Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN INOVATIF

“Pendekatan STEM dalam Pembelajaran Kimia”

Dosen Pengampu :

Dr. Kasmudin Mustapa, S.Pd., M.Pd

Detris Poba, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V (Lima)

1. Ni Made Ayu Astuti (A25119019)


2. Nadya Marbelina (A25119046)
3. Rahmi Handayani (A25119103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena rahmat dan
karunia-nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kimia Entrepreneur Regional
mengenai “Pendekatan STEM dalam Pembelajaran Kimia” tepat pada waktunya.

Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Kasmudin Mustapa, S.Pd.,M.Pd.
dan Ibu Detris Poba, S.Pd., M.Pd selaku dosen mata kuliah Model dan Metode
Pembelajaran Inovatif yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan


yang jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri dan orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini diwaktu yang akan datang.

Palu, 09 Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1

1.3 Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3

2.1 Langkah-langkah Strategi Pendekatan STEM ............................... 3

2.2 Prinsip Penerapan Strategi Pendekatan STEM .............................. 5

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pendekatan STEM................ 7

2.4 Contoh Penerapan Strategi Pendekatan STEM dalam


Pembelajaran Materi Kimia Laju Reaksi ......................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................ 14

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 14

3.2 Saran.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Sebuah negara dikatakan maju atau tidaknya dapat dilihat dari pendidikan
yang diterapkan di negara tersebut. Persaingan yang semakin ketat di era globalisasi
ini mengharuskan sumber daya manusia memiliki kualitas yang baik dan
profesional di berbagai bidang kehidupan. Para siswa yang hidup di era ini haruslah
memiliki keterampilan abad 21 agar dapat bersaing. Keterampilan abad 21 ini
meliputi keterampilan dalam literasi era digital, berpikir inventif, komunikasi yang
efektif, dan produktivitas yang tinggi.

Pada abad 21 ini kebutuhan kompetensi lulusan yang diperlukan paling tidak
memiliki kemampuan 4C yaitu critical thinking and problem solving (berfikir kritis
dan menyelesaikar masalah), creative and inovative (kreatif dan inovatif),
collaboration (bekerja sama) dan comunication (komunikasi). Untuk memenuhi itu
semua maka ada untutan untuk menemukan pendekatan pembelajaran yang dapat
menghasilkan siswa yang dapat berfikir kritis, kreatif, mampu bekerja sama, dan
dapat berkomunikasi dengan baik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
menghasilkan itu semua adalah pendekatan STEM (Science, Technology,
Engineering, and Mathematics).

STEM merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran abad 21. Selain dapat menghasilkan dan meningkatkan kemampuan
4C, pembelajaran STEM ini memiliki kelebihan dalam membentuk karakter proses
dan pola berfikir peserta didik. Hal ini terlihat, ketika peserta didik membiasakan
diri untuk mencoba mencari solusi dan menyelesaikan masalah dengan berfikir
STEM maka peserta didik akan selalu menjadi problem solver setiap masalah dalam
kehidupan sehari hari yang dibutuhkan oleh masyarakat ke depan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagimana langkah-langkah strategi pendekatan STEM?
2. Bagaimana prinsip penerapan pendekatan STEM ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan STEM?
4. Bagaimana contoh penerapan strategi pendekatan STEM dalam
pembelajaran materi kimia ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah-langkah strategi pendekatan STEM
2. Untuk mengetahui prinsip penerapan pendekatan STEM
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan STEM
4. Untuk mengetahui contoh penerapan strategi pendekatan STEM dalam
pembelajaran materi kimia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Langkah-langkah Strategi Pendekatan STEM

STEM merupakan akronim dari Science, Technology, Engineering,


Mathematics. STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengkolaborasikan science (sains), technology (teknologi) engineering
(rekayasa), dan mathematics (matematika) sebagai satu kesatuan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran STEM meliputi proses berfikir kritis, analisis, dan
kolaborasi dimana siswa mengintregasikan proses dan konsep dalam konteks
dunia nyata dari ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika
mendorong pengembangan ketrampilan dan kompetensi untuk kuliah, karir, dan
kehidupan.

Penerapan pendekatan STEM dalam pembelajaran tentunya terintegrasi


selama proses pembelajaran. Keempat aspek dalam STEM mengambil bagian
dalam setiap pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran. Adapun Langkah-
langkah dari setiap pelaksanaan aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Aspek Science dalam pendekatan STEM didefinisikan oleh Hannover


(2011) adalah keterampilan menggunakan pengetahuan dan proses sains
dalam memahami gejala alam dan memanipulasi gejala tersebut sehingga
dapat dilaksanakan.
b. Aspek Technology adalah keterampilan peserta didik dalam mengetahui
bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan, keterampilan
menggunakan teknologi dan bagaimana teknologi dapat digunakan dalam
memudahkan kerja manusia.
c. Aspek Engineering merupakan pengetahuan rekayasa dengan
memanfaatkan konsep-konsep dari ilmu pengetahuan dan matematika serta
alat-alat teknologi untuk memecahkan sebuah masalah. Aspek ini memiliki

3
lima tahap fase dalam proses pembelajaran yang sering dikenal dengan
Engineering Design Process (EDP). Adapun secara umum pola EDP yaitu :
perumusan masalah, rencana solusi, membuat dan mengembangkan model,
menggunakan model dan mengomunikasikan, merefleksi, mengevaluasi,
mendesain ulang.
d. Aspek Mathematics adalah keterampilan yang digunakan untuk
menganalisis, memberikan alasan, mengkomunikasikan idea secara efektif,
menyelesaikan masalah dan menginterpretasikan solusi berdasarkan
perhitungan dan data dengan matematis.

Untuk menerapkan model pembelajaran STEM dalam pembelajaran secara


umum memiliki langkah pembelajaran menurut Muhammad Syukri dkk (2013)
menjelaskan pembelajaran STEM memiliki lima tahap dalam pelaksanaannya di
kelas yaitu observe, new idea, innovation, creativity, dan society.

a. Pengamatan (observe), dalam tahap ini peserta didik dimotivasi untuk


melakukan pengamatan terhadap berbagai fenomena/isu yang terdapat
dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang memiliki kaitan dengan
konsep mata pelajaran yang diajarkan

b. Ide baru (New Idea), dalam tahap ini peserta didik mengamati dan mencari
informasi tambahan mengenai berbagai fenomena atau isu yang
berhubungan dengan topik mata pelajaran yang dibahas, selanjutnya peserta
didik merancang ide baru. Peserta didik diminta mencari dan mencari ide
baru dari informasi yang sudah ada, pada langkah ini peserta didik
memerlukan ketrampilan menganalisis dan berfikir keras.

c. Inovasi (Innovation), langkah inovasi peserta didik diminta untuk


menguraikan hal-hal yang telah dirancang dalam langkah merencanakan ide
baru yang dapat diaplikasikan dalam sebuah alat.

4
d. Kreasi (Creativity), dalam langkah ini merupakan pelaksanaan dari hasil
pada langkah ide baru.

e. Nilai (society) merupakan langkah terakhir yang dilakukan peserta didik


yang dimaksud adalah nilai yang dimiliki oleh ide yang dihasilkanpeserta
didik bagi kehidupan sosial yangsebenarnya.

Pembelajaran STEM dikaitkan dengan model pembelajaran PBL Berikut ini


tahapan dalam proses pembelajaran STEM- PjBL yang efektif (Laboy-Rush, 2010).

Tahap 1: Reflection

Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi. Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa
yang diketabui dan apa yang perlu dipelajari.

Tahap 2: Research

Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan


pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan
sumber informasi yang relevan. Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap
ini, kemajuan belajar siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah
Selama fase research, guru lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan
apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan
berdasarkan proyek.

Tahap 3: Discovery

Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan


informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar
mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui. Beberapa model dari
STEM PjBL membagi siswa menjadi kelompok kecil untuk menyajikan solusi

5
yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun kerjasama antar
teman dalam kelompok. Model lainnya menggunakan langkah ini dalam
mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun habit of mind dari proses
merancang untuk mendesain.

Tahap 4: Application

Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam


memecahkan masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuar
dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk
memperbaiki langkah sebelumnya. Di model lain, pada tahapan ini siswa belajar
konteks yang lebih luas di luar STEM atau menghubungkan antara disiplin bidang
STEM.

Tahap 5: Commnication

Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan


mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan
langkah penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
komunikasi dan kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan
menerapkan umpan balik yang konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan
berdasarkan penyelesaian langkah akhir dari fase ini.

2.2. Prinsip Penerapan Strategi Pendekatan STEM

Enam karaktertistik dalam pendidikan STEM yang digabungkan sebagai


prinsip dalam mendesain atau merancang pengajaran dan pembelajaran STEM
yang meliputi :

a. Desain dan pendekatan pemecahan masalah untuk mengembangkan solusi

Pembelajaran STEM harus memberikan pengalaman siswa dalam


kegiatan pemecahan masalah. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan

6
mengatur pembelajaran seputar masalah dunia sehingga dapat
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan STEM (Butler,
McLoughlin, O’Leary, Kaya, Brown, & Costello, 2020, hal. 17)

b. Penggunaan disiplin ilmu dalam koneksi dan integrasi pengetahuan STEM

Integrasi konten pembelajaran STEM dapat dibangun menggunakan


pendekatan pembelajaran STEM. Ada tiga pendekatan untuk mengajar
pendidikan STEM, yaitu pendekatan silo, embedded, dan terintegrasi.
Perbedaan ketiga pendekatan tersebut terletak pada ketersinambungan
disiplin ilmu STEM yang digunakan (Roberts & Cantu, 2012, hal. 111).

c. Praktik dan desain teknik

Desain teknik merupakan proses yang digunakan engineers untuk


memecahkan masalah teknik dan mengembangkan produk. Dalam
pembelajaran STEM, sangat penting menggunakan desain teknik sebagai
katalisator untuk membawa keempat disiplin STEM pada platform yang
setara yang dijadikan sebagai konteks dalam pembelajaran untuk
mengintegrasikan konten STEM (Kelley & Knowles, 2016, hal. 4-5).

Selain itu, desain teknik memberi peluang bagi siswa untuk


memecahkan masalah yang terjadi secara alami di semua disiplin STEM
(Kelley & Knowles, 2016, hal. 5). Partisipasi siswa dalam desain teknik
sebagai sarana untuk mengembangkan teknologi relevan yang
membutuhkan pembelajaran bermakna melalui integrasi dan penerapan
pemahaman matematika dan sains (Moore & Smith, 2014, hal. 5). Namun,
menurut De Meester (2019, hal. 23) tidak semua praktik STEM dunia
nyata menyertakan desain teknik dalam semua unit pembelajaran STEM.
Akan tetapi, desain teknik ini menjadi bagian dari ruang lingkup praktik
teknik yang berperan sebagai integrator dalam menyatukan berbagai
komponen menjadi satu kesatuan yang koheren.

7
Proses desain teknik merupakan cara penting bagi siswa untuk
mengembangkan pemahaman tentang teknik sebagai disiplin ilmu. Oleh
karena itu, desain teknik harus menjadi bagian dari beberapa unit
pembelajaran STEM dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merasakan dan berpartisipasi dalam desain teknik di sekolah. Pengajaran
melalui desain teknik merupakan salah satu pendekatan untuk
mengintegrasikan mata pelajaran dengan menggunakan pembelajaran
berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah yang mengharuskan
siswa menerapkan pengetahuan konten untuk menyelesaikan masalah
(Margot & Kettler, 2019, hal. 1; Reeve, 2013, hal. 2).

d. Penggunaan dan penerapan teknologi

Teknologi dalam pembelajaran STEM digunakan sebagai alat untuk


memfasilitasi pengajaran atau produk yang dihasilkan sebagai bagian dari
praktik di ruang kelas (Butler, McLoughlin, O’Leary, Kaya, Brown, &
Costello, 2020, hal. 19). Siswa belajar bagaimana mendapatkan,
memanfaatkan atau menggunakan, dan mengelola alat teknologi untuk
menyelesaikan masalah sains, matematika, dan teknik (Torlakson, 2014,
hal. 9).

e. Penggunaan konteks dunia nyata

Penggunaan konteks dunia nyata dapat dilakukan dengan


menghubungkan materi dalam kehidupan sehari-hari. (Lai, 2018, hal. 112)
menguraikan pembelajaran STEM yaitu menggunakan masalah dunia
nyata atau situasi dunia nyata.

f. Praktik pedagogis yang tepat

Untuk menerapkan pendidikan STEM pada pembelajaran, banyak


model pembelajaran yang dapat digunakan. Tiga strategi utama dalam

8
pengajaran dan pembelajaran STEM yang efektif adalah pembelajaran
inkuiri, pemecahan masalah, atau pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran yang berpusat pada masalah baik pembelajaran berbasis
masalah atau proyek dan pembelajaran berbasis inkuiri merupakan
pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang berpusat pada
siswa untuk meningkatkan pembelajaran aktif.

Menurut Dringenberg, Wertz, Purzer, & Strobel (2012, hal. 5), ciri
pembelajaran aktif, yaitu 1) siswa meminta penjelasan selama proses
pembelajaran; 2) siswa mengikuti instruksi guru; 3) siswa berbagi
informasi dengan siswa lain; 4) siswa mendiskusikan ide dengan siswa
lain; 5) siswa berkolaborasi denga siswa lain. Peran guru dalam
pembelajaran aktif yaitu mengajukan pertanyaan kepada siswa,
mendorong siswa untuk berdiskusi satu sama lain, memantau
pembelajaran siswa, dan membuat konten yang relevan dengan
pembelajaran siswa.

2.3. Kelebihan dan Kekurangan dari Strategi Pendekatan STEM

Sistem pendidikan yang berbasis STEM dikenal sebagai metode


pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar-ilmu. Aplikasi STEM
dibarengi dengan pembelajaran aktif dan berbasis pemecahan masalah sehingga
siswa dididik untuk berpikir kritis, analisis, dan fokus kepada solusi.
Pembelajaran STEM pendidikan memiliki beberapa kelebihan berdasarkan
pengajaran dan pembelajaran antara lain:

a. Menumbuhkan pemahaman tentang hubungan antara prinsip, konsep,


dan keterampilan domain disiplin tertentu.
b. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memicu imajinasi kreatif
mereka dan berpikir kritis.

9
c. Membantu siswa untuk memahami dan mengalami proses penyelidikan
ilmiah.
d. Mendorong kolaborasi pemecahan masalah dan saling ketergantungan
dalam kerja kelompok.
e. Memperluas pengetahuan siswa diantaranya pengetahuan matematika
dan ilmiah.
f. Membangun pengetahuan aktif dan ingatan melalui pembelajaran
mandiri.
g. Memupuk hubungan antara berpikir, melakukan, dan belajar.
h. Meningkatkan minat siswa, partisipasi, dan meningkatkan kehadiran.
i. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan
mereka.

Pembelajaran STEM pendidikan juga memiliki beberapa kekurangan


berdasarkan pengajaran dan pembelajaran antara lain:

a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


b. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
c. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
d. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan (Rusman, 2013).

2.4. Contoh Penerapan Strategi Pendekatan STEM dalam Pembelajaran


Materi Kimia “ Laju Reaksi”

Penerapan Model STEM-PjBL dalam pembelajaran materi kimia laju


reaksi. Berikut ini Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan :

10
1. Reflection

Guru mengarahkan siswa ke dalam konteks masalah dan memberikan


inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai menyelidiki/investigasi
Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa yang diketahui
dan apa yang perlu dipelajari .

Dalam pembelajaran Laju Reaksi, siswa dirahkan untuk mencari


peristiwa yang berhubungan dengan laju reaksi dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu peristiwa yang dapat digunakan guru sebagai contoh
adalah, proses pembuatan tempe atau tapai dengan melalui proses
fermentasi.

2. Research

Guru memberikan pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode


lain untuk mengumpulkan sumber informasi yang relevan. Siswa
mengkonkritkan pemahaman abstrak dari masalah. Selama fase
research, guru lebih sering membimbing diskusi untuk menentukan
apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan
relevan berdasarkan proyek.

Dalam pembelajaran Laju Reaksi, setelah ditentukan materi apa yang


akan dikaji lebih jauh (pembuatan tempe, pembuatan tapai), guru dapat
meminta siswa untuk menggali informasi lebih dalam tentang
bagaimana proses pembuatan tempe/tapai dari sumber-sumber yang
dapat dipercaya.

3. Discovery

Siswa mulai belajar mandiri dan menentukan apa yang masih belum
diketahui. Membagi siswa menjadi kelompok kecil untuk menyajikan

11
solusi yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan membangun
kerjasama antar teman dalam kelompok. Mengembangkan kemampuan
siswa dalam membangun habit of mind dari proses merancang untuk
mendesain

Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok (4-6 orang). Setiap


kelompok menentukan proyek apa yang akan dikerjakan, berdasarkan
proses refleksi dan research yang telah dilakukan. Pada tahap ini,
kelompok merancang desain proyek yang akan dijalankan, meliputi alat
dan bahan yang harus digunakan, skema (desain) proyek, dan jadwal
pelaksanaan proyek.

Pada pembelajaran laju reaksi, proyek yang akan dikerjakan (disepakati)


adalah pembuatan tempe dan tapai. Kelompok dapat memilih salah satu
proyek.

4. Application

Tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam memecahkan masalah.


Siswa menguji produk yang dibuat dari ketentuan yang ditetapkan
sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki
langkah sebelumnya. Di model lain, pada tahapan ini siswa belajar
konteks yang lebih luas di luar STEM atau menghubungkan antara
disiplin bidang STEM.

Pada tahap ini, kelompok membuat, menguji, dan mengevaluasi proyek.


Produk hasil proyek diuji sedemikian rupa, sehingga layak untuk
dilaporkan. Jika produk yang dihasilkan belum memenuhi harapan,
kegiatan dapat kembali ke proses discovery untuk memperbaiki
rancangan proyek dan pembuatan ulang produk.

12
5. Communication

Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan


mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi
merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi maupun
kemampuan untuk menerima dan menerapkan umpan balik yang
konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan berdasarkan penyelesaian
langkah akhir dari fase ini.

Tahap akhir dalam model STEM-PjBL adalah mengkomunikasikan


hasil dari proyek. Kelompok mempresentasikan produk dan hasil dari
pengerjaan proyek. Presentasi dapat disajikan secara langsung atau
melalui video.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pembelajaran sains berbasis STEAM adalah pembelajaran materi pokok


sains yang mengintegrasikan di dalamnya perancangan desain-desain sistem dan
penggunaan teknologi untuk pemecahan masalah.

Pembelajaran Berbasis STEM memfasilitasi siswa untuk menggunakan


multidisiplin ilmu dalam problem Solving, mengenalkan proses engineering dan
teknologi dan melatihkan ketrampilan abad 21. Sekolah perlu memberikan
rekomendasi kepada guru untuk mendapatkan pengetahuan, mengimplementasikan
dan mengembangkan pembelajaran berbasisi STEM di sekolah,memfasilitasi proses
implementasi serta turut mengembangkan menemukan cara melatihkan ketrampilan
abad 21 melalui pembelajaran STEM. Implementasi pembelajaran sains berbasis
STEAM menuntut pergeseran moda pembelajaran dari pembelajaran berpusat guru
ke pembelajaran berpusat peserta didik, dari pembelajaran individual ke arah
pembelajaran kolaboratif dan menekankan aplikasi pengetahuan sains, kreativitas
dan pemecahan masalah.

3.2. Saran

Model pembelajaran STEAM perlu digunakan atau diterapkan karena


suasana positif yang timbul akan membarikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa akan merasa lebih
terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan keaktifan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Butler, D., McLoughlin, E., O’Leary, M., Kaya, S., Brown, M., & Costello,
E.(2020). Towards the ATS STEM Conceptual Framework. Dublin City University,
Dublin.

De Meester, J. (2019). Designing iSTEM learning materials for Secondary


Education. Arenberg Doctoral School, 1-306.

Dringenberg, E., Wertz, R. E., Purzer, S., & Strobel, J. (2012). Development of the
Science and Engineering Classroom Learning Obervation Protocol. American Society for
Engineering Education.

Hanover Research. (2011) . K-12 STEM Education Overview. Washington DC:


Hanover Research.

Kelley, T. R., & Knowles, J. G. (2016). A conceptual framework for integrated


STEM Education. International Journal of STEM Education, 3 (11), 1-11.

Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM education through project-based


learning.www.learning.com/stem/whitepaper/ integrated-STEM-throughProject-based-
Learning.

Lai, C. S. (2018). Using inquiry-based strategies for enhancing students’ STEM


education learning. Journal of Education in Science, Environment and Health (JESEH),
4(1), 110-117.

Margot, Kelley C & Kettler. (2019). Teachers’ perception of STEM integration and
education: a systematic literature review. International Journal of STEM Education, 6(2),
1-16.

Moore, T. J., & Smith, K. A. (2014). Advancing the State of the Art of STEM
Integration. Journal of STEM Education, 15 (1), 5-10.

Roberts, A., & Cantu, D. (2012). Applying STEM Instructional Strategies to.
Design and Technology Curriculum. 111-118.

15
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013)

Syukri, M. Dkk. 2013. Pendidikan STEM dalam Entrepreneurial Science Thinking


"ESciT Satu perkongsian pengalaman dari UKM untuk Aceh. Aceh Development
International Conference, (Kuala Lumpur: University of Malaya).

Torlakson, T. (2014). INNOVATIVE : A blueprint for Science, Technology,


Engineering, and Mathematics in California Public Education. California : State
Superintendent of Public Instruction.

16

Anda mungkin juga menyukai