PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis adalah suatu upaya penguraian satu pengertian ilmiah yang
bertujuan untuk menentukan susunan bahan baik secara kualitatif, kuantitatif,
maupun struktur.
Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang menyangkut penetuan jumlah zat
tertentu yang ada di dalam suatu sample. Analisis kuantitatif terdiri atas analisa
titrimetri, analisa gravimetri dan analisa instrumental. Analisis titrimetri berkaitan
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit dan merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis
atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salah satu
larutannya diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada 4
macam reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks,
reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks. Titrasi asam basa disebut
reaksi penetralan atau juga titrasi netralisasi yaitu titrasi yang didasarkan pada
reaksi antara suatu asam dengan basa dan merupakan teknik untuk menenutukan
kosentrasi asam atau basa. Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara
cermat mengamati perubahan warna, hal ini dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Dalam proses
titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen (jumlah stoikhiometri
perbandingan mol) dari kedua peraksi. yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator disebut titik ekuivalen. Dengan demikian melakukan suatu
percobaan titrasi, praktikan harus mampu mencampurkan 2 zat atau lebih yang
berbeda serta mampu menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis.
Dalam kehidupan sehari-hari, titrasi banyak diterapkan, Salah satu
penerapan titrasi adalah penentuan kadar NH3 atau lebih dikenal amonia. Amonia
merupakan senyawa nitrogen dan hidrogen yang mempunyai aroma yang
menyenagat dan aromanya sangat khas. Terbentuknya molekul amonia berasal
dari ion nitrogen yang bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen yang bermuatan
positif, karena itulah secara kimia direpresentasikan sebagai NH3. Amonia bisa
terjadi secara alami atau bisa juga diproduksi. Amonia tersedia dalam bentuk gas
dan cair dengan didefinisikan bau yang menyengat kuat. Amonia biasanya
digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pupuk, amonia sangat dibutuhkan
dalam industri pupuk. Senyawa ini dibuat melalui reaksi antara gas nitrogen dan
gas hidrogen.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
titrasi asam-basa, guna mengetahui kadar ammonia pada pupuk ZA dan pengaruh
pupuk terhadap tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat dan menentukan standarisasi larutan Na2CO3
sebagai larutan baku ?
2. Bagaimana cara menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA merk ”petro” ?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2CO3 sebagai baku
2. Menentukan kadar NH3 pada pupuk ZA merk “petro”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi(Underwood 1998).
2. Syarat – Syarat Bahan Standar Utama :
Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa
harus memenuhi syarat syarat untuk analisis titrimetri. Selan itu, standar utama
harus mempunyai karakterisik berikut ini.
a. Harus tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Secara umum, jumlah total pengotor harus tidak melebihi
0,01 sampai 0,02%.
b. Zat harus mudah mengering dan tidak boleh terlalu higroskopis karena hal
itu dapat mengakibatkan air terikut saat penimbangan. Zat tersebut tidak
boleh kehilangan berat saat terpapar udara. Hidrat-hidrat garam umumnya
tidak digunakan sebagai standar utama.
c. Standar utama itu diinginkan memiliki berat ekuivalen yang tinggi untuk
meminimalkan galat akibat kesalahan saat penimbangan.
d. Asam atau basa tersebut lebih disukai yang kuat karena sangat terdisosiasi.
Namun demikian, asam basa lemah dapat digunakan sebagai standar utama,
tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar tersebut
digunakan menganalisis sampel dari asam atau basa lemah. (Underwood,
1998).
3. Titrasi Penetralan
Dasar reaksi pada titrasi penetralan adalah reaksi antara ion Hidrogen
(H+) dengan ion Hidrogen (OH-) yang membentuk garam dan juga air (H2O).
Titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan
untuk mencapai titik ekivalen. Reaksi yang dipergunakan untuk titrasi
penetralan, salah satunya adalah reaksi Asam-Basa.
Reaksi Asam-Basa dapat ditentukan dengan menggunakan metode Titrimetrik,
dimana reaksinya yaitu:
HA + OH- → A- + H2O (analit asam, titran basa)
BOH + H3O+ → B+ + 2H2O (analit basa, titran asam) (Underwood, 1998).
Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi sebagai berikut.
aA + T → produk
Dimana A : molekul analit, bereaksi dengan T untuk menghasilkan produk
yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan
standar) konsentrasi dan pH nya telah diketahui. Saat ekuivalen mol titran sama
dengan mol analitnya, begitu pula mol ekuivalennya juga berlaku sama.
n titran = n analit
n. ekuivalen titran = n ekuivalen analitnya
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi kedua
(Ibnu, 2004).
Macam-macam reaksi penetralan :
a. Asidimetri
Titrasi penetralan yang melibatkan larutan basa dengan asam yang
diketahui konsentrasinya. Asidemetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan larutan baku asam.
b. Alkalimetri
Titrasi penetralan yang melibatkan larutan asam dengan basa yang
diketahui konsentrasinya. Alkalimetri merupakan penetapan kadar
senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan mengguakan larutan baku
basa (Ibnu, 2004).
Penetralan asam kuat oleh basa kuat
Dengan n=
Dengan nf =
Sehingga F=
Saat larutan dalam Erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda maka
titrasipun dihentikan kemudian dibaca dan dihitung volume HCl yang digunakan
dalam titrasi. Dan berikut ini adalah volume larutan HCl yang digunakan dalam
titrasi dalam 3 kali pengulangan :
Volume larutan HCl percobaan A = 11,8 mL
Volume larutan HCl percobaan B = 11,9 mL
Volume larutan HCl percobaan C = 12,2 mL
Setelah itu dari volume HCl diatas dapat dihitung kadar NH3 dalam pupuk ZA
untuk masing-masing pengulangan, yaitu sebagai berikut:
Kadar NH3 dalam pupuk ZA pada percobaan A = 62,24 %
Kadar NH3 dalam pupuk ZA pada percobaan B = 62,04 %
Kadar NH3 dalam pupuk ZA pada percobaan C = 61,46 %
Kemudian dari kadar pupuk ZA tiap percobaan diatas dapat dihitung kadar
NH3 dalam pupuk ZA rata-rata dan diperoleh 61,91 %.
Dikutip dari laman web PT Petrokimia Gresik untuk pembuatan pupuk ZA
diperlukan kadar amoniak minimal 99,5%
Hasil prsktikum kami tidak bisa sama dengan teori dikarenakan faktor
ketelitian dan pengkondisian yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan percobaan untuk menentukan kadar NH3 dalam pupuk ZA,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Standarisasi larutan HCl dengan larutan Natrium Karbonat, diperoleh
normalitasnya yaitu sebesar 0.1N.
2. Penentuan kadar NH3 dalam pupuk ZA yang diperoleh dari titrasi dengan
Larutan HCl yang telah distandarisasi, diperoleh sebesar 22,95 %.
5.2 SARAN
1. Dalam praktikum kimia harus dilakukan dengan hati-hati
2. Jangan ceroboh dan bergurau saat melakukan praktikum kimia
3. Catatlah hal-hal yang penting secara objektif
4. Saat praktikum sebisanya ada yang mengawasi (profesional)
DAFTAR PUSTAKA
Day. R.A Underwood. A.L. 1986. Quantitative Analysis (fifth ed.).New York:
Prentice Hall. (Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif
(ed. Ke 5).Jakarta: Erlangga)
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Quantitative Analysis (Sixt Edition).
Terjemahan oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M. Eng), Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta : Erlangga.
Erlina, D. L., dkk. 2011. Verifikasi Konsentrasi Regeneran pada Proses
Pegenerasi Resin Penukar Ion Sistem Air Bebas Mineral (GCA01) RSG-
GAS. Banten: BATAN (diakses 5 Oktober 2019).
Https://petrokimia-gresik.com/product/bahan-kimia (diakses pada tanggal 5
Oktober 2019)
Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analtik I. Malang : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Permanasari, Anna. 2001. Modul 1: Titrasi Volumetri. Bandung : FMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT. Kalman Media Pustaka.
Takeuchi, Y. 2006. Buku Teks Pengantar Kimia. Jakarta: Iwanami Publishing
Company.
Oxtoby, David. W., Gillis, H. P., dan Nachtrieb, Norman. H. 2001. Prinsip-
Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Lampiran
Jawaban Pertanyaan:
1. Membuat dan Menentukan Standarisasi Larutan Asam
1.) Apa perbedaan antara :
a. Larutan baku dan larutan standar?
b. Asidimetri dan alkalimetri?
Jawaban :
a. Larutan baku : Larutan baku adalah larutan yang kepekaannya diketahui
dengan tepat dan dapat dibuat melalui dua cara. Kedua cara tersebut
masing-masing tergantung dari penggunaan bahan baku. Bahan baku
adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku
primer (primary standary solution) dan untuk menetapkan kenormalan
larutan baku sekunder (econdary standard solution) (Tim Kimia, 2011).
Larutan standar : Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui secara pasti. Larutan Standard biasanya berfungsi sebagai
titran sehingga ditempatkan pada buret yang sekaligus berfungsi sebagai
alat ukur volume larutan standar. (Day Underwood, 1999).
b. Asidimetri : Titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam
terhidrolisis dari asam lemah. Larutan standarnya adalah asam.
Alkalimetri : Titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam
terhidrolisis dari basa lemah. Larutan standarnya adalah basa
(Chadijah,2012: 177) .
2.) Berikan alasan penggunaan indicator pada titrasi di atas?
Jawaban :
Fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan titik
akhir titrasi, karena dengan penambahan indikator maka larutan yang
dititrasi akan melewati titik kesetimbangan dimana ditandai dengan
adanya perubahan warna
V1 = 30 mL
V2 = 5 mL
Ditanya :
a) % Na2CO3
b) % NaOH
Reaksi yang terjadi :
= 30 mL – 5 mL= 25 mL
Kadar Na2CO3
Mol Na2CO3 = M . V2
= 0,5 x 10 mL
= 0,265 gram
Kadar Na2CO3 =
Kadar NaOH
Mol NaOH = M (V1 - V2)
= 0,5 x 25 mL
= 0,5 gram
Kadar NaOH =
PERHITUNGAN
A. Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Baku Na2CO3
Mr Na2CO3 =105,990
Be Na2CO3 = = = 52,995
Normalitas Na2CO3
N Na2CO3 = = = = 0,1 N
Titrasi 1
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 8,2 ml
N2 =
N2 = 0,121 N
Titrasi 2
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 9 ml
N2 =
N2 = 0,11 N
Titrasi 3
Mek Na2CO3 = Mek HCl
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 N x 10 ml = N2 x 8,9 ml
N2 =
N2 = 0,112 N
N HCl = =
= 0,114 N
N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 50 mL
m pupuk ZA = 0,1 g
V1 HCl = 11,8 ml
V2 HCl = 11,9 ml
V3 HCl = 12,2 ml
Ditanya : Kadar NH3 dalam pupuk ZA ?
Dijawab :
= x 100%
= 62,24 %
= x 100%
= 62,04 %
= x 100%
= 61,46 %
Rata-rata % NH3
=
= 61,91 %
LAMPIRAN FOTO