Anda di halaman 1dari 3

PENETUAN KONSENTRASI LARUTAN HCL DENGAN METODE

TITRASI ASAM BASA

1. LATAR BELAKANG
Titrasi didefinisikan sebagai suatu proses dalam praktikum analisis volumetri
yang melibatkan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (titran) dengan
larutan yang belum diketahui konsentrasinya (titrat). Analisis dilakukan dengan
menentukan konsentrasi larutan melalui penetesan larutan titran yang terdapat pada
buret ke larutan titrat yang terdapat pada Erlenmeyer hingga tercapai titik ekuivalen
(Almatsier, 2003).
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret ke dalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen (Budi et al., 2020).
Menurut Raymond Chang (2005), dasar titrasi menggunakan beberapa reaksi
kimia diantaranya yaitu, reaksi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat, reaksi yang
melibatkan asam lemah dan basa kuat, serta reaksi yang melibatkan asam kuat dengan
basa lemah. Suatu zat asam dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat memberi
proton (ion H+ ) kepada zat lain (zat basa) ataupun menerima pasangan electron bebas
dari suatu zat basa.
Berbagai macam zat asam yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
yaitu cuka yang mengandung asam asetat, jeruk yang mengandung asam sirat, dan
anggur yang mengandung asam tartrat (Keenan, 1984). Sedangkan larutan basa
merupakan larutan dengan kandungan pH lebih dari 7. Suatu zat basa dapat
didefinisikan sebagai zat yang menerima proton dan menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Berbagai macam zat basa yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu air kapur, obat maag, sabun (Keenan, 1984).

2. TITRASI ASAM-BASA
Titrasi didefinisikan sebagai teknik analisis kimia kuantitatif yang digunakan
untuk menentukan kadar dari suatu larutan. Penentuan kadar larutan dilakukan dengan
penetesan larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui buret hinnga mencapai
suatu titik ekuivalen. Pengukuran volume dalam titrasi menjadi satu hal penting
sehingga titrasi memiliki nama lain analisis volumetri (Ralph, H. 2008)
Larutan standar merupakan larutan dengan konsnetrasi yang telah diketahui
secara pasti. Larutan standar terbagi menjadi dua berdasarkan tingkat kemurniannya
yaitu, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
didapatkan dengan cara menimbang dan melarutkan suatu zat dengan kemurnian
tinggi, sedangkan larutan standar sekunder diperoleh dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat yang tingkat kemurniannya relative rendah sehingga konden
cepat (Underwood, 1999). Larutan standar akan bisa digunakan apabila memenuhi
beberapa syarat diantaranya, mempunyai tingkat kemurnian tinggi, memiliki rumus
molekul yang pasti, tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang, larutan bersifat
stabil, memiliki Mr (massa molekul relative) tinggi namun muatan ionnya rendah.
Titrasi asam basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang bersifat
asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya dengan
penetesan larutan standar melalui buret ke dalam larutan yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik akhir titrasi (Budi et al., 2020).
Pada titrasi asam basa, indicator berupa asam lemah akan bereaksi dengan zat basa
sebagai penetral setelah seluruh asam dititrasi dengan basa (Syukri, 1999).
Pada titrasi, baik titrasi asam-basa maupun titrasi lainnya, terdapat titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik teoritis, tidak dapat
ditentukan berdasarkan eksperimen/percobaan namun ditentukan melalui pengamatn
perubahan warna, perubahan besar partikel (terbentuknya endapan), dan perubahan
beda potesial (John, 2003). Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik saat proses titrasi
berakhir dan umumnya dideteksi dengan penambahan.Indicator yang akan berubah
pada kondisi lingkungan tertentu (misal, kondisi asam).
Titrasi asidimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu larutan
yang menggunakan larutan asam sebagai larutan standar. Larutan standar yang umum
digunakan yaitu asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam konsentrasi yang
tinggi/pekat. Kelebihan asam klorida sebagai larutan standar yaitu mudah larut dalam
air dan tidak membentuk garam sukar larut (Setiawati, pp).
Titrasi alkalimetri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu larutan
dengan menggunakan larutan basa sebagai larutan standard dan menggunakan
phenolphthalein (PP) sebagai indikatornya. Larutan basa standar yang umum
digunakan yaitu natrium hidroksida (NaOH). Kelebihan natrium hidroksida sebagai
larutan standar yaitu mudah larut dalam air, murah, dan memiliki tingkat kemurnian
tinggi (Rohman & Gandjar, 2008).
Indikator asam basa merupakan zat warna yang dapat memberikan perubahan
warna pada larutan yang di tirasi saat mencapai titik akhir titrasi. Indikator asam basa
akan berubah warna apabila lingkungan pH larutan berubah, karena indicator asam
basa berupa asam organic lemah atau basa organik lemah maka di dalam larutan akan
terjadi proses ionisasi sehingga bentuk molekul indicator akan memiliki warna yang
berbeda dengan warna indikatornya (Padmaningrum, 2013). Penambahan indikator
diusahakan tidak terlalau banyak, hanya berkisar anatara dua atau tiga tetes.
Pemilihan indicator untuk titrasi bergantung pada kekuatan asam dan basa yang
digunakan dalam proses titrasi.
Beberapa indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa diantaranya yaitu,
timol biru yang memiliki warna merah dalam kondisi asam dan berwarna kuning
dalam kondisi basa. Bromfenol biru yang memiliki warna kuning dalam kondisi asam
dan berwarna ungu kebiruan dalam kondisi basa. Metil jingga yang memiliki warna
jingga pada kondisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa. Metil merah yang
memiliki warna merah pada kondisi asam dan berwarna kuning pada kondisi basa.
Klorofenol biru yang memiliki warna kuning pada kondisi asam dan berwarna merah
pada kondisi basa. Bromtimol biru yang memiliki warna kuning pada kondisi asam
dan berwarna biru pada kondisi basa. Kresol merah yang memiliki warna kuning pada
kondisi asam dan berwarna merah pada kondisi basa. Dan yang terakhir yaitu
fenolftalein yang tak berwarna pada kondisi asam dan berwarna pink kemerahan pada
kondisi basa. Dari berbagai macam indicator diatas, indicator yang biasa digunakan
pada titrasi asam basa yaitu fenolftalein (Raymond Chang, 2005).
Kesalahan umum yang terjadi pada proses titrasi merupakan kesalahan yang
terjadi apabila titik akhir titrasi tidak tepat sama dengan titik ekuivalen (<0,1%), yang
dapat disebabkan oleh kelebihan titran, indicator bereaksi dengan analit atau titran.

Anda mungkin juga menyukai