Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN V
ASIDIMETRI

Nama : Fathimah Dhea Azzahra


NIM : 220440
Tanggal : 30 November 2023

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKes BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar NaOH secara Asidimetri

B. Dasar Teori
Kesetimbangan asam-basa merupakan suatu topik yang sangat
penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia,
seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam
dan basah sering disebut asidimetri-alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi
atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran -ometri
menggantikan -imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri
secara umum adalah titrasi yang menyangkut asam-basa.
Metode titrimetri atau volumetri adalah metode analisis kuantitatif
yang didasarkan pada pengukuran volume reagen yang telah diketahui
konsentrasinya yang bereaksi sempurna dengan analit. Alkalimetri adalah
pengukuran yang berkaitan dengan reaksi asam basa yang umumnya
dilakukan secara titrimetri. Sehingga umum disebut titrasi asidimetri atau
titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi terhadap larutan basa
bebas dengan larutan standar asam kuat atau titrasi terhadap larutan garam
yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam kuat. Titrasi
alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dengan larutan
standar basa kuat atau titrasi terhadap larutan garam yang berasal dari basa
lemah dengan larutan standar basa kuat.
Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan
ion hidroksida yang berasal dari basa yang membentuk molekul air.
Karenanya alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk
menetapkan kadar asam dari suatu bahan dengan menggunakan larutan
basa yang sesuai. Asam menurut Arrhenius adalah senyawa yang jika
dilarutkan dengan air terurai menjadi ion hidrogen H+ dan anion.
Sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai
menjadi ion hidroksida OH- dan kation. Teori ini hanya berlaku untuk
senyawa anorganik yang larut dalam air. Titer yang digunakan pada
alkalimetri adalah NaOH atau KOH. NaOH mempunyai keunggulan
dibandingkan KOH dalam harga, NaOH maupun KOH mudah bereaksi
dengan CO2 membentuk garam karbonat. Garam natrium karbonat lebih
mudah dipisahkan dari NaOH daripada garam kalium karbonat yang sulit
dipisahkan dari KOH, hal ini akan mengganggu reaksi yang terjadi. Titer
sebelum digunakan untuk menitrasi sampel harus dibakuan terlebih dahulu
menggunakan larutan asam baku primer. Indikator pada titrasi asam-basa
adalah asam atau basa organik lemah yang berada dalam dua macam
bentuk warna yang berbeda.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Kaca arloji
2. Neraca
3. Botol timbang
4. Labu ukur 100 ml
5. Labu ukur 250 ml
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Corong
8. Batang pengaduk
9. Pipet gondok
10. Pipet tetes
11. Buret 50 ml
12. Statif dan klem

Bahan :
1. 0,398 g NaOH padat 0,1 N
2. HCl pekat
3. Aquades
4. Na2B4O7.10H2O
5. Indikator MM
6. NaOH

D. Prosedur
1. Membuat larutan standar HCl
 Pipet 2 ml HCl ke dalam labu ukur 250 ml
 Tambahkan aquade hingga tanda batas, tutup botol dan
homogenkan
2. Standarisasi larutan HCl dengan boraks
 Timbang 9,55 gr boraks, larutkan dengan aquades ke dalam
labu ukur 250 ml
 Pipet 25 ml larutan boraks ke dalam erlenmeyer
 Tambahkan 2 tetes indikator MM, titrasi dengan HCl hingga
warna menjadi merah muda
3. Penetapan kadar NaOH
 Ditimbang 0,01 gr kristal NaOH, dilarutkan dengan aquades ke
dalam labu takar 100 ml
 Dipipet 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer
 Tambahkan 2 tetes indikator MM, titrasi denga HCl hingga
warna menjadi merah muda
 Hitung volume HCl yang digunakan
 Hitung kadar NaOH
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Perlakuan Hasil pengamatan


Titik awal Titik Selisih
Standarisasi
1. akhir
HCl
37 mL 1 mL 36 mL
2. Penetapan 14 mL 1 mL 13 mL
konsentrasi
NaOH

 Perhitungan Reaksi
● Pembakuan HCl dengan boraks
Volume HCl yang dipakai = 2 mL
Ditanya : N HCl = ?

Diket :
Boraks = 9,55 g
BM Boraks = 382 g/mol
Volume larutan = 250 mL

Jawab :
● m boraks = massa/BM
= 9,55 g/ 382 g/mol
= 0,025 mol
● M larutan boraks = mol boraks/v
= 0,025 mol/ 0,25 L
= 0,1 M
● N larutan boraks = M larutan boraks × n
= 0,1 N × 1
= 0,1 N

Boraks
V1.N1 = V2.N2
25 mL. 0,1 N = 2 mL. N2
N2 = 1,25 N

● Penetapan kadar NaOH


V1.N1 = V2.N2
10 mL. N1 = 1 mL. 1,25 N
N1 = 0,125 N

B. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan identifikasi obat secara kualitatif
melalui uji organoleptis dan uji kelarutan. Adapun uji organoleptis yang
didapatkan sesuai dengan pustaka, dimana hasil pada asam salisilat
menunjukkan rasa yang manis tajam, hampir tidak berbau, dan serbuk yang
tidak begitu halus. Nipagin tidak berasa dan tidak berbau, serta memiliki
tekstur yang halus. Amilum tidak berbau dan tidak berasa, juga memiliki
tekstur halus. Parasetamol rasanya pahit, tidak berbau dan bertekstur halus.
Talk tidak berasa bahkan tidak berbau, dan memiliki tekstur yang sangat
halus. Asam benzoat tidak berbau, rasanya agak manis pahit yang kemudian
menjadi manis, serta tekstur yang tidak begitu halus.
Uji kelarutan dilakukan dengan menganalisis kelarutan suatu zat
dalam air, alkohol, dan kloroform. Uji kelarutan beberapa senyawa obat
dengan air, alkohol dan kloroform menurut Farmakope Indonesia yang
ada. Setelah dilakukan percobaan, terdapat hasil yang sesuai dengan
pustaka dan ada pula yang tidak sesuai dengan pustaka. Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan konsentrasi senyawa
obat terlarut atau perbedaan volume pelarut yang digunakan untuk
melarutkan senyawa obat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan
kurangnya ketelitian dalam mengamati percobaan yang dilakukan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi dengan 6 senyawa
obat yang memiliki sifat fisika kimia masing-masing, diantaranya adalah
Asam salisilat, Nipagin, Amilum, Parasetamol, Talk, dan Asam benzoat.
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah uji organoleptis dan uji
kelarutan, dimana uji organoleptis merupakan pengujian dengan
menggunakan panca indra, sedangkan uji kelarutan digunakan air, alkohol,
dan kloroform sebagai bahan penguji senyawa obat.

B. Saran
Pada saat berjalannya praktikum didapati kurangnya alat yang
disediakan dan tidak semua bahan yang dibutuhkan tersedia di
laboratorium, sehingga tidak semua pengujian dilakukan karena
keterbatasan bahan tersebut. Diharapkan kedepannya laboratoium
memiliki ketersediaan yang memadai sehingga menjadikan kegiatan
praktikum semakin kondusif.

BAB IV
I. DAFTAR PUSTAKA

Sri Royani. 2022. Buku Petunjuk Kimia Analisis. Purwokerto : STIKes Bina Cipta
Husada.
Iriyanti, dkk. 2011. Identifikasi Obat. Purwokerto : Universitas Jendral
Soedirman.
Glory Agnes S. 2019. Analisa Kualitatif Obat : Uji Organoleptis. Malang :
Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe
R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation.

II. LAMPIRAN

Gambar 1.0 Bahan Uji Identifikasi Obat Secara Kualitatif

Gambar 1.1 Uji Organoleptis : Identifikasi dari


segi bau, rasa, kehalusan

Gambar 1.2 Uji Kelarutan (Air, Alkohol, Kloroform)


1. Asam salisilat
2. Nipagin

3. Amilum

4. Parasetamol
5. Talk

6. Asam benzoate

Anda mungkin juga menyukai