Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Konsep paling mendasar dalam kimia asam basa tidak
diragukan lagi adalah

reaksi netralisasi. Netralisasi dapat

didefinisikan sebagai reaksi antara proton dan ion hidroksida


membentuk air. Dalam pembahasan netralisasi tentu kita akan
mendapatkan istilah titrasi (Staf Pengajar Kimia Dasar, 2012).
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu
zat dengan menggunakan zat yang lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks
untuk

titrasi

yang

melibatkan

reaksi

reduksi

oksidasi,

titrasi

kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembuatan reaksi


kompleks dan lain sebagainya (Staf Pengajar Kimia Dasar, 2012).
Titrasi ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai
titik ekivalen. Keadaan ini disebut sebagai titik ekivalen. Untuk
memperoleh ketetapan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedikit
mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang dilakukan.
Dalam dunia kefarmasian, proses netralisasi yang dilakukan
dengan cara titrasi asam basa sangat berguna, terutama dalam
pembuatan obat yang dimana kita sudah mengetahui proses reaksi
yang terdapat dalam obat dan menentukan analisis tersendiri. Metode
analisis volumetri atau titrimetri yang menggunakan prinsip asam
basa. Prinsip asam basa ini digunakan zat berdasarkan perhitungan
jumlah

volume

dengan

kosentrrasinya secara pasti.

larutan

standar

yang

telah

diketahui

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN


I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
tentang netralisasi dan reaksi yang terjadi, serta untuk
memahami proses netralisasi menggunakan metode asidimetri
dan alkalimetri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar
suatu larutan asam dan basa dalam metode asidimetri dan
alkalimetri serta menentukan volume titrasinya.
I.3 PRINSIP PERCOBAAN
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kadar
natrium karbonat dengan metode titrasi hingga titik ekivalen tercapai
yang ditandai dengan perubahan warna suatu larutan yang ada dalam
sampel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TEORI UMUM
Netralisasi

dapat

juga

dikatakan

sebagai

reaksi

antara

pemberian proton (asam) dengan penerimaan proton (basa) (Ibnu


Gholib, 2009).
Berdasarkan metode netralisasi asam dan basa atau reaksi
penetralan dibedakan atas 2 sub metode yaitu:
1. Asidimetri, yaitu berdasarkan reaksi antara asam yang diketahui
kosentrasinya dengan basa yang akan ditentukan kadarnya.
2. Alkalimetri, yaitu metode netralisasi yang berdasarkan reaksi
antara basa yang di ketahui kosentrasinya dengan asam yang
akan di ketahui kadarnya (Staf Pengajar Kimia Dasar, 2012).
Asidemetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Asidimetri, yaitu cara analisis volumetri yang meliputi titrasi
basa bebas atau basa yang diperoleh dari hasil hidrolis garam asam
lemah dengan suatu larutan asam yang diketahui kosentrasinya
sebagai larutan baku. Asidimetri juga merupakan penetapan kadar
secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam.
Alkalimetri, yaitu cara analisis volumetri yang meliputi reaksi
antara asam bebas atau asam yang diperoleh dari hasil hidrolisis
garam basa lemah dengan suatu larutan basa yang di ketahui
kosentrasinya sebagai larutan baku. Alkalimetri juga merupakan
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa. Keasaman permukaan merupakan jumlah

asam total pada permukaan padatan yang dinyatakan dengan jumlah


milimol asam perberat sampel (Rohman, 2007).
Contohnya :
Titrasi Larutan HCl dengan larutan NaOH baku.
Titrasi Larutan

NH 4

CL dengan larutan NaOH baku.

Jadi dua cara ini mempunyai prinsip yang sama yaitu


menetapkan kadar asam atau basa dengan cara penambahan
sejumlah larutan asam baku atau larutan basa baku yang setara
dengan asam atau basa yang terdapat dalam contoh dan kadarnya
dapat dihitung dari volume larutan asam atau basa baku yang telah
ditambahkan (Staf Pengajar Kimia Dasar, 2012).
Asidimetri ialah analisa volumetri dengan mempergunakan
larutan baku asam. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya
perubahan warna indikator yang ditambahkan. Sedangkan alkalimetri
ialah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku basa.
Titik akhir dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator
yang dipakai (Staf Pengajar Kimia Medik 1997).
Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan
asam dan basa diantaranya:
1. Titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat.
2. Titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat.
3. Titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah dirumitkan
oleh terhidrolisisnya kation anion dan garam yang terbentuk
(Chang Raymond, 2004).
Pada analisis titrimetri, untuk mengetahui saat reaksi
sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator.
Indicator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana

senyawa

tersebut

akan

berubah

warnanya

dengan

adanya

perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan


titran dengan adanya perubahan warna.
Mereaksikan dengan titran atau menitrasi, larutan baku yang
diteteskan sebagai titrasi. Saat yang menyatakan reaksi telah selesai
disebut titik ekivalen teoritis yang berarti bahwa bahan yang diselidiki
telah bereaksi dengan senyawa baku secara kuantitatif sebagaimana
dinyatakan dalam persamaan reaksi selesainya titrasi dapat dilihat
dengan berubahnya warna atau dengan terbentuknya endapan
(Rohman, 2007).
Untuk

mengetahui

selesainya

suatu

netralisasi

maka

digunakan indikator, yang disebut indikator asam basa. Dalam


memilih indikator yang dipakai haruslah agar pH titik ekivalen
netralisasi. Pada kebanyakan titrasi asam basa dipilih suatu indikator
yang menunjukan perubahan warna yang nyata pada pH yang
diperoleh (Staf Pengajar Kimia Dasar, 2012).
Titik ekivalen sebagaimana kita ketahui adalah titik pada saat
sejumlah mol ion

jumlah ion

+
H

yang di tambahkan kelarutan asam dengan

yang semula ada jadi menenukan titik ekivalen

dalam suatu titrasi kita harus mengetahui dengan tepat berapa


volume basa yang ditambahkan dari buret keasam dalam baku.
Salah satu cara untuk mencapai titik ini adalah dengan menimbulkan
beberapa tetes indikator asam basa kelarutan asam pada saat awal
titrasi (Chang Raymond, 2004).
Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah
yang menunjukan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak

teoririsasinya. Kedua bentuk ini berkaitan dengan pH larutan yang


melarutkan indicator tersebut (Chang Raymon, 2004).
Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah-rubah warna.
Namun tidak semua indikator berubah pada pH yang sama, jadi
pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan
basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain mereka kuat
atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk
titrasi kita dapat menggunakan titik ekivalen (Chang Raymon, 2004).
Contoh-contoh indikator yang biasa dipakai pada netralisasi
adalah:
1. Penol Petalain (p.p). Termasuk indikator basa.
Interval pH : 8,0 10,0 ; perubahan warna ; tidak berwarna
merah.
2. Merah Metil (m.m). Termasuk indikator asam.
Interval pH : 4,2 6,2 ; perubahan warna merah -kuning
dipakai pada titrasi basa lemah atau kuat dengan asam kuat
(Staf Pengajar 2012).
Dari uraian tentang kurfa titrasi tersebut di atas, maka kita
dapat memilih indikator yang tepat yang mana saat tercapai titik
ekivalen akan terjadi perubahan warna. Table 1 menunjukan
berbagai macam indikator dengan jarak perubahan warna serta
warna-warna yang terjadi pada perubahan tersebut.
Selain

indikator

tunggal,

dalam

asidi-alkalimetri

juga

digunakan indikator campuran dengan tujuan untuk memberikan


perubahan warna yang tajam pada titik akhir titrasi. Beberapa contoh
indikator campuran adalah:
1. Campuran yang sangat banyak antara merah netral (0,1%
dalam etanol) dan biru metilen (0,1% dalam etanol). Indikator
campuran iniakan memberikan perubahan warna yang tajam dari

biru violet menjadi hijau ketika beralih dari larutan asam menjadi
larutan basa pada pH sekitar 7.
2. Campuran antara 3 bagian phenol petalein (0,1% larutan dalam
etanol) dengan satu bagian alafa naftotalein (0,1% dalam etanol)
akan memberikan perubahan warna yang tajam dari merah muda
ke ungu pada pH 8,9.
3. Campuran dari 3 bagian biru timol (0,1% larutan dari garam
natriumnya) dengan 1 bagian kresol merah (0,1% larutan garam
natriumnya) akan memberikan perubahan warna dari kuning ke
ungu pada pH 8,3. (Ibnu Gholib, 2009).

Tabel 1: Indikator dalam asidimetri - alkalimetri


Target

Warna
Asam

Basa

Merah

Kuning

Indikator
Kuning metal

Ph
2,4-4,0

Biru Bromfenol

3,0-4,6

Kuning

Biru

Jingga Metil

3,1-4,4

Jingga

Metil

Hijau Bromkresol

3,8-5,4

Kuning

Biru

Merah Metil

4,2-6,3

Merah

Kuning

Bromfenol 5,2-6,8

Kuning

Ungu

Bromtinol 6,1-7,6

Kuning

Biru

Ungu
Biru

Merah Fenol

6,8-8,4

Kuning

Merah

Merah Kresol

7,2-8,8

Kuning

Merah

Biru Timol

8,0-9,6

Kuning

Biru

Penol Petalein

8,2-10,0

Tidak Berwarna

Merah

Timolftalem

9,3-10,5

Tidak Berwarna

Biru

II.2 URAIAN BAHAN


1. Aqua Destillata (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 96)

Nama Resmi
Nama Lain
BM/ RM

: AQUA DESTILLATA
: Air Suling
: 18,02 / H2O

Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna. Tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.

Kelarutan

: Larut dalam etanol gliseril

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai bahan pelarut

2. Acidum Hydroclorium (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 53)


Nama Resmi
: ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain
: Asam Klorida
BM/ RM
: 36,46 / HCL
Rumus Struktur
: H-CL
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, berasap, bau merang
sang, Jika diencerkan 2 bagian air, asap dan
bau hilang.
Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol


(95%)

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan

3. Acidum Citricum (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 48)


Nama Resmi
: ACIDUM CITRICUM
Nama Lain
: Asam Sitrat
BM/ RM
: 210,14 / C5H8O7
Pemerian
: Hablur bening, tidak berwarna atau praktis,
tidak berbau,
rasa
sangat asam,
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

berbentuk hidrat dalam udara kering.


: Sangat mudah larut dalam air.
: Dalam wadah tertutup baik.
: Sampel

4. Acidum Sulfuricum (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 58)


Nama Resmi
: ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain
: Asam Sulfat
BM/ RM
: 98,07 / H2SO4
Pemerian
: Cairan kental seperti minyak, korosif tidak
berwarna,Jika ditambahkan ke dalam air akan

Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan

menimbulkan panas.
: Jika ditambahkan kedalam air akan menimbul
kan panas.
: Dalam wadah tertutup baik.
: Sebagai zat tambahan

5. Penol Petalein (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 62)


Nama Resmi
: PHENOL PETALEIN
Nama Lain
: Fenolflatein
BM/ RM
: 318,33 / C2OH14O4
Pemerian
: Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
lemak, tidak berbau stabil di udara
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol agak sukar larut dalam eter
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya.
Kegunaan
: Pemberi warna pada larutan
6. Natrium Karbonat (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 400)
Nama Resmi
: NATRII KARBONAS
Nama Lain
: Natrium karbonat
BM/ RM
: 124,00 / Na2CO3
Pemerian
: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air lebih mudah larut
dalam air mendidih
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Zat tambahan
7. Natrium Hidroxydum (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 412)
Nama Resmi
: NATRII HIDROXYDUM
Nama Lain
: Natrium Hidroksida
BM/ RM
: 40,00 / NaOH
Pemerian
: Bentuk
batang, butiran
massa hablur
atau

Kelarutan

keping, kering, keras, rapuh dan menunjukan


susunan hablur, putih, mudah meleleh, basa.
sangat adialis dan korosif segera menyerap
karbondioksida.
: Sangat mudah larut dalam air etanol

Penyimpanan
Kegunaan

(95%)
: Dalam wadah tertutup baik.
: Zat tambahan

8. Natrium Tetraborat (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 427)


Nama Resmi
: NATRII TETRABORAS
Nama Lain
: Natrium Tetraborat
BM/ RM
: 381,37 /Na2BO7
Pemerian
: Hablur transparan,tidak berwarna atau serbuk
hablur kasar, dalam udara lembab, meleleh
basa dalam hampa udara pada suhu 33
merapuh.
Kelarutan

: Larut dalam 95 bagian air. Praktis tidak larut


dalam etanol (95%)

Penyimpanan

: Dalam Wadah tertutup baik

Kegunaan

: Anti spektikum ekstrenn.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 Alat Percobaan
Adapun alat yang di gunakan dalam percubaan kali ini
yaitu Buret 50 ml, Cawan, Corong, Gelas, Desikator, Erlemeyer
250 ml, Gelas ukur 50 ml dan 100 ml, Oven, Penjepit pipet
tetes, Pipet Volume, Sendok Tanduk, dan Timbangan Analitik.
III.1.2 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang di gunakan dalam percobaan kali ini
yaitu Air suling (AQUA DESTILLATA), Asam Klorida (ACIDUM
HYDROCHLORIUM), Fhenol Fetalein (PENOL PETALEIN),
Natrium Hidroksida (NATRIUM HIDROXIDUM) dan Natrium
Karbonat (NATRII KARBONAT).
III.2 CARA KERJA
a. Pembuatan larutan asidimetri (Na2O3)
1. Di siapkan alat dan bahan.
2. Di timbang natrium karbonat (Na2CO3) sebanyak 0,35 gram.
3. Dimasukan natrium karbonat ke dalam oven untuk dipanaskan
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dengan suhu 260 - 270 % selama 30 60menit.


Kemudian di dinginkan selama 10 menit di desikator.
Dipindahkan ke labu ukur.
Ditambahkan air suling sebanyak 50 ml dan dikocok.
Dicukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda batas.
Dipipet 10 ml larutan tadi dipindahkan ke dalam erlemeyer.
Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes, sampai larutan

berwarna pink.
10. Ditetes dengan HCl 0,1 N dengan melalui buret sampai larutan
berwarna bening.
11. Dicatat volume titrasinya.
b. Pembuatan Larutan Alkalimetri (C5H8O7)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang asam sitrat sebanyak 0,15 gram.
3. Dimasukan ke dalam kimia.
4. Ditambahkan air suling sebanyak 30 ml.
5. Dihomogenkan larutan tersebut.

6.
7.
8.
9.

Dipindahkan kedalam erlemeyer.


Di tambah 6 tetes indikator PP.
Dihomogenkan.
Dititer dengan NaOH 0,1 N.

10. Dihomogenkan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
a. Asidimetri
Nama Bahan

Percobaan Skala Buret


Titik Awal

Titik Akhir

Volume Titrasi

Na2CO3

50 ml

12,8 ml

37,2 ml

Na2CO3

50 ml

23,5 ml

26,5 ml

b. Alkalimetri
Nama Bahan
Asam
NaOH

Sitrat

Percobaan Skala Buret


Titik Awal
+ 50 ml

Titik Akhir

Volume Titrasi

46,5 ml

3,5 ml

46,5 ml

40,5 ml

6,0 ml

40,5 ml

27 ml

13,5 ml

IV.2 PEMBAHASAN
Netralisasi didefinisikan sebagai reaksi penetralan asam dan
basa yang menghasilkan air. Air merupakan produk reaksi antara ion
+

H pembawa asam dengan ion hidroksida ( OH ) pembawa


basa dengan reaksi :
+
H

+ OH H2O

Pada praktikum ini di bahas tentang metode reaksi asam basa


reaksi alkalimetri, yaitu penetrasi suatu asam dengan menggunakan
larutan baku basa sebgai titran. Titik akhir titrasi di tandai dengan
perubahan warna pada larutan titran yang ditambahkan indikator.
Pada percobaan ini digunakan sampel larutan HCl pembawa
sifat asam dan larutan Na2CO3 pembawa sifat basa sehingga di
peroleh reaksi :
Na2CO3 + HCl 2NaCl + CO + H2O
Dimana pembaluan larutan HCl 0,1 M yang bertindak sebagai
titran. Terjadi suatu reaksi netralisasi dapat kita ketahui apabila telah
terjadi perubahan warna pada suatu zat atau sampel yang kita titrasi
setelah ditambahkan indikator PP. perubahan warna yang terjadi di
karenakan indikator bereaksi dengan asam (asam klorida).
Adapun kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan kali
ini

adalah

apabila

wadah

yang

digunakan

kurang

bagus,

pengamatan yang kurang teliti, perhitungan yang kurang tepat, dan


salah satu alat yang digunakan mengalami kerusakan.

BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Netralisasi adalah reaksi antara ion H + dari asam dan reaksi
OH- dari basa yang menghasilkan air. Penetralan dilakukan dengan
melibatkan larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Pada percobaan titrasi HCl 0,1 N yang bersifat asam dan larutan
Na2CO3 sebagai larutan baku primer dan diperoleh volume rata-rata
50,45 ml untuk memperoleh suasana netral pada basa sebagai
larutan nitrat.
V.2 Saran
Untuk menyimpan bahan-bahan sebaiknya di simpan di
tempat atau penyimpanan yang benar agar tidak cepat rusak dan
dapat di pakai lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Chang,

Raymon.

2004. Kimia Dasar Edisi III. Erlangga: Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Republik


Indonesia: Jakarta
Ibnu,

Gholib

DKK. 2012.

Kimia

Farmasi

analisis.

Pustaka

Pelajar :
Yogyakarta
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis . Pustaka Pelajar:

Yogyakarta

Staf Pengajar. 2012. Kimia Dasar. Universitas. Indonesia Timur: Makassar


Staf

Pengajar. 1997.

Penuntun Praktikum Kimia

Detik. Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

LAMPIRAN I
1. Perhitungan Bahan
Akan dibuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 250 mL dari HCl 2 N
Diketahui :
V2 : 250 mL
N1 : 2 Normalitas
N2 : 0,1 Normalitas
Ditanya V1 : ?
V1 x N1 : V2 x N2
V1 x 2 : 250 x 0,1
V1 x 2 : 25
25
V1 : 2
: 12,5 mL
Jadi volume HCl 2 N yang di ukur sebanyak 12,5 mL dimasukkan
ke dalam labu ukur lalu di cukupkan volumenya sampai tanda
batas.
2. Penimbangan bahan Na2CO3 anhidrat a.p
Diketahui : M Na2CO3 anhidrat a.p : 0,3200 g ( 320 mg )
V1 : 100 mL
V2 : 250 mL
Ditanya : massa yang akan di timbang Na2CO3?
Penyelesaian :
100 mL x 320 mg
M:
250 mL
:

2 mL x 320 mg
5 mL

: 128 mg
: 0,128 g
3. Pengukuran Volume HCl
Diketahui : %K : 36,5 g
BJ : 1,18
BM : 36,5
Ditanya : Volume HCl yang akan diukur?

%K x 1000 x BJ
BE

Penyelesaian : N :

36,5 x 1000 x 1,18


36,5

: 11,8 N
Pengenceran : V1 x N1 : V1 x N1
V1 x 11,8 : 250 x 0,1
11,8
V1 : 25
V1 : 0,472 mL
4. Nilai normalitas berdasarkan praktikum
Diketahui : V Penetrasi
: 22.8 mL
N HCl
: 0,1 N
V yang dititrasi : 50 mL
Ditanya : N?
V Penetrasi x N HCl
Penyelesaian : N :
V yang dititrasi
:

22,8 mL x 0,1 N
50 mL

: 0,0456 N
5. Mengetahui volume rata-rata Asidimetri
Diketahui : V1 : 37,2 mL
V2 : 26,5 mL
Ditanya : Volume rata-rata?
V +V
Penyelesaian :
2
:

37,2+26,5
2

: 50,45 mL

Anda mungkin juga menyukai