Anda di halaman 1dari 19

LAPORANPRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS FARMASI II


(ALKALIMETRI)

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK II
NAMA NIM
ARDIANTI (2021040
FEBBY AYU RAHMAYANI (20210400
KALMA DG.SITUDJU (202104012)
MUHAMMAD RAPIDAN (20210401
NURANISA SYAFITRA MACAK (2021040
PUTRI AMALIA (2021040

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Kesetimbangan asam-basa merupakan suatu topik yang sangat penting
dalamkimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti
biologi,kedokteran dan pertanian.Titrasi yang menyangkut asam dan basah sering
disebutasidimetri-alkalimetri.Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain
sering juga dipakai akhiran -ometri menggantikan -imetri. Kata metri berasal dari
bahasa Yunaniyang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian
asidimetri danalkalimetri secara umum adalah titrasi yang menyangkut asam-basa.
Reaksi asam-basa sering digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutanasam atau larutan basa. Penentuan itu dapat dilakukan dengan cara
meneteskanlarutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
Alkalimetrisendiri merupakan metode titrasi untuk penentuan kadar asam dengan
menggunakanlarutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku
standar adalahlarutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana
larutan ini setiapliternya mengandung sejumlah gram ekuivalen tertentu. Larutan
baku standar basadigunakan sebagai titran sedangkan larutan asam yang akan
ditentukan kadarnyadisebut sebagai titrat.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam adalah melalui
prosestitrasi alkalimetri. Cara ini cukup mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya jugacukup tinggi. Walaupun cara ini terhitung baru namun para
analis telah merasakan betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya
untuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air, dapat larut dalam air, dapat larut
dalam pereaksi yang mudahdidapat dan dikenal. Sehingga untuk menentukan
kadarnya tidak kesulitan dalammencari pelarut yang lain untuk melarutkannya.
Keuntungan lain dengan pemakaianmetode ini adalah karena dalam percobaan
digunakan pelarut non air seperti asamasetat glasial pelarut ini memiliki kekuatan
asam basa yang kuat.
II.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N
2. Untuk mengetahui membakukan larutan baku NaOH
3. Untuk mengetahui cara menentukan kadar tablet Asetosal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Metode titrimetri atau volumetri adalah metode analisis kuantitatif
yangdidasarkan pada pengukuran volume reagen yang telah diketahui
konsentrasinyayang bereaksi sempurna dengan analit.Alkalimetri adalah
pengukuran yang berkaitan dengan reaksi asam basa yang umumnya dilakukan
secara titrimetri.Sehingga umum disebut titrasi asidimetri atau titrasi
alkalimetri.Titrasi asidimetriadalah titrasi terhadap larutan basa bebas dengan
larutan standar asam kuat atautitrasi terhadap larutan garam yang berasal dari
asam lemah dengan larutan standar asam kuat. Titrasi alkalimetri adalah titrasi
terhadap larutan asam bebas denganlarutan standar basa kuat atau titrasi terhadap
larutan garam yang berasal dari basalemah dengan larutan standar basa kuat
(Simanjuntak, 2018)
Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi
netralisasi,yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa yang membentuk molekul air. Karenanya
alkalimetri dapatdidefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari
suatu bahan denganmenggunakan larutan basa yang sesuai. Asam menurut
Arrhenius adalah senyawayang jika dilarutkan dengan air terurai menjadi ion
hidrogen H+ dan anion.Sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air terurai menjadi ionhidroksida OH- dan kation.Teori ini hanya berlaku
untuk senyawa anorganik yanglarut dalam air.Titer yang digunakan pada
alkalimetri adalah NaOH atau KOH.NaOH mempunyai keunggulan dibandingkan
KOH dalam harga, NaOH maupunKOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk
garam karbonat. Garam natriumkarbonat lebih mudah dipisahkan dari NaOH
daripada garam kalium karbonat yangsulit dipisahkan dari KOH, hal ini akan
mengganggu reaksi yang terjadi. Titer sebelum digunakan untuk menitrasi sampel
harus dibakuan terlebih dahulumenggunakan larutan asam baku primer. Indikator
pada titrasi asam-basa adalahasam atau basa organik lemah yang berada dalam
dua macam bentuk warna yang berbeda (Andari 2013)
Pada saat itu larutan bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti
ini disebut titrasi yaitu analisisdengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan
untuk bereaksi tepat sama denganlarutan lain. Analisis ini disebut juga analisis
volumetri karena yang diukur adalahvolume larutan basa yang terpakai dengan
volume tertentu larutan asam (Yurida,2013)
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan
asamditetesi dengan larutan basa, atausebaliknya sampai mencapai titik
ekuivalen(asam dan basa tepat habis bereaksi).Jika molaritas salah satu larutan
(asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat
ditentukan.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan
naik,sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan
akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan
basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi.Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik
tengahnya merupakan titik ekuivalen (Purba, Michael, 1997)
Titirasi asam-basa erupakan cara yang tepat dan mudah untuk menntukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asa dan basa. Kebanyakan asam dan
basaorganik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian
senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air.Namun demikian
umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa
organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk
menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl,
sedangkanuntuk menentuan basa digunakan larutan basakuat misalnya NaOH.
Tiik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam
basa yangsesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri,
spektrofotometer,konduktometer (Rivai, 1995)
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-
10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah,
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi
asam lebih besar dari 104 pH berubah secara drastis bila volume titrannya.
Padareaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam
air proton biasnya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat
reversibel.Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan karena
indikator tergantung secara tidak langsung pada temperature (Khopkar, 1990)
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan -imertri.
Katametri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I
dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau
off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi
asidimetridapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran dengan
asam (yangdiukur dalam jumlah basa atau garam) (Harjadi W, 1990)
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
1. Asidimetri. Titrasi inimenggunakan larutan standar asam yangdigunakan
untuk menentukan basa. Asam asam yang biasa digunakanadalah HCl, asam
cuka, sam oksalat, asam borat.
2. Alkalimeri. Pada titrasi ini merupaka kebalikan dari asidi-alkalimetrikarena
larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.
II.2 Uraian Bahan
1. Phenoptalain ( Farmakope Indonesia edisi III halaman 675 )
Nama resmi : PHENOLFTHALEIN
Nama lain : Fenolfthalein
RM/BM : C20H14O4 / 318,33
Pemeriaan : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan
Kegunaan : Sebagai larutan indikator
Kelarutan : Larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter,
sukar larut dalam air, larut dalam etanol 95%
Penyimpanan : Dalamwadahtertutup rapat
2. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III halaman 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
RM / BM : H2O / 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Etanol (Farmakope Indonesia edisi III halaman)
Nama resmi : AETANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Pemerian : Carian tak berwarna, jernih mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
RM / BM : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya;
ditempat sejuk; jauh dari nyala api.
4. HCl (Farmakope indosenia edisi III halaman 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang,
jika diencerkan dengan 2 bagian volume air asap
hilang, bobot jenis kurang 1,18.
RM / BM : HCl/36,46
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
5. NaOH (Farmakope edisi III halaman 412)
Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam airdan dalam etanol 95%
P.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik.
6. Kalium hidrogenfatalat (Farmakope Indonesia edisi III halaman 686)
Nama Resmi : KALIUM HYDROGENFTALAT
Nama lain : Kalium Biftalat
Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Larut perlahan-lahan dalam air
Khasiat : Larutan baku primer
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat
PraktikumKimia Analisa IIdilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jum’at / 13-Mei-2023
Waktu : 10.00-Selesai
Tempat : Di Laboratorium Kimia Farmasi ITKeS Muhammadiyah
Sidrap

III.2 Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan:
1. Buret 100ml 1
2. Corong 1
3. Erlemeyer 250ml 3
4. Gelas piala 250ml 2
5. Gelas ukur 50ml 1
6. Labu ukur 100ml dan 250ml 1
7. Pipet tetes
8. Pipet volume 25ml 1
9. Statik
B. Bahan yang digunakan
1. NaOH
2. Kalium hidrogenfatalat
3. Asetosal
4. Phenoptalain
5. Aquadest
III.3 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Baku NaOH
a. Dipipet 10 ml larutan NaOH kedalam labu ukur 250 ml yang telah diberi
aquadest 50 ml
b. Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda
c. Dikocok hingga homogen
d. Dimasukkan kedalam buret 100 ml
b. Pembakuan Larutan Baku Dengan Menggunakan Kalium Hidrogen
Fatalat
a. Ditimbang Kalium Hidrogen Fatalat setara 50 ml larutan NaOH 0,1 N
(1,02 g).
b. Dimasukkan Kalium Hidrogen Fatalat yang sudah ditimbang ke dalam
labu ukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan air bebas CO2 secukupnya.
c. Dicukupkan volumenya dengan air bebas CO2 hingga tanda.
d. Diukur 25,0 ml larutan tersebut kemudian masukkan kedalam erlenmeyer.
e. Ditambahkan 3 tetes indikator PP kemudian titrasi dengan NaOH yang
hendak dibakukan sampai titk akhir tercapai.
f. Hitung Normalitas larutan titer NaOH tersebut.
c. Penetapan Kadar Tablet Asetosal
a. Ditimbang 10 tablet Asetosal, lalu gerus.
b. Ditimbang dengan seksama serbuk Asetosal murni setara 300 mg, lalu
masukkan kedalam erlenmeyer, diulangi sebanyak 2 kali lagi.
c. Dilarutkan serbuk Asetosal tersebut dengan 15 ml air etanol netral, dan
tambahkan 3 tetes indikator Penoptalain.
d. Dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu
atau pink.
e. Hitunglah kadar (mg) Asetosal per tablet.

f.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan


A. PEMBAKUAN LARUTAN BAKU (KH FATALAT)

PENGAMATAN
NO BERAT/VOLUME VOLUME
TITRASI
TITIK AWAL TITIK AKHIR

1. 25 ml 0 20 20

2. 25 ml 20 39 19

3. 25 ml 0 19 19

B. PENETAPAN KADAR (TABLET ASETOSAL)

PENGAMATAN
NO BERAT/VOLUME VOLUME
TITRASI
TITIK AWAL TITIK AKHIR

1. 15 ml 0 27 27

2. 15 ml 0 28 28
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian identifikasi senyawa


antihistamin. Hal yang pertama kami lakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan,
kemudian dilakukan pengujian organoleptik dengan cara di ambil zat uji satu
sendok kecil diletakkan di atas kertas perkamen, dan diamati secara seksama
Diantaranya yaitu bentuk, warna, bau dan rasa. Kemudian dicatat dalam tabel
pengamatan.
Dalam uji kelarutan diambil 2 tabung reaksi, untuk zat uji yang pertama
dimasuk ½ sendok kedalam masing-masing tabung reaksi. Tabung reaksi pertama
(CTM) ditambahkan 2 ml air dingin dan diamati kelarutannya, tabung reaksi
kedua (CTM) ditambahkan 2ml etanol dan diamati kelarutannya.
Pada zat uji yang kedua (Cetirizine) dilakukan seperti perlakuan pada zat uji yang
pertama dan di catat hasil pengamatannya di tabel pengamatan. Didapatkan hasil
dari percobaan uji kelarutan sebagai berikut:
1. Pada percobaan uji kelarutan, zat uji CTM didapatkan hasil bahwa CTM larut
dalam air dingin dan sukar larut dalam etanol
2. Pada percobaan uji kelarutan, zat uji Cetirizine didapatkan hasil bahwa
Cetirizine larut dalam air dan sukar larut dalam etanol.
Dalam uji golongan di ambil 2 tabung reaksi, pada tabung reaksi pertama
di masukkan zat uji CTM kemudian di tambahkan air sebanyak 2 ml dan FeCl 3
sebanyak 3 tetes dan diamati hasilnya. Pada tabung reaksi kedua dimasukkan zat
uji Cetirizine kemudian ditambahkan air sebanyak 2ml dan asam sulfat pekat
sebanyak 3 tetes dan diamati hasilnya.
Adapun hasil yang kami peroleh sebagai berikut:
1. Pada percobaan uji golongan, zat uji yang di tambahkan FeCl3 menghasilkan
warna kuning, hal ini sudah sesuai dengan literatur yang ada.
2. Pada percobaan uji golongan, zat uji yang ditambahkan asam sulfat pekat
menghasilkan putih..
Dalam uji penegasan, untuk zat uji CTM dilakukan perlakuan yang
pertama di ambil tabung reaksi kemudian dimasukkan zat uji lalu dilarutkan
dengan air kemudian ditambahkan dengan larutan asam nitrat, pada perlakuan
kedua diambil tabung reaksi kemudian dimasukkan zat uji lalu di larut kn Dengan
air kemudian ditambahkan HCl dan amati apa yang terjadi, pada perlakuan ketiga
diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkn dengan air kemudian
ditambahkan asam sulfat pekat dan kalium bikromat dan di amati hasilnya, pada
perlakuan keempat diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan
dengan air kemudian ditambahkan FeCl3 dan di amati hasilnya, pada perlakuan
kelima diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan dengan air
kemudian ditambahkan asam sulfat pekat dan diamati hasilnya, pada perlakuan
yang keenam diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan dengan air
kemudian ditambahkan reaksi wassicky (DAB HCl dan asam sulfat pekat) dan
amati hasilnya.Untuk zat uji Cetirizine dilakukan perlakuan pertama diambil
tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan dengan air kemudian
ditambahkan asam sulfat pekat dan diamati hasilnya, pada perlakuan yang kedua
diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan dengan air kemudian
ditambahkan asam sulfat pekat dan kalium bikromat, pada perlakuan yang ketiga
diambil tabung reaksi dimasukkan zat uji lalu dilarutkan dengan air kemudian
ditambahkan reaksi wassicky (Asam sulfat pekat dan DAB HCl).
Adapun hasil yang kami dapatkan dari perlakuaan uji penegasan sebagai
berikut:
1. Zat uji CTM yang ditambahkan larutan asam nitrat menghasilkan warna
kuning, kemudian yang ditambahkan HCl menghasilkan warna kuning, yang
ditambahkan asam sulfat pekat dan kalium bikromat menghasilkan warna
hijau, yang ditambahkan FeCl3 menghasilkan warna kuning, yang
ditambahlkan DAB HCl menghasilkan warna hijau, dan yang ditambahkn
reaksi wassicky (DAB HCl dan asam sulfat pekat) menghasilkan warna
kuning tua.
2. Zat uji cetirizine yang ditambahkan larutan asam sulfat pekat menghasilkan
warna putih keruh, kemudian yang ditambahkan asam sulfat pekat dan kalium
bikromat menghasilkan warna putih kekuningan, dan yang ditambahkan reaksi
wassicky (DAB HCl dan Asam sulfat pekat) menghasilkan warna putih keruh.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada percobaan uji golongan zat uji CTM didapatkan hasil warna kuning
yang berarti positif golongan antihistamin.
2. Pada percobaan uji golongan zat uji citirizine didapatkan hasil warna putih
yang berarti positif golongan antihistamin generasi 2.
VI.2 Saran
1. Untukmahasiswa, agar lebihtelitidalammengamatihasilpraktikum agar
kesalahan-kesalahankecidapatdihindari.
2. Untuk dosensudah menyampaikan materi dan menjelaskancara-cara
praktikum dengan sangat baik,harap di pertahankan.
3. Untuk institut, agar alat-alat laboratorium dilengkap iuntuk menunjang
jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Andari, S. (2013).Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet


SecaraAlkalimetri dengan Spektrofotometri-UV.Jurnal Eduhealth. 3(2):
114-119
Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, 38, 39.
MandiCair Merek LX dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi.
2(4): 59-70.
Purba, Michael., (1997), Buku Pembelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kleas 2,
Erlangga, Jakarta, 125, 126.
Rivai, H., (1995). Asas Pemerikasaan Kimia, UI Press, Jakarta, 117.
Simanjuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun
Yurida, M. (2013).Asidimetri-Alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia. 2(19): 1-8
LAMPIRAN

Gambar 6.1 uji organoleptic

Gambar 6.2 uji kelarutan


Gambar 6.3 uji penegasan pada CTM

Gambar 6.4 ujipenegasan pada cetirizine


Gambar 6.5 uji golongan pada CTM dan Cetirizine

Anda mungkin juga menyukai