Anda di halaman 1dari 27

0

Acara IV

ASIDI-ALKALI METRI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
Disusun oleh : Julita (14.I1.0160)
Kelompok : A4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah agar praktikan dapat menentukan kadar kalium
biarbonat dalam soda melalui tutrasi asidimetri, menetapan kadar asam cuka dalam
laarutan cuka dengan titrasi alkalimetri, dan mengetahui pH pada saat titik euivalen
dengan menggunakan pH meter.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Asidi-alkalimetri merupakan analisa kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Analisa dan reaksi itu dilakukan dengan cara titrasi (Roekmini & Sadli,
1978). Analisa volumetri adalah analisis kuantitatif yaitu analisa berdasarkan
pengukuran volume dari suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
pasti. Asidi-alkalimetri berdasar reaksi netralisasi dan reaksi penetralan adalah salah
satu yang mendasari analisa volumetri (Petrucci, 1992).

Pada asidi-alkalimetri dilakukan pengukuran volume suatu larutan yang diketahui


konsentrasinya secara pasti, yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan
larutan sampel yang diketahui volumenya. Larutan ini dinamakan larutan standar
(Roekmini & Sadli, 1978).
Alkalimetri merupakan analisis volumetri menggunakan larutan baku basa untuk
menentukan jumlah asam yang ada, dan asidimetri merupakan analisis volumetric
menggunakan larutan baku asam untuk memntukan jumlah asam yang ada. (Daintith,
1999).
Asidimetri dapat didefinisikankan sebagai analisis volumetrik yang menggunakan
larutan baku asam untuk menentukan jumlah basa yang ada. Asam berasal dari
bahasa latin yaitu acetum yang berarti cuka. Asam merupakan senyawa yang dalam
keadaan tertentu bisa menghasilkan ion H+ dan istilah basa diambil dari bahasa arab
yang berarti abu. Dalam teori Lewis, asam adalah penerima (akseptor) pasangan
elektron dan basa adalah donor (pemberi) pasangan elektron. Dalam ikatan kimia,
asam adalah zat yang mempunyai orbital yang belum penuh dan kekurangan elektron
dan basa adalah zat yang memiliki pasangan elektron yang dapat digunakan bersama.

Asam mempunyai pH kurang dari 7, basa mempunyai pH lebih dari 7, dan larutan
netral mempunyai pH = 7 (Petrucci, 1992).
Reaksi penetralan dari asam basa paling baik diselesaikan dengan metode titrasi.
Titrasi adalah prosedur yang dilakukan untuk menentukan sejumlah zat A dengan
menambahkan secara hati-hati volume larutan dengan konsentrasi B yang diketahui
hingga A dan B dapat bereaksi dengan sempurna (Ebbing, 1987).
Metode titrasi merupakan suatu metode di mana sebuah solusi dari ketepatan
konsentrasi standar ditambahkan secara 1bertahap pada solusi lain yang tidak
diketahui konsentrasinya sampai keduanya dapat bereaksi secara lengkap (Chang,
1991). Titrasi juga merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengukur volume
senyawa yang digunakan dalam penetralan (Petrucci, 1992).
Perubahan warna sering sekali terlihat di reaksi kimia. Perubahan warna dapat terjadi
karena suatu ion atau beberapa warna ionnya karena perubahan suatu pH, dapat
berubah menjadi bentuk ion yang berlainan (Subowo & Sunjaya, 1978). Titik
ekuivalen ditandai dengan perubahan warna yang tajam serta mencolok dari
indikator yang telah ditambahkan dalam larutan asam. Dalam titrasi, indikator
biasanya merupakan bahan yang mempunyai perbedaan yang jelas dalam media basa
atau asam (Chang, 1991).
Untuk mencari titik di mana asam dan basa yang digunakan dalam penetralan dapat
bereaksi dengan tepat maka dibutuhkan tindakan yang sangat hati-hati waktu
menambahkan asam ke basa atau basa ke asam dan jangan sampai melewati titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi tidak sama dengan titik ekuivalen, karena pada saat
mencapai titik ekuivalen belum tentu indikator tersebut sudah berubah warnanya atau
sebaliknya (Day & Underwood, 1992). Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
perubahan warna terhadap indikator (Petrucci, 1992).
Reaksi-reaksi kimia yang bisa diambil sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa
adalah sebagai berikut :

Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah ; BOH + H+ B+ = H2O

Jika HA meruapakaan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka
reksinya adalah : HA + OHA- + H2O
Dari reaksi di atas, disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah
reaksi penetralan, yaitu H+ + OH - H2O serta terdiri dari beberapa kemungkinan
yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah,
asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara
basa lemah dan asam lemah tidak digunakan dalam analisis kuantitatif karena
pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir
titrasi tidak dapat diamati. Hal tersebut yang menyebabkan bahwa titran biasanya
merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl (Rifqi, 2008).

Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti


konsentrasi larutan. Dalam asidi alkalimetri, penitran asam atau basa yang
merupakan larutan standar sekunder perlu distandarisasi dengan larutan standar
primer karena untuk menentukan ketepatan konsentrasinya. Untuk membakukan
asam dalam analisa asidi alkalimetri, biasanya dapat digunakan Na 2CO3 anhidrid dan
Na2B4O7.10 H2O (borax) yang keduanya merupakan garam dari asam lemah dan
basa. Suatu larutan standar dapat disiapkan dan dibuat dengan melarutkan suatu
sampel zat terlarut yang diinginkan yang ditimbang dengan tepat dalam volume
larutan yang diukur dengan tepat. Namun metode ini tidak bisa diterapkan secara
umum, karena relatif hanya sedikit reagen kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk
yang cukup murni untuk memenuhi dan mencapai ketepatan (accuracy). Lebih
lazim suatu larutan distandarkan oleh suatu titrasi di mana larutan itu bereaksi
dengan bobot tertentu standar primer (Day & Underwood, 1992).
Asam dan basa lemah bisa dipakai sebagai standar primer tanpa kesalahan yang
besar terutama bila larutan standar itu digunakan untuk menganalisis asam dan basa
lemah (Harjadi, 1993). Ciri dari larutan standar primer antara lain dapat didapatkan
dengan mudah dan tersedia dalam bentuk murni, ketidakmurnian tidak boleh
melebihi 0,01 0,02 %, stabil, mempunyai bobot ekivalen yang cukup tinggi dan

wajar, konsentrasi larutan tidak berubah jika disimpan waktu yang lama, mudah
dikeringkan, dan tidak bersifat higroskopis.
Tidak semua asam dapat dipakai sebagai larutan standar. Asam yang akan digunakan
sebagai larutan standar harus memenuhi kriteria. Kriteria tersebut antara lain adalah
merupakan asam kuat, tidak mudah menguap, stabil, garam dari asam itu dapat larut,
dan bukan termasuk asam pengoksida yang cukup kuat karena mampu merusak
senyawa organik sebagai indikator (Day & Underwood, 1992).
Contoh dari alkalimetri adalah titrasi Asam asetat dengan NaOH sebagai larutan
standar. Reaksi ini menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat,
lalu garam ini akan terhidrolisa dalam larutan. Reaksinya:
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) NaCH3COO (aq) + H2O (l)
CH3COONa (aq) + H2O (l) CH3COOH (aq) + NaOH (aq)
Pada titik ekuivalen banyaknya basa dan asam asetat adalah sama. Namun, karena
Asam asetat termasuk dalam asam lemah dan NaOH adalah basa kuat maka ion
Hidroksida (OH-) akan terionisasi sempurna dalam larutan NaOH. Oleh karena itu
titrasi berakhir pada pH > 7 (Petrucci, 1992).
Indikator adalah basa organik lemah atau asam organik lemah yang di dalam larutan
akan terionisasi sebagian yang mana warna yang terionisasi berbeda dengan warna
yang tidak terionisasi. Indikator juga merupakan zat yang dapat menentukan titk
akhir titrasi. Ada 2 macam indikator yang sering dipakai dalam reaksi asam-basa
yaitu Metil Orange (MO) dan Phenolphtalein (PP). MO merupakan garam Na dari
suatu asam sulphonic, di mana di dalam larutan banyak yang terionisasi. Dalam
keadaan alkali, anionnya akan memberikan warna kuning dan dalam keadaan besar
akan terbentuk warna merah. PP merupakan asam yang sangat lemah karena dalam
keadaan tidak terionisasi, indikator tersebut tidak berwarna, tetapi dalam keadaan
besar, anionnya akan terionisasi lebih banyak sehingga terbentuk warna merah terang
(Sukmariah & Kamianti, 1990).

Indikator yang digunakan dalam asidi-alkalimetri adalah phenolphthalein (PP) dan


Methyl orange (MO). PP memiliki rentang pH antara 8,0 - 9,6 dan dengan
peningkatan pH terjadi perubahan warna dari tidak berwarna ke merah. Methyl
Orange memiliki rentang pH antara 3,1 - 4,4 dan pada peningkatan pH terjadi
perubahan warna dari kuning ke merah (Rogers, 1987). Kertas lakmus merah akan
menjadi biru dalam suasana basa dan kertas lakmus biru akan menjadi merah dalam
suasana asam memiliki rentangan pH antara 5,0 8,0 (Oxtoby et al., 2001).
Indikator MO digunakan dalam titrasi asidimetri sedangkan PP digunakan dalam
titrasi alkalimetri. Konsentrasi sejumlah asam dalam larutan dapat dihitung dari data
titrasi dan persamaan kimia untuk reaksi. Phenol Phtalein (PP) adalah komposisi
organik tak berwarna dalam larutan asam dan berubah warnanya menjadi merah
muda pada pH 8,3. Perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda
menandakan bahwa semua asam ataupun basa sudah dinetralkan. pH-meter
elektronik merupakan tipe yang digunakan untuk membuat penentuan pH secara
cepat dan tepat (Hein, 1993). Indikator ditentukan untuk penentuan titik akhir titrasi.
Indikator asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang teliti tidak
diperlukan. Pengukuran pH yang lebih tepat dapat digunakan alat yaitu pH meter
(Petrucci, 1992).

3. MATERI METODE
.2. Materi
3.1.1.Alat
.1.1.1.
Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)
Alat yang digunakan pada percobaan standarisasi larutan HCl menggunakan
borax adalah gelas arloji, timbangan analitik, pipet volume, labu takar,
Erlenmeyer, dan buret.
3.2.1.1.2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
Alat yang digunakan pada percobaan standarisasi larutan NaOH menggunakan
dengan asam oklasat adalah gelas arloji, timbangan analitik, pipet volume, labu
takar, Erlenmeyer, dan buret.
3.2.1.1.3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda
Alat yang digunakan pada percobaan penetapan kadar kalium bikarbonat dalam
soda adalah gelas arloji, timbangan analitik, pipet volume, labu takar,
Erlenmeyer, dan buret.
32.1.1.4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka
Alat yang digunakan pada percobaan penetapan kadar asam asetat dalam
larutan cuka adalah gelas arloji, timbangan analitik, pipet volume, labu takar,
Erlenmeyer, dan buret.
3.2.1.2.
Bahan
3.1.2.1.
Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)
Bahan yang digunakan pada percobaan standarisasi larutan HCl menggunakan
borax adalah borax, aquadestilata, indicator Methyl Orange (MO), dan HCl.
3.1.2.2.
Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
Bahan yang digunakan pada percobaan standarisasi

larutan

NaOH

menggunakan dengan asam oklasat adalah asam oksalat, aquadestilata,


indicator PP, dan NaOH.
3.1.2.3.
Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda
Bahan yang digunakan pada percobaan
penetapan kadar kalium bikarbonat
6
dealam soda adalah soda, aquadestilata, Methyl Orange (MO), dan HCl.
.1.2.4.
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka
Bahan yang digunakan pada percobaan penetapan kadar asam asetat
dalamlarutan cuka adalah cuka, aquadestilata, indicator PP, dan NaOH.

3.2. Metode
3.2.1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O).
Borax ditimbang sebanyak 2,5 gram menggunakan gelas arloji, kemudian
diencerkan didalam labu takar dengan larutan aquadestilata hingga volumenya
mencapai 100 ml. Setelah itu, larutan borax diambil sebanyak 10 ml
menggunakan pipet volume, dimasukkan kedalam Erlenmeyer 100 ml, dan
ditambahkan 3 tetes indicator MO. Siapkan buret yang telah diisi dengan
larutan HCl, lakukan titrasi sampai larutan yang ada di dalam Erlenmeyer
mengalami perubahan dari warna larutan kuning menjadi orange. Catatlah
volume HCl yang dibutuhkan untuk titrasi,laukan percobaan ini dua kali dan
hitunglah normalitas HCl dengan menggunakan rumus :
mg
val = V HCl N HCl Fp
BM
Diketahui : BM Borax
Valensi=
Fp
Keterangan :
Mg =
BM =
Val =
V
=
N
=
Fp =

=
2
=

386
10

massa
berat molekuler
valensi
volume
normalitas
factor pengenceran

4.1.2.2.
Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat.
Asam oksalat ditimbang sebanyak 1 gram pada gelas arloji, kemudia
diencerkan ke dalamlabu takar dengan aquadestilata

hingga volumenya

mencapai 100 ml. setelah itu, ambil 10 ml larutan dan di masukkan kedalam
Erlenmeyer menggunakan pipet volume. Larutan yan g asam oksalat yang ada
di dalam Erlenmeyer ditambahkan dengan indokator PP. siapkkan buret yang
terlah diisi dengna larutan NaOH dan laukan titrasi hingga larutan berubah
warna menjadi merah muda. Perhatikan volume pada buret dan dicatat, lakukan
percobaan ini sebanyak 2 kali dan hitunbglah normalitas NaOH menggunakan
rumus :

mg
val = V HCl N NaOH Fp
BM
Diketahui : BM Oksalat
Valensi=
Fp
Keterangan :
Mg =
BM =
Val =
V
=
N
=
Fp =

=
2
=

126
10

massa
berat molekuler
valensi
volume
normalitas
factor pengenceran

4.1.2.3.
Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda.
Soda ditimbang sebanya 1,2 gram menggunakan gelas arloji, dan diencerkan ke
dalam labu takar dengan aquadestilata hingga volumenya mencapai 100 ml.
kemudian ambillah 10 ml larutan sod ayang ada di dalam labu takar,
dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan 3 tetes indicator MO.
Siapkan buret yang telah diisi dengan larutan HCl, laukanlah titrasi hingga titik
akhir titrasi tercapai, volume HCl yang digunakanuntuk titrasi dicatat.
Kemudia tentukan pH larutan dengan menggunakan lakmus biru, ammati
perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus. Lakukanlah percobaan ini
sebnayak dua kali, dan hitung kadar kalium bikarbonat menggunaan rumus :
mgKHCO3
val = V HCl N HCl Fp
BM

Kadar KHCO3

mgKHCO3
100
mg soda

Diketahui : BM KHCO3
Valensi=
Fp

=
1
=

Keterangan :
Mg =
massa
BM =
berat molekuler
Val =
valensi

100,115
10

V
N
Fp

=
=
=

volume
normalitas
factor pengenceran

.1.2.4.
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka
Laruan cuka diambil sebanyak 3 ml dan diencerkan dengan aquadestilata
hingga volumenya 100 ml di dalam labu takar. Kemudian larutan yang ada
didalamlabu takar diambil sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer dan
tambahkan 2 tetes indicator PP. Siapkan buret yang telah diisi dengan larutan
NaOH, titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi tercapai. Catat volume NaOH
yang digunakanuntuk titrasi, laukan percobaanini dua kali, dan hitunglah kadar
asam asetat dengan menggunakan rumus :
mgCH 3 COOH
val = V NaOH N NaOH Fp
BM

Kadar CH3COOH

mgCH 3 COOH
100
ml cuka

Diketahui : BM CH3COOH
Valensi
=
Fp
Keterangan :
Mg =
BM =
Val =
V
=
N
=
Fp =

massa.
berat molekuler.
valensi.
volume.
normalitas.
factor pengenceran.

=
1
=

60
10

10

4. HASIL PENGAMATAN
.1

Standarisasi Larutan HCl menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)


Hasil pengamatan standarisasi larutan HCl menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standarisasi Larutan HCl menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)
Kelompo

No

k
A1

Volume HCl

N HCl

Warna

34,65
34,3
34,475

0,037
0,038
0,0375

Merah orange
Merah orange
Merah orange

35,5
33,4
34,45

0,036
0,039
0,038

Merah orange
Merah orange
Merah orange

25
32,5
28,75

0,05
0,03
0,04

Orange
Orange
Orange

(ml)
1
2
Ratarata

A2

1
2
Ratarata

A3

1
2
Ratarata

Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa volume HCl yang diperlukan untuk melakukan
titrasi berkisar dari 25-35 ml, dan normalitas HCl berkisar 0,3-0,5. Pada proses
titrasi volume yang paling kecil 25 ml mempunyai normalitas 0,05, dan volume
yang paling besar 34,45 ml mempunyai normalitas 0,38. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai volume dan normalitas berbanding terbalik yang dibuktikan dengan
semakin kecilnya volume maka normalitasnya akan semakin besar. Perubahan
warna yang dihasilkan adalah merah orange.
.2.

Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat.


Hasil pengamatan standarisasi larutan NaOH dengan Asam Oksalat dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Satandaarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat
Kelompo

No

k
A4

Volume

N NaOH

Warna

NaOH (ml)
1

32

11
0,0496

Merah muda keunguan

11

2
Rata-

31
31,5

0,0512
0,0504

Merah muda keungunan


Merah muda keungunan

25
25
25

0,0635
0,0635
0,0635

pink
pink
pink

42
40,1
41,05

0,0378
0,0396
0,0387

Merah muda
Merah muda
Merah muda

rata
A5

1
2
Ratarata

A6

1
2
Ratarata

Pada Tabel 2., dapat dilihat bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk
melakukan titrasi berkisar dari 25-42 ml, dan normalitas HCl berkisar 0,03-0,06.
Pada proses titrasi volume yang paling kecil 25 ml mempunyai normalitas 0,0635,
dan volume yang paling besar 42 ml mempunyai normalitas 0,0378. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai volume dan normalitas berbanding terbalik yang
dibuktikan dengan semakin kecilnya volume maka normalitasnya akan semakin
besar. Perubahan warna yang dihasilkan pada percobaan kelompok A4 adalah
merah muda keunguan, kelomppok A2 adalah pink, dan kelompok A6 adalah merah
muda.
.3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda
Hasil pengamatan penetapan kadar kalium bikarbonat dalam soda dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3., Penetapan Kadar Kalium BIkarbonat dalam Soda
Kelompok

No

Volume HCl

pH

Kadar

(ml)
A1

1
2
Rata-rata

27,7
28,1
27,9

Merah muda
Merah muda
Merah muda

86,662%
87,914%
87,288%

A2

1
2
Rata-rata

25,5
27,5
26,5

Merah muda
Merah muda
Merah muda

76,59%
89,48%
83,035%

A3

1
2

21
27

Merah muda
Merah muda

70,105%
90,104%

12

Rata-rata

24

Merah muda

80,104%

Pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa volume HCl yang digunakanuntuk titrasi
berkisar 21-28 ml, dan kadar yang dihasilkan berkisar 70%-90%. Pada titrasi
dengan volume yang palling besar 28,1 ml menghasilkan adar sebesar 87,914%,
dan tirasi dengan volume yang paling kecil 21 ml menghasilkan kadar 70,105%.
Percobaan yang dilakukan ini menghasilkan pH merah muda yang menandakan
bahwa larutan tersebut bersifat asam.
.4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka
Hasil pengamatan penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Penetapan Kadar Asam Asetet dalam Larutan Cuka
Kelompo

No

Volume

pH

Kadar

NaOH (ml)

A4

1
2
Rata-rata

8,5
8,6
8,6

Biru
Biru
Biru

8,55%
8,65%
8,6%

A5

1
2
Rata-rata

6,35
6,35
6,35

Biru
Biru
Biru

8,04%
8,04%
8,04%

A6

1
2
Rata-rata

8,8
8,7
8,75

Biru
Biru
Biru

6,8112%
6,7338%
6,7725%

Pada Tabel 4., dapat dilihat bahwa volume HCl yang digunakanuntuk titrasi
berkisar 6-8 ml, dan kadar yang dihasilkan berkisar 6%-8%. Pada titrasi dengan
volume yang paling besar 8,75 ml menghasilkan adar sebesar 6,8112%, dan
tirasi dengan volume yang paling kecil 6,35 ml menghasilkan kadar 8,40%.
Percobaan yang dilakukan ini menghasilkan pH biru yang menandakan bahwa
larutan tersebut bersifat basa.

13

5. PEMBAHASAN
.1

Standarisasi Larutan HCl Menggunaan Borax (Na2B4O7.10H2O)


Pada percobaan ini praktikan menyiapkan buret yang telah diisi dengan larutan
HCL, setelah itu mengambil borax dan ditimbang sebnyak 2,5 gram pada gelas
arloji, kemudian ambil aquades menggunakan gelas ukur sebanyak 100 ml. Borax
dimasukkan kedalam labu takar dan diencerkan dengan larutan aquades yang telah
diambil tadi, kocok hingga borak dan aquades hingga tercampur rata. Setelah itu,
larutan borax yang ada didalam labu takar diambil sebnyak 10 ml dengan pompa
pilleus dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, larutan borax yan gada disalam
Erlnmeyer ditambahkan dengan 3 tetes MO. Larutan yang telah siap langsung
dititrasi, dan titrasi dihentikan ketika warna larutan berubah dari kuning menjadi
merah orange, kemudian volume HCl yang digunakan untuk titrasi dicatat,
percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali guna mengetahui rata-rata HCl dan
normalitas HCl dihitung menggunaan rumus normalitas.

.2

Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat


Pada percobaan ini praktikan menyiapkan buret yang telah diisi dengan larutan
NaOH, setelah itu mengambil asam oksalat dan ditimbang sebnyak 1 gram pada
gelas arloji, kemudian ambil aquades menggunakan gelas ukur sebanyak 100 ml.
Asam oksalat dimasukkan kedalam labu takar dan diencerkan dengan larutan
aquades yang telah diambil tadi, kocok hingga asam oksalat dan aquades hingga
tercampur rata. Setelah itu, larutan asam oksalat yang ada didalam labu takar
diambil sebnyak 10 ml dengan pompa pilleus

dan dimasukkan kedalam

Erlenmeyer, larutan asam oksalat yang ada disalam Erlenmeyer ditambahkan


dengan 2 tetes indicator PP. Larutan yang telah siap langsung dititrasi, dan titraasi
dihentikan etika warna larutan berubah menjadi merah muda, kemudian volume
NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat, percobaan ini dilakukan sebanyak dua
kali guna mengetahui rata-rata NaOH dan normalitas NaOH dihitung menggunaan
rumus normalitas.

1.3.

Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda

15

14

Pada percobaan ini praktikan menyiapkan buret yang telah diisi dengan larutan
HCl, setelah itu mengambil soda dan ditimbang sebnyak 1,2 gram pada gelas
arloji, kemudian ambil aquades menggunakan gelas ukur sebanyak 100 ml. Soda
dimasukkan kedalam labu takar dan diencerkan dengan larutan aquades yang telah
diambil tadi, kocok hingga soda dan aquades hingga tercampur rata. Setelah itu,
larutan asam oksalat yang ada didalam labu takar diambil sebnyak 10 ml dengan
pompa pilleus

dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, larutan soda yang ada

disalam Erlenmeyer ditambahkan dengan 2 tetes indicator MO. Larutan yang telah
siap langsung dititrasi, dan titraasi dihentikan ketika titik akhir titrasi tercpai,
kemudian tentukan pH larutan menggunakan kertas lakmus. Perubahan warna
yang terjadi diamati, lakukan percobaan ini sebnyak dua kali dan kadar kalium
biakrbonat dihitung menggunakan rumus yang telah ditentukan.
.4.

Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka


Pada percobaan ini praktikan menyiapkan buret yang telah diisi dengan larutan
NaOH, setelah itu

mengambil larutan cuka sebnyak 3 ml, kemudian ambil

aquades menggunakan gelas ukur sebanyak 97 ml. Cuka dimasukkan kedalam


labu takar dan diencerkan dengan larutan aquades yang telah diambil tadi, kocok
hingga larutan cuka dan aquades hingga tercampur rata. Setelah itu, larutan cuka
yang ada didalam labu takar diambil sebnyak 10 ml dengan pompa pilleus dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer, larutan Cuka yang ada disalam Erlenmeyer
ditambahkan dengan 2 tetes indicator PP. Larutan yang telah siap langsung
dititrasi, dan titraasi dihentikan ketika titik akhir titrasi tercpai, kemudian tentukan
pH larutan menggunakan kertas lakmus. Perubahan warna yang terjadi diamati,
lakukan percobaan ini sebnyak dua kali dan kadar asam asetat dihitung
menggunakan rumus yang telah ditentukan
Dalam standarisasi ini HCl, NaOH bertindak sebagai tiran. Indikator yang digunakan
dalam proses titrasi asidimetri yang paling cocok adalah MO karena MO memiliki range
pH 3,1-4,4 yang menunjukkan bahwa MO mempunyai sifat asam, dan pada asidimetri
asam digunakan sebagai larutan standar. Sedangkan indokator yang digunaan dalam
proses titrasi alakalimetri adalah PP karena PP memiliki pH range 8,0-9,6 yang
menunjukan bahwa PP mempunyai sifat basa, dan pada alkalimetri basa digunakan

15

sebagai laarutan standar. Hal ini terbukti dengan pernyataan bahwa alkalimetri
merupakan analisis volumetri menggunakan larutan baku basa untuk menentukan
jumlah asam yang ada, dan asidimetri merupakan analisis volumetric menggunakan
larutan baku asam untuk memntukanjumlah asam yang ada. (Daintith, 1999) dan
Indikator yang digunakan dalam asidi-alkalimetri adalah phenolphthalein (PP) dan
Methyl orange (MO). PP memiliki rentang pH antara 8,0 - 9,6 dan dengan peningkatan
pH terjadi perubahan warna dari tidak berwarna ke merah. Methyl Orange memiliki
rentang pH antara 3,1 - 4,4 dan pada peningkatan pH terjadi perubahan warna dari
kuning ke merah (Rogers, 1987). Kertas lakmus merah akan menjadi biru dalam
suasana basa dan kertas lakmus biru akan menjadi merah dalam suasana asam memiliki
rentangan pH antara 5,0 8,0 (Oxtoby et al., 2001).
Dalam percobaan penetapan kadar kalium bikarbonat dalam soda kertas lakmus biru
yang digunakan berubah menjadi merah muda yang menandaan bahwa larutan yan
gterbentuk mempunyai sifat asam, sedangkan pada percobaan penetapan kadar asam
asetat dalam larutan cuka lakmus biru yang digunakan tida mengalami perubahan warna
yang menandakan bahwa larutan yang terbentuk mempunyai sifat basa. Halini terbukti
sesuai dengan pernyataan bahwa kertas lakmus merah akan menjadi biru dalam suasana
basa dan kertas lakmus biru akan menjadi merah dalam suasana asam memiliki
rentangan pH antara 5,0 8,0 (Oxtoby et al., 2001).

6. KESIMPULAN

16

Asidimetri merupakan analisis volumetri yang menggunakan larutan baku asam


untuk menentukan jumlah basa yang ada.

Alkalimetri merupakan analisis volumetri menggunakan larutan baku basa untuk


menentukan jumlah asam yang ada.
Indikator yang digunakan pada asidimetri adalah indikator MO (Methyl Orange)
yang mempunyai range pH antara 3,1-4,4 dan pada peningkatan pH mempunyai
perubahan warna dari kuning ke merah.
Indikator yang digunakan pada alkalimetri adalah indikator PP (Phenolphtalein)
yang mempunyai range pH antara 8,0-9,6 dan pada peningkatan pH mempunyai
perubahan warna jernih tak berwarna menjadi merah muda.
Larutan basa mempunyai pH > 7, asam mempunyai pH < 7, dan larutan netral
mempunyai pH = 7.

Semarang, 15 September 2014

Asisten Praktikum
-

Praktikan,

Julita
14.I1.0160

7. DAFTAR PUSTAKA
18

Matius Inda T
Rosita K

17

Chang, R. (1991). Chemistry Fourth Edition. Mc Graw Hill, Inc. USA.


Daintith, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif edisi Kelima.
Erlangga. Jakarta.
Ebbing, D.B. (1987). General Chemistry Second Edition. Houghton Company.
Boston.
Harjadi, W. (1993). Stoikiometri : Berhitung Kimia Itu Mudah. Gramedia. Jakarta.
Hein, M. (1993). An Introduction to General Organic and Biochemistry Fifth Edition.
Cole Publishing. California.
Oxtoby, D.W. et al. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi Keempat Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Petrucci,R.H. (1992). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Rifqi, Arif. (2008). Laporan Kimia Praktikum Basis. http://Arif Rifqis Site.com
Roekmini & Sadli. (1978). Kimia Analisa. ITB. Bandung.
Rogers, E. P. (1987). Fundamentals of Chemistry. Brooks / Cole Publishing
Company. California.
Subowo, T. & A. Sunjaya. (1978). Bimbingan Ilmu Kimia. Armico. Bandung.
Sukmariah & Kamianti. (1990). Kimia Kedokteran. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

8. LAMPIRAN
.1. Perhitungan
19
.1.1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan
Borax (Na2B4O7.10H2O)

18

mg
val = V HCl N HCl Fp
BM
Diketahui : BM Borax
Valensi=
Fp
.1.1.1.

Kelompok A1
mg
val
=
BM
250
386

2 =

N1

386
10

V HCl N HCl Fp

34,65 N HCl 10
0,037 M

mg
val
BM

250
386

34,3 N HCl 10

2 =

N2

N 1+ N 2
2
0,037+0,038
2

=
=

V HCl N HCl Fp

0,038 M

Rata-rata N =

.1.1.2.

=
2
=

0,0375 M

Kelompok A2

mg
val
BM

250
386

35,5 N HCl 10

2 =

N1

V HCl N HCl Fp

0,036 M

mg
val
BM

250
386

33,4 N HCl 10

N2

2 =
=

V HCl N HCl Fp

0,039 M

20

19

N 1+ N 2
2

Rata-rata N =

0,036+0,039
2

=
=
81.1.1.3.

0,038 M

Kelompok A3
mg
val
=
BM
250
386

2 =

N1

V HCl N HCl Fp

25 N HCl 10
0,05 M

mg
val
BM

250
386

32,5 N HCl 10

N2

2 =
=

0,03 M
N 1+ N 2
2

Rata-rata N =

0,05+ 0,03
2

=
=

V HCl N HCl Fp

0,04 M

.1.2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat


mg
val = V HCl N NaOH Fp
BM

.1.2.1.

Diketahui : BM Oksalat
Valensi=
Fp

=
2
=

Kelompok A4
mg
val
BM

V HCl N NaOH Fp

1
126
N1

2 =
=

126
10

32 N NaOH 10
0,0496 M

20

mg
val
BM

1
126

31 N NaOH 10

2 =

N2

0,0512 M
N 1+ N 2
2

Rata-rata N =

0,0496+0,0512
2

=
=
.1.2.2.

0,0504 M

Kelompok A5
mg
val
=
BM
1
126

2 =

N1

V HCl N NaOH Fp

25 N NaOH 10
0,0635 M

mg
val
BM

1
126

25 N NaOH 10

N2

2 =
=

N 1+ N 2
2
0,0635+ 0,0635
2

=
=

0,0635 M

Kelompok A6
mg
val
=
BM
1
126
N1

2 =
=

V HCl N NaOH Fp

0,0635 M

Rata-rata N =

81.1.2.3.

V HCl N NaOH Fp

V HCl N NaOH Fp

42 N NaOH 10
0,0378 M

21

mg
val
BM

1
126

40,1 N NaOH 10

2 =

N2

0,0396 M
N 1+ N 2
2

Rata-rata N =

0,0378+ 0,0396
2

=
=

V HCl N NaOH Fp

0,0387 M

81.1.3. Penetapan Kadar kalium Bikarbonat dalam Soda


mgKHCO3
val = V HCl N HCl Fp
BM

Kadar KHCO3

Diketahui : BM KHCO3
Valensi=
Fp
.1.3.1. Kelompok A1
mgKHCO3
val
BM
mgKHCO3
1
100,115

mgKHCO3
100
mg soda
=
1
=

100,115

V HCl N HCl Fp

10

27,7 0,375 10

Mg KHCO3

10399,445 gr

Kadar KHCO3 (1)

mgKHCO3
100
mg soda

10399,445
100
1200

=
mgKHCO3
val
BM

86,662%
=

V HCl N HCl Fp

22

mgKHCO3
1
100,115

28,1 0,375 10

Mg KHCO3

105496,618 gr

Kadar KHCO3 (2)

mgKHCO3
100
mg soda

105496,618
100
1200

=
Rata-rata KHCO3

Kelompok A2
mgKHCO3
val
BM
mgKHCO3
1
100,115

Mg KHCO3
Kadar KHCO3 (1)

Kadar KHCO3 (2)

V HCl N HCl Fp

25,5 0,038 10

9701,1435 gr

mgKHCO3
100
mg soda

9701,1435
100
1200

mgKHCO3
val
BM

Mg KHCO3

87,288%

mgKH CO 3
1
100,115

86,662 +87,914
2

=
=

.1.3.2.

87,914%

76,59%
=

V HCl N HCl Fp

27,5 0,038 10

10462,0175 gr

mgKHCO3
100
mg soda

10462,0175
100
1200

89,48%

23

Rata-rata KHCO3

=
81.1.3.3.

Kelompok A3
mgKHCO3
val
BM
mgKHCO3
1
100,115

83,035%

V HCl N HCl Fp

21 0,04 10

Mg KHCO3

841,26 gr

Kadar KHCO3 (1)

mgKHCO3
100
mg soda

841,26
100
1200

=
mgKHCO3
val
BM
mgKHCO3
1
100,115

70,105%
=

V HCl N HCl Fp

21 0,04 10

Mg KHCO3

1081,242 gr

Kadar KHCO3 (2)

mgKHCO3
100
mg soda

1081,242
100
1200

=
Rata-rata KHCO3

=
=

.1.4.

76,59 +89,48
2

90,104%
70,105 +90,104
2
80,104%

Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka


mgCH 3 COOH
val = V NaOH N NaOH Fp
BM

24

Kadar CH3COOH

mgCH 3 COOH
100
ml cuka

Diketahui : BM CH3COOH
Valensi
=
Fp
.1.4.1.

=
1
=

60
10

Kelompok A4
mgCH 3 COOH
val
BM

V NaOH N NaOH Fp

mgCH 3 COOH
1
60

8,5 0,0504 10

Mg CH3COOH

Kadar CH3COOH (1)

0,2565 gr
0,2565
100
3

=
=

8,55%

mgCH 3 COOH
val
BM

V NaOH N NaOH Fp

mgCH 3 COOH
1
60

8,6 0,0504 10

Mg CH3COOH

Kadar CH3COOH (2)

0,2595 gr
0,2595
100
3

=
=

8,65%
8,55 +8,65
2

Rata-rata CH3COOH=

=
.1.4.2. Kelompok A5
mgCH 3 COOH
val
BM
mgCH 3 COOH
1
60
Mg CH3COOH

8,6%

V NaOH N NaOH Fp

6,35 0,0635 10

0,2419 gr

25

Kadar CH3COOH (1)

0,2419
100
3

=
=

8,04%

mgCH 3 COOH
val
BM

V NaOH N NaOH Fp

mgCH 3 COOH
1
60

6,35 0,0635 10

Mg CH3COOH

Kadar CH3COOH (2)

0,2419 gr
0,2419
100
3

=
=

8,04%
8,04 + 8,04
2

Rata-rata CH3COOH=

=
81.1.4.3.

8,04%

Kelompok A6
mgCH 3 COOH
val
BM

V NaOH N NaOH Fp

mgCH 3 COOH
1
60

8,8 0,0387 10

Mg CH3COOH

Kadar CH3COOH (1)

0,2043 gr
0,2043
100
3

=
=

6,81122%

mgCH 3 COOH
val
BM

V NaOH N NaOH Fp

mgCH 3 COOH
1
60

8,7 0,0387 10

Mg CH3COOH

Kadar CH3COOH (2)

0,2020 gr
=
=

0,2020
100
3
6,7338%

26

Rata-rata CH3COOH=

6,81122 +6,7338
2
=

.2.

Laporan Sementara

6,7725%

Anda mungkin juga menyukai