Anda di halaman 1dari 28

GEJALA DEFISIENSI DAN KERACUNAN UNSUR HARA MIKRO

PADA TANAMAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman
Dosen Pengajar Dr.agr. Nunun Barunawati, SP.,MP.

Oleh:
Kelompok 4
Moch. Meizar S
Ajeng Ayuningtyas
Agus Riyani
Choirummintin Wulandari
Rendri PuspitaDewi
RA. Putri Husadaning
Irma Noviana
Daniatul Aulia
Whenni Kusumaningtyas
Sarah Fairuz

125040201111338
125040207111048
135040200111002
135040200111017
135040200111068
135040200111136
135040207111049
135040201111135
135040207111018

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Gejala Defisiensi Dan
Keracunan Unsur Hara Mikro Pada Tanaman ini. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Tanaman.
Makalah ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang diberikan, kedua
orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan dalam pembuatan
karya tulis ini, semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dorongan yang
tidak ternilai hingga terselesaikannya karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah di masa mendatang.

Malang, 08 Mei 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defisiensi Unsur Hara Mikro pada Tanaman
2.2 Keracunan Unsur Hara Mikro pada Tanaman
2.3 Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro pada Tanaman
2.4 Gejala Keracunan Unsur Hara Mikro pada Tanaman
3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sumber bahan makanan bagi sebagian besar makhluk
hidup. Kesuburan tanah akan sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara. Salah
satu unsur hara tersebut adalah unsur hara mikro. Unsur hara mikro adalah unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro misalnya
Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu) , Boran (B), Molibdenium
(Mo) dan Chlor (Cl) sangat berperan penting dalam menentukan pertumbuhan
tanaman. (Harjowigeno, 1987).
Secara umum fungsi unsur hara mikro adalah sebagai penyusun jaringan
tanaman, sebagai katalisator (stimulant), mempengaruhi proses oksidasi dan
reduksi tanaman, membantu mengatur kadar asam, mempengaruhi nilai osmotic
tanaman, mempengaruhi pemasukan unsur hara dan membantu pertumbuhan
tanaman.
Perhatian terhadap unsur mikro dewasa ini meningkat pesat, hal ini karena
terangkatnya unsur mikro dalam tanaman menyebabkan persediaan dalam tanah
mencapai titik tidak dapat menunjang pertumbuhan normal, penggunaan pupuk
makro yang meningkat dosisnya mempertajam menurunnya unsur mikro tanah,
penggunaan pupuk berkadar unsur tinggi, meniadakan peluang digunakannya
bahan bahan kurang murni, sehingga kontaminasi unsur mikro dalam pupuk
berkurang serta kemampuan kita mengenal gejala kekurangan unsur mikro masih
relative kurang.
Unsur hara selain harus cukup tersedia didalam tanah, jumlah
perbandingannya harus seimbang. Sebab bila salah satu unsur berkurang yang
berarti keadaannya tidak seimbang lagi maka dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi tidak wajar.
Tiap unsur hara mempunyai tugas tertentu dan tidak satu unsur harapun
yang dapat menggantikannya secara sempurna dari tugas unsur hara yang lainnya.
Salah satu sifat dari unsur mikro ialah bahwa unsur mikro diperlukan dalam
jumlah sedikit dan dapat merusak bila dijumpai dalam jumlah banyak.
Kelebihan dan kekuranagan unsur harabagi tanaman dapat menyebabkan
terhalangnya pertumbuhan sehingga tidak optimal. Gejala kelebihan unsur hara

pada tanaman dapat dilahat dari gejala fisik pada bagian-bagian tanaman seperti
gejala yang terdapat pada daun, batang, bungan dan buah selain itu tanaman juga
akan menunjukkan gejala seperti daun yag terhambat sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi kerdil dan perubahan warna pada daun sering disebut sebagai
klorosi. Defisiensi unsur hara pada tanaman dapat terlihat pada daun-daun pada
umumnya. Sedangkan untuk gejala jika kelebihan unsur hara mikro yaitu dimana
tanaman dapat terjadi keracunan sehingga menyebabkan tanaman tidak tumbuh
dengan baik. Pentingnya pengetahuan dalam defisiensi tanaman akibat
kekurangan unsur hara dapat dijadikan suatu pedoman maupun petunjuk yang
dapat digunakan oleh peani yang sedang berbudidaya tanaman dalam melakukan
untuk menentukan pemupukan yang tepat, optimal, dan jenis pupuk yang harus
digunakan. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang defisiensi dan
kelebihan unsur hara mikro pada tanaman.
1.2 Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk mempelajari karakteristik defisiensi dan
gejala keracunan unsur hara ikro pada tanaman.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defisiensi Unsur Hara
Defisiensi unsur hara adalah gejala kekurangan unsur hara yang
diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu unsur hara atau
lebih, baik unsur hara mikro maupun unsur hara makro. Kekurangan atau
defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala- gejala yang tampak
pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan
produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian (Fauzi et. al. 2012).
Ciri-ciri atau syarat unsur hara makro yaitu unsur hara diperlukan dalam
jumlah yang tidak sedikit artinya dalam jumlah yang banyak, kekurangan salah
satu unsur hara makro pada tanaman dapat menmbulkan gejala disifiensi pada
tanaman yang biasanya sulut atau tidak dapat disembuhkan dengan menambahkan
suatu unsur hara makro yang lainnya, dan kelebiahan unsur hara makro dapat
menyebabkan keracunan pada tanaman karena unsur hara tidak sesuai apa yang
dibutuhkan oleh tanaman.sedangkan ciri untuk unsur hara mikro adalah unsur
hara diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit, kekurangan salah satu unsur
hara mikro pada tanaman dapat menmbulkan gejala disifiensi pada tanaman yang
biasanya sulut atau tidak dapat disembuhkan dengan menambahkan suatu unsur
hara mikro lainnya, dan apabila kelebihan unsur hara mikro juga akan dapat
berakibat pada keracunan tanaman (Sarief, 1986).
Kekurangan unsur hara esensial bagi tanaman dari jumlah yang
dibutuhkan tanaman, maka dapat mnimbulkan terhalangnya atau terganggunya
metabolisme tanaman yang secara visual dapat terlihat dari penyimpanganpenyimpangan pada laju pertumbuhannya. Gejala fisik yang dapat terlihat dalam
pengamatan yaitu terhambatnya pertubuhan akar, batang, daun yang kerdil dan
terjadi gejala klorosis serta nikrosis pada bagian organ tanaman. Meskipun
kekurangan unsur hara berakibat pada terganggunya fungsi dan pertumbuhan
tanama. Gejala yang umum ditemukan adalah gejala yang tampak pada bagian
tajuk tanaman, karena mudah diamati dan dapat memberikan manfaat bagi petani
dalam melakukan pemupukan yang tepat dan praktis (Lakitan, 2012).

2.2 Keracunan Unsur Hara


Kelebihan unsur hara bagi tanaman juga tidak mempunyai kebaikan
apapun akan tetapi malah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, yaitu dimana
yang dapat menimbulkan suatu gejala pada tanaman sepeti keracunan unsur hara
yang biasa terjadi yaitu tanaman keracunan unsur hara mikro seperti Aluminium,
Seng, Fe, dan Mn. Kerscunan ini terjadi karena pengaruh dari kondisi tanah yang
terlalu asam (Rukmana, 2005).
2.3 Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro
2.3.1

Defisiensi Unsur Fe
Fungsi dari Besi (Fe) ialah berperan dalam pembentukan klorofil. Oleh

karena itu ketersediaan Fe yang optimal dibutuhkan oleh tanaman. Bila Fe dalam
larutan hara tidak tercukupi maka pembentukan klorofil tidak akan sempurna,
respirasi tidak optimal dan energi yang dihasilkan hanya sedikit sehingga
penyerapan hara oleh akar lambat. Akibatnya, pertumbuhan tanaman stagnan atau
berhenti (Sutiyoso, 2006). Besi (Fe) esensial karena merupakan bagian dari enzim
tertentu dan bagian dari protein yang membawa elektron dalam fotosintesis dan
respirasi (Salisbury dan Ross, 1995).
Kekurangan unsur besi bagi tanaman menyebabkan timbulnya warna
bintik-bintik kuning pada daun muda (chlorosis), tetapi urat daun tetap hijau dan
pertumbuhan tanaman terhenti dan daun berguguran dan dapat mengakibatkan
kematian.

Gambar 1. Gejala Defisiensi Unsur Fe

2.3.2

Defisiensi Unsur Zn
Zinc (seng) merupakan komponen penting dari berbagai sistem enzim

tanaman untuk produksi energi, sintesis protein , membantu pembentukan


chlorofil dan penting dalam perbaikan tanah akali, sebagai kofaktor berbagai
enzim.serta regulasi pertumbuhan. Kekurangan zinc pada tanaman dapat
berdampak pada tertundanya kematangan. Zinc tidak bergerak sehingga gejala
kekurangan zinc tampak pada pertumbuhan baru. Gejala-gejalanya diantaranya
ialah pertumbuhan tanaman tidak normal, daun tampak kecil, daun tua tampak
menguning, warna picat keputihan tampak menyebar pada urat daun tetapi pada
tengah dan tepian daun masih hijau. Gejala lainya dari kekurangan unsur zinc
menyebabkan pertumbuhan secara drastic terganggu, daun mengecil dan pucuk
membentuk roset serta timbul warna-warna tidak normal pada tanaman.

Gambar 2. Gejala Defisiensi Unsur Zn


2.3.3

Defisiensi Unsur Mn
Unsur mangan (Mn), berperanan penting dalam pembentukan chlorofil,

membantu proses fotosintesis, dan merangsang perkecambahan biji dan


pemasakan buah.
Gejala kekurangan Mangan (Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan
Besi (Fe) pada tanaman, yaitu: Pada daun-daun muda diantara tulang-tulang dan
terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi
putih. Tulang-tulang daunnya tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian
sisi-sisi tulang. Jaringan- jaringan pada bagian daun yang klorosis mati sehingga

praktis bagian-bagian tersebut mati, mongering, dan terus mengeriput kemudian jatuh
sehingga daun tampak menggerigi. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil pembentukan
biji- biji kurang baik (jelek).

Gambar 3. Gejala Defisiensi unsur Mn


2.3.4

Defisiensi Unsur Cu
Fungsi Cu yaitu sebagai penyusun enzim, pembentukan klorofil, serta

metabolisme karbohidrat dan protein (Hardjowigeno, 2003). Cu (tembaga)


merupakan bahan pembentuk klorofil. Selain itu, Cu juga membantu dalam sistem
tarnsportasi elektron fotosintesis, dan berperan pula dalam metabolisme protein
dan karbohidrat serta fiksasi nitrogen (Sutiyoso, 2006).
Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru-biruan,
ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski
jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga.

Gambar 4. Gejala Defisiensi Unsur Cu pada Daun Pisang

2.3.5

Defisiensi Unsur Cl
Klor adalah suatu unsur esensial mikro yang mempunyai fungsi

cukuppenting bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Walaupun


demikiankegunaan fisiologis dari unsur Cl sendiri bagi tanaman, belum
banyakdiketahuiorang. Hal ini disebabkan karena kurangnya penelitian
penelitian tentang unsuryang satu ini, disamping kurangnya literatur yang menulis
tentang Cl ini secaramendetail dan jelas. Perlu diingat bahwa Cl adalah salah satu
unsur esensialmikro, sehingga walaupun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit
oleh tanaman (Mg g/ tanaman) tetapi unsur ini mutlak diperlukan oleh tanaman
karena 1) Fungsi dan peranan unsur ini tidak dapat digantikan dengan unsurlain,
2) Fungsi dan peranan bio- kemisnya secara spesifik, 3) Fungsi dan peranannya
secara langsung dalam proses fisiologistanaman, dan 4) Cl diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion Cl.
Klor merupakan unsur yang diserap

dalam bentuk

ion Cl- oleh

akartanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas
tanaman,misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat
tanamankering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 3401200

ppm

dandianggap

masih dalam

kisaran hara

mikro. Klor dalam

tanah tidak diikat olehmineral, sehingga sangat mobiledan mudah tercuci oleh
air drainase. Sumber Clsering berasal dari air hujan, oleh karena itu hara Cl
kebanyakan bukan menimbulkandefisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah
keracunan tanaman. Klor berfungsisebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan
osmosis sel, mencegah kehilangan airyang tidak seimbang, memperbaiki
penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dankelapa sawit dianggap hara makro
yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari
khususnya

dalam

proses

fotosintesis,

evolusi oksigen.Adapun defisiensi klor antara lain : pola

percabangan akar abnormal, gejalawilting (daun lemah dan layu), warna


keemasan (bronzing) pada daun, pada tanamankol daun berbentuk mangkuk.
Fungsi Chlor ( Cl ) diantaranya memperbaiki dan meninggikan hasil
kering dari tanaman. seperti, tembakau,kapas,kentang, dan tanaman sayuran,

sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan


air yang tidak seimbang.
`Kekurangan unsur hara Chlor ( Cl ) dapat menyebabkan pola percabangan
akar abnormal, gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing)
pada daun, pada tanaman kol daun berbentuk mangkuk, dan dapat menimbulkan
gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayursayuran, daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga. Defisiensi unsur Cl
atau Klorida dapat juga menimbulkan gejala pertumbuhan daun yang kurang
abnormal (terutama pada tanaman sayur-sayuran), daun tampak kurang sehat dan
berwarna tembaga. Kadang-kadang pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan
kapas menunjukkan gejala seperti itu.

Gambar 5. Gejala Defisiensi Unsur Cl


2.3.6

Defisiensi Unsur Mo
Molobdenum diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik

kritikdengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi
tanamanjuga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda
dengan sifathara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500
ppm. Umumnyatanah mineral cukup mengandung
terdapat di dalamtanah antara lain molibderit

Mo. Mineral lempung yang


(MoS),

powellit

(CaMo).

Molibdenum (Mo)dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut
atau tanah organiksering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian
dengan senyawaorganik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari

pencucian air.Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo


dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III)
oksida menjadi Fe (II)oksida hidrat.Fungsi Mo dalam tanaman adalah
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitratreduktase dan xantine oksidase. Gejala
yang timbul karena kekurangan Mo hampirmenyerupai
Kekurangan

Mo

dapat

menghambat

kekurangan

N.

pertumbuhantanaman, daun menjadi

pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejaladefisiensi Mo dimulai


dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi keringkelayuan, tepi daun
menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat,maka lamina hanya
terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebihdominan.
Fungsi Molibdenum ( Mo ) diantaranya berperan dalam mengikat (fiksasi)
N oleh mikroba pada leguminosa, sebagai katalisator dalam mereduksi N, sebagai
kofaktor pada beberapa enzim penting untuk membangun asam amino,
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase.
Kekurangan unsur hara Molibdenum ( Mo ) dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat, daun menjadi pucat dan mati, pembentukan
bunga terlambat dan ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua,
kemudian menjalar ke daun muda. Adapun gejala lainnya ialah ditandai dengan
warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah
terhenti dan akhirnya mati.

Gambar 6. Gejala Defisiensi Unsur Mo pada Tanaman Kacang Tanah


2.3.7

Defisiensi Unsur Ni

Nikel adalah komponen kunci dari enzim yang terlibat dalam metabolisme N
dan fiksasi N secara biologis. Nikel berfungsi sebagai kofaktor untuk
mengaktifkan urease untuk mengkatalisasikonversi urea ke dalam bentuk ion
amonium, yang dapat digunakan tanaman sebagai sumber N. Tanpa adanya Ni,
konversi urea adalah mustahil atau tidak dapat terjadi. Nikel diakumulasidi organ
tanaman atau jaringan, seperti daun.Daun yang mengalami defisiensi Ni akan
menunjukan nekrosis pada ujung daun dan semakin banyak terjadi serta meluas,
namun hal ini tergantung pada proses fiksasi N secara biologis (Gambar ....). Urea
yang terkonsentrasi dapat membunuh sel daun sehingga menyebabkan klorosis
pada ujung daun seperti pada tanaman kacang-kacangan (Gambar ....). Defisiensi
Ni pada kacang tunggak juga menunjukan gejala yang hampir sama. Gejala ini
menunjukan bahwa urea yang terbentuk selama metabolisme N berjalan normal,
N dapat terlepas dari sumber N yang asli. Pengaplikasian Ni dapat meningkatkan
aktivitas urease di daun dan mencegah akumulasi urea (Liu, et al., 2011).

Gambar 7. Nekrosis pada ujung daun akibat defisiensi Ni pada tanaman yang
memfiksasi N (Liu, et al., 2011).

Gambar 8. Bibit
kacang

tunggak

yang

ditanam

secara

hidroponik

dengan

penambahan Ni (kiri) dan tanpa penambahan Ni (kanan). Gejala


tersebut mirip dengan gejala defisiensi N(Liu, et al., 2011).
Defisiensi Ni juga menyebabkan proses pembentukan bintil akar tertunda dan
mengurangu efisiensi fiksasi N. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanaman
kacang-kacangan dimungkinkan memiliki kebutuhan Ni dalam jumlah tertentu.
Oleh karena itu untuk tanaman seperti kacang hiujau dan kacang tunggak
pemupukan NI mungkin diperlukan terutama pada tanah dengan kandungan Zn
atau pun tembaga yang tinggi atau dengan pH > 6.7. (Brown 2006 dalam Liu, et
al., 2011)
2.3.8

Defisiensi Unsur B
Fungsi utama dari B pada tanaman terkait dengan pembentukan dinding

sel dan jaringan reproduksi. Tanaman yang menderita defisiensi B menunjukkan


daun muda yang klorosis dan kematian dari titik tumbuh utama (tunas terminal).
Selain klorosis, daun dapat berubah menjadi coklat gelap, bintik yang tidak teratur
yang akan berkembang menjadi nekrosis daun pada kasus yang berat. Bintikbintik keputihan-kuning juga dapat terbentuk di dasar daun. Karena gangguan
dalam pertumbuhan dinding sel, daun dan batang pada tanaman defisiensi B
menjadi rapuh dan terdistorsi dan ujung daun cenderung menebal dan keriting.
tanaman yang terserang tumbuh lambat dan muncul terhambat akibat ruas
memendek (segmen batang antara titik di mana daun yang melekat). Karena B
cenderung terakumulasi dalam jaringan reproduksi, kuncup bunga mungkin gagal
terbentuk atau cacat, dan penyerbukan dan viabilitas benih biasanya menurun

akibat defisiensi B. (Jacobsen dan Jasper, 1991; Wiese, 1993dalam McCauley et


al., 2011).

Gambar 9. Defisiensi B pada tanaman alfafa; klorosis pada daun bagian atas dan
rosetting di dasar daun. (Jacobsen and Jasper, 1991 dalam McCauley et
al., 2011)
Dalam alfalfa dan canola, gejala defisiensi B mencakup rosetting (pengelompokan
daun yang kemudian memadat), menguningnya daundi bagian atas dan bunga
yang terbentuk sedikit (Gambar 9. ). Pada buah bit yang defisiensi B akan
terhambat pertumbuhan dan daun mudaakan keriting serta berubah menjadi
cokelat atau hitam. Pada stadium lanjut dari defisiensi itu, mahkota dan akar bit
mulai membusuk dan penyakit dapat masuk, yang mempengaruhi seluruh
tanaman (Mengel dan Kirkby, 2001 dalam McCauley et al., 2011). Bagian akar bit
yang sehat akan memiliki kadar gula yang rendah.
2.3.9

Defisiensi Unsur Si
Gejala defisiensi silikon di lapangan umumnya tidak dapat dilihat secara

visual. Secara tidak langsung silokon dapat menyebabkan tanaman rentan


terhadap serangan patogen seperti pada tebu, mentimun, dan gandum rentan
terhadap serangan penyakit embun tepung. Jumlah serangan serangga pada
jaringan tanaman dapat berbanding terbalik dengan konsentrasi silikon. Pada
tanaman biji-bijian yang defisiensi silikon, batangakan mudah rebah (Heckman,
2012).
10

11

Gambar 10. Gejala defisiensi Si pada daun tanaman padi mengalami bintik
cokelat(Dobermann dan Thomas, 2000).
Gambar

11. Daun tanaman padi yang menjuntai (kiri) akibat defisiensi Si


(Dobermann dan Thomas, 2000)

Pada tanaman padi gejala ditunjukkan dengan daun yang berubah menjadi
lunak dan menjuntai sehingga tanaman saling ternaungi dan mengurangi aktivitas
fotosintesis serta menurunkan hasil gabah. Selain itu juga terjadi ledakan penyakit
blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzaedan bercak hitam akibat
seranganHelminthosporiumoryzae. Dilaporkan pula bahwa defisiensi Si pada padi
dapat menyebabkan berkurangnya jumlah malai per luas lahan dan berkurangnya
jumlah bulir per malai (Dobermann dan Thomas, 2000) .
2.4 Gejala Keracuanan Unsur Hara Mikro
2.4.1 Keracunan Unsur Fe
Keracunan besi diakibatkan oleh pH tanah yang rendah, sehingga ion unsur
Fe, Al dan Mn mendominasi dan mengikat unsur hara lainnya.Akibat dari
keracunan Fe (besi) pada tanaman ialah karena hanya Fe yang tersedia dalam
jumlah banyak. Fe (Besi) berperan sebagai katalis dalam tanaman dan berperan
dalam berbagai proses redoks, seperti respirasi, fotosintesis, dan reduksi nitrat.
Tanaman memerlukan besi (Fe) dalam pembentukan klorofil, namun apabila
pada tanah berkapur dan berkadar fosfat tinggikekurangan besi dapat terjadi.
Unsur besi menjadi dalam kondisi yang tidak tersedia bagi tanaman karena dalam
keadaan mengendap atau terikat. Pada keadaan yang sebaliknya, apabila tanaman
terlalu banyak menyerap unsur besi maka akan mengalami Keracunan besi.

Dampak yang ditimbulkan dari keracunan Fe ialahterhambatnya berbagai kegiatan


seperti respirasi, fotosintesa,reduksi nitrat dan sintensis klorofil.
Gejala keracunan mulai muncul pada 1 2 minggu setelah tanam pindah,
namun terkadang gejala tersebut akan muncul hingga lebih dari 2 bulan. Gejala
pertama yang dimunculkan berupa bercak coklat kecil pada daun bagian bawah,
dimulai dari bagian ujung dan menyebar kearah pangkal daun. Bercak bercak
tersebut kemudian menyatu diantara tulang daun dan warnanya berubah menjadi
merah coklat, lalu mati. Daun yang sempit bisa tetap hijau, namun apabila terjadi
keracunan Fe ditingkat yang parah maka daun menjadi coklat ungu. Pertumbuhan
dari tanaman juga akan berubah menjadi

kerdil dan jumlah anakan sangat

berkurang (umumnya pada tanaman padi).


Sistem perakaran tanaman dapat terlihat kasar, jarang dan rusak dengan
lapisan coklat hingga hitam pada permukaan akar sehingga akibatkan akar mati.
Rumpun yang baru dicabut sering memperlihatkan perakaran yang buruk dengan
banyak akar hitam (noda sulfida besi). Sebaliknya, perakaran sehat memiliki
lapisan seragam dan halus oksida Fe3+ dan hidroksida berwarna coklat kemerahan.

Gambar 12. Gejala Keracunan Unsur Fe


Keterangan gambar:
a) Bercak bercak coklat kecil terbentuk pada ujung daun, lalu menyebar kea
b)
c)
d)
e)

rah pangkal daun


Daun berubah coklat kemerahan dan mati
Gejala awal muncul pada daun tua
Dalam keadaan keracunan Fe yang berat, seluruh permukaan daun terserang
Daun berwarna perunggu (kiri) dibanding daun sehat (kanan)
Keracunan besi pada padi menyebabkan terjadinya perubahan baik karakter

morfologi maupun fisiologi tanaman, sehingga respon setiap genotipe berbedabeda tergantung sifat toleransi atau kepekaanya terhadap keracunan besi.

Penampilan tanaman keracunan besi berhubungan dengan tingginya serapan Fe 2+


oleh akar dan ditransportasikan ke daun melalui aliran trasnspirasi.Kelebihan
kadar Fe dalam jaringan tanaman padi menyebabkan terjadinya perubahan
beberapa karakter fisiologi seperti kadar protein larut, gula larut, klorofil,
ethylene, proline, dan laju fotosintesis.
Gejala keracunan besi beragam diantara genotipe padi dan umumnya adalah
adanya bercak coklat keunguan dari daun yang diikuti dengan pengeringan. Gejala
visual yang khas berhubungan dengan proses keracunan besi, terutama terjadinya
akumulasi dari polyphenol-teroksidasi yang disebut bronzing atau yellowing pada
padi. Akibat mobilitas Fe yang rendah dalam tanaman, gejala yang khas dimulai
dengan bercak berwarna coklat kemerahan dari daun tua. Bercak berwarna
tembaga kemudian meluas keseluruh daun, perkembangan gejala selanjutnya
ujung daun menjadi kuningjingga kemudian kering dari bagian atas (Peng dan
Yamauchi 1993).
Menurut jurnal Noor (2013), keracunan besi merupakan kendala utama dalam
produksi padi di daerah tropikal dan subtropikal.Penurunan hasil padi sekitar 4
juta ha akibat keracunan besi dapat mencapai 30-60 %. Gejala keracunan besi
pada padi hanya terjadi pada kondisi spesifik yaitu dalam kondisi tergenang.
Kondisi reduksi di lahan sawah tergenang memperlihatkan gejala keracunan besi
melalui pelarutan semua bentuk Fe menjadi bentuk terlarut (Fe 2+) yang melibatkan
mikroba pelarut.
2.4.2 Keracunan Unsur Zn
Seng (Zn) dalam tanaman terlibat dalam beberapa fungsi enzim untuk
meningkatan reaksi-reaksi metabolik, sintesis senyawa-senyawa pertumbuhan
tanaman, memproduksi klorofil dan karbohidrat (Havlin et al., 2005). Pada
tanaman padi, Zn berfungsi sebagai penggerak beberapa reaksi enzim dan terlibat
langsung dalam metabolisme N (Winarso, 2005). Seng (Zn) merupakan unsur
mikro yang paling mobil dibandingkan dengan unsur mikro lainnya dan
mobilisasinya berkaitan erat dengan penuaan daun serta pembentukan biji.
Kelebihan unsur Zn dapat meyebabkan klorosis terhadap tanaman.
Klorosis merupakan suatu kelainan yang terjadi pada tanaman terutama pada daun

yang kekurangan klorofil. Klorofil sendiri merupakan senyawa pemberi warna


hijau pada daun, tulang daun dan batang muda. Sehingga apabila tanaman
mengalami klorosis maka daun tanaman tersebut tidak akan berwarna hijau
melainkan berwarna kuning pujat dan berbagai warna lainnya sesuai dengan
pigmen yang mendominasi terhadap tanaman. Korosis terjadi karena adanya
kekahatan nutrisi unsur hara padatanaman (Russell dkk, 2008).

Gambar 13. Gejala Keracunan Unsur Zn


2.4.3 Keracunan Unsur Mn
Pada dasarnya Mn dibutuhkan dalam jumlah sedikit, apabila kelebihan
unsur hara ini maka dapat menghambat proses sintesa klorofil, dapat terjadi pada
pH rendah, muncul sebagai defisiensi Fe.Keracunan unsur hara mangan (Mn)
memperlihatkan tanaman yang kerdil dan jumlah anakan sering terbatas. Bintikbintik cokelat berkembang pada tulang helaian daun dan pelepah daun. khususnya
pada daun bagian bawah. (Kaderi,2015). Gejala keracunan juga kadang-kadang
tampak klorosis, terjadi defisiensi Fe, dan pertumbuhan tanaman terhambat.

Gambar 14. Gejala Keracunan Unsur Mn


2.4.4 Keracunan Unsur Cu
Kelebihan kadar Cu dalam tanah yang melewati ambang batas akan mejadi
pemicu terjadinya keracunan khususnya pada tanaman. Kandungannya di dalam
tanah antara 2 sampai 250 ppm, sedangkan dalam jaringantanaman yang tumbuh

normal sekitar 5-20 ppm Cu. Kondisi kritis dalam tanah 60-125 ppm, dan dalam
jaringan tanaman 5-60 ppm Cu. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai
terhambat sebagai akibat keracunan Cu (Alloway, 1995).Gejala keracunanterlihat
dengan munculnya klorosis pada daun dan ini terjadi karena Cu mampu
menghambat atau menggantikan unsur logam lainnya seperti Fe yang sangat
penting dalam proses fisiologi dalam tubuh tanaman. Sehingga keracunan Cu
sejalan dengan defisiensi Fe (Daniel et al., 1972). Keracunan Cu juga dapat
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, percabangan terbatas, pembentukan akar
terhambat,akar menebal dan berwarna gelap, penurunan pertumbuhan, coklat
bercak pada daun, muncul sebagai defisiensi Fe, ditemukan dalam tanah yang
bersifat asam.Gejala keracunan menunjukkan pertumbuhan tanaman terhambat,
diikuti oleh gejala klorosis Fe, kerdil, cabang berkurang dan lain-lain.

Gambar 15. Gejala Keracunan Unsur Cu


2.4.5 Keracunan Unsur Cl
Klor merupakan unsure yang diserap

dalam bentuk

ion Cl- oleh

akartanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas
tanaman,misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat
tanamankering.Klor dalam tanah tidak

diikat olehmineral, sehingga sangat

mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Clsering berasal dari air
hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkandefisiensi, tetapi
justru

menimbulkan

masalah

keracunan

tanaman.Chlor

berperan

dalam

memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperi tembakau, kapas,
kentang dan tanaman sayuran, sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan
osmosis sel, dan mencegah kehilangan air yang tak seimbang. Apabila tanaman
kelebihan unsur hara Chlor maka dapat menimbulkan gejala pertumbuhan daun

yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran daun tampak kurang
sehat,

berwarna

tembaga,

adapula

menebaldancenderungmenggulung

serta

daun
dapat

yang

terbakar,

meningkatkan

daun

yang

kelembaban

(Susanti, 2012).

Gambar 16. Gejala Keracunan Unsur Cl


2.4.6 Keracunan Unsur Mo
Molibdenum diserap dalam bentuk

ion

MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu
tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya.
Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar
Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo.
Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS),
powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun
anion. Mo terlepas ke alam memlalui pembekaran bahan bakar, limbah air dari
proses industri, dan distribusi limbah. Pada tanah gambut atau tanah organik
sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa
organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air.
Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah.
Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi
Fe (II) oksida hidrat. Molibdenum berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh
mikroba pada leguminosa, sebagai katalisator dalam mereduksi N, sebagai
kofaktor pada beberapa enzim penting untuk membangun asam amino,
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase (Santiko,
2006).

Gambar 18. Gejala Keracunan Unsur


Kelebihan unsur hara Molibdenum ini tidak menunjukkan gejala yang
nyata pada adenium (kamboja) dan kelebihan Molibdenum dapat mengganggu
proses

fisiologis

tanaman,menurut

Sardianto

(2014),

keracunan

unsur

Molibdenum jarang dijumpai, apabila kadarnya sangat tinggi dapat meracuni


ternak.
2.4.7 Keracunan Unsur Ni
Kelebihan nikel menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya
bintik-bintik hitam pada daun (Arwida, 2008).

Gambar 19. Gejala Keracunan Unsur Ni

2.4.8 Keracunan Unsur B


Menurut Redaksi Agromedia (2007), kelebihan dari unsur hara boron ialah
pertumbuhan tanaman terhambat, ujung daun berwarna kuning dan mengalami
kerusakan berupa daun menjadi kecoklatan.

Gambar 20. Gejala Keracunan Unsur B


2.4.9 Keracunan Unsur Si
Gejala kelebihan Si menyebabkan keracunan pada tanaman yang
mengakibatkan tanaman panas dan kering (Hanum, 2008).

Gambar 21. Gejala Keracunan Unsur Si

3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Alloway, B. J. 1995. Heavy Metals in Soils. 2 rd Edition. Blackie Academic &
Professional - Chapman & Hall. London-Glasgow-Wenheim-New York.
TokyoMelbourneMadras. 368 p.

Arwida, Shintia Dian. 2008. Adenium Arabicum. Gramedia Pustaka Utama


Redaksi Agromedia. 2007. Cara Tepat Memupuk Tanaman Hias. Jakarta.
PT Agromedia Pustaka Redaksi PS. -. Media Tanam Untuk Tanaman
Hias.

Daniel, R. R., B. E. Stuckmeyer and L. A. Peterson. 1972. Copper toxicity in


Phaseoulus vulgaris l. as influenced by iron nutrition. I. An anatomical
study. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 9: 249254
Dobermann, A. Dan Thomas Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and
Nutrient Management. Canada. International Rice Research Institute. p:
95-96.
Fauzi, Y. Yustina E, W. Imam S. dan Rudi H 2012. Budidaya, Pemanfaatan Hasil
dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1. Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta
.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Havlin, L.J., S.L. Tisdale, J.G. Beaton, W.L. Nelson. Soil Fertility and Fertilizer.
An
Intriduction to Nutrient Management, seventh edt. Pearson Prentice Hall.
NewJersey.
Heckman, Joseph R. 2012. The Soil Profile: Silicon and Soil Fertylity. Rutgers
Coorperative Extention. Plant Biology and Pathology Department Rutgers
The State University of New Jersey. 20: 1-12.
Jogjakarta.
Kaderi, Husin.2015. Sidik Cepat Keracunan Unsur Fe, Mn, dan Al Pada Tanaman
di Lahan Rawa Sulfat Masam. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
(Balittra)

Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.
Liu, et al. 2011. Nickel Nutrition in Plants. University of Florida. IFAS Extention.
McCauley, et al. 2011. Plant Nutrient Functions and Deficiency and
Toxicity
Symptoms. Nutrient Management Module. Montana State
University (9):
1-16.
Noor, Adi dan Khairuddin. 2013. Keracunan Besi Pada Padi: Aspek Ekologi dan
Fisiologi-Agronomi. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.
Peng, X.X. and M. Yamauchi. 1993. Ethylene production in rice bronzing leaves
induced by ferrous iron, Plant Soil 149: 227234.
Rukmana, R. 2005.
Yogyakarta.

Jeruk Besar Potensi Dan Prospeknya. Kanisius.

Santiko, Sofyan Wiwet. 2008. Tugas Budidaya Tanaman Semusim. Molibdenum


Bagi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Yogyakarta.
Santiko, Sofyan Wiwet. 2008. Tugas Budidaya Tanaman Semusim. Molibdenum
Bagi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Yogyakarta.
Sardianto, Muhammad Kududs Perdana. 2014. Dasar-dasar Fisisologis
Tumbuhan. Peran, Gejala Defisiensi, dan Mekanisme Penyerapan Unsur
Molibdenum.http://sardiantoaet12.blogspot.co.id/2014/01/molibdenum.html
. Diakses tanggal 6 Mei 2016.
Sarief, S. 1998. Kesuburan Dan Pemupukaan Tanah Pertanian. Pustaka
Bandung.
Soebiham. 1996. Prinsip Prinsip Dasar Uji Tanah. Bogor
PertanianBogor.

Buana.
: Institut

Susanti, Riyana. 2012. Makalah Ekologi Tanaman. Unsur Hara Bagi Tanaman.
Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo. Kendari.
Susanti, Riyana. 2012. Makalah Ekologi Tanaman. Unsur Hara Bagi Tanaman.
Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo. Kendari.
Sutiyoso, Y. 2006. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyamto dan Z. Arifin. 2002. Bio-teknologi pupuk organik. Sidoarjo :
UniversitasMuhamadiyah Sidoarjo. Swadaya. Jakarta.

Tejoyuwono,N.2006.Pengantar Ilmu Tanah. http ://www .vertisol. com


/kesuburantanah.html
Wahono, Haikal. 2011. Identifikasi Gejala Defisiensi dan Kelebihan Unsur Hara
Mikro Pada Tanaman.
Wijanarko, A dan Taufiq, A. 2008. Kalibrasi P pada Tanaman Kacang Tanah
diTanah Ultisol. Malang : Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan
danUmbi-umbian. Jurnal Agrivigor. Volume 7 (3) : 272 281.
Williams,C.N. and Joseph, K.T., 1979: Climate, Soil and Crop Production in the
Humid Tropics. Oxford University Press. London. New York. Melbourne.
Winarso, S. 2003. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Jember
:Gava Media.Yukamgo, E. dan Yuwono, W,N. 2007. Peran silikon sebagai
unsur bermanfaat padaTanaman Tebu. Yogyakarta :UGM. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan.Volume 7 (2 ) : 103-116.
Wunarso, S. 2005. Kesuburan tanah. Dasar-Dasar dan Kesehatan Tanah. Gava
Media.

Anda mungkin juga menyukai