Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

DASAR KIMIA ANALISA


JUDUL PERCOBAAN

PENENTUAN KADAR ASAM CUKA DENGAN METODE TITRASI


ASAM BASA

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAN SINTIA WATI

NIM : 08031282015032

KELOMPOK :-

ASISTEN : MUHAMMAD ROFIF ANAS

JURUSAN : KIMIA

HARI/TANGGAL : SELASA, 28 SEPTEMBER 2021

LABORATORIUM KIMIA ANALISA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALISA
JUDUL PERCOBAAN

Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Metode Titrasi Asam Basa

DISUSUN OLEH :

NAMA : Dian Sintia Wati


NIM : 080311282025032
KELOMPOK :-
ASISTEN : Muhammad Rofif Anas
JURUSAN : Kimia
HARI/TANGGAL : Selasa, 21 September 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

Muhammad Rofif Anas Dian Sintia Wati


NIM : 08031281924119 NIM : 08031282025032

KOORDINATOR ASISTEN

Devi Indah Chairani


NIM : 08031181823103
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR KIMIA ANALISA
I. Nomor Percobaan : I (Satu)
II. Nama Percobaan : Penentuan Kadar Asam Cuka dengan Metode Titrasi
Asam Basa
III. Tujuan Percobaan :
3.1 Menentukan konsentrasi asam cuka/asam asetat dalam larutan cuka
dengan titrasi netralisasi menggunakan larutan standar NaOH
IV. Dasar Teori
Secara umum, titrasi asam basa didefinisikan sebagai metode analisis
kuantitatif titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam basa atau
reaksi netralisasi antara suatu asam yang dimasukkan dalam buret sebagai
titran dan basa yang dimasukkan dalam erlenmeyer sebagai titrat atau analit,
atau sebaliknya. Metode titrasi asam basa ini bermanfaat untuk penetapan
kadar suatu larutan asam/basa yang belum diketahui konsentrasinya.
Prosedur ini berperan penting dalam standardisasi larutan yang banyak
dilakukan dalam operasional laboratorium medis (Ethica, 2020).
Dalam pengertian Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat
memberikan proton, dan basa adalah zat yang dapat menerima proton. Jadi,
dalam perlakuan Bronsted menemui pasangan asam-basa konjugat :
HB ↔ H+ + B
Asam Basa

Sebagai unit unsur yang bermuatan positif, proton memiliki suatu


kerapatan muatan yang membuat keberadaannya yang bebas dalam larutan
sangat tidak mungkin. Jadi, untuk mengubah HB menjadi B, suatu aseptor
proton (yaitu air, basa ini bisa jadi adalah pelarut itu sendiri :

Interaksi kedua pasangan asam-basa konjugat ini (ditandai dengan


subskrip 1 dan 2) mengarah kesuatu kesetimbangan dimana sbagian dari
molekul-molekul asam asetat telah memindahkan protonnya ke air (Day dan
Underwood, 2002).
Penetukan kadar suatu sampel yang bersifat asam dengan menitrasi
menggunakan larutan baku basa (alkalimetri), atau sampel basa dititrasi
dengan larutan baku bersifat asam (asidimetri). Prnsip titrasi asam basa
adalah terjadinya rekasi penetralan antara asam dengan basa atau
sebaliknya, dimana ion H dari asam akan bereaksi dengan ion OH dari
basanya membentuk molekul air yang netral (pH=7). Dalam prinsip titrasi
asam basa dapat dikatakan bahwa rekasi yang terjadi adalah reaksi
penetralan antara zat pentitier (titran) dan zat yang dititrasi (titrat).
(Wardiyah, 2016)
Hampir semua reaksi kimia dapat berfungsi sebagai metode titrimetri
jika memenuhi tiga kondisi. Syarat pertama adalah semua reaksi yang
melibatkan titran dan analit harus diketahui stoikiometrinya. Jika tidak
demikian, maka mol titran yang digunakan untuk mencapai titik akhir tidak
diketahui berapa banyak analit dalam sampel. Kedua, reaksi titrasi harus
berlangsung cepat. Jika titran ditambahkan pada laju yang lebih cepat dari
laju reaksi, maka titik akhir akan melebihi titik ekivalen dengan jumlah yang
signifikan. Terakhir, metode yang digunakan harus sesuai untuk
menentukan titik akhir dengan tingkat akurasi yang dapat diterima (Fifield
dan Kealey, 2000)
Titik ekivalen terjadi terjadi ketika jumlah analit dan titran sama secara
reaksi stoikiometri. Namun titrasi pada umumnya tidak memiliki indikasi
yang jelas bahwa titik ekivalen telah tercapai. Maka titik ekivalen adalah
titik teoritis bukan eksperimental. Sehingga proses penambahan titran
berhenti ketika titik akhir. Titik akhir untuk titrasi ditentukan berdasarkan
ekperimental dan bersifat mewakili sesuai dengan titik ekivalen, yang
ditunjukkan dengan perubahan warna yang ditambahkan pada analit. Zat
atau substansi tersebut dikenal sebagai indikator. Perbedaan antara titik
ekivalen dan titik akhir adalah sebuah kesalahan determinan (Harvey, 2000)
Deteksi visual titik akhir merupakan faktor utama menjaga
kesederhanaan titrimetri, oleh karena itu kemampuan mata manusia untuk
mendeteksi perubahan warna sangat penting dalam teknik ini. Secara umum
indikator visual adalah senyawa yang berubah dari satu warna kewarna lain
karena bentuk kimianya berubah dengan lingkungan kimanya.

Dimana X, mungkin H+, Mn+, atau e- dan warna indikator peka terhadap
keberadaan H+, Mn+, oksidan atau reduktor (Fifield dan Kealey, 2000)
V. Prosedur Percobaan

1 ml sampel larutan cuka

- Dimasukkan kedalam labu takar


25 ml
- Di encerkan
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indikator
PP
- - dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- Dihitung konsentrasi

Hasil

Lakukan 2-3 kali pengulangan


V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
a. Beaker gelas
b. Buret 50 mL
c. Erlenmeyer 250 mL
d. Labu takar 25 mL
e. Pipet tetes
f. Statif dan klem

5.2 Bahan
a. Indikatror Phenolftalin (PP)
b. Larutan Standar Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N
c. Sampel larutan cuka
VII. Tugas Pendahuluan
1. Apakah yang dimaksud analisa volumetri?
Jawab :
Volumetri merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit pada
proses titrasi.
2. Apakah yang dimaksud dengan indikator? Senyawa-senyawa apakah
yang dapat berlaku sebagai indikator ?
Jawab :
Indikator adalah suatu senyawa yang dapat berubah warna dari warna
satu kewarna yang lain atau berbeda warna dalam bentuk terionisasinya
dan dalam bentuk yang tidak terionisasi, digunakan dalam titrasi untuk
menujukkan terjadinya titik akhir titrasi.
Senyawa yang dapat berlaku sebagai indikator titrasi asam basa adalah
suatu asam atau basa lemah, contohnya diantaranya yaitu Crystal
Violet, phenolftalin, metil merah, metil orange, metil green, bromtymol
blue, bromphenol blue, dimetil yellow, phenol red, tymol blue,
3. Mengapa pada titrasi ini diperlukan suatu indikator? Dapatkah indikator
PP diganti dengan indikator lain?
Jawab :
Indikator dalam proses titrasi bertujuan untuk menunjukkan titik akhir
titrasi. Apabila tidak menggunakan indikator dalam proses titrasi maka
akan sangat sulit melihat apakah sudah tercapainya rekasi penetralan
asam basa tersebut.
Dalam titrasi asam basa indikator yang digunakan harus sesuai dengan
trayek pH indikator tersebut. indikator phenolftalin dapat diganti
dengan indikator lain dengan syarat indikator juga memiliki trayek pH
yang sesuai. Contoh indikator lain yang memiliki trayek hampir sama
dengan phenolftalin yaitu timol blue dengan trayek pH 8,0 – 9,6
4. Hitung, berapa Natrium Hidroksida (NaOH) yan harus ditimbang untuk
membuat 250 mL 0,1 N!
Jawab :
Diketahui: Volume = 250 mL = 0,25 L
[N] = 0,1 N
BM NaOH = 40 gr/ mol
Ditanya : Massa NaOH = ....... gr
Penyeesaian :
BM 40
BE= = =40 gr /grek
Valensi 1
gr=V × N × BE
grek gr
gr=0,25 L ×0,1 × 40
L grek
gr=1 gr
Sehingga Natirum Hidroksida yang perlu ditimbang sebanyak 1 gr
5. Berapa rentang pH indikator Phenolftalin (PP) ?
Jawab :
Trayek pH indikator Phenolftalin (PP) adalah pada rentang pH 8,2-10,0
VIII. Data Hasil Pengamatan
8.1 Penentuan Volume Larutan Asam Cuka
No Titran V NaOH (mL) Gambar
1. I 15.6

2. II 15.3

8.2 Penentuan pH Larutan Asam Cuka


No Volume pH
.
1. 0 2,2779
2. 3 4,12
3. 6 4,54
4. 9 4,88
5. 12 5,28
6. 15 6,22
7. 15.45 8,66
8. 18 11,76
9. 21 12,08
LAMPIRAN GRAFIK

Kurva Titrasi Asam Basa


14

12

10

8
pH
pH

0
0 5 10 15 20 25
Volume NaOH
IX. Perhitungan
9.1 Volume NaOH Rata-Rata
VNaOH = (V1 + V2) /2
= (15.6 + 15.3) / 2
= 15.45
9.2 Konsentrasi Asam Asetat Setelah Pengenceran
VNaOH x NNaOH = VCH3COOH x NCH3COOH
NCH3COOH = VNaOH x NNaOH / VCH3COOH
= 15,45 mL x 0,1 N / 25 mL
= 0,0618 N
9.3 Konsentrasi Asam Asetat Sebelum Pengenceran
V1 x N1 = V2 x N2 / V1
N1 = V2 x N2 / V1
N1 = 15,45 mL x 0,1 N / 1 mL
= 1,545 N
9.4 Kadar Asam Asetat
[ CH 3 COOH ] x Mr
% CH3COOH = 100 %
ρCH 3 COOH x 1000
[ 1,545 N ] x 60 gr /mol
= 100 %
1,01 g/cm 2 x 1000
= 9,1782 %
9.5 pH Larutan
- pH awal (sebelum penambahan NaOH)
[H+] = √ Ka× M CH 3COOH
= √ 1,8 ×10−5 ×1,545 M
= 1,66763 x 10-2,5
pH = - log [H+]
= - log 1,66763 x 10-2,5
= 2,5 - log 1,66763
= 2,2779
- pH setelah penambahan 3 mL NaOH (sebelum TE)
n CH3COOH = Normalitas x Volume
= 1,545 N x 1 mL
= 1,545 mmol
n NaOH = NNaOH x VNaOH
= 0,1 N x 3 mL
= 0,3 mmol
Volume Total = 25 mL + 3 mL
= 28 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 0,3 mmol - -
r: 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol 0,3 mmol
s: 1,245 mmol - 0,3 mmol 0,3 mmol
CH 3 COOH
pH = pKa – log
CH 3 CO O Na
nCH 3 COOH
= -log Ka + log
n CH 3 COONa
1,245mmol
= -log 1,8 x 10-5 + log
0,3 mmol
= 4,12
- pH setelah penambahan 6 mL NaOH (sebelum TE)
Volume Total = 25 mL + 6 mL
= 31 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 0,6 mmol - -
r: 0,6 mmol 0,6 mmol 0,6 mmol 0,6 mmol
s: 0,945 mmol - 0,6 mmol 0,6 mmol
CH 3 COOH
pH = pKa – log
CH 3 CO O Na
nCH 3 COOH
= -log Ka + log
n CH 3 COONa
0,945 mmol
= -log 1,8 x 10-5 + log
0,6 mmol
= 4,54
- pH setelah penambahan 9 mL NaOH (sebelum TE)
Volume Total = 25 mL + 9 mL
= 34 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 0,9 mmol - -
r: 0,9 mmol 0,9 mmol 0,9 mmol 0,9 mmol
s: 0,645 mmol - 0,9 mmol 0,9 mmol
CH 3 COOH
pH = pKa – log
CH 3 CO O Na
nCH 3 COOH
= -log Ka + log
n CH 3 COONa
0,645 mmol
= -log 1,8 x 10-5 + log
0,9 mmol
= 4,88
- pH setelah penambahan 12 mL NaOH (sebelum TE)
Volume Total = 25 mL + 12 mL
= 37 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 1,2 mmol - -
r: 1,2 mmol 1,2 mmol 1,2 mmol 1,2 mmol
s: 0,345 mmol - 1,2 mmol 1,2 mmol
CH 3 COOH
pH = pKa – log
CH 3 CO O Na
nCH 3 COOH
= -log Ka + log
n CH 3 COONa
0,345 mmol
= -log 1,8 x 10-5 + log
1,2 mmol
= 5,29
- pH setelah penambahan 15 mL NaOH (sebelum TE)
Volume Total = 25 mL + 15 mL
= 40 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 1,5 mmol - -
r: 1,5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol 1,5 mmol
s: 0,045 mmol - 1,5 mmol 1,5 mmol
CH 3 COOH
pH = pKa – log
CH 3 CO O Na
nCH 3 COOH
= -log Ka + log
n CH 3 COONa
0,0 45 mmol
= -log 1,8 x 10-5 + log
1,5 mmol
= 6,22
- pH setelah penambahan 15.45 mL NaOH (TE)
Volume Total = 25 mL + 15,45 mL
= 40,45 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 1,545 mmol - -
r: 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol
s: - - 1,545 mmol 1,545 mmol
kw
[OH] =
√ka
x [ garam]
10−14
=
√ 1,8 ×10−5
x [CH 3 COOH ]

10−14 1,545 mmol


=

1,8 ×10 −5
x
40,45 mL

10−9
=
√ 1,8
x 0,382 N

= 1,457 x 10-5
pOH = - log [OH]
= 5 – log 1,457
= 4,836
= 14 – POH
= 14 – 4,836
= 9,164
- pH setelah penambahan 18 mL NaOH (seteleah TE)
Volume Total = 25 mL + 18 mL
= 43 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 1,8 mmol - -
r: 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol
s: - 0,255 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol
mol NaOH
[OH] =
Vol NaOH
0,255 mmol
=
43 mL
= 5,9302 x 10-3
pOH = - log [OH]
= - log 5,9302 x 10-3
= 3 - log 5,9302
= 2,269
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,269
= 11,731
- pH setelah penambahan 21 mL NaOH (seteleah TE)
Volume Total = 25 mL + 21 mL
= 46 mL
CH3COOH + NaOH ↔ CH3COONa H2O
m: 1,545 mmol 2,1 mmol - -
r: 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol
s: - 0,555 mmol 1,545 mmol 1,545 mmol
mol NaOH
[OH] =
Vol NaOH
0,5 55mmol
=
46 mL
= 1,2065 x 10-2
pOH = - log [OH]
= - log 1,2065 x 10-2
= 2 - log 1,2065
= 1,918
pH = 14 – pOH
= 14 – 1,918
= 12,082
X. Pembahasan
Titrasi dikenal sebagai proses pengukuran volume dari titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titim ekivalen. Titrasi terdiri dari empat jenis
diantaranya titrasi asam basa, titrasi redoks,titrasi kompleksometri, dan titrasi
argentometri. Jenis titrasi yang digunakan pada percobaan ini berupa titrasi asam
basa (netralisasi).
Titrasi asam basa dibagi menjadi dua jenis diantaranya, titrasi asam basa
asidimetri dan titrasi asam basa alkalimetri. Titrasi asam basa asidimetri dikenal
sebagai titrasi yang menggunakan larutan asam sebagai titran dan larutan basa
sebagai titrat. Sedangkan titrasi asam basa alkalimetri dikenal sebagai titrasi yang
menggunakan larutan basa sebagai titran dan larutan asam sebagi titrat. Syarat
syarat titrasi agar dapat berlangsung, diantaranya reaksi harus seusai dengan
persamaan kimia, rekasi harus berjalan dengan cepat dan rekasi harus diproses
sampai selesai pada titik ekivalen.
Titik ekivalen dikenal sebagai kondisi dimana mol titran tepat habis
bereaksi dengan mol titrat yang ditandai dengan perubahan warna yang belum
konstan. Sedangkan titik akhir dapat dikatakan sebagai kondisi dimana titran
bereaksi dengan indikator yang ditandai dengan perubahan warna yang sudah
konstan dari warna bening menjadi warna merah muda. Indikator dikenal sebagai
senyawa organik asam atau basa yang dapat memberkan perubahan warna pada
pH tertentu. Percobaan ini menggunakan indikator Phenolftalein. Perubahan
warna yang terjadi dari warna bening menjadi warna merah muda menunjukkan
bahwa Natrium Hidroksida telah bereaksi dengan indikator.
Analisa volumetri dikenal sebagai analisis kuantitatif berdasarkan
pengukuran volume. Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dan direaksikan
dengan larutan yang konsentrasinya belum diketahui. Natrium hidroksida
berfungsi sebagai larutan standar sekunder sedangkan asam asetat berfungsi
sebagai larutan yang hendak dianalisa atau analit. Syarat suatu larutan primer
diantaranya kemurniannya harus tinggi, stabil dalam penyimpanan, dan tidak
bersifat higroskopis. Sedangkan syarat larutan standar sekunder diantaranya
kemurniannya rendah, tidak stabil dalam penyimpanan dan bersifat higroskopis.
XI. Kesimpulan
1. Metode titrasi yang digunakan termasuk kedalam titrasi asam basa
alkalimetri karea menggunakan basa sebagai titran.
2. Natrium hidroksida berfungsi sebagai larutan standar sekunder
sedangkan asam asetat berfungsi sebagai larutan yang hendak dianalisa
atau analit.
3. Percobaan ini menggunakan indikator Phenolftalein. Perubahan warna
yang terjadi dari warna bening menjadi warna merah muda
4. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna yang konstan
5. Perubahan warna menjadi warna merah muda menunjukkan bahwa ada
Natrium Hidroksida sisa yang telah bereaksi dengan indikator

6.
Daftar Pustaka

Day, Jr. R. A dan A. L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga

Ethica. S.N. 2020. Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi Laboratorium
Medis. Yogyakarta: Deepublish

Fifield. F. W dan Kealey. D. 2000. Principles and Practice of Analytical


Chemistry. Berlin: Blackwell Science Ltd

Harvey. D. 2000. Modern Analytical Chemisrty. North America: The McGraw-


Hill Companies

Wardiyah. 2016. Praktikum Kimia Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republk Indonesia

Anda mungkin juga menyukai