Penyusun : KELOMPOK 7
Nama Anggota Kelompok:
1. Nur Rahmawati A25119119
2. Nur Sapna Damayanti A25119008
3. Winarsih A25119016
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas. Keterampilan-keterampilan ini
berhubung dengan kemampuan guru untuk menguasai dasar-dasar pengetahuan
yang berhubungan dengan persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang
akan memberikan dukungan terhadap cara berpikir siswa yang kreatif dan
imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan profesionalisme guru (Modul IDIK
4307: 1-30). Selain keterampilan mengajar yang mesti dikuasai guru-guru,
penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat penting
dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat berkaitan dengan
teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk
menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris sebaiknya tentang suatu
masalah. Jadi model merupakan suatu struktur konseptual yang telah berhasil
dikembangkan dalam suatu bidang dan sekarang diterapkan, terutama untuk
membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang
yang belum begitu berkembang Mark 1976 dalam (Ratna, 1989). Menurut
(Nasution, 2017) Metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam sekolah,
khususnya bagi pembelajaran di dalam kelas.
(Trianto, 2010), menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. (Pupuh & Sobry, 2010)
berpendapat makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar,
diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut
(Asyafah, 2019) Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan pentingnya pengembangan model
pembelajaran, yaitu:
a) Model pembelajaran yang efektif sangat membantu dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai
b) Model pembelajaran dapat memberikan informasi yang berguna bagi
peserta didik dalam proses pembelajarannya
c) Variasi model pembelajaran dapat memberikan gairah belajar peserta
didik, menghindari rasa bosan, dan akan berimplikasi pada minat serta
motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
5
d) Mengembangkan ragam model pembelajaran sangat urgen karena adanya
perbedaan karakteristik, kepribadian, kebiasaan-kebiasaan cara belajar
para peserta didik
e) Kemampuan dosen/guru dalam menggunakan model pembelajaran pun
beragam, dan mereka tidak terpaku hanya pada model tertentu
f) Tuntutan bagi dosen/guru profesional memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam menjalankan tugas/profesinya.
6
BAB II
KAJIAN MAKALAH
7
2.2. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori dan
Verifikasi
Menurut Sanjaya (dalam Suyitno, 2016) langkah-langkah dalam model
pembelajaran expository adalah:
1. Persiapan (Preparation) Dalam pembelajaran ini, persiapan merupakan langkah
yang penting, karena keberhasilan pelaksanaan sangat tergantung pada
persiapan. Beberapa hal yang dilakukan dalam langkah persiapan, diantaranya
adalah:
a) Berikan sugesti positif dan hindari sugesti 18 negatif
b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
c) Bukalah file dalam otak siswa, materi pelajaran bisa ditangkap dan disimpan
dalam memori manakala sudah tersedia file yang sesuai.
2. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus memikirkan dalam
penyajian ini bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap
dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
a) Penggunaan bahasa, bahasa yang digunakan sebaiknya komunikatif, dan
mudah dipahami, serta guru harus memperhatikan perkembangan siswa
b) Intonasi suara, pengaturan suara harus sesuai dengan pesan yang
disampaikan
c) Menjaga kontak mata dengan siswa, kontak mata sangat penting untuk
membuat siswa memperhatikan pelajaran.
3. Menghubungkan (Corellation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat
menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi
pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
8
dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir
dan kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah
yang sangat penting dalam expository learning, 19 sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
5. Penerapan (Aplication)
6. Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses expository learning, sebab melalui langkah ini guru akan
dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi
pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di
antaranya:
a) Dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan,
b) Dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah
disajikan.
9
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan. Expository learning merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach). Dikatakan demikian, sebab dalam model ini guru memegang peran
yang sangat 20 dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model ini
adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa.
10
tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam
menggunakan model expository.
b. Prinsip komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada
seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin
disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun
sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru
yang berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfugsi sebagai penerima pesan.
Dalam proses komunikasi, bagaimaapun sederhananya, selalu terjadi urutan
pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan kepenerima pesan. Sistem
komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh
penerima pesan secara utuh. Sebaliknya sistem komunikasi dikatakan tidak
efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap pesan
yangdisampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai
gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komuniasi. Akibat
gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak
memahami sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi
pebelajaran yang menekankan pada prose penyampainnya, maka prinsip
komuniksi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya
bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan
setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi.
c. Prinsip kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih
dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik
maupun psikis untuk menerima pelajaran, manakalah siswa belum siap untuk
menerimanya.
11
d. Prinsip berkelanjutan
Proses pembelajaran expositori harus dapat mendorong siswa untuk mau
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung
pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Expositori yang berhasil
adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari
dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
Keberhasilan penggunaan model expository sangat tergantung pada kemampuan
guru untuk bertutur atau menyampaikan mated pelajaran.
12
2. Kekurangan Model Expository Learning
Disamping memiliki keunggulan, model expository learning juga memiliki
kelemahan, di antaranya:
a) Model pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa
yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk
siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan model
pembelajaran lain.
b) Expository learning ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan
bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c) Karena expository learning lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka
akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d) Keberhasilan expository learning sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat,
antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur
(berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah dapat
dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil
13
jelas dari guru karena bentuk materi yang mengandung unsur perhitungan mate
matika yang mungkin akan sulit dipahami oleh para siswa. Contoh penerapan
strategi pembelajaran expositori pada soal konsep mol antara lain sebagai berikut:
1. Suatu contoh CdCl2, sebanyak 1,5276 gram direaksikan sehingga terbentuk
suatu logam kadmium dan senyawa bebas kadmium. Apabila masa logam
kadmium 0,9367 gram dan masa molar Klor dianggap 35,453 gram Cl/mol Cl,
beberapa massa molar Cd dalam reaksi ini?
Jawab :
Senyawa CdCl2 mempunyai massa : 1,5276 gram
Massa Cd dalam CdCl2 : 0,9367 gram
Jadi massa Cl dalam CdCl2 : 0,5909 gram
Jumlah mol Cl = massa Cl/ massa molar Cl
= 0,5909 gram / 35,453 gmol -1
= 0,01667 mol
Dari rumus molekul CdCl2 ternyata bahwa jumlah mol Cd dan Cl berbanding
1: 2, sehingga:
Jumlah mol Cd = ½. Mol Cl
= 1/2 . 0,01667 mol
= 0,008335 mol
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
yang kami harapkan dari dosen pembimbing,agar makalah ini jauh lebi baik dari
sebelumnya,dan kritik yang membangun dari pembaca, muda-mudahan makalah
ini bias lebih sempurnalagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia, 2 (4), 29-31.
Liyusri. 2013. Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar
Geografi, 1 (6), 66-68.
Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sutikno, M. Sobry. 2010. Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama.
Suyono, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Syarifudin. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.
Abdullah. 2017. Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa.
Edureligia, Vol. 01 No. 01 Hal. 45-62. Tersedia Pada:
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia/article/view/45.
Atriyanto, Bayu, Edy Sulistiyo. 2014. “Pengaruh Strategi Pembelajaran
Ekspositori terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Memperbaiki
Compact Cassete Recorder Kelas XI TAV di SMA Negeri 2 Surabaya”.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Volume 03, Nomor 02, Tahun 2014, Hal.
09 – 13. Tersedia Pada:
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
teknikelektro/article/view/7484.
Hasbiyalloh, A. S., Harjono, A., & Verawati, N. N. S. P. (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Scaffolding Dan Advance Organizer
Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X. Jurnal.Pendidikan
Fisika Dan Teknologi, 3(2), 173. https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.397.
16