Anda di halaman 1dari 15

I.

Judul : Titrasi Asam Basa


II. Tanggal mulai : 24 September 2019 10.30 WIB
III. Tanggal selesai : 24 September 2019 13.00 WIB
IV. Tujuan :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
V. Dasar Teori :
Proses mengukur volume larutan di dalam Buret (konsentrasi diketahui)
yang ditambahkan kedalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna disebut titrasi. Dahulu orang mengenal analisis ini dengan nama
analisis volumetri sekarang nama analisis volumetri digantikan dengan analisis
titrimetri karena analisis titrimetri lebih tepat untuk menyatakan proses titrasi.
(Suharsini, 2007)
Jenis-jenis titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis yaitu 1. Asam kuat-
basa kuat, 2. Asam kuat-basa lemah, 3. Asam lemah-basa kuat, 4. Asam kuat-
garam dari asam lemah, 5. Basa kuat-garam dari basa lemah. (Chang, 2005 : 136)
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi
asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara
umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut :
aA + tT  produk
Dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk
menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu
larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen
mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku
sama.
n titran = n analit
n eq titran = n eq analit
Dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke
dua. (Anonim, 2009).
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa
persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak
adanya reaksi sampingan
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi.
Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat
besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam
konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.
3. Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen
tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental
agar analis dapat menghentikan penambahan titran
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan
hanya beberapa menit. (Anonim, 2009).
Larutan standar ditambahkan dari dalam sebuah buret. Larutan Standar
adalah larutan yang diketahui konsentrasinya dan digunakan untuk analisis
titrimetri. Larutan standar yang terdapat dalam Buret merupakan larutan yang
diketahui konsentrasinya larutan ini disebut titrant (titran), sedangkan larutan
yang sedang dititrasi disebut titrand (titrat). (Suharsini 2007)
Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan
garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat
baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya
karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah
ion H+ = jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau
penetralan. Pada reaksi penetralan jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah
basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi. Titik ekuivalen adalah
keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.
Untuk menentukan titik ekuivalen pada reaksi asam basa dapat digunakan
indikator asam basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat
keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan
atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.
(Harjadi, 1986)
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan
warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam
lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa
organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi
perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan ke
dalam larutan yang akan di titrasi harus sedikit memungkinkan sehingga
indikator tidak mempengaruhi pH. Dengan demikian, jumlah titran yang
diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin umumnya 2
atau 3 tetes larutan indikator 0,1% (b/u) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua
tetes 0,1 ml indikator 0,1% dengan berat formula 100 adalah sama dengan 0,01
ml larutan titran yang konsentrasi 0,1 M. (Pierce, 1967)
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna
indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator fenolftalein karena
indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keunguan maka yang
teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah
metil merah karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning maka bila
indikator merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang
teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna
orange. (Anonim, 2009)
Bila suatu indikator digunakan untuk menunjuk-kan titik akhir titrasi,
maka:
1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen dengan
titrat.
2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada keraguan-
keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. (Harjadi, 1986)
Tabel indikator titrasi asam basa :
Indikator Daerah pH Warna asam Warna basa Pelarut
Thimol biru 1,2 -2,8 Merah Kuning Air
Metil kuning 2,9 –4,0 Merah Kuning Etanol 95%
Metil jingga 3,1 –4,4 Merah Kuning jingga Air
Metil merah 4,2 –6,2 Merah Kuning Air
Bromtimol biru 6,0 –7,6 Kuning Biru Air
Phenolphtalein 8,0 –9,8 Tak berwarna Merah-ungu Etanol 70%
(Harjadi, 1986)
Titrasi asam basa merupakan suatu cara yang cukup teliti untuk
menentukan konsentrasi suatu asam atau basa. Konsentrasi suatu asam
ditentukan dengan cara menitrasi suatu asam dengan basa yang telah diketahui
konsentrasinya, begitupun sebaliknya. Titrasi asam kuat basa kuat dinamakan
pula reaksi netralisasi atau penetralan karena pada reaksi menghasilkan garam
dan air. Dalam titrasi digunakan sebagai tempat larutan baku yang telah diketahui
konsentrasinya atau titran. (Qurniawati, 2017)
Larutan indikator asam basa memiliki rentang perubahan warna sebesar 2
satuan pH. Larutan indikator bersifat asam (disimbolkan dengan HIn)
mempunyai perbedaan warna dengan basa konjugasinya (disimbolkan dengan In-
) reaksi kesetimbangan sebagai berikut :
H20 + HIn H30+ + In-
Larutan HIn merupakan larutan yang tidak berwarna sedangkan larutan In-
merupakan larutan yang berwarna. (Suharsini, 2007)
Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-asam kuat biasanya
berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp). Indikator ini
merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga yang relatif
mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas dan biaya
produksi yang tinggi. (Qurniawati, 2017).
Indikator fenoftalein sering ditambahkan dalam titrat basa karena
perubahan warna yang mudah diamati dan terlihat paling jelas. Dalam titrat basa
indikator fenoftalein menunjukkan warna merah muda. Saat itu bereaksi dengan
asam kuat warna merah muda akan hilang secara bertahap. Saat warna larutan
berubah dari merah muda menjadi tidak berwarna, berarti titik ekuivalen telah
tercapai. Pada saat ini titrasi harus segera dihentikan dengan menutup keran
Buret. Jumlah titran yang dibutuhkan diketahui dari selisih skala pada Buret
sebelum dan sesudah titrasi. (Qurniawati, 2017)
Selain indikator sintetis, telah ditemukan indikator dari bahan alami
misalnya dari bunga blood leaf atau daun darah (Iresine herbstii), buah Opuntia
ficus indica (L.), tanaman bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) dan daun
perahu adam hawa (Rhoeo discolor). Hampir semua jenis tumbuhan yang
menghasilkan warna dapat digunakan sebagai indikator alami karena dapat
berubah warna pada suasana asam ataupun basa. (Qurniawati, 2017)
Zat warna kurkumin merupakan kristal berwarna kuning orange, tidak
larut dalam ether, larut dalam minyak, dalam alkali berwarna merah kecoklatan,
sedangkan dalam asam berwarna kuning muda. kurkumin memberi-kan
perubahan warna yang jelas dan cepat yaitu kurang lebih 5 detik sehingga
dimungkinkan digunakan sebagai indikator. (Nugroho, 1998)
Kurva titrasi HCl dan NaOH (Harjadi, 1986)

Kurva titrasi C2H2O4 dan NaOH (Christensen, 2016)


Rumus umum titrasi pada saat titik ekuivalen maka mol ekivalen asam
akan sama dengan mol ekivalen basa maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut
mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas dengan volume
maka rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut :
N Vasam = N Vbasa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas M dengan volume
jumlah ion H plus pada asam atau jumlah ion OH dalam bahasa sehingga rumus
di atas menjadi:
V M nasam= V M nbasa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M= Molaritas
n = Jumlah ion H+ pada asam atau OH- pada basa (Day, dkk 1986)
VI. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Statif dan klem 1 buah
2. Buret 1 buah
3. Labu Erlenmeyer 250 ml 3 buah
4. Pipet gondok 10 ml 1 buah
5. Gelas ukur 1 buah
6. Pipet tetes 3 buah
7. Gelas kimia 100 ml 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Botol semprot 1 buah
Bahan :
1. NaOH 0,1M 25 ml
2. C2H2O4 0,1 M 10 ml
3. HCL 0,1 M 10 ml
4. Penoptalein 1 tetes
5. Kunyit 1 buah
XI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Analisis Volumetri Atau Titrimetri . http:// belajar kimia.com
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga
Christensen, Bjørn E. 2016. Compendium TBT4135 Biopolymers. Trondheim:
NOBIPOL
Day, RA dan Underwood. 1986 . Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Harjadi. 1986 . Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta : PT Gramedia Pustaka
utama
Nugroho, N.A., 1998. Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit, Ungaran:
PT Trubus Agriwidya,
Pierce sawyer DT, Haenisch EL. 1967 . Quantitative Analysis . New York : John
wiley and sons
Suharsini, Maria dkk . 2007. Kimia Dan Kecakapan Hidup . Jakarta : Ganeca
exact
Qurniawati, dkk .2017 . Kimia Untuk Kelas 11 . Jakarta : Intan Pariwara
XIII. LAMPIRAN
1. Lampiran dokumentasi
Siapkan alat dan bahan

Bol pipet gondok Buret dan pipet gondok Statif dan klem

Dihaluskan, diberi
Tabung erlenmeyer
etanol kemudian
dan gelas kimia
Kunyit disaring dengan kertas
saring

Larutan C2H2O4,
NaOH, HCl, dan
indikator Phenolptalein Buret dicuci
Masukkan NaOH
kedalam buret
Tuangkan C2H2O4 Ambil C2H2O4 dengan Larutan C2H2O4
pipet gondok dimasukkan kedalam
erlenmeyer

Hasil titrasi larutan


C2H2O4 dan NaOH

Ditetesi NaOH dan


Diambil larutan HCl
dikocok hingga
berubah warna

Hasil titrasi larutan


HCl dan NaOH

Larutan HCl ditetesi Diambil larutan HCl


NaOH
Hasil titrasi dengan
ekstrak kunyit

Larutan ditetesi NaOH


dan dikocok
2. Lampiran kurva

Kurva titrasi HCl dan NaOH (Harjadi, 1986)

Kurva titrasi C2H2O4 dan NaOH (Christensen, 2016)


3. Lampiran Perhitungan
a) Percobaan ke-1
Diketahui :
VC2H2O4 = 10 ml
MC2H2O4 = 0,05 M
eC2H2O4 = 2
eNaOH =1
VNaOH 1 = 5 ml
VNaOH 2 = 4,8 ml
VNaOH 3 = 5,2 ml
Ditanya :
MNaOH?
Jawab :
1. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 5 = 0,05 × 2 × 10
M = 0,2 M
2. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 4,8 = 0,05 × 2 × 10
M = 0,208 M
3. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 5,2 = 0,05 × 2 × 10
M = 0,192 M
Rata-rata konsentrasi NaOH adalah
0,2+0,208+0,192
M=
3

M = 0,2 M
b) Percobaan ke-2
Diketahui :
VHCl = 10 ml
MNaOH = 0,2 M
eHCl =1
eNaOH =1
VNaOH 1 = 5,3 ml
VNaOH 2 = 5,1 ml
VNaOH 3 = 4,2 ml
Ditanya :
MHCl?
Jawab :
1. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 5,3
M = 0,106 M
2. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 5,1
M = 0,102 M
3. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 4,2
M = 0,084 M
Rata-rata konsentrasi HCl adalah
0,106+0,102+0,084
M= 3

M = 0,097 M
c) Percobaan ke-3
Diketahui :
VHCl = 10 ml
MNaOH = 0,2 M
eHCl =1
eNaOH =1
VNaOH 1 = 4,8 ml
VNaOH 2 = 4,6ml
VNaOH 3 = 4,4 ml
Ditanya :
MHCl?
Jawab :
1. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 4,8
M = 0,096 M
2. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 4,6
M = 0,092 M
3. M1 × e1 × V1 = M2 × e2 × V2
M1 × 1 × 10 = 0,2 × 1 × 4,4
M = 0,088 M
Rata-rata konsentrasi HCl adalah
0,096+0,092+0,088
M= 3

M = 0,092 M

Anda mungkin juga menyukai