Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menentukan kadar suatu senyawa tertentu dapat menggunakan berbagai macam
metode salah satunya yaitu titrasi. Titrasi merupakan sebuah proses analisis di mana
suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan tertentu dengan tujuan
untuk mengetahui konsentrasi yang tidak diketahui berdasarkan kemurnian nya, larutan
standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer merupakan larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi.Sedangkan larutan standar Sekunder ialah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah dan sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi.

Standardisasi larutan merupakan suatu proses ketika konsentrasi larutan standar


sekunder ditentukan dengan cara menitrasi larutan standar primer. Dalam proses titrasi
suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai tirat. Titran atau titer adalah larutan yang
digunakan untuk menitrasi. Sedangkan titrat adalah larutan yang di titrasi untu
diketahui konsentrasi komponen tertentu. Lalu, titik ekuivalen adalah yang menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies
yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian yang ada di atas maka praktikum Asidimetri –
Alkalimetri ini dilakukan untuk mengetahui kadar asam dan basa dalam suatu larutan.
Sehingga tujuan dari praktikum Asidimetri - Alkalimetri yaitu agar kita dapat
mengetahui kadar konsentrasi larutan dengan menggunakan metode Asidimetri -
Alkalimetri yang memakai larutan asam dan larutan basa sebagai penitrasinya.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Untuk mempelajari dan agar mampu analisis indicator secara titrasi asdie-
Alkalimetri
b. Untuk mempelajari perhitungan kosentrasi larutan NaOH
c. Untuk mempelajari perubahan warna pada proses titrasi antara C 2H2O4 dengan
NaOH dan NaOH dengan CH3COOH pada percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain
yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut
larutan baku.Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam basa
(Muchtariadi, 2006).

Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya
secara
stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya
warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “ekuivalen“, yaitu titil dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa atau titik di mana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan (Adi Gunawan, 2004).

Titrasi Asidi-Alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat - basa kuat, asam kuat -
basa lemah, asam lemah - basa kuat, asam kuat - garam dari basa lemah, basa kuat - garam
dari asam lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam - basa sebagai
penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.
Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa
ketika dalam keadaan basa (Harjadi, 1986).

Asidi - Alkalimetri adalah suatu analisis titrimetri yang melibatkan titrasi asam - basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu
asam standar (Asidimetri) dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (Alkalimetri).
Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida akan membentuk air sebagai hasil akhir
dari sebuah reaksi ini (Basset J, 1994).
Analisis volumetri adalah cabang kimia analitik di mana pengukuran volume adalah salah
satu operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan diambil dalam bentuk larutan
dan volume larutan standar (larutan yang diketahui konsentrasinya) yang diperlukan untuk
bereaksisepenuhnya, dengan volume larutan yang tidak diketahui (larutan yang
konsentrasinya akan ditentukan). Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus
normalitas (Pahari, 2006).

Asam merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH <7 dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat menerima
pasangan elektron bebas dari basa, dan zat yang dapat memberi proton H+kepada zat lain
(basa). Asam umumnya berasa masam, tetapi cairan asam pekat sangat berbahaya karena
dapat merusak kulit dan mata jika terperak asam pekat. Contohnya adalah Asam Sulfat.
Basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion Hidronium ketika dilarutkan dalam air.
Basa ialah senyawa lawan dari asam yang memiliki pH 7. Basa dapat dibagi menjadi basa
kuat dan basa lemah. Basa kuat adalah jenis senyawa sederhana yang dapat mendeprotonasi
asam sangat lemah dalam reaksi asam basa. Basa lemah adalah larutan bahasa yang tak
seluruhnya menjadi ion Hidroksida dalam larutan. Garam adalah ionik yang terdiri dari ion
positif (kation) dan ion negative (anion). Sehingga membentuk senyawa netral yaitu tanpa
bermuatan. Garam terbentuk dari hasil reaksi asam basa. Komponen kation dan anion dapat
berupa senyawa anorganik seperti asetat (CH3COO) dan ion monoatomik seperti Fluida
(F-), serta ion poliatomik seperti Sulfat (SO42-). Natrium klorida (NaCl), bahan utama
garam dapur adalah suatu gelvani (Day, 1998).

Indikator asam - basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya itu
berubah. Setiap indikator asam - basa mempunyai trayeknya sendiri, demikian pula warna
asam dan warna basanya. Diantara indikator ada yang mempunyai satu macam warna,
misalnya fenolftalein yang berwarna merah dalam keadaan basa tetapi tidak berwarna bila
keadaannya asam. Indikator satu warna menunjukkan warna yang sama, juga dalam
trayeknya, akan tetapi intensitas warna tersebut berbeda sesuai dengan pH nya. Untuk
fenolftalein antara 8,0 - 9,6 sehingga pada pH di bawah 8,0 larutan tak berwarna dan diatas
9,6 warna merah tidak berubah I\intensitasnya (Harjadi, 1990).

Tabel 2.1 Beberapa Indikator Asam-Basa yang penting


Perubahan Warna
Indikator pH Trayek pH
Asam Basa
Sindur Metil (metil orange) 3,1 - 4,4 Merah Kuning
Merah Metil (metil red) 4,2 - 6,3 Merah Kuning
Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru
Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak Berwarna Merah
Metil Violet 0,5 – 1,5 Kuning Biru
Bromtimol Biru 6,0 – 7,6 Kuning Biru
Fenol Merah 6,4 – 8,0 Kuning Merah
Bromo Kesol Hijau 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Alizani Kuning 10,2 – 12,0 Kuning Violet
Timolftalein 9,3 – 10,5 Tidak Berwana Biru

Pada saat terjadi perubahan warna indicator, titrasi dihentikan, indikator berubah warna
pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa dikenlah istilah ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis
reaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indicator. Saat perubahan warna
terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

Analisis kimia diketahui terhadap sampel yaitu analisis yang kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kuantitatifyang paling sering digunakan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri
yang telah didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel dengan suatu
larutan standar disebut analisis AsidiAlkalimetri. Apabila larutan yang bersifat asam maka
analisis yang dilakukan adalah analisis Asidimetrisebaliknya jika digunakan suatu basa
sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut juga sebagai analisis Alkalimetri (Keenan,
1991).
Syarat – syarat larutan standar primer yang pertama yaitu zat harus tidak berubah berat
dalam penimbangan di udara, lalu zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, dan
disimpan dalam keadaan murni, lalu zat tersebut sedangkan harus sedapat mungkin
mempunyai massa relative dan massa ekuivalen yang besar, yang kelima zat tersebut harus
mudah larut dalam pelarut yang dipilih, yang terakhir yaitu reaksi yang berlangsung dengan
pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung (Basset J, 1994).

Sedangkan syarat – syarat larutan standar sekunder yang pertama yaitu derajat kemurnian
lebih rendah daripada larutan standar primer. Yang kedua yaitu harus mmepunyai suatu
berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan, dan yang terakhir
larutannya relatif stabil dalam penyimpanan (Basset J, 1994).

Larutan asam apabila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air.
Sifat asam dan sifat basa akan menghilang dengan terbentuknya zar baru yang disebut
garam ini. Garam memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya karena hasil reaksinya
adalah air yang memiliki sifat netral, dimana jumlah ion H+sama dengan jumlah ion OH-
maka reaksi tersebut disebut juga dengan reaksi netralisasi/penetralan. Pada reaksi
penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditetapkan
titik ekivalensi reaksi. Titik ekivalensi adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis
bereaksi dengan mol
basa (Dedy Anwar, 2016).

Sifat fisik dan kimia bahan, yang pertama NaOH memiliki titik didik 1388˚C, berwarna
putih lalu memiliki titik leleh 318˚C, dapat larut dalam air, mengandung methanol dan
etanol, dan memiliki berat molekul 40 gr/mol. Yang kedua CH3COOH memiliki densitas
1,049 gr/mol. Yang ketiga, C2H2O4 memiliki massa molar 90,05 gr/mol, kepekatan 1,05
gr/mol, berpenampilan kristal putih, memiliki densitas 1,90 gr/mol, dan memiliki kelarutan
dalam air 90 gdm-2(pada 20˚C). Yang keempat, akuades berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa, titik beku 0˚C, titik didih 100˚C, merupakan senyawa Hidrogen
dan Oksigen,
bersifat polar. Yang kelima, indikator PP, tidak berwarna dibawah pH 8 dan berwarna
merah diatas pH 9,6, zat warna yang digunakan sebagai indicator asam – basa, senyawa ini
dalam titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat dan digunakan pula sebagai
pencahar (Basri, 1966).

Asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer maupun titran. Titer adalah larutan
standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan ditempatkan dalam buret,
sedangkan titran adalah larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, biasanya ditempatkan
dalam labu Erlenmeyer. Kadar atau konsentrasi asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa atau sebaliknya. Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa adalah berdasarkan
reaksi penetralan, sehingga titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi
(Basset J, 1994).

Kita telah memulai reaksi sebelumnya dengan jumlah molar asam yang sama dan dasarnya,
pada akhir reaksi kita hanya memiliki garam dan tidak ada sisa asam atau basa. Ini
merupakan karakteristik reaksi netralisasi asam basa. Penambahan larutan standar
dilakukan sampai mencapai titik ekivalenatau titik stoikhiometri, yakni ion hidrogen dan
ion hidroksida habis bereaksi. Titik ekivalendapat ditentukan dengan menggunakan suatu
indikator yang berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik dimana perubahan warna
indikator terjadi disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

Indikator adalah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna berbeda
antara bentuk molekular (tidak terionisasi) dan bentuk terinisasinya. Kedua bentuk ini
tergantung pada pH larutan yang diuji. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, jika warna
indikator berubah, makapada saat itu titrasi dihentikan. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya sekitar dua atau tiga tetes (Harjadi, 1990).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Pipet Tetes

b. Buret 50 mL

c. Statif

d. Klem

e. Pipet Volume 10 mL

f. Labu Erlenmeyer 100 mL

g. Gelas Ukur 25 mL

h. Gelas Kimia 100 mL

i. Corong Kaca

j. Bulb

3.1.2 Bahan

a. Larutan CH3COOH (Asam Asetat) 0,1 M

b. Larutan NaOH (Natrium Hidroksida) 0,1 M

c. Larutan C2H2O4 (Asam Oksalat) 0,1 M

d. Indikator PP

e. Akuades
3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Asidimetri

a. Menuangkan Asam Oksalat 0,1 M sebayak 50 mL ke dalam buret


b. Menggunakan pipet gondok, masukkan 10 mL larutan NaOH 0,1 M ke dalam labu
erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes indikstor PP.
c. Melakukan titrasi. Hentikan titrasi saat warna merah lembayung berubah menjadi
warna putih bening saat menghomogenkan labu Erlenmeyer. Catat volume Asam
Oksalat pada pembacaan buret.
d. Mengulangi titrasi hingga 3 kali atau triplo, menambahkan larutan Asam Oksalat
pada buret agar titik titrasi tidak terlampaui.
e. Menghitung kosenrtrasi larutan NaOH.

3.2.2 Alkalimetri

a. Menuangkan larutan NaOH 0,1 M sebayak 50 mL ke dalam buret


b. Menggunakan pipet gondok, masukkan 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M ke dalam
labu erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes indikstor PP.
c. Melakukan titrasi. Hentikan titrasi saat warna merah lembayung berubah menjadi
warna putih bening saat menghomogenkan labu erlenmeyer. Catat volume Asam
Oksalat pada pembacaan buret.
d. Mengulangi titrasi hingga 3 kali atau triplo, menambahkan larutan NaOH pada
buret agar titik titrasi tidak terlampaui
e. Menghitung konsenrasi larutan CH3COOH.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

4.1.1 Asidimetri

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Asidimetri

Perlakuan Pengamatan
1. Pengambilan alat dan bahan untuk 1. M=g/Mr * 1000/V
praktikum. 0,1=g/126 * 1000/100
2. Mengambil asam oksalat 1,26 g. 0,1=g/126 * 10
3. Tuang asam oksalat 1,26 m sebanyak 50 =0,1 * 126/10
ml ke dalam gelas kimia lalu dalam buret. =12,6/10
4. Dengan menggunakan pipet gondok, =1,26
dimasukkan 10 ml larutan NaOH ke dalam 2. Perubahan warna pada indicator pp ke
labu Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes dalam tabung yang berisi asam oksalat,
indicator pp. maka berubah warna menjadi ungu.
5. Lakukan titrasi. 3. NaOH masukan kedalam buret sebanyak
6. Pipet kecil digunakan untuk meneteskan 50 ml asam oksalat yang sudah di teteskan
indkator pp ke dalam labu Erlenmeyer indicator pp dan sudah di aduk NaOH yang
sebanyak 2 tetes. ada didalam buret.
4. Sehingga labu Erlenmeyer yang berisi
asam oksalat sebanyak 2 tetes berubah
menjadi warna kuning dan NaOH yang
didalam buret berkurang sebanyak 4,3 ml.
4.1.2 Alkalimetri

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Alkalimetri

Perlakuan Pengamatan
1. Pengambilan alat dan bahan untuk 1. Reaksi yang terjadi pada labu Erlenmeyer
praktikum yang berisi asam oksalat sebanyak 10 ml
2. Mengambil dan menimbang NaOH 2 g dicampurkan dengan indicator pp sebanyak
3. Dituang larutan NaOH yan telah 2 tetes tidak mengalami perubahan warna
distandarisasi sebanyak 50 ml kedalam pada saat dicampurkan habis sebanyak 50
buret ml sampai 0 ml.
4. Menggunakan pipet gondok, dimasukkan
10 ml larutan CH3COOH kedalam labu
Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes
indicator pp
5. Lakukan titrasi
4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi Asidimetri

H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

NaOH + Indikator PP

Gambar 4.1 Reaksi Asidimetri


4.2.2 Reaksi Alkalimetri

NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

Indikator PP + C2H2O4

Gambar 4.2 Reaksi Alkalimetri


4.3 Perhitungan

4.3.1 Asidimetri

Diketahui : M C2H2O4 = 0,1 M


V C2H2O4 = 4,3 mL
V NaOH = 10 mL
Ditanya : M NaOH =……?
Dijawab : M C2H2O4 . V C2H2O4 = M NaOH . V NaOH
0,1 M . 4,3 mL = M MaOH . 10 mL
0,43 = M NaOH
10
M NaOH = 0,043 M

Jadi, kosemtrasi larutan NaOH 0,1 M yang didapatkan setelah titrasi adalah 0,043
M.

4.3.2 Alkalimetri

Diketahui : M NaOH = 0,1 M


V NaOH = 0 mL
V NaOH = 10 mL
Ditanya : M CH3COOH =…….?
Dijawab : M NaOH . V NaOH = M CH3COOH . V CH3COOH
0,1 M . 0 mL = M CH3COOH . 10 mL
0 = M CH3COOH
10
M CH3COOH = 0 M

Jadi, kosentrasi larutan CH3COOH 0,1 M yang didapatkan setelah titrasi adalah 0 M
4.4 Pembahasan

Alat yang dipakai di percobaan ini ada pipet tetes, buret, statif, klem, pipet volume 10
mL, labu erlenmeyer 100 mL. gelas uikur 25 ml, gelas kimia 100 mL, corong kaca, dan
bulb. Untuk pipet tetes digunakan untuk mengambil cairan indikator PP, buret sebagai
wadah larutan penitrasi, statif berfungsi untuk menyangga buret, klem berfungsi untuk
menjepit buret, pipet volume 10 mL berfungsi untuk mengambil larutan yang akan di
titrasi, labu erlenmeyer sebagai wadah titrasi, gelas ukur berguna untuk mengukur larutan
yang akan dipakai, gelas kimia sebagai tadahan yang ditaruh dibawah buret, corong kaca
untuk mempermudah memindah cairan ke tempat yang berukuran kecil dan terakhir bulb
untuk membantu menyedot larutan dalam jumlah yang banyak.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat (C ₂ H ₂O4) yang
digunakan sebagai penitrasi lalu larutan NaOH yang digunakan pada asidi sebagai larutan
yang dititrasi dan pada alkali sebagai penitrasi, lalu larutan asam asetat (CH3COOH)
sebagai larutan yang digunakan sebagai larutan yang di titrasi. Fungsi indikator PP pada
percobaan ini yaitu digunakan sebagai media untuk mengidentifikasi keadaan suatu zat
yang bersifat asam ataupun basa. Terakhir, akuades pada percobaan ini berfungsi untuk
membersihkan alat- alat laboratorium dari zat pengotor.

Fungsi perlakuan yaitu menambahkan indikator PP pada larutan berfungsi untuk


mengetahui larutan larutan yang bersifat asam ataupun basa. Menghomogenkan erlenmeyer
berguna untuk malarutkan sehingga larutan tercampur dengan sempurna, titrasi secara
triplo berguna untuk melihat hasil yang maksimal dan sebagai perbandingan. Fungsi titrasi
yaitu untuk mengetahui, mengidentifikasi larutan dengan identifikasi berupa perubahan
warna, pembacaan buret dilakukan untuk bisa mengetahui adanya ketepatan dalam proses
titrasi sehingga titik akhir titrasi tidak terlampaui.

Faktor kesalahan pada praktikum ini adalah kurang telitinya saat tidak menuang semua
asam oksalat. Saat corong kaca digunakan untuk memindahkan asam oksalat setelah itu
tanpa dibersihkan dengan akuades, corong kaca digunakan kembali untuk memindahkan
indikator PP. Sehingga indikator PP yang dipindah tercampur dengan larutan asam oksalat,
meneteskan indicator PP terlalu kepinggir.

Asidimetri merupakan suatu metode pengukuran kadar kebasaan suatu zat dengan
menggunakan suatu larutan asam sebagai standar. Standar asam yang sering digunakan
adalah asam klorida (HCI) dan asam sulfat (H2SO4). Kedua asam tersebut umumnya ada
dalam keadaan pekat. Asam Klorida yang pekat konsentrasinya adalah 10,5 - 12 M,
sedangkan asam sulfat pekat mempunyai konsentrasi 18 M. Asam klorida lebih sering
digunakan sebagai standar dibandingkan dengan asam sulfat karena mudah larut dalam air.
Kelemahan penggunaan asam sulfat adalah asam sulfat dapat membentuk garam sukar larut
seperti barium sulfat.

Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat
dengan menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan biasanya adalah natrium
hidroksida (NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan
asam oksalat (H₂C2O4) Hidroksida hidroksida dan natrium, Kalium dan barium umumnya
digunakan sebagai larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan
sangat mudah larut dalam air. Pembuatan larutan standar alkalis dari amonium hidroksida
tidak dibenarkan, kecuali bersifat sebagai basa lemah, sebab pada proses pelarutan
dilepaskan gas amonia (beracun).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk
menentukan suatu konsentrasi dan suatu zat yang ada dalam larutan. Larutan yang
di titrasi dengan metode Asidimetri - Alkalimetri mengalami perubahan pH. Titrasi
Asidimetri - alkaimetrii dibagi menjadi dua bagian besar yaitu Asidimetri dan
Alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan larutan basa menggunakan larutan
baku asam, sedangkan Alkalimetri merupakan titrasi larutan asam menggunakan
larutan baku basa.
b. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat (C₂ H₂O4) yang
digunakan sebagai penitrasi lalu larutan NaOH yang digunakan pada asidi sebagai
larutan yang dititrasi dan pada alkali sebagai penitrasi, lalu larutan asam asetat
(CH3COOH) sebagai larutan yang digunakan sebagai larutan yang di titrasi.
c. Asam oksalat yang di titrasi Asidimetri dengan larutan NaOH 0,1 M mengalami
perubahan warna dari merah lembayung setelah ditambahkan 2 tets indikator PP
berubah menjadi tidak berwarna ketika dilakukan titrasi NaOH yang dititrasi dengan
larutan CH3COOH terjadi perubahan dari warna bening setelah diteteskan indikator
PP dan berwarna merah lembayung ketika di titrasi.

5.2 Saran

Saran saya untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti dan lebih mengingat lagi dengan
benar prosedur, tidak melakukan lagi kesalahn lebih kosentrasi lagi dan kegunaan bahan
bahan yang digunakan dan dilakukan saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Gunawan dan Roeswati. (2004). Tangkas Kimia. Kartika

Basri, Sarjono. (2003). Kamus Kimia. PT Bhineka Cipta


Day, R, A. (1998). Kimia Analisa Kuantitatif. Erlangga

Dedy Anwar Saleh. (2016). Konsep Dasar Kimia Analitik. Erlangga

Harjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga

Muchtariadi dan Justiana, Sandri. (2006). Kimia 1. Yudistira

Pahari, A.K., B.S. Chauhan. (2006). Engineering Chemistry. Laxmi Publications

Sukmariah. (1990). Kimia Kedokteran. Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai