Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ACARA I : ALKALIMETRI

LAPORAN

OLEH :
IWAN IMANUEL PANGALA’
D061221040

GOWA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk menentukan serta mengetahui kadar suatu senyawa dapat

menggunakan berbagai macam metode. Jenis setiap metode yang akan

digunakan tergantung pada jenis serta struktur kimia dari senyawa yang akan

dianalisis. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah titrasi. Titrasi adalah

suatu metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang konsentrasinya telah diketahui. Titrasi biasanya

dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi. Ada

berbagai macam metode titrasi, diantaranya adalah asidimetri dan alkalimetri.

Asidimetri merupakan titrasi yang menggunakan asam atau acid

sebagai larutan standarnya, terhadap suatu larutan basa. Sedangkan alkalimetri

merupakan titrasi yang menggunakan basa atau alkali sebagai larutan standarnya,

terhadap suatu larutan yang bersifat asam. Dalam titrasi terdapat perhitungan

volume yang diperlukan guna mencapai titik ekivalen. Dalam prakteknya titik

ekivalen sukar diamati, karena merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir

stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang

membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi

merupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan

menyebabkan perubahan warna indikator.


Pada percobaan akan dilakukan penentuan Asam Asetat

(CH3COOH) dalam cuka yang di titrasi dengan menggunakan NaOH

sebagai larutan standarnya. Oleh karena itu dilakukanlah prosedur titrasi

alkalimetri ini.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari praktikum ini adalah agar para praktikan dapat

menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan larutan basa yang

sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

1.2.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara membuat larutan standar NaOH .

2. Mengetahui standarisasi larutan NaOH.

3. Mengetahui prosedur standarisasi.

4. Mengetahui kadar CH3COOH yang diperoleh dari proses titrasi.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :

1. Bagaimana cara membuat larutan standar NaOH?

2. Bagaimana standarisasi larutan NaOH?

3. Bagaimana prosedur standarisasi?

1.4 Prosedur Praktikum

1. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat (C2H204) 0,1 N


Asam oksalat ditimbang sebanyak 6,3035

- Dilarutkan dengan Aquades di dalam gelas kimia hingga larut

- Asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan Aquades

- Dihimpit hingga tanda batas

2. Pembakuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku primer Asam

Oksalat

- Buret dicuci dengan larutan NaOH yang akan digunakan

- Buret diidi dengan larutan NaOH yang akan dibakukan hingga tanda batas

- Baku asam dimasukkan ke Erlenmeyer sebanyak 15 mL


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kimia Analitik

Kimia Analitik merupakan salah satu cabang Ilmu Kimia yang

mempelajari tentang pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia.

Dalam melakukan pemisahan atau pengukuran unsur atau senyawa kimia,

memerlukan atau menggunakan metode analisis kimia. Kimia analitik mencakup

kimia analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis kualitatif

menyatakan keberadaan suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan

analisis kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel

(Adam Wiryawan, dkk, 2007)

2.1 Asam dan Basa


Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam),

yang berkaitan dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka

merupakan larutan dari asam asetat. Dan untuk istilah alkali (basa)

berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang berarti abu dari suatu

tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam dan padang

pasir. Sumber dari kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah

sejak lama diketahui bahwa asam dan basa dapat saling menetralkan

dan dapat membentuk senyawa berupa garam dan air. Sifat yang

berkaitan dengan asam yaitu rasanya yang asam, rasa seperti tertusuk

jarum apabila terkena kulit. Kemampuan yang dimiliki asam yaitu,

dapat melarutkan sebagian besar dari logam , dapat melarutkan batu


kapur dan mineral karbonat lainnya. Sedangkan basa memiliki rasa

pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak ditemukan pada

sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik asam

maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari

unsur pokok tanaman tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari

sebangsa tumbuhan lumut. Dalam larutan asam lakmus ini akan

berwarna mmerah dan lakmus akan tetap berwarna biru jika dalam

larutan yang bersifat basa.

Terdapat beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang

asam basa diantaranya yaitu :

1. Antoine Lavoisier (1777). Mengemukakan bahwa semua dari asam

mengandung O₂(oksigen).

2. Humphry Davy(1810). Mengemukakan bahwa unsur dalam asam bukan

oksigen tetapi hidrogen, yang ditunjukkan oleh asam hidrokhlorik yang

mengandung hanya atom H dan Cl tanpa ada O.

3. Svante Arrhenius(1884). Berdasarkan teori tentang penguraian elektrolisis,

bahwa terdapat dua macam larutan elektrolit (larutan dalam air). Dua macam

larutan elektrolit tersebut yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Disebut

dengan elektrolit kuat apabila zat tersebut terlarut terurai sempurna

(terionisasi) di dalam air, sedangkan apabila disebut dengan elektrolit lemah

jika hanya sedikit sekali senyawa yang terionisasi. Menurut Arrhenius, asam

merupakan senyawa yang jika terurai akan menghasilkan ion hidrogen(H⁺).

2.2 Titrasi Asam Basa


Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan

dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi

secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan

dianalisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai yang tak

diketahui. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan

larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis

volumetric (Keenan, 1980).

Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, yaitu

keadaan saat asam dan basa tepat habis bereaksi secara

stoikiometri. Titik ekivalen umumnya dapat ditandai dengan

perubahan warna dari indikator. Sementara itu, keadaan saat

titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan

perubahan warna disebut titik akhir titrasi. Untuk memperoleh

hasil titrasi yang tepat, maka selisih antara titik akhir titrasi

dengan titik ekivalen harus diusahakan seminimal mungkin. Hal

ini dapat diupayakan dengan memilih indikator yang tepat pada

saat titrasi, yakni indikator yang mengalami perubahan warna

atau trayek pH di sekitar titik ekivalen. Titrasi asam-basa terdiri

atas titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam kuat dengan

basa lemah, dan titrasi asam lemah dengan basa kuat.

2.3 Metode Titrasi

Analisa volumetrik (titrimetri) merupakan bagian dari

kimia analisa kuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan


cara pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui

konsentrasinya yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan

yang ditentukan.

Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan pada

suatu reaksi kimia seperti :

aA + tT produk

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagen T.

Reagen T. yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit

(secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk

larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar, 1984).

Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan

larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada

(Daintith, 1997).

Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi

netralisasi, yaitu reaksi anatara ion hidrogen yang berasal dari asam

dengan air hidroksida yang berasal dari basa yang membentuk

molekul air. Oleh sebab itu, alkalimetri dapat didefinisikan sebagai

metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu sampel dengan

menggunakan larutan basa yang sesuai. Reaksi penetralan atau

asidimetri-alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama

dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri.Asidimetri

berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari kata aad

yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran

dengan asam untuk menentukan basa. Titrasi asidimetri-alkalimetri

merupakan titrasi yang berhubungan dengan reaksi asam basa.

Menurut pengertian lain, alkalimetri dapat diartikan sebagai suatu

titrasi dengan larutan standar basa untuk menentukan asam.

Reaksi – reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan

titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :

Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa,

maka reksinya adalah : HA + OH→A+ H2O

Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam,

maka reaksinya adalah : BOH + H+ → B+ + H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip

reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni : H ++ OH →

H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi

antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam

lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus

reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan

dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk

akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat

diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya

merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.

(Underwood, 1986) Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada


reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :

1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek)

asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa. Diketahui :

grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N), Maka pada titik

ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau V1 x N1 = V2 x N 2

Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan

molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan

basa berasam dua 1 M = 1 N. 2.

2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya untuk

reaksi : 2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O(COOH)2 = 2 NaOH Jika M1

adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah

molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :

V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2

Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M (COOH)2x.

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui

dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar.

Sedangkan larutan standarr primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya

dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan

volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti

dibawah ini:

1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan

(sebaiknya pada suhu 110-120⁰C).

2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan


dapat diabaikan.

3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau

uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor,

umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).

5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.

Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat

dengan eksperimen.

6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini

mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh

udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar

komposisinya tak berubah selama penyimpanan

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium

hidrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan

zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar

sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang

kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu

standar primer (Basset, J, 1994).Proses penambahan larutan standar sampai

reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat

lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis.

Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu

perubahan,yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh

larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri,
atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang

dikenal sebagai indikator Cuka makanan mengandung beberapa jenis asam

yang konsentrasinya dapat ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan basa

kuat seperti NaOH. Jumlah asam utama yang terdapat pada kebanyakan cuka

makanan yaitu asam asetat. Untuk menunjukkan titik akhir titrasi digunakan

indikator fenolftalin (PP).

Dikarenakan larutan NaOH bukan merupakan jenis larutan standar primer maka

setiap penggunaannya untuk analisis volumetri harus distandarisasi terlebih

dahulu.

2.4 Cara menghitung PH selama titrasi

Titrasi Asam Basa, reaksi ini memiliki titik akhir titrasi yang perubahan

warna nya cukup tajam dan mudah untuk diamati secara visual. Oleh karena itu,

penambahan indikator sangat diperlukan dalam setiap proses titrasi. Indikator

memiliki warna berbeda pada lingkungan pH yang berbeda, oleh sebab itu,

indikator membantu perubahan warna pada saat titik akhir titrasi berlangsung.

Selama proses titrasi berlangsung pH larutan sedikit demi sedikit berubah secara

signifikan sampai mencapai titik akhir titrasi.

Kurva titrasi dibuat untuk mengetahui perubahan pH larutan terhadap

volume penitrasi. Pada kurva titrasi inilah dapat dengan mudah mengamati

perkembangan perubahan pH pada larutan sebelum tercapainya titik ekivalen dan

adanya perubahan warna pada larutan saat penambahan sedikit demi sedikit

volume penitrasi. Untuk titrasi asam lemah perubahan pH pada titik ekivalen

kurang nyata dibandingkan dengan titrasi asam kuat. Perubahan pH pada larutan
terkait dengan perubahan warna pada indikator dan penentuan titik akhir titrasi.

Pemilihan indikator yang tepat akan menghasilkan tingkat ketajaman warna yang

baik pula. Pemilihan indikator menjadi faktor penting dalam memperoleh data

kuantitatif analit dengan tingkat validitas yang tinggi. PH selama titrasi. Selama

proses titrasi penghitungan pH merupakan upaya yang penting untuk

merealisasikan pemilihan indikator. pH yang sebelumnya telah diketahui di

bandingkan dengan volume penitrasi yang akan digunakan untuk membentuk

kurva titrasi. Urutan langkah ini yaitu:

1. Menghitung pH larutan awal (asam,basa atau garam)

2. Menghitung pH larutan selama titrasi sampai sebelum titik ekivalen

tercapai

3. Menghitung pH pada saat titik ekivalen

4. Menghitung pH setelah tercapai titik ekivale

Berikut adalah beberapa istilah dalam titrimetri:

1. Larutan baku : larutan yang konsentrasinya telah atau dapat diketahui dengan

pasti atau yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi zat lain. Rumus

umum untuk mengetahui konsentrasi zat lain dari suatu larutan adalah :

a. Larutan baku primer : konsentrasinya dapat diketahui secara langsung

dengan perhitungan sehingga dapay langsung digunakan untuk menetapkan


konsentrasi zat lain. Maka dalam penimbangan dan pembuatannya harus

dilakukan dengan teliti dan akurat.

b. Larutan baku sekunder : konsentrasinya tidak dapat diketahui secara

langsung, harus dibakukan dahulu dengan standar primer, baru dapar

digunakan untuk menetapkan konsentrasi zat lain. Tidak seperti halnya baku

primer, dalam penimbangan dan pembuatan larutan baku sekunder tidak

harus teliti dan akurat karena nantinya akan dibakukan dengan larutan baku

primer.

2. Titik akuivalen (setara) : titik dimana jumllah titran dengan titrat adalah sama

secara stoikiometris.

3. Titik akhir : titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang

menandai berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis ekuivalen harus sama

dengan titik akhir.

Penggolongan teknik titrasi :

1. Titrasi langsung (direct titration) : larutan contoh langsung ditirasi dengan

larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH dan HCl

2. Titrasi tidak langsung (back titration) : cara iini digunakan jika zat yang berada

di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya sangat

lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh sejumlah

tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga dititrasi

dengan larutan baku.

3. Titrasi penggantian (displacement titration)

Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :


- Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku

- Tidak bereaksi secara staoikiometri dengan larutan baku

- Tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N
Berat asam oksalat : 6,3035 gram
Volume asam oksalat : 1000 ml

Percobaan Volume C2H2O4 Volume NaOH


1 15 ml 16 ml

Hitung :
1. Normalitas NaOH pada percobaan I dan II
( V C 2 H 2 O 4 ) x (N C 2 H 2 O 4)
NaOH =
V NaOH
15 x 0 , 1
= 16

= 0,09375 N

B. Penentuan kadar sampel ( asam asetat )


Indikator yang digunakan : indikator PP
Perubahan warna yang terjadi : Merah muda

Data penentuan normalitas larutan sampel ( asam asetat ) :


Percobaan Volume CH3COOH VOLUME NaOH
1 15 ml 5 ml

2. Kadar sampel ( asam asetat ) pada percobaan I dan II


¿
% CH3COOH N = V NaOH x N NaOH x BECH 3COOH − ml sampel ¿

5 x 0,09375 x 60
=
15
x 100%
28,125
= x 100 %
15
= 187.5 %

4.2 Pembahasan

Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi

atau kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH). Pada

saat pengambilan asam asetat di lakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 10

mL. Pada saat memasukkan asam asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur

di cuci dengan aquades agar kandungan asam asetat yang masih menempel ikut

serta masuk kedalam labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam

labu ukur.

Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret

(pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar

pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang

terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam

oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan

mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati

titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.

Pada praktikum ini, kami menggunakan indikator Fenophtalein yang akan

berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun

pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah pink keunguan karena
titik ekivalennya telah terlampaui.

Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen Seperti

yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari

reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium

hidroksida keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan.

Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di

dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian

larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam.

Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik

ekivalen.

4.3 Hubungan Alkalimetri dengan Geologi

Dalam geologi, banyak hal mengenai batuan yang dipelajari. Termasuk

mineral- mineral yang terkandung di dalamnya. Di Kimia Analitik, juga

mempelajari mengenai unsur-unsur. Unsur-unsur yang dibahas pada kimia

anailitik adalah unsur yang sama batuan sehingga untuk mengatahui unsur yang

terkandung pada mineral dalam batuan perlu mempelajarinya dari kimia analitik.

Jadi keduanya terkait satu sama lain. Pada Percobaan kimia analitik memberikan

pemahaman kepada praktikan bahwasanya setiap batuan memiliki mineral yang

dimana mineral tersebut terkandung dalam unsur-unsur penyusun tertentu, dengan

mempelajari kimia analitik, praktikan mampu untuk membedakan unsur- unsur

apa saja yang ada dalam mineral batuan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar
konsentrasi CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi
netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening
menjadi pink. Dengan menggunakan indikator phenophtalein sebagai
indikatornya. Reaksi netralisasinya adalah :

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O.


Dan pada praktikum alkalimetri ini dapat diketahui % kadar v/v dari asam
asetat (CH3COOH) dengan melakukan perhitungan.

5.1 Saran

5.1.1 Laboratorium

1. Menambahkan papan tulis di belakang

2. Memperbanyak bahan kimia

3. Mengadakan loker

5.1.2 Asisten

1. Hilangkan hitung mundur dan minus di responsi

2. Jelaskan tahap praktikum perlahan

3. Tetap membimbing praktikkan dengan baik


DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J., Denney, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa A.
Hadnyana P. Daintith, J.,1997, Kamus Lengkap Kimia, 7, 17,
Erlangga, Jakarta.
Dan L. Setiono. Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis
Including Elementary Instrumental Analysis, Fourth Edition. 1991. Jakarta:
EGC.
FRITZ and SCHENK. 1979. Quantitative Analytical Chemistry. 4th ed. Allyn and
Bacon Inc.Boston.
Hughes, A. A. 2008. Phenolphthalein-NaOH Kinetics. Tersedia pada
http://faculty.ccri.edu/aahughes/GenChemII/Lab%20Experiments/P
henolp hthalein_NaOH_Kinetics.pdf. Diakses pada tanggal 2
Januari 2015.
http://farmasi.site88.net diakses 16 Oktober 2022.

http://khimiya.org/pdfs/KHIMIYA_16_4_PETRUSEVSKI.pdf. Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2022.
http://mrblogc.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-percobaan-
alkalimetri.html diakses 16 Oktober 2022.

R A Day dan underwood, A L. 1986. kimia Analisa kuantitatif. Erlangga:


Jakarta. Teaching, Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar
Kimia Analitik. Gorontalo: UNG.

Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:


Erlangga.

Adam Wiryawan, dkk. 2007. KIMIA ANALITIK. Malang : BSE


LAMPIRAN

Sketsa alat yang digunakan :

Nama Alat Sketsa

Buret

Erlenmeyer

Pipet Volume

Neraca Analitik
Pipet Tetes

Bulb

Gelas piala

Labu ukur

Labu semprot
Corong

Statif dan klem


LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Hasil Titrasi asam asetat Gambar 2. Hasil Titrasi dari NaOH

Gambar 3. Hasil Titrasi Cuka Gambar 4. Memasukan cairan kedalam


buret

Gambar 5. Proses Pentitrasian Gambar 6. Bahan Asam Oksalat dan NaOH


Gambar 7. Proses memasukkan larutan ke dalam Gambar 8. Proses memindahkan
larutan buret NaOH

Anda mungkin juga menyukai