HCl merupakan Bahan Baku Sekunder (BBS) yang konsentrasinya tidak dapat dihitung secara
teoritis, oleh karena itu perlu distandarisasi dengan BBP salah satunya dengan Boraks.
Boraks dipilih karena merupakan garam normal bersifat sedikit basa sehingga dapat
bereaksi dengan HCl, dan akan dihasilkan Asam Borat (H 3BO3). Oleh karena itu indikator
yang dipakai adalah yang tidak terlalu dipengaruhi oleh Asam Borat tadi, yaitu Merah
Methyl (MM) dengan TE berkisar pada pH ± 4,5 dan warna TA = sindur.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan.
Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses
penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Indikator
Adalah senyawa yg digunakan untuk petunjuk visual.
Larutan Baku Primer dan Sekunder
Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer atau dengan
larutan baku sekunder.
Larutan baku adalah larutan yang sudah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Larutan
baku ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yaitu :
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi,
kering, stabil, tidak higroskopis,
mudah larut dalam air, dan
mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan dilarutkan dengan
volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan
baku primer adalah Natrium tetraborat ( boraks ), asam benzoat, dan asam oksalat.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang memiliki
tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya ditentukan berdasarkan
standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang dapat digunakan
sebagai larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida ( NaOH ) dan asam klorida ( HCl ).
Larutan baku sekunder umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap
minggu.