Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR LANJUT

JUDUL PERCOBAAN 3
( PENENTUAN KADAR ASAM CUKA )

Oleh :
Nama : Fadhil Alwa Faridy Tgl Praktikum : 04-04-2022
NIM : F1061211020 Dikumpulkan Tgl :
Prodi : Pendidikan Kimia Diterima Oleh :
Kelompok :4 Dikoreksi Tgl :
Nilai : Nama Asisten
a. Disiplin :( )
b. Sistematika :( )
c. Isi :( )
Total :(100) ( )

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2022
PERCOBAAN 3
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mementukan normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
2. Menentukan kadar asam cuka dengan larutan NaOH
B. PRINSIP PERCOBAAN
Prinsip pada percobaan kali ini adalah prinsip yang didasarkan pada prinsip
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan
konsentrasi suatu basa dengan menggunakan larutan asam sebagai standar. Sedangkan
alkalimetri adalah metode pengukuran konsentrasi basa suatu larutan dengan
menggunakan larutan baku asam.
C. DASAR TEORI
Asidimetri dan alkalimeteri adalah analisis kuantitatif volumetric berdasarkan
reaksi netralisas. Kedua analisis ini dibedakan pada larutan standar yang dipakai atauu
digunakan. Bila larutan standar yang digunakan asam merupakan asidimetri dan bila
larutan standar yang digunakan basa makan merupakan reaksi alkalimeri. Kedua
analisa dilakukan dengan cara titrasi.
Asidimetri adalah metode pengukuran konsentrasi asam yang menggunakan
larutan basa bahan baku utamanya, sedangkan alkalimetri adalah metode pengukuran
konsentrasi basa yang menggunakan larutan asam sebagai bahan baku utamanya.
Oleh sebab itu, keduanya disebut dengan titrasi asam-basa. Titrasi dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk mengukur volume suatu larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang telah diketahui volumenya sampai
terjadi reaksi yang sempurna. Atau dapat diartikan sebagai suatu metode untuk
mengukur volume titran yang akan dieprlukan untuk mencapai titik ekivalen pada
larutan. Saat yang menunjukkan bahwa ekivalen pereaksi-pereaksi sama itulah yang
dimaksud dengan titik ekivalen. Titik ekivalen biasanya lebih sulit diamati pada saat
melalukan percobaannya, Hal tersebut dikarenakan hanya merupakan titik akhir
teoritis atau titik akhir stoikiomteri (persamaan reaksi). Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan suatu indikator asam-basa yang mana dapat membantu sehingga titik
akhir pada saat melakukan titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan
keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indicator
Titrasi adalah proses mereaksikan suatu larutan (larutan standar) yang
konsentrasinya telah ditentukan untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut.
Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi
penetralan). Metode analisis titrasi asam basa ini adalah titrasi volumetrik, yaitu
mengukur volume asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999). Dalam beberapa
kasus, jumlah larutan yang diukur dengan benar dapat digunakan untuk membuat
larutan standar menggunakan sampel zat terlarut yang diinginkan yang telah
ditimbang secara akurat
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi
selesai. Akhir reaksi dapat dikenali dari perubahan warna yang dapat disebabkan oleh
penambahan larutan standar itu sendiri atau yang disebut dengan indikator. Indikator
adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah
tercapai. Umumnya indikator yang digunakan adalah indikator azo yang memiliki
warna tertentu pada berbagai perubahan pH. Titik ekivalen adalah titik di mana titik
ekivalen stoikiometri reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir
titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan
titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalis dan larutan standar. Pada umumnya,
titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir-titrasi. Pada
kenyataannya, selalu ada perbedaan kecil yang disebut kesalahan titrasi. Untuk
analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen
(larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi
jumlah ekuivalen zat penitrasi. Setara suatu zat sangat sulit untuk didefinisikan,
tergantung pada sifat reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan
oleh indicator. Indicator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai
satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada satau harga tertentu dan
suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Ketelitian dalam penentuan suhu
akhir sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Zat yang digunakan
untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang
diketahui kamurniannya.
2. Harus stabil
3. Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis, sehingga tidak menyerap
uap air, tidak menyerap CO, pada waktu penimbangan. Larutan yang mempunyai
konsentrasi molar vang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi
yang melibatkan prosedur kuantitatif. Jumlah zat terlarut dalam volume tertentu
larutan yang volumenya diukur secara akurat dapat ditentukan secara akurat
menggunakan hubungan dasar
Analisis kimia yang diketahui sampel adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif memberikan informasi tentang komponen sampel, dan analisis
kuantitatif memberikan informasi tentang komposisi komponen dalam sampel.
Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya senyawa
dalam sampel Analisis kuantitatif konvensional yang paling sering diterapkan yaitu
analisis titrimetri. Analisis titrasi dilakukan dengan memeriksa sampel tertentu dengan
larutan standar, yaitu solusi yang mengetahui konsentrasi. Pengembalian konsentrasi
yang diketahui disebut titaran, dan titrasi disebut titrasi.
Perhitungan didasarkan pada jumlah titrator yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalen titrasi. Analisis titrasi berdasarkan terjadinya reaksi asam-basa antara
sampel dan larutan standar disebut analisis asam-basa. Jika larutan standar yang akan
digunakan adalah larutan asam, lakukan analisis keasaman. Sebaliknya, bila basa
digunakan sebagai larutan standar, ini disebut analisis alkali.
D. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Corong Kaca Standar 1
2 Kaca Arloji Standar 1
3 Erlenmeyer 100 ml dan 50 ml 2
4 Batang Pengaduk Standar 1
5 Labu Ukur 10 ml dan 25 ml 2
6 Gelas Ukur 10 ml 1
7 Gelas Beker 10 ml 1
8 Buret Standar 1
9 Spatula Standar 1

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah


1 Asam Oksalat 0,4 M -
2 Cuka - -
3 NaOH 0,01 M -
4 Fenolftalein - -

E. SKEMA
Perlakuan Ke – 2
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. TABEL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
Ditimbang asam oksalat
Didapatkan asam oksalak sebanyak
1 menggunaka neraca analitik dan
0,063 gram
kaca arloji sebanyak 0,063
Dimasukkan asam oksalat dan Asam oksalat dan aquades berada
2
aquades dalam gelas kimi di tempat yang sama
Diaduk menggunakan batang Asam oksalat dan aquades
3
pengaduk hingga tercampur rata tercampur rata
Larutan yang sudah tercampur
4 rata dimasukkan ke labu ukur Larutan berada di dalam labu ukur
berukuan 10 ml
Masukkan aquades kedalam labu
5 ukur dan encerkan hingga tanda Larutan berada didalam labu ukur
batas
6 Dirangkai buret pada statif Buret berada pada statif
Di letkkan Erlenmeyer di bawah Erlenmeyer berada di bawah alat
7
alat titras titrasi
Diambil NaOH sebanyak 1 ml
8 dengan konsentrasu 0,1 M NaOH diambil
menggunakan pipet tetes
Dimasukkan NaOH ke dalam
9 NaOH berada pada Erlenmeyer
erlenmeyer
Dimasukkan larutan asam oksalat Larutan asam oksalat berada di
10
ke dalam buret dalam buret
Dimasukkan satu tetes Pp ke Larutan berubah menjadi warna
11
dalam NaOH merah jambu
Dilakukan titrasi hingga warna Larutan NaOH kembali menjadi
12
merah jambu hilang bening
Didapatkan volume h2C2O4
13 Titrasi selesai dilakukan
sebanyak 2,5 ml

Perlakuan ke - 2
No Perlakuan Hasil
Dimasukkan 5 ml larutan cuka
5 ml larutan cuka di dalam gelas
1 kedalam gelas ukur menggunakan
ukur
pipet tetes
Dimasukkan 5 ml larutan cuka ke 5 ml larutan cuka di dalam labu
2
dalam labu ukur 25 ml ukur 25 ml
Aquades tercampur dengan 5 ml
Dimasukkan aquades kedalam
3 larutan cuka di dalam labu ukur 25
labu ukur sampai tanda batas
ml
4 Dihomogenkan Larutan Homgen
Diambil 5 ml larutan tersebut
5 ml larutan tersebut berada pada
5 menggunakan pipet tetes dan
gelas ukr
dimasukkan ke dalam gelas ukur
Dimasukkan 5 ml larutan ke
6 Larutan berada di dalam erlenmyer
dalam erlenmyer
Dimasukkan larutan NaOH Didapatkan larutan NaOH
7
sebanyak 18 ml dalam buret sebanyak 18 ml
Ditambahkan 1 tetes PP kedalam Didaptkan warna merah jambu
8
larutan cuka pada larutan

Lakukan titrasi dengan Didapatkan larutan berwarna


9
dimasukkan larutan NaOH merah jambu di dalam erlenmeyer
sebanyak 6, 5 ml kedalam
erlenmeyer

2. PERSAMAAN REAKSI
Adapun persamaan reaksi dalam percobaan penentuan kadar asam cuka, antara
lain :
• Persamaan reaksi antara Asam Cuka dengan Natrium Hidroksida
CH3COOH + NaOH --> CH3COONa + H2O
• Persamaan reaksi antara Asam Oksalat dengan Natrium Hidroksida
H2C2O4 + 2NaOH --> Na2C2O4 + 2H2O
3. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yang berjudul penentuan kadar asam cuka yang
memiliki tujuan yaitu yang pertama untuk menentukan normalitas larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka dengan larutan
NaOH. Dan prinsip percobaan kali ini adalah prinsip yang didasarkan pada asidimetri
dan alkalimetri. Yang dimana pengertian dari asidimetri sendiri ialah suatu proses
titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu basa dengan menggunakan larutan asam
sebagai standar. Sedangkan alkalimetri adalah metode pengkuruan konsentrasi basa
suatu larutan dengan menggunakan larutan baku asam.

Dan juga pada percobaan ini terdapat beberapa alat dan bahan yang disediakan
seperti corong kaca, kaca arloji, Erlenmeyer, batang pengaduk, labu ukur, gelas ukur,
gelas beker, buret, dan spatula. Dan pada bahan terdapat bahan yang digunakan
seperti asam oksalat, cuka, NaOH, dan Fenolftalein (PP). Dan tentu saja pada alat dan
bahan yang digunakan semuanya memiliki fungsi tersendiri. Dimulai dari alat, alat
yang digunakan yaitu corong kaca yang dimana berfungsi untuk memudahkan
pemindahan larutan dari wadah lain ke satunya. Selanjutnya ada kaca arloji yang
berfungsi untuk digunakan sebagai wadah pada neraca analitik untuk ditimbang agar
sesuai. Selanjutnya ada Erlenmeyer yang berfungsi untuk menampung hasil titrasi
(titran) dari percobaan yang dilakukan. Selanjutnya adalah batang pengaduk yang
berfungsi untuk mengaduk larutan agar larutan yang digunakan homogen. Alat
selanjutnya yaitu labu ukur yang berfungsi untuk mengukur dan menghomogenkan
larutan yang akan digunakan. Alat selanjutny adalah gelas ukur yang berfungsi untuk
mengukur larutan yang akan digunakan sebelum di reaksikan. Alat selanjutnya adalah
gelas beker yang berfungsi untuk menampung dan mencampur larutan yang
digunakan. Alat selanjutnya adalah buret yang berfungsi untuk melakukan titrasi dan
menghasilkan titran agar jatuh tepat pada Erlenmeyer. Alat yang terakhir adalah
spatula yang berfungsi untuk mengambil asam oksalat pada kaca arloji agar sesuai
dengan yang akan direaksikan.

Pada percobaan kali ini dalam menentukan normalitas larutan NaOH dengan
larutan standar H2C204 langkah pertama yang harus dilakukan adalah
dikalibrasikannya neraca analitik. Setelah neraca analitik terkalibrasi, dimasukkan
kaca arloji kedalam neraca analitik. Kemudian, dikalibrasikan lagi neraca analitik
yang tadinya berisi neraca analitik. Setelah neraca analitik terkalibrasi, diambil serbuk
asam oksalat menggunakan spatula. Kemudian, ditimbang serbuk asam oksalat
menggunakan neraca analitik yang telah terkalibrasi sehingga didapatkan serbuk asam
oksalat sebanyak 0,623 gram. Setelah ditimbang dan didapatkan seerbuk asam oksalat
sebanyak 0,0623 tadinya, dimasukan serbuk asam oksalat sebanyak 0,0623 tersebut
kedalam gelas beaker 10 ml. setelah serbuk asam oksalat berada dalam gelas beaker,
kemudian dimasukan aquades sebanyak 5 ml kedalam gelas beaker yang berisi serbuk
asam oksalat. Lalu, diaduk larutan asam oksalat yang telah dilarutkan oleh aquades
tersebut menggunakan batang pengaduk kaca hingga larutan asam oksalat menjadi
homogen. Setelah, larutan asam oksalat menjadi homogen. Dimasukan larutan adam
oksalat kedalam labu ukur yang berukuran 10 ml, lalu ditambahkan aquades kedalam
labu ukur hingga batas ukur. Kemudian dikocok labu ukur yang berisi larutan asam
oksalat hingga larutan menjadi homogen. Setelah itu, diambil larutan NaOH
menggunakan pipet tetes dan gelas ukur sebanyak 1 ml. Lalu, dimasukan larutan
NaOH sebanyak 1 ml tersebut kedalam erlenmeyer yang berukuran 50 ml dengan
bantuan corong kaca pada saat memindahkannya. Setelah larutan asam oksalat berada
dalam erlenmeyer, kemudian dipasangkan buret pada klem dan statif. Setelah buret
terpasang pada kelm dan statif, dimasukan larutan asam oksalat kedalam buret yang
telah terpasang pada klem dan statif dengan bantuan corong kaca. Lalu, titrasi larutan
NaOH dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang. Setelah itu,
diambil larutan NaOH sebanyak 1 ml kedalam erlenmeyer yang berukuran 100 ml.
lalu diambil 2 tetes fenolftalein menggunakan pipet tetes dan dimasukkan 2 tetets
fenolftalein tersebut ledalam erlenmeyer yang berukuran 100 ml yang berisi larutan
NaOH. Lalu titrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat hingga warna merah
jambu menjadi hilang.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan kadar asam cuka adalah
diambil larutan asam cuka sebanyak 5 ml dengan bantuan pipet tetes dan gelas ukur.
Lalu, masuka larutan asam cuka sebanyak 5 ml tersebut kedalam labu ukur yang
berukuran 25 ml. Kemudian, tambahkan aquades kedalam labu ukur yang berisi
larutan asam cuka hingga batas ukur pada labu ukur. Setelah aquades berada dalam
labu ukur yang berisi larutan asam cuka, dikocok larutan tersebut hingga menjadi
homogen. Kemudian, dimasukan larutan asam cuka yang tekah homogen kedalam
gelas ukur dengan bantuan pipet tetes sebanyak 5 ml. Lalu, dimasukan larutan asam
cuka yang berada dalam gelas ukur tersebut kedalam erlenmeyer yang berukuran 50
ml. setelah itu, dimasukan 1 tetes fenolftalein kedalam erlenmeyer yang berukuran 50
ml dan berisi larutan asam cuka. Dan diambil larutan NaOH sebanyak 10 ml dengan
bantuan corong kaca dan gelas ukur. Lalu, dimasukan larutan NaOH yang berada
dalam gelas ukur tersebut kedalam buret dengan bantuan corong kaca. Kemudian,
dititrasi larutan asam cuka dengan larutan NaOH hingga warna pada larutan asam
cukanya. Setelah larutan asam cuka dan NaOH tertitrasi dan berubah warna pada
larutan, kemudian diambil lagi larutan NaOH sebanyak 10 menggunakan corong kaca
dan gelas ukur. Lalu, dimasukan larutan NaOH tersebut kedalam buret menggunakan
corong kaca. Kemudian, diambil larutan asam cuka sebanyak 5 ml menggunakan
pipet tetes dan gelas ukur. Setelah itu, dimasukan larutan asam cuka sebanyak 5 ml
kedalam gelas beaker yang berukuran 10 ml. Lalu, dimasukan asam cuka sebanyak 5
ml kedalam erlenmeyer yang berukuran 100 ml. kemudian dimasukan juga 3 tetes
fenolftalein kedalam erlenmeyer yang berukuran 100 ml dan berisi larutan asam cuka.
Setelah itu, dititrasi lagi larutan asam cuka dengan larutan NaOH hingga berubah
warna pada larutan.

Pada percobaan kali ini, dalam menentukan normalitas larutan NaOH dengan
larutan standar H2C204. Terdapat fungsi-fungsi dari setiap alat, bahan serta dari
setiap perlakuan pada saat melakukan, antara lain ; fungsi dari dikalibrasikannya
neraca analitik agar neraca analitik dapat digunakan untuk menimbang. Disini, fungsi
dari neraca analitik adalah sebagai alat untuk menimbang serbuk asam oksalat.
Kemudian, adapun fungsi dari perlakuan dimasukan kaca arloji kedalam neraca
analitik adalah untuk membantu pada saat proses penimbangan serbuk asam oksalat.
Disini, kaca arloji berfungsi sebagai wadah untuk membantu pada saat proses
penimbangan. Kemudian, adapun fungsi dari perlakuan dikalibrasikan lagi neraca
analitik yaitu agar neraca analitik yang berisi kaca arloji dapat langsung digunakan
untuk menimbang serbuk asam oksalat. Adapun fungsi dari perlakuan diambilnya
serbuk asam oksalat menggunakan spatula yaitu agar lebih mudah dalam pengambilan
serbuk asam oksalat tersebut. Disini, fungsi dari spatula adalah untuk membantu
dalam pengambilan serbuk asam oksalat yang akan ditimbang. Adapun fungsi dari
perlakuan Dimasukkan serbuk asam oksalat sebanyak 0,0614 kedalam gelas beaker
10 ml yaitu agar mempermudah pada saat proses pelarutan. Disini gelas beaker
berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan serbuk asam oksalat yang akan dilarutkan.
Selain itu, fungsi dari perlakuan dimasukan aquades kedalam gelas beaker yang berisi
serbuk asam oksalat adalah untuk melarutkan serbuk asam oksalat agar menjadi suatu
larutan. Adapun fungsi dari diaduk larutan asam oksalat menggunakan batang
pengaduk kaca adalah agar larutan asam oksalat tersebut menjadi homogen. Disini,
batang pengaduk kaca memiliki fungsi sebagai alat untuk mengaduk larutan asam
oksalat agar mempermudah dalam proses pengadukan menjadi lebih mudah dan
larutan cepat menjadi homogen. Adapun fungsi dari perlakuan dimasukan larutan
asam oksalat kedalam labu ukur yaitu untuk dlarutkan lagi larutan asam oksalat
dengan aquades. Disini labu ukur berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan larutan
asam oksalat yang telah homogen. Kemudian, fungsi dari dimasukan aquades
kedalam labu ukur yang berisi larutan asam oksalat yang telah homogen hingga batas
ukur ada agar larutan asam oksalat dapat di larutkan lagi. Disini aquades berfungsi
sebagai bahan untuk membantu dalam melarutkan larutan asam oksalat. Adapun
fungsi dari pelakuan dikocok larutan hingga homogen adalah agar larutan asam
oksalat menjadi homogen. Fungsi dari perlakuan dimabil larutan NaOH menggunakan
pipet tetes dan gelas ukur agar mempermudah dalam pengambilan larutan NaOH
tersebut. Disini pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan NaOH sedangkan gelas
ukur berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan larutan NaOH setalh diambil
menggunakan pipet tetes. Dimasukkan larutan NaOH kedalam erlenmeyer 50 ml
menggunakan corong kaca, disini erlenmeyer berfungsi sebagai wadah untuk
menyimpan larutan NaOH sedangkan corong kaca berfungsi sebagai alat untuk
mempermudah dalam pemindahan larutan NaOH dari gelas ukur ke erlenmeyer.
Diambil 3 tetes fenolftalein menggunakan pipet tetes, disini pipet tetes berfungsi
untuk mempermudah dalam mengambil fenolftalein. Dimasukkan 3 tetes fenolftalein
kedalam erlenmeyer 50 ml yang berisi larutan NaOH, disini erlenmeyer berfungsi
sebagai wadah untuk menyimpan larutan NaOH dan fenolftalein yang akan
direaksikan. Dipasangkan buret pada klem dan statif, perlakuan disini berfungsi untuk
membantu dalam proses titrasi. Dimasukkan larutan asam oksalat kedalam buret
menggunakan corong kaca, disini corong kaca berfungsi untuk mempermudah proses
pemindahan larutan asam oksalat kedalam buret. Dititrasi larutan NaOH dengan
larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang, perlakuan ini befungsi untuk
menentukan apakah titrasi berhasil atau tidak. Diambil larutan NaOH sebanyak 1 ml
menggunakan pipet tetes kedalam gelas ukur 10 ml, disini gelas ukur berfungsi
sebagai wadah untuk mengukur larutan NaOH sedangkan pipet tetes berfungsi untuk
mempermudah proses pengambilan larutan NaOH yang akan dimasukan kedalam
gelas ukur. Dimasukkan larutan NaOH sebanyak 1 ml kedalam erlenmeyer 100 ml,
disin erlenmeyer berfungsi sebagai wadah untuk menypan larutan NaOH. Diambil
fenolftalein 2 tetes menggunakan pipet tetes, disini pipet tetes berfungsi untuk
mempermudsh proses pengambilan larutan NaOH. Dimasukkan 2 tetes fenolftalein
kedalam erlenmeyer 100 ml yang berisi larutan NaOH, disini erlenmeyer yang berisi
larutan NaOH berfungsi sebagai wadah untuk mereaksikan fenolftalein dengan
larutan NaOH. Dititrasi larutan NaOH dengann larutan asam oksalat hingga warna
merah jambu hilang, perlakuan ini berfungsi agar kita mengetahui apakah proses
titrasi benar-benar berhasil atau tidak.

Pada percobaan kali, dalam menentukan kadar asam cuka. Terdapat


fungsi-fungsi dari setiap alat, bahan, dan perlakuan selama percobaan antara lain ;
pada perlakuan diambil larutan asam cuka sebanyak 5 ml menggunakan pipet tetes
dan gelas ukur, disini pipet tetes berfungsi untuk membantu pada saat proses
pengambilan larutan asam cuka dan gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk
menyimpan serta untuk mengukur larutan asam cuka tersebut. Kemudian, perlakuan
dimasukkan larutan asam cuka kedalam labu ukur 25 ml, disini labu ukur berfungsi
sebagai wadah untuk menyimpan larutan asam cuka yang diukur volumenya dan akan
direaksikan. Adapun fungsi dari perlakuan ditambahkan aquades kedalam labu ukur
yang berisi larutan asam cuka hingga batas ukur yaitu agar larutan asam cuka dapat
terlarut dalam aquades. Perlakuan dikocok hingga homogen berfungsi agar larutan
asam cuka dan aquades yang berada dalam labu ukur menjadi homogen. Dimasukan
larutan asam cuka yang telah homogen kedalam gelas ukur menggunakan pipet tetes
sebanyak 5 ml, disini gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume pada larutan asam
cuka yang telah homogen untuk diukur sebanyak 5 ml dan pipet tetes berfungsi untuk
membantu dalam proses pengukuran volume pada larutan asam oksalat tersebut.
Dimasukkan larutan asam cuka yang berada dalam gelas ukur kedalam erlenmeyer 50
ml, disini erlenmeyer berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan larutan asam oksalat
yang telah diukur volumenya. Dimasukkan 1 tetes fenolftalein kedalam erlenmeyer 50
ml yang berisi larutan asam cuka menggunakan pipet tetes, disini pipet berfungsi
untuk membantu dalam proses pengambilan fenolftalein. Diambil larutan NaOH
sebanyak 10 ml menggunakan corong kaca dan gelas ukur 10 ml , disini corong kaca
berfungsi untuk membantu dalam proses pengambilan larutan NaOH dan gelas ukur
befungsi sebagai wada untuk menyimpan larutan NaOH yang akan diukur volumenya.
Dimasukkan larutan NaOH 10 ml kedalam buret menggunakan corong kaca, disini
buret berfungsi untuk mengtitrasikan larutan dan corong kaca berfungsi untuk
membantu pada saat proses pemindahan larutan NaOH dari gelas ukur ke buret.
Dititrasi larutan asam cuka dengan larutan NaOH hingga berubah warna, disini fungsi
dititrasikan larutan asam cuka dengan larutan NaOH agar kita tahu apakah pada kedua
larutan akan mengalami perubahan warna atau tidak, jika berubah warna pada larutan
makan percobaan tersebut berhasil dan begitu juga sebaliknya. Diambil larutan NaOH
sebanyak 10 ml menggunakan corong kaca dan gelas ukur 10 ml, disini corong kaca
berfungsi untuk membantu dalam proses pengambilan larutan NaOH dan gelas ukur
berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan larutan NaOH yang akan diukur
volumenya. Dimasukkan larutan NaOH 10 ml kedalam buret menggunakan corong
kaca, disini buret berfungsi untuk mengtitrasikan larutan dan corong kaca berfungsi
untuk membantu pada saat proses pemindahan larutan NaOH dari gelas ukur ke buret.
Diambil larutan asam cuka sebanyak 5 ml menggunakan pipet tetes dan gelas ukur,
fungsi pipet tetes untuk membantu dalam proses pengambilan larutan asam cuka.
Dimasukkan larutan asam cuka kedalam gelas beaker 10 ml sebanyak 5 ml, fungsi
gelas beaker sebagai wadah untuk menyimpan larutan asam cuka yang telah diambil
menggunakan pipet tetes. Dimasukkan larutan asam cuka sebanyak 5 ml kedalam
erlenmeyer 100 ml, fungsi erlenmeyer sebagai wadah untuk menyimpan larutan asam
cuka yang berada pada gelas beaker sebelumnya. Dimasukkan 3 tetes fenolftalein
kedalam erlenmeyer 100 ml yang berisi larutan asam cuka, fungsi fenolftalein adalah
sebagai pelarut. Dititrasi larutan asam cuka dengan larutan NaOH hingga berubah
warna, fungsi dari dititrasinya larutan asam cuka dan larutan NaOH agar kita
mengetahui apakah ada perubahan warna atau tidak setelah dititrasi. Jika mengalami
perubahan warna makan proses titrasi yang dilakuakn dapat dikatakan berhasil.

Pada percobaan penentuan kadar asam cuka, perlu dilakukannya duplo


(pengujian sampel dilakukan sampai dua kali). Hal ini bertujuan agar hasil
pengamatan dari data satu dan dua yang dperoleh dapat dibandingkan hasilnya.
Kemudian untuk mengetahui juga apakah hasil yang di peroleh akurat atau tidak.

Adapun persamaan reaksi dari percobaan kali ini, antara lain : Persamaan
reaksi antara Asam Cuka (CH3COOH) dengan perak Natrium Hidroksida (NaOH),
menghasilkan senyawa Natrium Asetat (CH3COONa) dan Air (H2O). Persamaan
reaksi antara Asam Oksalat (H2C2O4) dengan 2NaOH menghasilkan senyawa
Natrium Oksalat Na2C2O4 dan Air (2H2O)

G. KESIMPULAN
1. Asidimetri dan alkalimeteri adalah analisis kuantitatif volumetric berdasarkan
reaksi netralisas. Kedua analisis ini dibedakan pada larutan standar yang dipakai
atauu digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Pelatihan Produksi Bio-Ethanol. bogor: Gusmailina.


Leasa, H. (2015). PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP TITAL ASAM
CUKA ARE (Arenga pinnata Merr). Biopendix, Hal 140-145, Vol. 1, No.2.
Purba, M. (1995). Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta: Erlangga.
Putjaatmaka, H. (1989). KIMIA UNTUK UNIVERSITAS . Jakarta: Erlangga.
Zulaeha. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe and Explain
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Balaesang. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako, Hal 1-8, Vol.2.

LAMPIRAN

LAMPIRAN PLAGIARISME

Plagiarisme Pembahasan
Plagiarisme Dasar Teori

Anda mungkin juga menyukai