aspirasi pada memahami dan membuat keputusan
pengembangan kurikulum, bahan ajar dan tentang alam semesta dan melakukan
praktek penilaian, sehingga jika materi berbagai perubahan melalui aktivitas

4
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era
Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

manusia. PISA 2006 menguraikan konsep Menurut Shwartz et al. (2006a)


scientific knowledge menjadi 2 komponen literasi kimia mencakup empat domain,
yaitu knowledge of science dan knowledge yaitu:
about science. Gagasan ini selanjutnya 1. Pengetahuan materi kimia dan
dikembangkan lagi dalam definisi PISA gagasan ilmiah
2015. Perbedaan utama adalah bahwa Seorang yang berliterasi kimia akan
gagasan knowledge about science lebih memahami:
jelas dan dibagi menjadi 2 komponen 1.a. Gagasan ilmiah umum
pengetahuan prosedural dan pengetahuan Kimia adalah disiplin ilmu
epistemik. eksperimental. Kimiawan melakukan
OECD (2016:3) menjelaskan bahwa inkuiri ilmiah, membuat generalisasi,
dalam upaya memahami dan terlibat dan mengajukan teori untuk
dalam diskusi kritis tentang isu-isu sains menjelaskan fenomena alam semesta.
dan teknologi, ada tiga kompetensi Kimia menyediakan pengetahuan yang
spesifik dalam literasi sains yang digunakan untuk menjelaskan
dibutuhkan yaitu menjelaskan fenomena fenomena dalam bidang lain, misalnya
sains secara ilmiah, mengevaluasi dan ilmu bumi atau ilmu biologi.
merancang penyelidikan atau inkuiri, dan 1.b Ide-ide pokok kimia
menafsirkan data secara ilmiah. Semua Kimia mencoba menjelaskan
kompetensi tersebut membutuhkan fenomena makroskopis dalam bentuk
pengetahuan. Menjelaskan fenomena sains struktur molekul materi.
dan teknologi secara ilmiah membutuhkan Kimia menyelidiki dinamika proses
pengetahuan tentang materi sains yang dan reaksi.
disebut pengetahuan konten (content Kimia menyelidiki perubahan energi
knowledge), kompetensi kedua dan ketiga yang terjadi dalam reaksi kimia.
membutuhkan lebih dari pengetahuan Kimia bertujuan memahami dan
yang diketahui, yaitu pemahaman tentang menjelaskan kehidupan dikaitkan
bagaimana pengetahuan ilmiah tersebut dengan struktur kimia dan proses
dibangun dan diyakini. Pengetahuan ini dalam sistem kehidupan.
disebut dengan pengetahuan prosedural Kimia menggunakan bahasa khusus.
(procedural knowledge) dan pengetahuan Orang yang berliterasi tidak harus
epistemik (epistemic knowledge). menggunakan bahasa ini, tapi
Pengetahuan prosedural merupakan sebaiknya mengapresiasi kontribusi
standar prosedur yang mendasari metode bahasa tersebut pada perkembangan
yang beragam dan praktek yang disiplin kimia.
digunakan untuk membangun
2. Kimia dalam konteks
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
Seseorang yang berliterasi kimia harus
epistemik beberapa menyebutnya sebagai dapat:
hakekat sains (nature of science) Mengakui pentingnya pengetahuan
(Lederman, 2006:831), “ide-ide tentang
kimia dalam menjelaskan
sains” (Millar & Osborne, 1998), atau
fenomena/situasi dalam kehidupan
praktek ilmiah (scientific practices) (NRC,
sehari-hari.
2012).

5
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

Menggunakan pemahamannya sains. Sebagai contoh, Shwartz et al.


tetang kimia dalam kehidupannya (2006b) mengadopsi kerangka literasi
sehari-hari, sebagai konsumen sains yang dikembangkan oleh Bybee
produk dan teknologi baru, dalam (1997) untuk mengukur level literasi sains
pengambilan keputusan, dan dalam siswa SMA Israel yang belajar kimia
keikutsertaannya dalam perdebatan dengan menggunakan kurikulum baru.
sosial tentang isu-isu terkait kimia. Berdasarkan kerangka literasi sains yang
Memahami hubungan antara inovasi ada dalam literatur, mereka
kimia dengan proses sosial. mengembangkan alat penilaian untuk
3. Keterampilan belajar tingkat tinggi mengukur level literasi kimia siswa Israel.
Seseorang yang berliterasi kimia Berikut ini adalah kerangka level literasi
mampu: Mengidentifikasi isu-isu ilmiah kimia yang digunakan:
Menjelaskan fenomena ilmiah 1. Scientific illiteracy: Siswa yang tidak
Menggunakan bukti-bukti ilmiah dapat mengaitkan atau merespon
Mengevaluasi pro/kontra pertanyaan-pertanyaan yg masuk akal
perdebatan. mengenai sains. Mereka tidak
memiliki kosa kata, konsep, konteks,
4. Aspek afektif.
Seseorang yang berliterasi kimia memiliki atau kemampuan kognitif untuk
pandangan yang adil dan rasional terhadap mengidentifikasi pertanyaan yang
kimia dan aplikasinya, menunjukkannya ilmiah.
minat terhadap masalah-masalah terkait
kimia, khususnya di lingkungan non 2. Nominal scientific literacy: Siswa
formal seperti media massa. Ratcliffe and mengenal kosakata atau isu-isu terkait
Millar (2009) mengemukakan bahwa
sikap merupakan aspek yang penting dengan sains tetapi tidak bisa
dalam literasi sains karena tanggapan menjelaskan secara bermakna. Pada
siswa terhadap isu-isu ilmiah tingkat ini, siswa hanya bisa
menunjukkan ketertarikannya terhadap menghafal nama konsep dan istilah
isu-isu tersebut, seberapa besar dukungan tapi tidak bisa mendefinisikannya
mereka terhadap isu-isu tersebut dan rasa secara bermakna. Mereka memiliki
tanggung jawab yang mereka miliki miskonsepsi (Uno & Bybee, 1994).
terhadap situasi tersebut. 3. Functional scientific literacy: Siswa
Penilaian untuk Literasi Kimia dapat mendefinisikan konsep dengan
Penilaian merupakan komponen benar yang mereka pahami, namun
penting dalam proses pembelajaran, pemahaman mereka tentang konsep
termasuk penilaian terhadap ketercapaian tersebut masih terbatas. Hal ini mirip
literasi sains atau literasi kimia. dengan level pengetahuan (C2) dalam
Kebanyakan penelitian yang taxonomi Bloom (Koballa, Kemp, &
mengidentifikasi literasi kimia didasarkan Evans, 1997).
pada penelitian-penelitian yang berkaitan 4. Conceptual scientific literacy: Siswa
dengan literasi sains, demikian juga upaya memahami secara konseptual tentang
untuk mengukur literasi sains sangat konsep-konsep ilmiah dan hubungan
tergantung pada penelitian tentang literasi antar konsep serta kebiasaan berfikir
ilmiah., kemampuan prosedural dan
pemahaman tentang proses inkuiri
ilmiah. Menurut Shwartz, Dori and

6
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia
pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

Treagust (2013) conceptual scientific antara sains, teknologi dan isu-isu


literacy memerlukan kegiatan menantang yang lebih luas yang ada
mengintegrasikan dan mengatur dalam masyarakat. Koballa et al.
informasi bukan hanya menghafal (1997) menyebutnya sebagai level
pengetahuan. “true” scientific literacy.
5. Multi-dimensional scientific literacy:Cara lain untuk menilai literasi kimia
memerlukan pemahaman konsep- adalah menggunakan kerangka literasi
konsep sains dan teknologi dari sudut sains PISA, misalnya kerangka PISA
pandang filosofis dan historis dan terbaru 2015. Aspek Literasi Sains/Kimia
menghubungkannya dengan dalam Asesmen PISA 2015 dideskripsikan
masyarakat dan kehidupan sehari-hari. dalam Tabel 1 dan dipetakan dengan
Mereka membuat hubungan dalam aspek literasi sains menurut Graber (2001)
disiplin ilmu itu sendiri dan hubungan
Tabel 1. Aspek Literasi Sains/Kimia dalam Asesmen PISA 2015
PISA 2015 Model Literasi Sains
Aspek Deskripsi Graber
Konteks Isu-isu personal, lokal/nasional, dan global. Isu-isu kontemporer
(context) Bisa berupa isu-isu yang terjadi saat ini atau atau isu-isu
isu-isu yang sudah terjadi yang membutuhkan sosiosaintifik
pemahaman sains dan teknologi.
Pengetahuan Pemahaman akan fakta-fakta utama, konsep Model Literasi
(knowledge) dan teori penjelasan yang membangun Graber (what do
landasan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan people know)
berupa pengetahuan tentang alam semesta dan (terdiri dari
artefak teknologi (content knowledge), kemampuan
pengetahuan bagaimana gagasan-gagasan memahami materi
dihasilkan (procedural knowledge), dan sains dan hakekat
pemahaman tentang rasional yang melandasi sains (nature of
prosedur tersebut dan justifikasi science/NOS)
penggunaannya (epistemic knowledge)
Kompetensi Kemampuan untuk menjelaskan fenomena Model Literasi
(competency) secara ilmiah, mengevaluasi dan mendesain Graber (what can
inkuiri ilmiah people do) (terdiri
dari kemampuan
belajar, kemampuan
bersosialisasi,
kemampuan
melakukan prosedur,
kemampuan
berkomunikasi).
Sikap Seperangkat sikap terhadap sains yang Model Literasi
(attitudes) ditunjukkan dengan minat terhadap sains dan Graber (what do
teknologi, menilai pendekatan ilmiah terhadap people value) (terdiri
suatu inkuiri yang cocok, dan persepsi serta dari kemampuan
kesadaran akan isu-isu lingkungan. beretika atau
bermoral)

7
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

Hakekat sains (nature of science) selalu melibatkan inferensi, imajinasi dan


merupakan aspek penting dalam literasi kreativitas manusia (terutama dalam
sains dan seringkali didefinisikan sebagai menemukan penjelasan), (5) pengetahuan
epistemology of science (epistemologi ilmiah terikat dengan aspek sosial budaya
sains), sains sebagai a way of knowing (dipengaruhi oleh masyarakat dan budaya
(cara mengetahui), atau values (nilai-nilai) dimana pengetahuan ilmiah tersebut
and beliefs (keyakinan) yang melekat diterapkan), (6) perbedaan antara
dalam pengembangan dan validasi pengamatan (observation) dan inferensi
pengetahuan ilmiah. (Abd-El-Khalick & (inference), dan (7) fungsi dan hubungan
Lederman, 2000; Lederman, 1992). antara teori ilmiah dan hukum ilmiah
Ditinjau dari tingkat keumumannya, ada (Bell, Lederman, Abd-El-Khalick, 2000:
tujuh aspek NOS yang dapat 564; Lederman, 2007: 833; Lederman,
diimplementasikan dalam kurikulum dan 2006: 302). Ketujuh aspek tersebut saling
pembelajaran sains yaitu: (1) pengetahuan berkaitan dan tidak bisa berdiri sendiri.
ilmiah bersifat tentatif (dapat berubah), Aspek pengetahuan epistemik dalam
(2) pengetahuan ilmiah berbasis empiris kerangka PISA 2015 adalah hakekat sains
(empirically-based) (berbasis atau (nature of science/NOS).
sebagian diperoleh dari hasil pengamatan Kesesuaian antara kerangka
terhadap alam semesta), (3) pengetahuan penilaian literasi sain PISA dan Kerangka
ilmiah bersifat subyektif (theory-laden) Shwartz et al. (2005, 2006b) dapat dilihat
yang menyertakan interpretasi kelompok pada gambar 2 di bawah ini.
atau individu, (4) pengetahuan ilmiah

Gambar 2. Kerangka Pengembangan Item Penilaian Literasi Kimia

8
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia
pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

Berikut ini adalah contoh soal-soal kimia yang mengukur literasi kimia yang
didesain menggunakan kerangka di atas pada topik Laju Reaksi.

1. Konteks: Sumberdaya alam

SABUN BELERANG

Belerang adalah salah satu unsur kimia yang tidak termasuk dalam kelompok
mineral logam. Belerang dalam tabel periodik disebut dengan sulfur dengan simbol
S. Belerang yang masih murni bisa ditemukan pada sumber lingkungan yang dekat
dengan gunung berapi atau gunung berapi yang sudah tidak aktif. Hal ini disebabkan
karena adanya sumber gas hidrogen sulfida yang dibentuk dari bagian bawah
permukaan bumi dan terpengaruh oleh oksigen. Belerang sangat luas penggunaanya
dan masih merupakan salah satu bahan terapeutik yang terbaik dan paling luas
digunakan dalam berbagai gangguan keratin kulit. Di dalam kosmetik, sulfur
koloidal digunakan dalam pengobatan jerawat, ketombe. Pengobatan jerawat
menggunakan belerang merupakan cara tradisional yang sudah ada sejak dulu.
Melihat fakta manfaat yang cukup baik bagi kulit tersebut banyak ilmuwan yang
melakukan observasi dan melakukan penelitian dan mengembangkan produk
kosmetik yang mengandung belerang salah satunya adalah sabun belerang.
Walaupun memiliki manfaat bagi kulit, akan tetapi penggunaan belerang dalam
takaran berlebihan juga sangat tidak disarankan. Seorang ilmuwan berencana
memproduksi belerang (S) secara massal dengan cara mereaksikan larutan natrium
tiosulfat dan larutan HCl sesuai persamaan reaksi berikut.

Na2S2O3 (aq) + 2HCl(aq) S(s)+ SO2(g)+ 2NaCl(aq)+H2O(l)
Sesuai prinsip ekonomi, efiseinsi waktu dengan hasil yang besar dalam
memproduksi belerang sangat diperhatikan. Sesuai tujuan hal ini, ilmuwan
melakukan penelitian pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Hasil
penelitian disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil investigasi Na2S2O3(aq) vs HCl(aq) terhadap waktu


Percobaan [HCl] Waktu, t
[Na2S2O3]
ke (sekon)
1 0,20 M 2,0 M 30,48
2 0,15 M 2,0 M 37,71
3 0,10 M 2,0 M 60,57
4 0,05 M 2,0 M 110,29
5 0,20 M 2,0 M 24,71
6 0,20 M 1,5 M 25,93
7 0,20 M 1,0 M 25,01
(sumber bacaan dimodifikasi dari berbagai sumber)

9
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

2. Pengetahuan konten : Memahami hukum laju reaksi


Persamaan laju reaksi yang tepat berdasarkan data tabel 1 adalah….
A. r = k [Na2S2O3][HCl]
2
B. r = k [Na2S2O3] [HCl]
2
C. r = k [Na2S2O3][HCl]
D. r = k [Na2S2O3]
E. r = k [HCl]

3. Pengetahuan prosedural: Memahami cara meringkas dan menggambarkan data


menggunakan tabel, grafik,
Grafik yang dapat menggambarkan hubungan konsentrasi larutan Na2S2O3 dengan
waktu adalah...

(dimodifikasi dari Monica, 2005)

4. Pengetahuam epistemik : Hakikat penalaran yang digunakan dalam sains meliputi


deduktif, induktif, inferensi, untuk menghasilkan penjelasan terbaik (abduktif),
analogi, dan penggunaan model.

Ahmad mendapatkan tugas dari guru untuk melakukan investigasi pengaruh


konsentrasi larutan natrium tiosulfat terhadap laju reaksi. Ahmad memperoleh data
hasil investigasi sebagai berikut:
(1) Reaksi natrium tiosulfat pada konsentrasi 0,1 M dengan HCl 2,0 M
membutuhkan waktu 60,57 sekon.
(2) Reaksi natrium tiosulfat pada konsentrasi 0,2 M dengan HCl 2,0 M
membutuhkan waktu 30,48 sekon.
Ahmad memberikan klaim ilmiah bahwa meningkatnya konsentrasi larutan
natrium tiosulfat akan sebanding dengan meningkatnya laju reaksi terbentuknya
hasil reaksi.
Logika berpikir yang tepat pada pernyataan di atas adalah….
A. Induktif
B. Deduktif
C. Abduktif
D. Observasi
E. Investigasi

10
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era
Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

Pembelajaran Kimia Yang kritis untuk mengembangkan ilmu


Mengoptimalkan Aspek-Aspek Literasi pengetahuan (Lederman, 2009;
Sains Lederman, Lederman, & Antink, 2013).
Agar pembelajaran kimia dapat Selain itu, untuk tujuan pendidikan,
mencapai tujuan yaitu tercapainya literasi Lederman (2004) menya-rankan agar
kimia siswa, maka ada beberapa prinsip kita bisa membedakan antara inkuiri
yang harus dilakukan oleh guru ketika ilmiah (sebagai proses
merencanakan pembelajaran tersebut, untuk mengembangkan ilmu
yaitu: pengetahuan) dengan hakekat sains
1. Menentukan pengetahuan kimia yang (NOS) (sebagai konvensi dan asumsi
akan dibelajarkan. yang melandasi proses tersebut)
Pengetahuan kimia yang akan dibela- sehingga ilmu pengetahuan yang
jarkan mencakup pengetahuan deklara- dihasilkan memiliki kharakteristik
tif, pengetahuan prosedur dan pengeta- tertentu. Memahami proses dan hakekat
huan epistemik. Pengetahuan deklaratif sains (NOS) serta mampu melakukan
adalah pengetahuan tentang konsep, inkuiri ilmiah merupakan syarat
teori atau fakta-fakta kimia. Pengetahu- pembelajaran sains yang efektif.
an prosedur adalah keterampilan atau Tidaklah cukup bagi kita hanya dengan
tindakan yang harus dikuasai yang mengajarkan fakta-fakta saja dan
berupa prosedur ( keterampilan proses) meminta siswa melakukan kegiatan
dan cara-cara standar dalam laboratorium dengan menggunakan
melaksanakan inkuiri ilmiah untuk buku resep (cookbook). Oleh karena
memperoleh pengetahuan. Pengetahuan itu, guru sains termasuk guru kimia
epistemik adalah pengetahuan tentang harus memahami bagaimana seorang
hakekat sains (nature of science) seperti ilmuwan (scientist) berfikir dan
yang telah diuraikan terdahulu. Topik- bertindak dan kemudian mengembang-
topik kimia yang dibelajarkan kan metode untuk mengkomunikasikan
diupayakan memiliki banyak relevan- pemahaman ini kepada siswanya.
sinya dengan kehidupan siswa. Seorang guru yang terlibat langsung
2. Memilih strategi pembelajaran berbasis dalam pembelajaran sains/kimia harus
inkuiri. mampu melakukan proses sains dengan
Inkuiri ilmiah merupakan pendekatan menggunakan keterampilan proses dan
sistematis yang digunakan oleh para juga harus mampu membawa sikap dan
ilmuwan (scientist) dalam upaya cara pandang ilmuwan ke dalam kelas.
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Untuk mewujudkannya, diperlukan
diminatinya (Lederman, 2004: 309). pemahaman dasar tentang hakekat sains
Pendekatan tersebut merupakan (NOS) (Watson & Parson, 1998).
kombinasi antara keterampilan proses Dengan bekal pemahaman tentang
sains (seperti mengamati, menginferen- hakekat sains, pemahaman materi
si, mengklasifikasi, memprediksi, sains/kimia dan kemampuan
mengukur, menanya, menafsirkan dan melakukan proses sains, guru sains
menganalisis data) dengan konten dapat mengajarkan sains sebagai
sains, penalaran ilmiah, dan berpikir aktivitas yang berorientasi konsep,

11
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

hands-on/minds-on, problem solving di indonesia, peranan fuorida dalam


dan aktivitas berfikir kritis yang pada pasta gigi terhadap kesetimbangan gigi.
gilirannya dapat mendorong 4. Menentukan keterampilan belajar apa
tercapainya literasi sains/kimia siswa. saja yang akan dikembangkan dalam
3. Menentukan konteks yang relevan agar pembelajaran kimia.
pembelajaran kimia. Keterampilanbelajaryang bisa
Konteks dapat berupa isu-isu/permasa- dilatihkan dalam kegiatan
lahan pribadi/personal, permasalahan pembelajaran berorientasi literasi sains
lokal/nasional, dan global. Isu-isu adalah keterampilan berkomunikasi,
tersebut bisa terjadi pada saat kini termasuk berargumentasi dan memberi
(kontemporer), isu-isu yang sudah penjelasan ilmiah, bermetakognisi,
terjadi (masa lalu) yang terkait berkolaborasi. Ketika mereka
pemahaman sains dan teknologi, atau melakukan kegiatan inkuiri, baik dalam
isu-isu yang memiliki kontroversi/so- merencanakan atau melakukan
cioscientific issues (SSI). Permasalahan investigasi serta berdiskusi tentang isu-
kontemporer atau SSI menjadi semakin isu kontemporer atau sosiosaintifik,
penting saat ini karena dapat digunakan siswa dalam dilatih untuk berbagai
sebagai alat untuk: (a) menjadikan keterampilan ini.
pembelajaran sains/kimia lebih relevan 5. Aspek afektif.
bagi kehidupan siswa; (b) wahana yang Aspek afektif seperti sikap dan/atau
mengarahkan hasil belajar seperti persepsi siswa tentang isu-isu yang
apresiasi terhadap hakekat sains (NOS); dilontarkan oleh guru dalam kegiatan
(c) meningkatkanargumentasi diskusi atau kegiatan investigasi dapat
berdialog; (d) meningkatkan ditumbuhkan. Demikian juga halnya
kemampuan mengevaluasi informasi dengan moral siswa dilatihkan didalam
ilmiah; dan (e) termasuk aspek penting kegiatan diskusi sosiosaintific issues
dalam literasi sains (Sadler & D.L. (SSI). Contoh pertanyaan yang
Zeidler, 2004). Selanjutnya, SSI diajukan ke siswa terkait afektif
mampu menginspirasi, memprovokasi, misalnya:
atau sebaliknya mengkontroversikan Berdasarkan keuntungan dan
gagasan dan biasanya melibatkan kerugian akibat rokok yang
perdebatan para ahli pada per-tanyaan- tercantum pada artikel tersebut,
pertanyaan ilmiah yang tidak memiliki setujukah Anda dengan
solusi sederhana dan jelas (Kolstø et al, berkembangnya industri rokok di
2006). Kontroversi itu, yang Indonesia?
memprovokasi keterlibatan pikiran Berdasarkan data kebutuhan listrik
siswa, merupakan keunikan SSI karena di Indonesia yang tercantum pada
provokasi tersebut tidak mungkin bisa artikel di atas, setujukah Anda
muncul dalam perkuliahan/ceramah dengan pembangunan PLTN sebagai
biasa. Oleh karena itu, SSI memiliki sumber energi listrik di Indonesia?
potensi juga untuk mengasah Contoh pembelajaran berorientasi
kemampuan berfikir kritis siswa. literasi sains/kimia pada topik Laju Reaksi
Contoh konteks kontemporer dalam dengan strategi inkuiri-Eksplisit Reflektif
kimia misalnya dilema industri rokok dengan sintaks sebagai berikut:

12
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia
pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

Tabel 2. Sintaks Strategi Pembelajaran Inkuiri-Eksplisit Reflektif


Tahapan Kegiatan Pembelajaran
1.Mengeksplorasi Mengobservasi fenomena
fenomena Memunculkan pertanyaan atau merespon pertanyaan yang disajikan guru
2.Memfokuskan Membuat beberapa pertanyaan untuk menginvestigasi dari observasi yang dibuat.
pertanyaan. Memilih satu pertanyaan yang menjadi focus investigasi sebagai rumusan masalah
3.Merencanakan Menentukan data yang dibutuhkan untuk dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan
investigasi Mengidentifikasi variabel dan yang tetap dibutuhkan untuk menginvestigasi
pertanyaan.
Merancang eksperimen investigasi untuk menjawab pertanyaan.
Mengidentifikasi bahan yang dibutuhkan untuk melakukan investigasi
Menggambarkan ilustrasi dari bahan dan merancang untuk investigasi
Mengajukan satu atau lebih hipotesis untuk menguji penjelasan sementara atau
dugaan pada investigasi
Merancang charta/tabel untuk mengelompokkan data yang dikumpulkan
selama investigasi
Mengidentifikasi prosedur yang harus diikuti selama investigasi
4.Melakukan Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana yang sudah dibuat dengan team
investigasi secara kolaboratif
Mengumpulkan data dan mencatat data dalam tabel atau
charta Membuat grafik hasil investigasi
Merancang kembali dan mengulang investigasi jika diperlukan
5. Menganalisis Menginterpretasi dan memaknai data
data dan hasil Menentukan jika data bias atau cacat
Mencari pola hubungan antara variabel
Membuat kesimpulan awal berdasarkan data
Menganalisis data dan fakta untuk mendukung, memodifikasi, atau
membuktikan hipotesis
Membuat pernyataan berdasarkan fakta
6.Membangun Membuat penjelasan (model) dari pernyataan dan fakta pendukung
pengetahuan Menghubungkan penjelasan untuk model yang lain yang dikeluarkan
baru Merefleksi tujuan dan membuat arti dari pengetahuan baru yang diperoleh
Menghubungkan pengetahuan baru pada pengetahuan awal serta pengetahuan lain
7.Membangun Membaca bahan bacaan epistemik yang difokuskan
pengetahuan Mendiskusikan bahan bacaan epistemik
epistemik Menghubungkan isi bacaan dengan materi yang sedang dipelajari
Mengevaluasi diri/merefleksi bahan bacaan epistemik
8. Mengkomuni- Memilih cara untuk mengkomunikasikan penjelasan dan mengemukakan pada
kasikan yang lain (laporan lisan, poster, power point, laporan tertulis).
pengetahuan Mendiskusikan alasan dan kesimpulan
baru Menggunakan keterampilan berpikir untuk menghubungkan pernyataan dengan
fakta pendukung
Menggunakan keterampilan argumentasi ilmiah, menerima kritik terhadap pernyataan
dan data temuan.
Membuat modifikasi pada penjelasan atau model jika diperlukan
Mempertimbangkan pertanyaan lanjutan untuk diinvestigasi
9. Menerapkan Mengkaji masalah-masalah kontemporer/sosiosaintifik terkait topik yang sedang
konsep yang dipelajari secara kolaboratif.
baru diperoleh Menggunakan keterampilan berfikir kritis untuk memecahkan masalah-
masalah kontemporer/sosiosaintifik
Menerapkan konsep yang baru dibangun dalam memecahkan masalah yang diberikan.
Menggunakan keterampilan berargumentasi dan/atau keterampilan memberi
penjelasan secara ilmiah
Menunjukkan sikap dan kesadaran terhadap keberadaaan permasalahan sosiosaintifik.
(Sumber: dimodifikasi dari Llewelyn, 2013:7-8)

13
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

PENUTUP Atkins P.W. 2005.Skeletal chemistry.


Literasi sains, termasuk literasi Education in Chemistry, 42, 20, 25;
kimia, sangat perlu untuk diajarkan see also: http://www.rsc.org/
Education/EiC/issues/2005_Jan/skel
kepada siswa agar mereka dapat hidup di
etal.asp.
tengah-tengah masyarakat modern abad
21. Berbagai upaya telah dilakukan di Bell, R. L., Lederman, N. G., & Abd-El-
Khalick, F. 2000. Developing and
berbagai negara termasuk Indonesia untuk
acting upon one's conception of the
meningkatkan literasi sains dan literasi nature of science: A follow-up study.
kimia siswa, misalnya upaya Journal of Research in Science
diluncurkannya kurikulum baru 2013. Teaching, 37, 563-581.
Namun guru kimia sebagai tonggak Biological Science Curriculum Studies
penentu keberhasilan dari upaya tersebut (BSCS). 1993. Developing
perlu memahami dengan baik pengertian Biological Literacy. Dubuque, Iowa:
literasi/ kimia, bagaimana cara menilai Kendall Hunt Publishing Company
dan mendesain pembelajaran kimia yang (pp 1–25).
berorientasi peningkatan literasi kimia Bond, D. 1989. In pursuit of chemical
siswa. Cara menilai literasi kimia dapat literacy: A place for chemical
menggunakan kerangka literasi sains PISA reactions. Journal of Chemical
Education, 66(2), 157. http://dx.doi.
dan literasi kimia Shwartz. Sedangkan
org/10.1021/ed066p157
pembelajaran kimia dapat didesain dengan
mengoptimalkan aspek-aspek literasi yaitu Bybee R. W. 1997. Achieving scientific
literacy: from purposes to practice.
memilih topik kimia yang memiliki
Portsmouth, NH: Heinemann.
banyak relevansinya bagi
kehidupan siswa dan mencakup DeBoer, G. E. 2000. Scientific literacy:
Another look at its historical and
pengetahuan deklaratif, prosedural serta
contemporary meanings and its
epistemik; strategi pembelajaran berbasis relationship to science education
inkuiri; menentukan konteks yang relevan, reform. Journal of Research in
kontemporer atau isu-isu sosiosaintifik; Science Teaching, 37(6), 582-601.
menentukan nilai-nilai afektif dan cara Fives, H., Huebner, W., Birnbaum, A. S.,
belajar siswa yang akan dikembangkan & Nicoloch, M. 2014. Developing a
dalam pembelajaran berorientasi literasi measure of scientific literacy for
kimia. middle school students, Science
Education., 98, 549-580.
DAFTAR PUSTAKA Glynn S. M. and Muth K. D. 1994.
Abd-El-Khalick, F., & Lederman, N.G. Reading and writing to learn
2000. Improving science teachers' science: achieving scientific literacy.
conceptions ofthe nature of science: Journal of Research in Science
A critical review of the literature. Teaching, 31(9), 1057– 1073.
International Journal of Science Graber, W., Nentwig, P., Becker, H.J,
Education, 22(7), 665-701. Sumfleth, E., Pitton, A., Wollweber,
American Association for the K, Jorde, D. 2001. Scientific
Advancement of Science. 1993. literacy: From theory to practice. In
Benchmarks for Science Literacy. H. Behrendt, et al (Eds). Research
New York: Oxford University Press. in Science Education-Past, Present,

14
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era
Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

and Future (pp 61-70). Nederland: Science Instruction. Dalam B. Flick


Kluwer Academic Publisher. and N.G. Lederman (Eds.) Scientific
Inquiry and Nature of Science
Hofstein, A., Eilks, I., & Bybee, R. 2011.
(hal.301-317). Dordrecht,
Societal Issues and their importance
Netherlands: Springer.
for contemporary science education:
a pedagogical justification and the Lederman, N.G. 1992. Students’ and
state of the art in Israel, Germany teachers’ conceptions of the nature
and the USA. International Journal of science. Journal of Research in
of Science and Mathematics Science Teaching, 29(4), 331–359.
Education, 9 (6), 1459-1483 Lederman, N.G. 2007. Nature of science:
Holbrook, J, & Rannikmae, M. 2007. Past, present, and future. In S.K.
Nature of science education for Abell, & N.G. Lederman, (Eds),
enhancing scientific literacy. Handbook of research in science
International Journal of Science education (pp 831-879). Mahwah,
Education, 29(11), 1347-1362. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Publishers.
Holbrook, J, & Rannikmae, M. 2009. The
meaning of scientific literacy. Lederman, N.G. 2014. Nature of science
International Journal of and its fundamental important to the
Environmental & Science vision of the next generation science
Education, 4(3), 275-288. standars. Science & Children, 8-10.
Holman J. 2002. What does it mean to be Lederman, N.G., Lederman, J.S., &
chemically literate? Education in Antink, A. 2013. Nature of science
Chemistry, 39, 12-14. http://www. and scientific inquiry as contexts for
project2061.org/publications/sfaa/ the learning of science and
default.htm achievement of scientific literacy.
International Journal of Education
Koballa, T., Kemp, A., & Evans, R. 1997.
in Mathematics, Science and
The Spectrum of Scientific Literacy.
Technology, 1(3), 138-147.
Science Teacher, 64(7), 27-31.
Llewellyn, D. 2013. Teaching High
Kolstø, S., Bungum, B., Arnesen, E.,
School Through Inquiry and
Isnes, A., Kristensen, T.,
Argumentation (2 Edition).
Mathiassen, K., Mestad, I., Quale,
California: Corwin A SAGE
A., Tonning, A., & Ulvik, M. 2006.
Company.
Science students’ critical
examination of scientific Millar,R. & Osborne, J. 1998.
information related to socioscientific Beyond
issues. Science Education, 90, 632- 2000: Science Education for the
655. Future, Report of a seminar series
funded by the Nuffield Foundation.
Lederman, N. G. 2004. Syntax of Nature
London, UK: King’s College.
of Science within Inquiry and
Science Instruction. Dalam B. Flick National Academy Press. 2012. A
and N.G. Lederman (Eds.) Scientific Framework for K-12 Science
Inquiry and Nature of Science Education: Practices, Crosscutting
(hal.301-317). Dordrecht, Concepts, and Core Ideas.
Netherlands: Springer. Washington, DC: National
Lederman, N. G. 2006. Syntax of Nature Academy Press.
of Science within Inquiry and National Research Council. 1996.
National Science Education

15
Pembicara utama: Sri Rahayu
Mengoptimalkan Aspek Literasi .....

Standards. Washington, DC: Shwartz Y., Ben-Zvi R. and Hofstein A.


National Academy Press. 2005. The importance of involving
high-school chemistry teachers in
Organization for Economic Co-operation
the process of defining the
and Development (OECD-PISA)
operational meaning of ‘chemical
(last revised 2005), Assessment of
literacy’. International Journal of
scientific literacy in the OECD/Pisa
Science Education, 27(3), 323–344
project, http://www.pisa.oecd.org/
Shwartz Y., Ben-Zvi R. and Hofstein A.
Organization for Economic Co-operation
2006a. Chemical literacy: what it
and Development (OECD-PISA).
means to scientists and school
2016. Assessment of scientific
teachers? Journal of Chemical
literacy in the OECD / Pisa project,
Education, 83, 1557-1561.
http://www.pisa.oecd.org/
Shwartz Y., Bez-Zvi R. and Hofstein A.
Ratcliffe, M. and Millar, R. 2009.
2006b. The use of scientific literacy
Teaching for understanding of
taxonomy for assessing the
science in context: evidence from
development of chemical literacy
the pilot trials of the Twenty First
among high-school students.
Century Science courses. Journal of
Chemistry Education Research &
Research in Science Teaching, 46(8),
Practice, 7(4), 203–225.
945–959.
Shwartz, Y., Dori, Y. J., & Treagust, D. F.
Roberts, D. 2007. Scientific literacy/
2013. How to Outline Objectives for
science literacy: threats and Chemistry Education and how to
opportunities. in Abell S. K. and Assess Them Teaching Chemistry–
Lederman N. G. (ed.), Handbook of A Studybook (pp. 37-65): Springer.
research on science education, PMid:23032358
Mahwah, New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates, pp. 729–780. Uno, G. E., & Bybee, R. W. 1994.
Understanding the dimensions of
Roth, W.-M., & Lee S. 2004. Science biological literacy. Bioscience,
Education as/for participation in the 44(8), 553-557. http://dx.doi.org/
community. Science Education, 88, 10.2307/1312283
263-291.
World Economic Forum. 2015. World
Rychen, D.S. & Salganik, L.H. 2003. Key Economic Forum. (2015). New
competencies for a successful life Vision for Education Unlocking the
and a well functioning society.
Potential of Technology. http://
Cambridge, MA: Hogrefe & Huber.
www3.weforum.org/docs/WEFUSA
Sadler, T.,D & Zeidler, D.L. 2004. The _NewVisionforEducation_Report20
morality of socioscientific issues: st
15.pdf (Retrived 1 August 2017.)
Construal and resolution of genetic
engineering dilemmas. Science
Education, 88 (1), 4-27

16

Anda mungkin juga menyukai