Klor adalah suatu unsur esensial mikro yang mempunyai fungsi cukup penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Walaupun demikian kegunaan fisiologis dari
unsur Cl sendiri bagi tanaman, belum banyak diketahui orang. Hal ini disebabkan karena
kurangnya penelitian penelitian tentang unsur yang satu ini, disamping kurangnya literatur
yang menulis tentang Cl ini secara mendetail dan jelas. Perlu diingat bahwa Cl adalah salah
satu unsur esensial mikro, sehingga walaupun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit oleh
tanaman (Mg g/ tanaman) tetapi unsur ini mutlak diperlukan oleh tanaman karena 1) Fungsi
dan peranan unsur ini tidak dapat digantikan dengan unsurlain, 2) Fungsi dan peranan biokemisnya secara spesifik, 3) Fungsi dan peranannya secara langsung dalam proses
fisiologistanaman, dan 4) Cl diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Cl.
Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akartanaman dan
dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl
dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik
pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara
mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobile dan mudah
tercuci oleh air drainase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu hara Cl
kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan
tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmosis sel,
mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain, untuk
tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting. Juga berperan dalam
fotosistem II dari
proses
fotosintesis, khususnya
dalam
defisiensi klor antara lain : pola percabangan akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan
layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk.
Fungsi Chlor ( Cl ) :
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
Defisiensi unsur Cl atau Klorida dapat juga menimbulkan gejala pertumbuhan daun
yang kurang abnormal (terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak kurang sehat
dan berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas
menunjukkan gejala seperti itu.
Molibdenum ( Mo )
Molobdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan
toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya
bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada
daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung
Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit
(CaMo). Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut
atau tanah organiksering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan
N.
Kekurangan
Mo
dapat
menghambat
menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari
daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan
daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga
kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
Fungsi Molibdenum ( Mo ) :
1.
2.
3.
Sebagai kofaktor pada beberapa enzim penting untuk membangun asam amino.
4.
5.
2.
3.
4.
Adapun gejala lainnya ialah ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan
mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati.
Dapus:
Soebiham. 1996. Prinsip Prinsip Dasar Uji Tanah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Suyamto dan Z. Arifin. 2002.
Muhamadiyah Sidoarjo.
Wahono, Haikal. 2011. Identifikasi Gejala Defisiensi dan Kelebihan Unsur Hara Mikro Pada
Tanaman.
Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah di Tanah Ultisol.
Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Jurnal
Agrivigor. Volume 7 (3) : 272 281.
Winarso, S. 2003. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Jember :Gava
Media.Yukamgo, E. dan Yuwono, W,N. 2007. Peran silikon sebagai unsur bermanfaat
padaTanaman Tebu. Yogyakarta :UGM. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.Volume 7
(2 ) : 103-116.