Anda di halaman 1dari 2

Standarisasi HCl 0,1N dengan Boraks

HCl merupakan Bahan Baku Sekunder (BBS) yang konsentrasinya tidak dapat dihitung secara
teoritis, oleh karena itu perlu distandarisasi dengan BBP salah satunya dengan Boraks.
Boraks dipilih karena merupakan garam normal bersifat sedikit basa sehingga dapat
bereaksi dengan HCl, dan akan dihasilkan Asam Borat (H 3BO3). Oleh karena itu indikator
yang dipakai adalah yang tidak terlalu dipengaruhi oleh Asam Borat tadi, yaitu Merah
Methyl (MM) dengan TE berkisar pada pH ± 4,5 dan warna TA = sindur.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan.
Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses
penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Indikator
Adalah senyawa yg digunakan untuk petunjuk visual.
Larutan Baku Primer dan Sekunder
Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer atau dengan
larutan baku sekunder.
Larutan baku adalah larutan yang sudah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Larutan
baku ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu :
 memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, 
 kering, stabil, tidak higroskopis,
 mudah larut dalam air, dan 
 mempunyai massa ekivalen yang tinggi. 
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan dilarutkan dengan
volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan
baku primer adalah Natrium tetraborat ( boraks ), asam benzoat, dan asam oksalat.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang memiliki
tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya ditentukan berdasarkan
standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang dapat digunakan
sebagai larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida ( NaOH ) dan asam klorida ( HCl ).
Larutan baku sekunder umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap
minggu.

No. Alat Bahan


1. Statif dan klem HCl pekat 37%
2. Buret Borak/Natrium tetrabonat
Na2B4O7 . 10 H2O
3. Pipet Volume Indikator Metil Merah
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
6. Beaker glass
7. Erlenmeyer

Standarisasi Larutan HCl 0.1 N (0.1 N) dengan Natrium Tetraborat / Boraks


Membuat Larutan HCl 0.1 N sebanyak 1000 ml
1. Isi labu takar ukuran 1 liter dengan aquadest sebanyak 250 ml, lalu tambahkan 8,3
ml asam khlorida pekat secara perlahan - lahan dialirkan melalui dinding labu.
2. Gojog sebentar kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas. Tunggu hingga
dingin.
3. Pindahkan larutan tersebut ke dalam botol reagen dan beri label.
4. Pada pengenceran asam pekat, labu takar harus diisi aquadest terlebih dahulu untuk
menghindari perubahan panas yang spontan sehingga bisa menghasilkan letupan.
Metil Merah 0,02%
1. Timbang metil merah 50 mg, larutkan dengan etanol 96% 150 ml, kemudian
jadikan volume 250 ml dengan penambahan aquadest ( 100 ml ).

Standarisasi HCl 0,1 N


1. Ditimbang 0,5 gram (500 mg) boraks murni
2. Dilarutkan ke dalam erlenmeyer 250ml dengan beberapa ml aquadet
3. Tambahkan Indikator MM
4. Titrasi dengan HCl
5. Triplo
Hitungan:
N = (10 x % x berat jenis x valensi ) / BM
Diketahui : konsentrasi HCl 37 %, berat jenis = 1,19 gr/ml,  Mr H2SO4 = 36,5 gr/mol
(10 x 96 % x 1,19 x 1)
N=
36,5
N = 12,06 N
Maka normalitas dari asam klorida ( 37%) adalah 12,06 N.

Selanjutnya dengan menggunakan rumus pengenceran :


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 12,06 = 1000 ml x 0,1
V1 = 100/12,06
V1 = 8,3 ml
Maka H2SO4 yang dibutuhkan untuk membuat HCl 0,1N sebanyak 1 liter adalah 8,3 ml.

Anda mungkin juga menyukai