Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ACARA 1

LAPORAN PRAKTIKUM

Aiko Chandra
D061221051

GOWA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kimia merupakan ilmu tentang materi, sifatnya, strukturnya, perubahan/reaksinya serta


energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia secara khusus dibagi menjadi
beberapa bidang utama, yaitu: kimia analisis, kimia organik, kimia anorganik, kimia
fisik, dan biokimia. Khusus untuk kimia analisis atau kimia analitik yang mempelajari
dan menggunakan instrument dan metode yang digunakan untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan mengukur materi. Dalam praktiknya,pemisahan, identifikasi dan
kuantifikasi dapat merupakan keseluruhan analisi digabungkan dengan metode lain.
Analisi kualitatif mengidentifikasi analit, sedangkan analisis kuantitatif menentulkan
jumlah numerik atau konsentrasi. Salah satu materi yang dipelajari pada kimia analitik
adalah alkalimetri. Titrasi adalah poses mengukur volme larutan yang terdapat dalam
buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh peraksi atau larutan yang
konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses pembuatannya secara langsung
dari zat padatnya. Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran
konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa. Oleh sebab itu, keduanya
disebut juga sebagai titrasi asam-basa.Titik dalam titrasi di mana titran yang telah
ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan
disebut titik ekivalen. Titik ini sering itandai dengan perubahan warna senyawa yang
disebut indikator. Pada percobaan kali ini, kita akan mempelajari tentang alkalimetri
melalui proses titrasi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menganalisis kadar asam asetat dalam cuka

dengan menggunakan metode Alkalimetri

Adapun tujuan percobaan adalah menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam
dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

1.3 Alat dan Bahan


1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
3. Neraca analitik 1 buah
4. Pipet volum 10 mL 1 buah
5. Bulb 1 buah
6. Pipet tetes 1 buah
7. Labu ukur 100 mL 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Statif dan klem 1 buah

1.4 Prosedur praktikum


a. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat (C2H204) 0,1 N
- Asam oksalat ditimbang sebanyak 6,3035
- Dilarutkan dengan Aquades di dalam gelas kimia hingga larut
- Asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan Aquades
- Dihimpit hingga tanda batas
b. Pembakuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku primer Asam
Oksalat
- Buret dicuci dengan larutan NaOH yang akan digunakan
- Buret diidi dengan larutan NaOH yang akan dibakukan hingga tanda batas
- Baku asam dimasukkan ke Erlenmeyer sebanyak 15 mL
- Ditambahkan Indikator PP sebanyak 2 tetes
- Larutan asam oksalat yang telah dipipet ke dalam Erlenmeyer kemudian
dititrasi setetes demi setetes sampai terjadi perubahan warna
c. Penentuan asam asetat dalam cuka
- Dipipet larutan cuka sebanyak 5 mL ke dalam labu ukur 100 mL
- Diencerkan dengan Aquades hingga tanda batas labu
- Dipipet larutan cuka sebanyak 15 mL yang telah diencerkan dan
ditambahkan indicator PP sebanyak 2 tetes
- Larutan cuka dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret yang telah
dibakukan
- Larutan sampel ditittrasi setetes demi setetes sampai terjadi perbuahan
warna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pengertian
Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat tertenti didalam suatu
larutan sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasizat kimia Titrasi
merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengankonsentrasi yang telah
diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkapdengan larutan yang
konsentrasinya belum diketahui sebelumnya . Titrasi umumnya digunakan untuk
pembakuan atau standardisasi padalarutan baku sekunder, seperti NaOH dan HCl
dengan menggunakan larutan baku primer, seperti asam oksalat, NaCl, atau larutan
baku sekunder yangtelah dilakukan standardisasi terlebih dahulu menjadi larutan baku
primer Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator
buatan.Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau metil
Orange (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai indikator basa (.
Indikator alami dapat dibuat dari bagian- bagian tumbuhan yang berwarna, seperti
kunyit, kelopak bunga sepatu, kolungu, karamunting, daun bayam merah, dan bunga
bugenvil Titrasi merupakan suatu metode penetapan kadar suatu larutan
denganmenggunakan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Suatularutan
yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan secara bertahap kelarutan yang
telah diketahui konsentrasinya Proses titrasi digunakan dalam penentuan analisis
banyak, termasukmelibatkan reaksi asam basa. Indikator adalah zat yang digunakan
untuk inyal ketika titrasi telah sampai di titik dimana kesetimbangan antara
titransebagai larutan baku sekunder dan analit sebagai larutan baku primer adalahsama.
Keadaan ini disebut juga titik ekivalen yang ditandai dengan perubahanwarna pada
larutan. Reaksi yang menggunakan titrasi pada asam dan basamenghasilkan garam dan
air disebut juga proses netralisasi Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana
asidi berasal dari kataaad yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa
Yunani yang berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan
bahwaasidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asamuntuk
menentukan basa. Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan
dengan reaksi asam basa (Padmaningrum, 2006). Menurut pengertian lain, alkalimetri
dapat diartikan sebagai suatu titrasi dengan larutanstandar basa untuk menentukan
asam Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi,yaitu
reaksi anatara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan air hidroksidayang berasal
dari basa yang membentuk molekul air. Oleh sebab itu,alkalimetri dapat didefinisikan
sebagai metode untuk menetapkan kadar asamdari suatu sampel dengan menggunakan
larutan basa yang sesuai
Titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan dengan pengukuran
volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang diperlukan untuk
bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan. Alkalimetri adalah metode yang digunakan
untuk menetapkan kadar senyawa asam yang direaksikan dengan larutan baku bersifat
basa. Antasida merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
lambung akibat dari produksi asam lambung yang berlebih. Kandungan zat
aktifnya adalah campuran dari magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida yang
merupakan basa lemah sehingga bereaksi dengan asam. Alkalimetri merupakan suatu
metode volumetrik dengan prinsip reaksi penetralan asam basa. Alkalimetri adalah
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku
asam. Magnesium hidroksida dan Alumunium hidroksida bersifat basa lemah yang
dapat dititrasi dengan larutan standar yang bersifat basa kuat. Pada penetapan
kadar ini menggunakan metode alkalimetri secara tidak langsung. Alkalimetri secara
tidak langsung yaitu kelebihan asam klorida dititrasi dengan natrium hidroksida
dimana untuk melihat titik akhir titrasinya indikator yang dipakai adalah fenolftalein,
karena jangkauan pH dari fenolftalein adalah 8,0 – 9,6 ditujukkan dengan adanya
perubahan warna dari tidak berwarna sampai warna merah muda. Larutan standar
yang digunakan pada titrasi Alkalimetri ini adalah Natrium Hidroksida. Indikator
diperlukan dalam metode ini untuk menentukan titik akhir titrasi. Untuk asam-
asam lemah dengan larutan standar basa kuat pH titik kesetaraan terletak di atas.
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat
dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan.
Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
a A + b B hasil reaksi dimana : A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi,
a dan b jumlah mol dari A dan B. Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara
menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan
standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk
bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk
mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator
yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan


yang harus diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak
terjadi reaksi samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatif
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasi
yaitu :
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat
digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut di atas disebut larutan standard
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan
standard primer.

Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam),yang berkaitan dengan kata
acer (tajam) dan acetum (cuka). Cukamerupakan larutan dari asam asetat. Dan untuk
istilah alkali (basa)berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang berarti abu dari suatu
tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam danpadang pasir. Sumber dari
kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah sejak lama diketahui bahwa asam
dan basa dapat saling menetralkan dan dapat membentuk senyawa berupa garam dan
air. Sifat yang berkaitan dengan asam yaitu rasanya yang asam, rasa seperti tertusuk
jarum apabila terkena kulit. Kemampuan yang dimiliki asam yaitu, dapat melarutkan
sebagian besar dari logam ,dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak
ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik asam
maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari unsur pokok
tanaman tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari sebangsa tumbuhan lumut. Dalam
larutan asam lakmus ini akan berwarna mmerah dan lakmus akan tetap berwarna biru
jika dalam larutan yang bersifat basa. Terdapat beberapa teori yang mencoba
menjelaskan tentang asam basa diantaranya yaitu :
Antoine Lavoisier (1777). Mengemukakan bahwa semua
dari asam mengandung O₂(oksigen).
Humphry Davy(1810). Mengemukakan bahwa unsur dalam
asam bukan oksigen tetapi hidrogen, yang ditunjukkan oleh asam
hidrokhlorik yang mengandung hanya atom H dan Cl tanpa ada O.
Svante Arrhenius(1884). Berdasarkan teori tentang penguraian elektrolisis, bahwa
terdapat dua macam larutan elektrolit (larutan dalam air). Dua macam larutan elektrolit
tersebut yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Disebut dengan elektrolit kuat
apabila zat tersebut terlarut terurai sempurna (terionisasi) di dalam air, sedangkan
apabila disebut dengan elektrolit lemah jika hanya sedikit sekali senyawa yang
terionisasi. Menurut Arrhenius, asam merupakan senyawa yang jika terurai akan
menghasilkan ion hidrogen(H⁺). Contohnya :

Sedangkan basa merupakan senyawa yang jika terdisosiasi menghasilkan ion OH⁻ ,
contohnya :
Reaksi yang terjadi antara larutan asam dan basa disebut dengan reaksi netralisasi serta
dapat dinyatakan dengan persamaan ionik, sebagai berikut :

Dari data di atas, Teori Arrhenius mengemukakan bahwa reaksi netralisasi melibatkan
penggabungan hidrogen dan ion hidroksida yang akan membentuk air.

Keterbatasan Teori Arrhenius. Keberhasilan teori ini mengenai asam dan basa namun
juga memiliki keterbatasan yang sangat penting. Salah satunya yaitu tentang basa
lemah amonia, NH₃. Menurut teori Arrhenius, senyawa dapat dikatakan basa jika
mengandung OH⁻ tetapi senyawa NH₃ tidak mengandung OH⁻. Untuk menanggulangi
keadaan ini, teori dari Arrhenius ini mengemukakan bahwa dalam larutan air NH₃
membentuk senyawa amonium hidroksida (NH₄OH), yang selanjutnya akan terurai
sebagai basa lemah menjadi NH₄⁺ dan OH⁻. Reaksinya sebagai
berikut :
Dari permasalahan di atas sebenarnya senyawa NH₄OH tidak nyata. Tampaknya dari
penjelasan Arrhenius mengenai asam dan basa, ia tidak mempertimbamngkan peran
penting dari pelarut dalam penguraian zat terlarut.

2.2 Titasi asam basa


Titrasi Asam Basa. Reaksi ini memiliki titik akhir titrasi yang perubahan warna nya
cukup tajam dan mudah untuk diamati secara visual. Oleh karena itu, penambahan
indikator sangat diperlukan dalam setiap proses titrasi. Indikator memiliki warna
berbeda pada lingkungan pH yang berbeda, oleh sebab itu, indikator membantu
perubahan warna pada saat titik akhir titrasi berlangsung. Selama proses titrasi
berlangsung pH larutan sedikit demi sedikit berubah secara signifikan sampai
mencapai titik akhir titrasi. Kurva Titrasi Asam Basa. Kurva titrasi dibuat untuk
mengetahui perubahan pH larutan terhadap volume penitrasi. Pada kurva titrasi inilah
dapat dengan mudah mengamati perkembangan perubahan pH pada larutan sebelum
tercapainya titik ekivalen dan adanya perubahan warna pada larutan saat penambahan
sedikit demi sedikit volume penitrasi. Untuk titrasi asam lemah perubahan pH pada
titik ekivalen kurang nyata dibandingkan dengan titrasi asam kuat. Perubahan pH pada
larutan terkait dengan perubahan warna pada indikator dan penentuan titik akhir titrasi.
Pemilihan indikator yang tepat akan menghasilkan tingkat ketajaman warna yang baik
pula. Pemilihan indikator menjadi faktor penting dalam memperoleh data kuantitatif
analit dengan tingkat validitas yang tinggi.

pH selama titrasi. Selama proses titrasi penghitungan pH merupakan upaya yang


penting untuk merealisasikan pemilihan indikator. pH yang sebelumnya telah diketahui
di bandingkan dengan volume penitrasi yang akan digunakan untuk membentuk kurva
titrasi. Urutan langkah ini yaitu:
- Menghitung pH larutan awal (asam,basa atau garam)
- Menghitung pH larutan selama titrasi sampai sebelum titik
ekivalen tercapai
- Menghitung pH pada saat titik ekivalen
- Menghitung pH setelah tercapai titik ekivalen

2.3 Indikator Titrasi


Indikator merupakan larutan yang ditambahkan pada titrasi asam maupun basa yang
berguna untuk melihat adanya perubahan warna pada titran yang menunjukkan titik
akhir titrasi telah tercapai. Pemilihan indikator untuk setiap larutan sangatlah penting
untuk membantu keberhasilan titrasi yang telah dilakukan. Pemilihan indikator yang
tidak sesuai akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi
seperti perubahan warna yang tidak sesuai dengan prosedur atau tidak adanya
perubahan warna yang terjadi. Pemilihan indikator yang akan digunakan dalam titrasi
asam basa harus memperlihatkan trayek pH indikator tersebut. Menurut Ostwald
indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang mempunyai
warna berbeda dalam bentuk molekul dan ionnya pada keadaan kesetimbangan. Dalam
kata lain indikator itu larutan yang membuat antara titran dan analit berubah menjadi
pH yang seimbang. Misalnya terdapat indikator asam lemah yang berwarna
merah(HIn) karena bentuk molekul dari HIn berwarna merah,sedangkan bentuk
terionisasinya berwarna kuning. Perubahan warna merah dari HIn menjadi warna
kuning (In⁻) terjadi pada kisaran pH tertentu. Ketelitian seseorang dalam melihat
perubahan warna tersebut menjadi salah satu hal yang diperhatikan. Sebelum terjadi
perubahan warna tersebut, terjadi transisi antara warna merah(HIn) dan warna
kuning(In⁻) kemungkinan transisi warna yang terjadi yaitu warna orange. Umunya
hanya satu warna yang akan terlihat, yaitu Ketika [In⁻] dan [HIn] adalah 10 : 1. Dengan
demikian hanya warna dengan konsentrasi yang paling tinggi yang akan terlihat.
Sebagai contoh jika hanya warna kuning yang terlihat maka konsentrasi [In⁻]/[HIn] =
10/1, sehingga jika dimasukkan ke persamaan Henderson-Hasselbalch diperoleh:

Jadi terjadinya perubahan pH pada indikator dari satu warna ke warna yang lain terjadi
pada pH berkisar antara pKa-1 sampai dengan pKa+1. Pada titik tengah atau saat terjadi
transisi warna, maka konsentrasi [In⁻] akan sama dengan [HIn]. Oleh sebab itu pH =
pKa. Maka dari itu jarak antara perubahan warna indicator satu ke warna lain
merupakan trayek perubahan warna indicator yang nilainya mencakup dua satuan pH.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 pembahasan

pada percobaan ini, ada tiga percobaan yang dilakukan yaitu yang pertama pembakuan
larutan baku primer asam oksalat 0,1 N dengan berat oksalat sebanyak 6,3035 gram
dan volume asam oksalat sebanyak 1000 mL. percobaan kedua yaitu pembakuan
konsentrasi larutan NaOH 0,1 dengan larutan baku primer Asam oksalat. Percobaan
ketiga yaitu asam asetat dalam cuka

pada percobaan kedua , dilakukan 2 kali percobaan. asam oksalat dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan indicator PP. kemudian asam oksalat di tetesi
dengan dengan NaOH yang berada di dalam buret setetes demi setetes hingga
mengalami perubahan warna menjadu merah muda.

Pada percobaan ketiga, asam cuka dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian


ditetesi dengan indicator PP. kemudian asam cuka di tetesi dengan NaOH yang berada
dalam buret setetes demi setetes hingga mengalami perubahan warna menjadi warna
merah muda.

3.1 Hasil

Hasil dari percobaan kedua dan ketiga adalah

1. Asam oksalat dengan volume 15 mL yang telah ditetesi dengan indicator PP berubah

warna menjadi warna merah muda Ketika ditetesi dengan NaOH pada volume 16

ml.
Asam cuka dengan volume 17,5 mL yang telah ditetesi dengan indicator PP berubah
menjadi warna merah muda Ketika ditetesi dengan NaOH pada volume 5
BAB VI
PENUTUP

4.2 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah larutan asam asetat dan cuka berubah warna

menjadi merah ketika diteteskan ke dalam buret yang berisi NaOH. Perubahan warna

terjadi karena larutan menjadi asam

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk laboratorium


Saran untuk laboratorium yaitu tetap menjaga kebersihan dan kerapian yang ada di
laboratorium

4.2.3 Saran untuk asisten


Saran untuk asisten yaitu selalu mendampingi praktikan Ketika percobaan dan
senantiasa mengawasi apabila ada kesalahan saat praktikum
Daftar Pustaka

Nur Santi (2021) Alkalimteri Universitas Diponegoro

Adam wirawan Dkk (2008) Kimia Analitik Jakarta Direktorat pembinaan sekolah
Menengah kejuruan

Jumilator dan Setiyo Chylen 2020 kimia analisis Sidoarjo UMSIDA Press

Stefanus Jonathan (2018) Laporan asadimetrti-alkalimetri Bandung Universitas


Padjajaran
Lampiran
LAMPIRAN TABEL

A. Penentuan Normalitas larutan bauk sekunder NaOH

Indikator yang digunakan : Indikator PP


Perubahan warna yang terjadi : Merah Muda Bening
Data penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH :

Percobaan Volume C2H2O4 Volume NaOH


I 15 ml 16 ml

Hitung :
1. Normalitas NaOH pada percobaan I

NaOH = (V C2H2O4) x (N C2H2O4) = 15 x 0.1


V NaOH = 0.09 N

B. Penentuan Kadar Sampel (Asam Asetat)

Indikator yang digunakan : Indikator PP


Perubahan warna yang terjadi : Merah Muda Bening
Data penentuan normalitas larutan sampel (asam asetat) :
Percobaan Volume C2H2O4 Volume NaOH
I 15 ml 5 ml
Hitung
1. Kadar sampel (asam asetat) pada percobaan I

V NaOH x N NaOH x BE CH3COO x 100%


% CH3COOH N ml sampel
2. Reaksi yang terjadi
CH3COOH + NaOH CH3COOCNa + H2O

Anda mungkin juga menyukai