Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam analisis titrimetik, terdapat analisi kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif memberikan informasi mengenai apa saja yang menjadi

komponen penyusun dalam suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif

memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi suatu komponen

dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi

zat- zat kimia. Sedangkan analisis kuantitatif berkaitan dengan berapa banyak

suatu zat tertentu yang terdapat pada suatu sampel (Basett, 2000).

Pada analisis titrimetri zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan

dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik

ekuivalen sehingga kepekatan zat yang dicari dapat dihitung. Larutan yang

diketahui konsentrasinya dengan pasti disebut larutan standar. Larutan standar

biasanya diteteskan dari suatu buret ke dalam suatu Erlenmeyer yang mengandung

zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai (Sukmariah, 2009).

Reaksi penetralan atau asidemetri dan alkalimetri melibatkan titrasi basa

bebas. Basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yamg berasal dari asam lemah

dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang

terbentuk dari hidrolis garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa

standar (alkalimetri). Reaksi-reaksi ini melibatkan bersenyawanya ion hydrogen

untuk membentuk air (Rahman, 2011).

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses

penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah


2

ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi

dengan mengunakan reaksi asam basa (reksi penetralan). Prosedur analisis pada

titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumetrik, yaitu mengukur volume dari

suatu asam atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).

Kesetimbangan asam basa sebagai dasar metode asidi-alkalimetri

merupakan topik yang sangat penting dalam kimia maupun bidang pertanian,

biologi dan obat-obatan. Titrasi asam basa merupakan teknik yang sangat banyak

digunakan untuk menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari suatu

larutan, sebagai informasi yang banyak dibutuhkan. Titrasi adalah pengukuran

volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna

dengan sejumlah tertentu lainnya. Dalam titrasi asam basa, jumlah relatif asam

dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen ditentukan oleh

parbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-)yang bereaksi (Isnawati, 2010).

Proses standarisasi larutan NaOH dan penentuan kadar asam cuka

perdagangan menggunakan cara titrasi atau titimetri. Pada standarisasi ini NaOH

digunakan sebagai titran sementara asam oksalatnya sebagai titrat kerena

mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalen sehingga ketika pp

ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna bening menjadi merah

muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat

maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya,

perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati dari pada

perubahan warna dari merah muda ke bening. Penggunaan asam oksalat sebagai
3

titran kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena

terjadi kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekuivalen. Kelebihan

titran ini disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah

muda ke bening (Fiandari, 2011).

Tujuan Praktikum

Menentukan molaritas larutan NaOH dangan larutan standar asam oksalat

dan menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai