BAB 1 PENDAHULUAN
akan dilakukan percobaan titrasi asam basa yaitu alkalimetri dan asidimetri serta
akan dilakukan titrasi bebas air.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum kali ini yaitu, untuk menetapkan sampel yang
bersifat asam dan basa dengan menggunakan metode asidimetri, alkalimetri dan
titrasi bebas air.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
a. Untuk menentukan kadar natrium bikarbonat dengan menggunakan metode
asidimetri
b. Untuk menentukan kadar asam salisilat dengan menggunakan metode alkalimetri
c. Untuk menentukan kadar kloramfenikol dengan menggunakan metode titrasi
bebas air
Sedangkan Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus
hidroksil yang tergantikan (Achmad,2005).
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pasda titrasi asam basa, dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi
(Raymond,2005).
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri
dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi yang menggunakan larutan standar asam
yang digunakan untuk menentukan basa. Asam asam yang biasa digunakan adalah
HCl, asam cuka, sam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimeri adalah titrasi yang
merupakan kebalikan dari asidimetri karena larutan yang digunakan untuk
menentukan asam disini adalah basa (Achmad,2005).
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menntukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya
senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu
dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan
asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan
basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Tiik akhir titrasi biasanya
ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan
bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer (Utiya,
2004).
Dalam tahun 1923 J.N Bronsted di Denmark dan T.M Lowry di Inggris secara
terpisah menyarankan cara lain dalam memeriksakan asam dan basa. Menurut
sisitem ini, asam bronsted-lowry ini adalah donor proton dan basa bronsted-lowry
adalah penerima proton. Dengan definisi ini, beraneka ragam sifat-sifat asam dan
reaksi kimia dan saling berhubungan, termasuk reaksi-reaksi yang saling
(Underwood,2002).
Dalam penitrasian bebas air, indikator bereaksi dengan H+ atau melepaskan H+,
masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna. Perubahan warna sangat
tergantung dari jenis sampel. Oleh karena itu, pemilihan indikator secara empiris,
memilih
indikator
untuk menghimpitkan
kedua
titik
itu
(atau
mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari
analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit kuat,
seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sudjadi,2007).
Volume Titer
(Vt)
0,5 ml
16,3 ml
Persen Kadar
(%)
14,484 %
106,63 %
Volume Titer
(Vt)
Persen Kadar
(%)
5,5 ml
121,178 N
Vt N Bst
Bs Fk
100
1,44653
99,87
100
100
= 0,14484 100%
= 14,484%
Vt N Bst
Bs Fk
100
21,3488
20,02
100
100
= 1,0663 100%
= 106,63 %
4.2.2 Titrasi Bebas Air
Titrasi bebas air (Penentuan kadar kloramfenikol)
Diketahui:
Vt = 5,5 ml
N = 0,05 N
Bst = 16,16 mg
Bs = 74,96 mg
Fk = 0,05 N
Ditanyakan: % K.......?
Penyelesaian: % K =
Vt N Bst
Bs Fk
100
4,541768
3,748
100
100
= 1,21178 x 100%
= 121,178%
4.3 Pembahasan
Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi. Dalam
reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi
netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai
basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi
dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima
proton (basa).
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau pelarut-pelarut
organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu
kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam amina, dimana garamgaram ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air.
Pada percobaan titrasi asam basa dilakukan dengan dua metode yaitu, metode
asidimetri dan alkalimetri. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan
metode asidimetri yaitu, sampel natrium bikaronat (NaHCO 3) dilarutkan dengan
etanol netral dan aquades. Kemudian sampel tersebut ditambahkan indikator
penoftalein (indikator PP) karena, perubahan warnanya yang jelas yaitu pada titrasi
asidimetri warnanya dari merah menjadi tidak berwarna dan perubahan warna
tersebut yang menandakan titik akhir titrasi. Setelah itu, sampel yang ada dititrasi
dengan larutan baku HCl. Hal ini disebabkan karena Natrium bikarbonat (NaHCO 3)
bersifat basa sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku asam (asidimetri).
Dan pada percobaan asidimetri diperoleh persen kadar Natrium bikarbonat
(NaHCO3) adalah 14,484 %. Tetapi kadar NaHCO3 tidak sesuai syarat yang tertera
dalam farmakope Indonesia yaitu kadar rata-rata NaHCO 3 tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 100,5%.
Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan metode alkalimetri yaitu,
sampel Asam salisilat (C7H6O3) dilarutkan dengan etanol netral dikarenakan
kelarutan asam salisilat itu sendiri larut dalam etanol dan eter dan sukar larut dalam
air. Kemudian sampel ditambahkan indikator penoftalein (indikator PP) karena,
perubahan warnanya yang jelas yaitu pada titrasi alkalimetri warnanya dari tidak
berwarna menjadi merah dan perubahan warna tersebut yang menandakan titik
akhir titrasi. Setelah ditambahkan indikator, sampel kemudian dititrasi dengan
larutan baku NaOH. Hal ini disebabkan karena asam salisilat bersifat asam,
sehingga titran yang digunakan adalah larutan baku yang bersifat basa (alkalimetri).
Dan pada percobaan alkalimetri diperoleh persen kadar Asam salisilat (C 7H6O3)
yaitu, 106,63 % .Tetapi hasil kadar Asam salisilat tidak sesuai syarat yang tertera
dalam farmakope Indonesia yaitu kadar rata-rata Asam salisilat tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 101,0%.
Percobaan ketiga yaitu, dilakukan titrasi bebas air. Titrasi bebas air dilakukan
untuk menentukan kadar kloramfenikol. Tetapi pada percobaan titrasi bebas air ini
dilakukan dengan menggunakan pelarut organik. Pada titrasi bebas air, sampel
dilarutkan dengan alkohol dan HCl pekat kemudian dipanaskan hingga residunya
kering. Kemudian residu tersebut didinginkan dan dilarutkan didalam asam asetat
glasial, raksa (II) asetat, dan kemudian ditambahkan indikator kristal violet hingga
larutan berwarna ungu. Kemudian dilakukan proses titrasi dengan menggunakan
asam perklorat hingga warnanya berubah menjadi biru. Dan perubahan warna biru
tersebut menjadi tanda bahwa larutan sudah mencapai titiik equivalent akibat
adanya indikator.
Alasan penggunaan bahan pada percobaan titrasi bebas air yaitu, digunakan
asam perklorat karena asam perklorat merupakan asam yang lebih kuat dari pada
asam asetat dan larut baik dalam asam asetat. Digunakan asam asetat glasial karena
dalam lingkungan asam reaksi akan lebih cepat terjadi berlangsung. Digunakan
raksa asetat karena raksa asetat dapat mengikat HCl yang ada pada papavedrin
sehingga HCl tersebut tidak ikut bereaksi. Digunakan indikator kristal violet agar
titik akhir titrasi dapat terlihat dengan jelas. Dan pada percobaan titrasi bebas air
diperoleh persen kadar kloramfenikol yaitu, 121,178%. Tetapi Kadar kloramfenikol
yang diperoleh tidak sesuai syarat yang tertera dalam farmakope Indonesia yaitu
kadar rata-rata kloramfenikol tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%.
Adapun kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi pada percobaan kali ini
yaitu, konsentrasi larutan baku yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur kerja
yang ada, kondisi dan kelayakan alat maupun bahan yang akan digunakan kurang
baik atau tidak lengkap , kecepatan pada saat mengocok larutan ketika dititrasi juga
menjadi faktor berhasilnya titrasi atau tidak dan kurangnya pemahaman praktikan
terhadap prosedur kerja selain itu kurangnya pendampingan dari asisten terhadap
praktikannya sehingga praktikum berjalan kurang lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2016, Penuntun Kimia Umum, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Azizah, Utiya., 2004, Larutan Asam dan Basa, EGC, Jakarta.
Chang, Raymond., 2005, Kimia Dasar Konsep-Konsep Dasar Inti, edisi ketiga Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
Ditjen POM., 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen kesehatan Republik
Indonesia,Jakarta.
Day, R.A. and A.L.Underwood., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi keenam,
Erlangga, Jakarta.
Hiskia, Achmad., 2005 , Kimia larutan , PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.
Keenan dkk., 1997, kimia untuk universitas, Erlangga, Jakarta.
Raharja., 2006, Kimia Berbasis Experiment, yrama widya, Jakarta.
Sudjadi., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Sebelum dititrasi
(Warna merah muda)
Merah muda
Sebelum dititrasi
warna ungu
sesudah dititrasi
warna biru