Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia analitik yaitu ilmu yang merupakan dasar dari metode mengenai
pemisahan-pemisahan dan analisa suatu bahan. Analisis dapat dilakukan dengan
mempelajari atau mengidentifikasi sesuatu dalam suatu penelitian dari sebuah
sampel yang didapatkan baik secara fisik maupun karakteristik sampel tersebut.
Analisis di dalam kimia dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tujuan
dilakukannya analisis, antara lain analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah metode proses identifikasi dimana faktor yang dituju atau
difokuskan adalah karakteristik struktur dari sampel yang akan dijelaskan dalam
bentuk deskriptif dan hasil yang didapatkan merupakan data yang sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan atau selama proses percobaan uji identifikasi
sampel. Sedangkan, analisis kuantitatif adalah metode proses identifikasi yang
menekankan terhadap penetapan jumlah suatu zat tertentu yang terdapat dalam data
yang telah diperhitungkan secara teori. Salah satu fungsi analisis kuantitatif adalah
menentukan kadar suatu senyawa dengan perhitungan. (Basset, 1994)
Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap dengan
larutan yang konsentrasinya belum diketahui sebelumnya. Titrasi umumnya
digunakan untuk pembakuan atau standardisasi pada larutan baku sekunder, seperti
NaOH dan HCl dengan menggunakan larutan baku primer, seperti asam oksalat,
NaCl, atau larutan baku sekunder yang telah dilakukan standardisasi terlebih dahulu
menjadi larutan baku primer. (Sulastri, 2009)
Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat tertentu di dalam
suatu larutan sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasi zat kimia.
(Day dan Underwood, 2002)
Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari kata aad
yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu,
proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asidimetri adalah
pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam untuk menentukan basa.
Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan reaksi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 1
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

asam basa. Menurut pengertian lain, alkalimetri dapat diartikan sebagai suatu titrasi
dengan larutan standar basa untuk menentukan asam. Alkalimetri merupakan
metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu reaksi anatara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan air hidroksida yang berasal dari basa yang
membentuk molekul air. Oleh sebab itu, alkalimetri dapat didefinisikan sebagai
metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu sampel dengan menggunakan
larutan basa yang sesuai. Reaksi penetralan atau asidimetri-alkalimetri adalah salah
satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis
titrimetri. (Padmaningrum, 2006)
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk menstandarisasi larutan dan mencari konsentrasi suatu larutan asam
atau basa dengan cara titrasi.
2. Untuk mengetahui fungsi dari asidi alkalimetri.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 2
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidi Alkalimetri
Asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam dan basa.
Secara sederhana, asam merupakan larutan yang memiliki pH diatas 7 sedangkan
basa merupakan larutan yang memiliki pH kurang dari 7. Apabila kedua larutan
tersebut memiliki kekuatan yang sama, maka bila dicampurkan dengan volume
yang sama, akan didapat larutan yang memiliki pH netral. (Keenan, 1984)
Titrasi merupakan salah satu cara untuk mengetahui konsentrasi dari larutan
standar sekunder, yaitu larutan yang dimana konsentrasinya didapat dengan cara
pembakuan yang dibantu dengan larutan standar sekunder atau larutan yang
konsentrasinya dapat diketehui secara langsung dari hasil penimbangan, yang
ditambahkan indikator pH sebagai penentu tingkat keasaman suatu larutan.
(Keenan, 1984)
Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting
dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi,
kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut
asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering
juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa
Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan
alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa. (Keenan,
1984)
2.2 Asam, Basa, dan Garam
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-
satunya ion positif. Sebenarnya ion hidrogen tak ada dalam larutan air. Setiap
proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan
sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion
hidronium (G. Shevla, 1985):
H+ + H2O → H3O+
Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila
dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 3
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti


natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam
larutan air yang encer :
NaOH Na+ + OH-
KOH K+ + OH-
Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia,
merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk
amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida :
NH3 + H2O NH4+ + OH-
Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan
elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongan-golongan
ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan kekuatan
basa secara kuantitatif. (G. Shevla, 1985)
Menurut definisi yang kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa.
Proses-proses semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam
artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan
larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri
khas suatu asam maupun basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia
zaman dulu. (G. Shevla, 1985)
Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada
larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan
dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan
bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu
analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat
sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang
diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan
asam. (G. Shevla, 1985)
Larutan basa yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret dan jumlah
yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam
yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia, dengan mengukur volumnya

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 4
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

terlebih dulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen
dipakai indikator yang perubahan warnanya di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi
perubahan warna itu disebut titik akhir. (G. Shevla, 1985)
Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil
(Sastrohamidjojo, 2005):
 Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
 Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
 Titik stoikiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan
perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan.
Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
 Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui
setepat mungkin.
Proses titrasi asam-basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang
dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh
tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi. (Sastrohamidjojo, 2005)
2.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari
oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di
berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
(Eka, 2018)
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam
etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 5
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas. (Eka, 2018)
Tabel 2.1 Sifat Fisika NaOH
Nama Sistematis Natrium Hidroksida
Nama lain Soda kaustik
Rumus molekul NaOH
Massa molar 39,9971 g/mol
Penampilan zat padat putih
Densitas 2,1 g/cm³, padat
Titik leleh 318°C (591 K)
Titik didih 1390°C (1663 K)
Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20°C)
Kebasaan (pKb) -2,43

Sifat kimia dari NaOH adalah (Eka, 2018) :


 NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pelet, serpihan atau batang
atau bentuk lain.
 Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan.
 Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.
 Mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.
 NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni
merupakan padatan berwarna putih.
 Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
2.4 Natrium Tetraborat (Na2B4O7)
Natrium tetraborat atau boraks ialah senyawa kimia yang begitu populer, karna
senyawa kimia boraks banyak di salahgunakan sebagai pengawet makanan.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland, boraks biasa dikenal sebagai bahan pembasa
preparat farmasi. Boraks juga digunakan sebagai bahan bakterisida lemah dan
astringen ringan dalam lotion. (Hartanto, 2002)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 6
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

Sifat Boraks (Hartanto, 2002) :


1. Boraks mempunyai berat molekul 381,43 dan boraks mempunyai kandungan
boron sebesar 11,3%.
2. Boraks juga bersifat basa lemah dengan pH (9,15 –9,20).
3. Boraks umumnya larut dalam air. Kelarutan boraks berkisar antara 62,5 g/L pada
suhu 25°C dan kelarutan boraks dalam air akan meningkat dengan peningkatan
suhu air tetapi boraks tidak larut dalam senyawa alkohol.

Gambar 2.1 Rumus Struktur Natrium Tetraborat


2.5 Asam Klorida (HCl)
Asam klorida (HCl) adalah senyawa kimia bersifat asam kuat, yang terdiri dari
ikatan kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Asam klorida (HCl) adalah
larutan dari gas hidrogen klorida (HCl). HCl adalah asam kuat, dan merupakan
komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini digunakan secara luas dalam
industri. (Astuti, 2013)
Sifat Fisika dan Kimia Asam Klorida :
a. Keadaan fisik dan tampilan : cairan
b. Aroma : pedas
c. Warna : tak berwarna menyala kuning
d. pH : asam
e. Titik didih : 108,58oC
f. Melting point : -62,25 oC
g. Specific gravity : 1,1-19 g/cm3
h. Kelarutan : larut dalam air dingin, panas, dan dietil
eter.
2.6 Asam Oksalat (H2C2O4)
Asam oksalat ialah senyawa di dalam ilmu kimia yang mempunyai
rumus H2C2O4 atau terkenal juga dengan nama sistematisnya yaitu asam
etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan juga dengan
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI - ITATS 7
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

rumus HOOC-COOH. Di-anionnya juga di kenal sebagai oksalat atau agen


pereduktor. Saat ini banyak ion logam terbentuk menjadi endapan tak larut dengan
asam oksalat, contoh pada kasus ini yang terbaik ialah kalsium oksalat (CaOOC-
COOCa), penyusun utama pada jenis batu ginjal yang sering ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Asam oksalat memiliki sifat-sifat yakni sebagai berikut
(Mulyono, 2012):
 Melting point : 101,5oC
 Nilai Densitas : 1,6530 gram/cm³
 ∆Hf (18 oC) : -1442 kj/mol
 Berat molekul : 126 gr/mol
 Nilai pH (0,1 M) : 1,3
 Tidak berbau
 Senyawa ini berwarna putih
Asam Oksalat mempunyai banyak kegunaan di dalam skala industri dan diproduksi
juga dengan kegunaan berikut ini (Mulyono, 2012):
 Senyawa ini sensitif pada cahaya (detektor, kamera, dll).
 Zat aditif yang digunakan untuk pelapi atau cat pada industri.
 Sebagai bahan pelarut produk perawatan kebersihan pada wanita.
 Salah satu bahan campuran produk barang detergent dan pembersih lainnya.
 Sebagai pelarut senyawa organik.
 Digunakan sebagai bahan aditif pada makanan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 8
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alur atau Skema Percobaan

3.1.1 Membuat Larutan Standart NaOH 0,1 M

2 gram NaOH kristal dilarutkan dengan aquadest yang telah dipanaskan


dalam labu ukur 500 mL.

Kocok pelan-pelan hingga zat padat terlarut.

Encerkan sampai tanda batas.

Larutan disimpan dalam botol tertutup.

Gambar 3.1 Skema Pembuatan Larutan Standart


NaOH 0,1 M

3.1.2 Membuat Larutan Standart Na2B4O7 0,05 M

Kristal Na2B4O7 ditimbang kemudian dilarutkan terlebih dahulu ke


dalam beaker glass.

Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL.

Ditambahkan aquadest sampai batas ekivalen.


Gambar 3.2 Skema Pembuatan Larutan Standart Na2B4O7 0,05 M

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 9
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.1.3 Membuat Larutan Standart HCl 0,1 M


Sebanyak ± 4,15 mL HCl pekat (37%) diukur lalu dituangkan perlahan
ke dalam botol reagen.

Ditambahkan aquadest sebanyak ± 500 mL ke dalam botol.

Aduk atau kocok sebentar agar homogen.

Diperoleh HCl 0,1 M sebanyak ± 500 mL.

Gambar 3.3 Skema Pembuatan Larutan Standart HCl 0,1 M

3.1.4 Membuat Larutan Standart Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 M


Kristal H2C2O4.2H2O ditimbang dengan teliti, dilarutkan dahulu ke
dalam beaker glass yang berisi 100 mL aquadest.

Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 500 mL.

Ditambahkan aquadest sampai batas ekivalen, kemudian kocok agar


homogen.

Simpan larutan dalam botol tertutup.

Gambar 3.4 Skema Pembuatan Larutan Standart


H2C2O4 0,1 M

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 10
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.1.5 Menstandarisasi Larutan HCl Menggunakan Larutan Na2B4O7


0,05 M
Pipet 25 mL Na2B4O7 0,05 M dan pindahkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tambahkan 2-3 tetes indikator metil orange.

Larutan HCl dijatuhkan dari buret secara perlahan.

Hentikan titrasi jika warna kuning dari larutan berubah tepat menjadi
warna merah muda.

Gambar 3.5 Skema Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Larutan


Na2B4O7 0,05 M

3.1.6 Standarisasi Larutan NaOH Menggunakan Larutan HCl

Pipet 25 mL HCl dan pindahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian


tambahkan 1 tetes indikator Metil Orange.

Larutan NaOH dijatuhkan dari buret secara perlahan.

Hentikan titrasi jika warna kuning dari larutan berubah tepat menjadi
warna merah muda. Atau jika metil orange tidak ada, bisa digunakan 2-3
tetes indikator broom thymol blue.

Gambar 3.6 Skema Standarisasi Larutan NaOH Menggunakan


Larutan HCl

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 11
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.1.7 Standarisasi Larutan Asam Oksalat Menunggunakan Larutan NaOH


Pipet 25 mL H2C2O4 dan pindahkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
H2C2O4
tambahkan 1 tetes indikator phenolpthalein.

Larutan H2C2O4 dijatuhkan dari buret secara perlahan.

Hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna.


Gambar 3.7 Skema Standarisasi Larutan Asam Oksalat
Menggunakan Larutan NaOH

3.1.8 Penentuan Kadar Ion Penetral Asam Air Leding

Tambahkan beberapa tetes indikator PP pada 25 mL air sampel. Jika


larutan tidak berwarna, berarti nilai OH- dan CO3- kecil sekali. Jika
warnanya merah lembayung, berarti ion tersebut ada dalam jumlah yang
cukup untuk dianalisa.

Titrasilah air ledeng itu dengan HCl sampai tak berwarna.

Lanjutkan titrasi dengan menambahkan tetes indikator MO.

Titrasi terus sampai warna menjadi merah muda.

Hitung konsentrasi ion penetral.

Gambar 3.8 Skema Penentuan Kadar Ion Penetral Asam Air Leding

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 12
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat :

- Batang pengaduk : 1 buah

- Beaker glass 250 mL : 2 buah

- Beaker glass 500 mL : 3 buah

- Buret : 1 buah

- Corong kaca : 1 buah

- Erlenmeyer 250 mL : 4 buah

- Gelas ukur 10 mL : 1 buah

- Kaca arloji : 1 buah

- Labu ukur 250 mL : 1 buah

- Labu ukur 500 mL : 3 buah

- Pipet volume 25 mL : 1 buah

- Pipet tetes : 1 buah

3.2.2 Bahan :

- Air leding : 25 mL

- Asam Oksalat : 63 gram

- Asam Klorida : 4,15 mL

- Aquadest : 1750 mL

- Indikator Metil Orange : 8 tetes

- Indikator Phenolpthalein : 5 tetes

- Natrium Hidroksida : 2 gram

- Natrium Tetraborat : 4,76 gram

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 13
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.9 Batang Pengaduk Gambar 3.10 Beaker Glass 250 mL

Gambar 3.11 Beaker Glass 500 mL Gambar 3.12 Buret

Gambar 3.13 Corong Kaca Gambar 3.14 Erlenmeyer 250 mL

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 14
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

Gambar 3.15 Gelas Ukur 10 mL Gambar 3.16 Kaca Arloji

Gambar 3.17 Labu Ukur 250 mL Gambar 3.18 Labu Ukur 500 mL

Gambar 3.19 Pipet Volume 25 mL Gambar 3.20 Pipet Tetes

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 15
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Na2B4O7
No Titik Awal Titik Akhir Hasil Titrasi Perubahan Warna
1. 2 mL 38,5 mL 36,5 mL Kuning menjadi rose
2. 3 mL 39,8 mL 36,8 mL Kuning menjadi rose
Rata-rata titrasi 36,65 mL
Tabel 4.2 Data Hasil Standarisasi Larutan NaOH Menggunakan HCl
No Titik Awal Titik Akhir Hasil Titrasi Perubahan Warna
1. 0,2 mL 22 mL 21,8 mL Rose menjadi bening
2. 0,1 mL 23 mL 22,9 mL Rose menjadi bening
Rata-rata titrasi 22,35 mL
Tabel 4.3 Data Hasil Standarisasi Larutan H2C2O4 Menggunakan NaOH
No Titik Awal Titik Akhir Hasil Titrasi Perubahan Warna
1. 3,8 mL 34,8 mL 31,5 mL Bening menjadi ungu
2. 1,1 mL 32 mL 30,9 mL Bening menjadi ungu
Rata-rata titrasi 31,2 mL
Tabel 4.4 Data Hasil Penentuan Kadar Ion Penetral Asam Air Leding
No Titik Awal Titik Akhir Hasil Titrasi Perubahan Warna
Tidak terjadi perubahan
1. 5,6 mL 50 mL 44,4 mL
warna

4.2 Pembahasan dan Diskusi


Dalam praktikum asidi alkalimetri ini menggunakan prinsip titrasi asam basa.
Alat yang diperlukan adalah batang pengaduk, beaker glass 250 mL, beaker glass
500 mL, buret beserta penjepit statif, corong kaca, erlenmeyer 250 mL, gelas ukur
10 mL, labu ukur 250 mL, labu ukur 500 mL, pipet volume 25 mL, serta pipet tetes.
Praktikum asidi alkalimetri ini terdapat 4 jenis larutan baku. Larutan baku
tersebut adalah NaOH 0,1 M, Na2B4O7 0,05 M, HCl 0,1 M, serta H2C2O4 0,1 M.
Indikator yang digunakan adalah metil orange dan indikator PP. Pada titran yang

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 16
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

ditetesi indikator metil orange yang bersifat asam maka warna yang dihasilkan
adalah merah, untuk titran yang bersifat basa warna yang dihasilkan adalah kuning,
dan untuk titran yang bersifat netral warna yang dihasilkan ialah kuning. Sedangkan
untuk indikator PP adalah senyawa kimia dengan rumus C20H14O4. Pada titran yang
ditetesi indikator PP apabila titran bersifat asam maka titran tersebut tidak
berwarna, sedangkan pada titran yang bersifat basa akan menghasilkan warna
merah, dan jika bersifat netral maka titran itu akan tidak berwarna pula.
Penambahan indikator dalam proses titrasi diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya hanya dua sampai tiga tetes. Untuk memperoleh ketetapan hasil titrasi
maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator yang disebut sebagai titik akhir titrasi.
Langkah pertama yaitu membuat larutan standart NaOH 0,1 M dengan cara
melarutkan 2 gram NaOH kristal dengan 500 mL aquadest dalam labu ukur 500
mL, kocok pelan-pelan, dan simpan larutan dalam labu ukur dalam keadaan
tertutup. Langkah yang kedua yakni membuat larutan standart Na2B4O7 yaitu
dengan menimbang terlebih dahulu 4,76 gram kristal Na2B4O7 kemudian dilarutkan
terlebih dahulu ke dalam beaker glass, lalu pindahkan larutan pada labu ukur 250
mL, dan tambahkan aquadest sampai tanda batas. Langkah yang ketiga yaitu
pembuatan larutan standart HCl 0,1 M dengan cara mengukur sebanyak ± 4,15 mL
HCl pekat (37%) lalu menuangkannya perlahan ke dalam labu erlenmeyer 500 mL,
lalu menambahkan aquadest sebanyak 500 mL, dan kocok sebentar agar larutan
menjadi homogen. Langkah keempat yaitu membuat larutan standart asam oksalat
0,1 M dengan cara menimbang 63 gram kristal yang dilarutkan dengan aquadest
100 mL pada beaker glass, lalu memindahkannya secara kuantitatif ke dalam labu
ukur 500 mL, lalu menambahkan aquadest sampai tanda batas kemudian kocok
agar homogen, dan simpan larutan dalam labu ukur yang tertutup.
Titrasi yang pertama yaitu menstandarisasi larutan HCl menggunakan Na2B4O7
0,05 M dengan cara pipet 25 mL Na2B4O7 0,05 M lalu memasukannya ke dalam
erlenmeyer, kemudian tambahkan 2-3 tetes indikator metil orange. Setelah titran
diberi indikator, warna yang dihasilkan adalah kuning. Langkah selanjutnya yaitu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 17
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

jatuhkan larutan HCl dari buret secara perlahan. Dalam percobaan ini, Na2B4O7
adalah larutan standart primer dan HCl merupakan larutan standart sekunder. Hal
ini disebabkan karena Na2B4O7 adalah suatu garam yang bersifat basa lemah,
sifatnya mudah teroksidasi. HCl harus distandarisasi karena larutan ini mudah
menguap dan mudah bereakasi dengan senyawa lain di udara. HCl merupakan asam
kuat yang berbentuk cairan dan biasanya mempunyai kadar 37% dan densitasnya
1,2 g/mL. HCl digunakan pada reaksi netralisasi, yaitu suatu proses yang tidak
mengakibatkan terjadinya perubahan, baik perubahan valensi atau terjadinya
senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi. Na2B4O7 biasanya digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan normalitas HCl karena mudah diperoleh
dalam keadaan murni, cukup stabil, dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi.
Na2B4O7 digunakan untuk menstandarisasi HCl karena antara Na2B4O7 dan HCl
terjadi reaksi yang sempurna. HCl akan bereaksi dengan Na2B4O7 membentuk
garam yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah :
Na2B4O7 . 10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
HCl berperan sebagai asam kuat sedangkan Na2B4O7 berperan sebagai basa lemah.
Dimana hasil titrasi nya adalah terbentuknya NaCl dengan otoborat (H3BO3).
Perubahan warna yang dihasilkan yaitu dari kuning menjadi rose karena hasil
bersifat asam, dimana indikator metil orange akan mengubah titran hasil titrasi
menjadi warna rose apabila titran tersebut bersifat asam. Volume rata-rata titrasi
yang didapat ialah 36,65 mL.
Titrasi yang kedua adalah menstandarisasi larutan HCl dengan NaOH yang
ditetesi menggunakan indikator metil orange. Warna yang dihasilkan setelah
ditetesi indikator metil orange adalah merah muda. Lalu titran dititrasi
menggunakan NaOH. Titrasi dilakukan selama dua kali. Volume rata-rata titrasi
yang didapat adalah 22,35 mL. HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan
basa kuat. Sehingga, tidak ada reaksi yang terjadi. Hasil dari penitrasian hanyalah
garam dan air. Warna yang dihasilkan setelah titran dititrasi dengan NaOH adalah
bening.
Titrasi yang ketiga adalah menstandarisasi H2C2O4 menggunakan NaOH yang
ditetesi menggunakan indikator PP. Warna yang dihasilkan setelah titran ditetesi
indikator PP ialah bening. Setelah itu, titran dititrasi menggunakan NaOH sampai

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 18
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

warna berubah menjadi ungu. NaOH bersifat sebagai basa kuat dan H2C2O4 bersifat
sebagai asam lemah. NaOH akan bereaksi sempurna dengan H2C2O4 yang akan
menghasilkan garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah :
2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O
Dari reaksi antara basa kuat dengan asam lemah tersebut akan lebih mudah diamati
titik akhir titrasinya. Dalam titrasi ketiga ini, menggunakan phenolptalein sebagai
indikator karena range pH indikator ini 8,5-10 yang artinya mendekati range pH
garam basa yang dihasilkan, sehingga dengan indikator ini dapat menunjukkan titik
akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening
menjadi ungu muda. Titrasi dilakukan selama dua kali. Volume rata-rata titrasi yang
didapat adalah 31,2 mL.
Yang terakhir yaitu penentuan kadar ion penetral asam air leding yang dititrasi
mengguanakan HCl. Langkah percobaannya yaitu dengan menyiapkan 25 mL air
leding yang telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu, ditambahkan indikator
PP sebanyak 3 tetes. Warna yang dihasilkan ialah bening. Setelah itu, titran dititrasi
menggunakan HCl. Volume titrasi yang didapat adalah 44,4 mL dan tidak terjadi
perubahan warna. Ini berarti air leding tersebut hanya sedikit mengandung nilai OH-
dan CO32-.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 19
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil volume rata-rata titrasi HCl dengan Na2B4O7 adalah 36,65 mL, volume
rata-rata titrasi NaOH dengan HCl adalah 22,35 mL, dan rata-rata volume
titrasi C2H2O4 dengan NaOH adalah 31,2 mL.
2. Fungsi dari asidi alkalimetri adalah untuk mengetahui konsentrasi suatu
larutan dengan cara titrasi menggunakan prinsip asam basa.
5.2 Saran
1. Penambahan indikator dalam proses titrasi diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya hanya dua sampai tiga tetes.
2. Untuk memperoleh ketetapan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 20
Laporan Praktikum Asidi Alkalimetri

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Dwi Heylie. 2013. “MSDS Asam Klorida”. Diambil dari


https://www.scribd.com/doc/188132023/MSDS-Asam-Klorida. Diakses
pada tanggal 04 Desember 2019.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Day, R. dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Eka. 2018. “Natrium Hidroksida”. Diambil dari
https://www.academia.edu/37933448/Makalah_kimdas_senyawa_Naoh_eka
. diakses pada tanggal 04 Desember 2019.
Hartanto, Huriawati. 2002. “Natrium Tetraborat”. Diambil dari
http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/B3/NatriumBoratAnhidrat.html.
Diakses pada tanggal 04 Desember 2019.
Kenaan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Mulyono, Aji. 2001. Penuntun Pelajaran Kimia. Bandung : Ganeca Exact.
Sastrohamidjojo, Handjono. 2005. Kimia Dasar. Yogjakarta : Gajah Mada
University Press.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro.
Sulastri, I. 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak pada Biji Pinang
Sirih. Jurnal Chemica. Vol. 10 (1) : 59-63.
Padmanigrum, R. 2006. Titrasi Asidimetri. Tersedia online di
http://staff.uny.ac.id>sites>files>pengabdian. Diakses pada tanggal 14
Desember 2019.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 21

Anda mungkin juga menyukai