Oleh :
TAHUN 2021/2022
Laporan Praktikum
I. Judul
Penetapan Asam Salisilat dalam Sampel Saus dengan Metode Alkalimetri
II. Tujuan
1. Menentukan ada tidaknya asam salisilat dalam sampel saos ABC dan Sasa.
2. Menentukan kadar asam salisilat dalam sampel saos ABC dan Sasa.
3. Menentukan kualitas saos ABC dan Sasa berdasarkan kandungan asam
salisilat di dalamnya.
III. Prinsip
Menentukan kadar asam salisilat dalam sediaan saus dengan menggunakan
metode alkalimetri. Metode ini berdasarkan reaksi netralisasi antara asam salisilat
sebagai zat uji dengan NaOH sebagai larutan baku (titran). Titik akhir ditandai dengan
perubahan warna indikator dari titik berwarna (bening) menjadi warna pink muda.
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempuma
yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Indikator yang digunakan pada titrasi asam- basa adalah asam lemah atau basa lemah,
Indikator ini pada umumnya merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi yang memberikan kontribusi perubahan warna pada indikator
tersebut. Untuk memperolch ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi diharapkan
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Semakin jauh titik
akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar terjadinya kesalahan titrasi. Olch
karena itu pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah
saat titik ekivalen tercapai. (Brady, 1999).
VI. Prosedur
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
1. Ditimbang kurang lebih 4 gram NaOH dengan teliti
2. Dilarutkan dalam beaker glass 100 mL
3. Dituang ke dalam labu ukur 1000 mL dengan menggunakan corong
4. Dibilas corong dan beaker glass menggunakan aquadest
5. Ditambahkan aquadest hinnga ¾ bagian dari labu ukur
6. Dihomogenkan dengan di goyang memutar
7. Ditambahkan aquadest sampai tanda tera
8. Dielap leher labu ukur menggunakan tisu
9. Digojok sampai homogen
c. Pembuatan Indikator PP
1. Ditimbang PP sebanyak 1 gram
2. Dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 50 mL
3. Kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda tera kemudian
dihomogenkan.
d. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
1. Pipet 10,0 ml larutan H2C2O4.2H2O, masukkan kedalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 3 tetes indikator pp.
3. Masukkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam buret 25 ml sampai titik nol.
4. Titrasi dengan larutan NaOH hingga warna merah muda konstan.
5. Hitung normalitas larutan NaOH.
6. Ulangi langkah tersebut sampai 2 kali
c. Pembuatan Indikator PP
Berat Kaca Arloji Berat Kaca Arloji +
No Berat Sampel
Kosong Isi
1. 38,9426 g 39,9501 g 1,0075 g
d. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
No Volume Asam Oksalat Titrasi ke Volume titrasi
1. 10 mL I 12,6 mL
2. 10 mL II 12,4 mL
Rata – rata 12,5 mL
VIII. Perhitungan :
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑣
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = x
40 1000
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 =
40
4 = gram
b. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
N= x
𝐵𝐸 𝑣
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = x
63 50
𝑔𝑟𝑎𝑚
0,1 = x 20
63
6,3
= gram
20
0,315 = g
c. Pembuatan Indikator PP
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
1 % b/v =
100 𝑚𝐿
d. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat
V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x N1 = 10 x 0,1
10 𝑥 0,1
N1 =
12,5
N1 = 0,08 N
= 3,51 %
3,51+3,48
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶7𝐻6𝑂3 Rata – Rata = = 3,495%
2
= 3,55 %
= 3,07 %
3,55+3,07
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶7𝐻6𝑂3 Rata – Rata = = 3,31%
2
IX. Pembahasan :
Asam salisilat merupakan bahan pengawet termasuk kedalam golongan bahan
tambahan makanan yang penggunaannya dilarang oleh PerMenKes RI No.
722/MENKES/PER IX/88 tentang bahan tambahan makanan. Asam salisilat
merupakan senyawa organik yang bersifat anti bakteri dan anti fungi tetapi sifatnya
toksik dan sangat mengiritasi lambung, maka asam salisilat dilarang digunakan sebagai
bahan pengawet makanan di Indonesia. Asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika
terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan
gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah
jika tertelan.
Asam salisilat digunakan agar sayuran & buah-buahan tetap segar. Asam salisilat
bukanlah pestisida, melainkan sejenis antiseptik yang salah satu fungsinya untuk
memperpanjang daya keawetan. Biasanya sayuran yang disemprot asam salisilat akan
berpenampilan sangat mulus dan tak ada lubang bekas hama. Pengawet lainnya yang
diijinkan dengan batas maksimal yang harus dipatuhi: Asam benzoat, kalium benzoat,
asam sorbat, kalium sorbat, natrium benzoat, natrium nitrat dan natrium nitrit dll.
Semua ini dapat ditemukan pada saus tomat, sambal, kecap manis, acar dalam botol,
margarin, buah kering, sirup, jam, jelli, keju olahan, sosis, burger, kornet dll.
Titrasi merupakan cara reaksi netralisasi yang dipakai untuk menentukan
konsentrasi larutan asam atau basa dengan menambahkan setetes demi setetes larutan
basa kepada larutan asam. Kadar keasaman suatu senyawa dapat di hitung dengan
menitrasi asam atau basa dengan menggunakan metode asidimetri dan alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Pada praktikum penetapan kadar asam salisilat ini tergolong pada
analisa kuantitatif yaitu metode alkalimetri yang menggunakan larutan baku basa
sebagai pentiter untuk mentitrasi senyawa asam pada sampel.
Pada percobaan ini di lakukan standarisasi larutan NaOH. Standarisasi NaOH
dilakukan dengan mereaksikan asam oksalat 0,1 N sebanyak 10 ml dan menambahkan
3 tetes indikator PP ke dalam larutan asam oksalat tersebut, kemudian dititrasi
menggunakan NaOH 0,1 N. Penambahan indikator ini bertujuan untuk perubahan
warna yang jelas dimana phenolphthalein ini mempunyai trayek PH 8,4 sampai 10,4
dan mempunyai nilai pKa 9,4 (Gandjar dan Rohman, 2007). Penambahan indikator juga
berfungsi untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya perubahan
warna yang stabil pada larutan yaitu warna merah muda yang stabil. Pada tahap
standarisasi NaOH dilakukan penggulangan sebanyak 2 kali untuk menghindari
besarnya kesalahan yang mungkin terjadi. Pada titrasi pembakuan didaptakan
normalitas NaOH sebesar 0,08 N.
Kadar NaOH ini kurang sesuai dengan konsentrasi seharusnya yang digunakan
dalam titrasi, ini bisa saja terjadi saat pembuatan larutan NaOH dimana tidak
menggunakan botol timbang yang seharusnya perlu digunakan mengingat sifat dari
NaOH sendiri yang higroskopis.
Penetapan kadar asam salisilat ini dilakukan titrasi sebanyak dua kali setiap sampel
untuk meminimalkan kesalahan dalam percobaan. Dengan menimbang sebanyak 250
mg sampel yang kemudian larutkan dalam 5 mL etanol netral serta ditambahkan 20 ml
air. Penggunaan etanol netral karena asam salisilat dapat larut dalam etanol dan
menjaga pH dari asam salisilat. Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
indikator phenolphthalein. Titik akhir titrasi ditetapkan pada saat larutan berwarna
merah muda yang stabil. Pada praktikum ini didapatkan kadar Asam Salisilat dalam
sampel Saus Sasa sebesar 3,495% dan sampel Saos ABC sebesar 3,31%. Kandungan
Asam Salisilat keduanya sama sama dilarang penggunaannya dalam bahan tambahan
makanan walaupun kadarnya relative rendah.
Perlu direalisasikan program penyuluhan tentang bahaya penggunaan asam salisilat
dalam pengawet saus ataupun produk bahan makanan lainnya oleh DepKes RI kepada
produsen Saus dan dilakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui pemakaian
asam salisilat dalam saos sehingga dapat dilakukan tidakan pencegahannya.