Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN RESMI DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS

Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)

Oleh :

Nama : Nurul Lailil Mujahadah

NIM : 22030234036

Kelas : Kimia B 2022

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


I. Judul
Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)
II. Tujuan
1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan asam.
2. Membuat dan menentukan standarisasi larutan basa.
III. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan
Kamis, 06 April 2023
Pukul 07.00-09.30
IV. Tinjauan Pustaka
1. Asidi-Alkalimetri

Asidi berasal dari Bahasa Inggris yakni kata acid yang berarti asam,
sedangkan metri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ilmu, proses,
atau seni mengukur. Sehingga Asimetri dapat diartikan dengan
pengukuran asam atau pengukuran dengan asam. Titrasi asidi-
alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam basa.

Asidi-Alkalimetri adalah salah satu metode dalam analisa kuantitatif


yang berdasarkan pada prinsip titrasi asam basa. Asidi-Alkalimetri juga
sering disebut dengan titrasi asam basa yaitu titrasi yang menyangkut
reaksi dengan asam atau basa (Wulandari, 2012).

Asidi-Alkalimetri melibatkan titrasi asam basa yang terbentuk


karena hidrolisis garam dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu
asam standar, dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang
berasal dari basa lemah (basa bebas) dengan suatu basa standar
(alkalimetri) (Simajuntak, 2018).

Titrasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk menentukan


konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut dalam volume larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (Muchtaridi, 2006).

Asidi-Alkalimetri digunakan untuk menentukan kadar asam-basa


dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Analisis volumetri atau
titrimetri merupakan suatu analisis yang berdasarkan pada pengukuran
volume larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui yang diperlukan
untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan). Dengan
menggunakan NaOH sebagai larutan baku primer serta ditambahkannya
indikator PP (fenolftalin) (Ulfa, Retnaningsih, & Aufa, 2017).

Asidi-Alkalimetri tergolong dalam reaksi netralisasi, yaitu reaksi


antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang
berasal dari basa guna menghasilkan air yang bersifat netral. Reaksi
netralisasi juga dapat disebut dengan reaksi antara asam yang
melakukan donor proton dengan basa sebagai penerima proton (Keenan,
Kleinfelter, & Wood, 1980).

Proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH


larutan selama titrasi, yang terpenting yaitu perubahan pH pada saat dan
disekitar titik ekivalen. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus
ekivalen dengan jumlah basa. Oleh karena itu perlu ditentukannya titik
ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan ketika jumlah mol asam
tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk dapat menentukan
titik ekivalen tersebut dapat digunakan indikator asam basa. Sedangkan
untuk dapat memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Titik akhir titrasi adalah
keadaan ketika titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator (Chang, 2004).

2. Indikator Asam Basa


Sebelum melakukan titrasi, indikator asam basa yang sesuai harus
sudah ditentukan. Titik ekivalen reaksi ialah keadaan ketika sejumlah
ekivalen reaktan telah berekasi akan memiliki pH yang bergantung pada
kekuatan relatif asam dan basa yang digunakan.
Indikator asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila
pH lingkungannya berubah karena indikator asam basa merupakan
asam organik lemah, sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk
molekul indikator memiliki warna yang berbeda dengan warna
indikatornya.
Indikator pH dapat dibedakan menjadi indikator satu warna dan
indikator dua warna. Indikator satu warna merupakan indikator yang
mempunyai satu macam warna seperti fenolftalin yang berwarna merah
dalam keadaan basa. Sedangkan indikator dua warna merupakan
indikator yang mempunyai dua warna, yaitu warna asam dan basa
seperti indikator kuning alizarin yang berwarna kuning dalam
lingkungan asam dan berwarna ungu dalam lingkungan basa
(Padmaningrum, 2012).
Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai petunjuk
asam, basa, atau garam di antaranya:
a. Kertas Lakmus
Terdapat dua macam kertas lakmus, yaitu kertas lakmus
merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru digunakan
untuk menunjukkan asam dengan cara dicelupkan ke dalam
larutan dan berubah warna menjadi biru, artinya larutan tersebut
bersifat basa (Padmaningrum, 2012).
b. Larutan Indikator
Contoh larutan indikator yaitu fenolftalin (PP) yang dapat
memberikan warna merah muda dalam lingkungan basa dan
tidak berwarna dalam lingkungan asam. Perubahan warna
indikator terjadi pada rentang pH tertentu, misalnya indikator PP
memiliki trayek pH : 8,0 – 9,6 (Padmaningrum, 2012).
c. Indikator Universal
Indikator universal dapat berupa kertas, tetapi juga dapat
berupa larutan yang dapat menunjukkan harga jangkauan pH
suatu larutan, jika kertas indikator dicelupkan ke dalam larutan
maka akan memberikan warna tertentu yang kemudian
dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam
wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya
(Padmaningrum, 2012).
d. Indikator Alami
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang
berwarna seperti kunyit, daun kubis ungu, kelopak bunga sepatu,
dan lainnya. Indikator alami umumnya dapat dibuat secara cepat,
mudah, dan sederhana, tetapi jika dalam bentuk larutan tidak
tahan lama, mudah rusak, dan menimbulkan bau yang tidak
sedap.

3. Larutan Standar

Larutan standar atau larutan baku merupakan larutan yang


konsentrasinya telah diketahui ssecara pasti dan konsentrasinya bisa
dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Biasanya
larutan standar digunakan sebagai titran, sehingga ditempatkan pada
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
Larutan standar dibagi menjadi (Syukri, 1999):

a. Larutan standar primer


Larutan standar primer merupakan larutan yang
mengandung senyawa kimia yang stabil, sehingga tersedia
dalam kemurnian tinggi dan dapat digunakan untuk
menstandarisasi larutan standar yang digunakan pada titrasi
(Watson, 2005).
b. Larutan standar sekunder
Larutan standar sekunder merupakan larutan yang
konsentrasinya diperoleh dengan melakukan titrasi dengan
larutan standar primer (Keenan C. W., 1991).
c. Larutan standar tersier
Larutan standar tersier merupakan larutan yang
konsentrasinya diperoleh dengan melakukan titrasi dengan
larutan standar sekunder yang telah distandarisasi dengan
larutan standar primer (Keenan C. W., 1991).
Suatu larutan dapat dikatakan standar apabila mempunyai
kemurnian yang tinggi, mempunyai rumus molekul yang pasti, tidak
bersifat higroskopis dan mudah ditimbang, larutannya harus bersifat
stabil dan mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi, tetapi
muatan ionnya rendah.

V. Alat dan Bahan


1. Alat
Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmenyer 150 mL 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Neraca analitis 1 buah
5. Karet penutup 1 buah
6. Statif dan klemnya 1 buah
7. Pipet gondok 25 mL 1 buah
8. Labu ukur 250 mL 1 buah
9. Kaca arloji 1 buah
10. Gelas kimia 50 mL 1 buah
11. Gelas ukur 1L 1 buah

2. Bahan
Nama Bahan Spesifikasi
1. HCl pekat murni 9 mL
2. Na2CO3 1,3 gram
3. Na2CO3 25 mL
4. HCl 5 mL
5. C14H14N3NaO3S
6. Na2[B4O5(OH)4]8H2O 4,7-4,8 gram
7. Na2[B4O5(OH)4]8H2O 25 mL
8. C15H15N3O2
9. NaOH 54,2 gram
10. NaOH pekat 6,5 mL
11. C2H2O42H2O 1,6 gram
12. C2H4O4 25 mL
13. C20H14O4
14. HCl O,1 N 25 mL
15. Air suling 650 mL
VI. Alur Percobaan
A. Pembuatan dan Penentuan (Standarisasi) Larutan Asam
1. Pembuatan Larutan Asam Klorida 10,1 N

HCl Pekat Murni

1. Diukur 9 ml HCl pekat murni memakai gelas ukur.


2. Dituang ke dalam gelas ukur atau gelas piala ukuran
satu liter yang berisi 500 ml air suling.
3. Ditambahkan air suling sampai tanda batas.
4. Diaduk agar tercampur dengan baik

HCl Pekat Murni


2. Standarisasi HCl dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)

HCl 0,1 N 5 ml

6. Dibilaskan pada buret sebanyak 3 kali


7. Buret diisikan dengan HCl 2-3 ml diatas batas 0
pada buret
8. Keran buret dibuka hingga HCl keluar dari tepat
batas 0
HCl Pada buret

Padatan Na2CO3

1. Ditimbang sebanyak ± 1,3 g dengan botol timbang


2. Dipindahkan dalam labu ukur ukuran 250 ml
3. Dilarutkan dengan air suling
4. Diencerkan sampai tanda batas
5. Dikocok agar tercampur
Larutan Na2CO3
Larutan Na2CO3

9. Diambil 25 ml dengan pipet


10. Dipindahkan dalam labu ukur ukuran 250 ml
11. Ditambahkan 25 ml air suling
12. Ditambahakan 2 - 3 tetes indicator metil jingga
Larutan Na2CO3
Berwarna kuning muda

13. Diletakkan dibawah buret dengan kertas putih


sebagai alasnya
14. Dititrasi dengan HCl pada buret yang disiapkan

Larutan berwarna jingga


atau merah muda

15. Dicatat volume HCl


16. Dilakukan pengulangan titrasi sebanyak 3 kali
17. Dihitung konsentrasi rata-rata HCl

Konsentrasi rata-rata HCl


b. Dengan natrium tetra borat dekahidrat atau boraks sebagai baku

Padatan Boraks

1. Ditimbang ± 4,7 – 4,8 gram dalam gelas piala kecil atau


kaca arloji
2. Dipindahkan ke labu ukur 250 ml
3. Dilarutkan dengan air suling
4. Diencerkan sampai tanda baca
5. Dikocok agar tercampur dengan baik
Larutan Boraks

9. Dipipet 25 ml
10. Dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 250 ml
11. Ditambahkan 25 ml air suling
12. Ditambahakan 2 – 3 tetes indikator metil merah
13. Labu Erlenmeyer diletakkan di bawah buret
14. Diberi kertas putih di bawahnya
15. Dilakukan titrasi dengan membuka keran buret sampai
terjadi perubahan

Larutan Berwarna Merah

6. Dibaca dan dicatat angka buret


7. Diulangi sebanyak 3 kali dengan volume boraks sama
8. Dihitung rata – rata HCl
Hasil
B. Pembuatan dan Penetuan (Standarisasi) Larutan Basa

1. Pembuatan larutan NaOH ± 0,1 N


a. Cara Pertama

NaOH
1. Ditimbang dengan tepat ± 4,2 gram dalam gelas piala
kecil atau kaca arloji
2. Dilarutkan dalam air suling
3. Diencerkan sampai volume 1 liter (digunakan air suling
yang dididihkan)
4. Dikocok
5. Disimpan dalam botol dengan sumbat karet

Hasil

b. Cara Kedua

NaOH
1. Dilarutkan sebanyak 50 gram dalam 50 ml air suling
2. Dibiarkan sampai larutan bagian atas jernih dan
Na2CO3 serta kotoran yang lain mengendap
NaOH pekat

NaOH pekat

1. Diambil sebanyak 6,5 ml


2. Diencerkan dengan air yang sudah dididihkan sampai
volume 1 liter
3. Disimpan dalam botol dengan sumbat karet

Larutan NaOH
2. Penentuan (standarisasi) larutan NaOH ± 0,1 N
a. Dengan Asam Oksalat sebagai baku

Larutan NaOH Larutan NaOH


1. Buret dibilas dengan 1. Ditimbang dengan teliti ±1,6
larutan NaOH gram dalam kaca arloji
2. Dimasukkan ke dalam 2. Dipindahkan dalam labu ukur
buret sampai melebihi 250 ml
titik nol 3. Dilarutkan dengan air suling
3. Keran dibuka perlahan 4. Diencerkan sampai tanda batas
sampai dititk nol 5. Dikocok
4. Dicatat angkanya 6. Dipipet sebanyak 10 ml
7. Dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 ml
8. Ditambahkan air suling
sebanyak 10 ml
9. Ditambahkan indikator PP
sebanyak 3 tetes

10. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna indikator


11. Dibaca dan dicatat angka pada buret, pada awal
dan akhir titrasi
12. Diulangi sebanyak 3 kali
13. Dihitung konsentrasi rata – rata NaOH

Hasil

Reaksi :
2NaOH(aq) + H2C2O2(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
b. Dengan Larutan Standar HCl 0,1 N

Larutan Standar HCl 0,1 N


1. Dipipet sebanyak 10 ml
2. Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml
3. Ditambahkan sebanyak 10 ml air suling
4. Ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes
5. Dititrasi dengan larutan NaOH dan dihentikan pada
saat terjadi perubahan warna indikator
6. Dibaca dan dicatat angka pada buret, pada awal dan
akhir titrasi
7. Ditentukan volume basa yang dibutuhkan
8. Diulangi sebanyak 3 kali dengan volume larutan
HCl yang sama
9. Dihitung konsentrasi rata – rata larutan NaOH

Hasil

Reaksi :
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Rumus :
M1 . V1 = M2 . V2
VII. HASIL PENGAMATAN
No Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/reaksi Kesimpulan
1. Penentuan (standarisasi) larutan NaOH 2NaOH (aq) + • Hasil percobaan
Sebelum Sesudah
±0,1 N H2C2O2 (aq) → yang dilakukan
a. Dengan asam oksalat sebagai baku NaOH = tidak Larutan asam sesuai dengan
Na2C2O4 (aq) +
berwarna oksalat + Air 2H2O (l) dugaan warna yang
Larutan Asam
Asam oksalat suling + HIn → H+ + In- dihasilkan dari
NaOH oksalat
indikator PP= pencampuran
= tidak 2OH- + H2In →
• Buret dibilas • Dipipet tidak
berwarna 2H2O + In2- larutan NaOH +
dengan larutan sebanyak berwarna larutan asam oksalat
NaOH 10ml Air suling =
Larutan asam + indikator PP
• Dimasukkan ke • Dimasukkan tidak
oksalat + air berwarna soft pink.
dalam buret ke dalam berwarna
suling + • V rata-rata nya 9,8
sampai melebihi labu Indikator PP
indikator PP + mL
titik nol erlenmenyer = tidak
NaOH = soft • Konsentrasi NaOH
• Kran dibuka 250 mL berwarna
pink nya 0,102 N
perlahan sampai di • Ditambahka
(percobaan 1)
titik nol n air suling
• Dicatat angkanya 10 ml
No Alur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

Larutan asam
• Ditambahkan
oksalat + air suling
indikator pp
+ indikator PP +
sebanyak 3
NaOH = soft pink
tetes
(percobaan 2)
• Dititrasi hingga terjadi
Larutan asam
perubahan warna indikator
oksalat + air suling
• Dibaca dan dicatat angka
+ indikator PP +
pada buret pada awal dan
NaOH = soft pink
akhir titrasi
(percobaan 3)
• Diulangi sebanyak 3 kali
V1 = 9,9 mL
• Dihitung konsentrasi rata-
rata NaOH V2 = 9,7 mL

Konsentrasi NaOH V3 = 9,9 mL


No Perc. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/reaksi Kesimpulan
Penentuan (standarisasi) larutan NaOH NaOH (aq) + HCl • Hasil percobaan
Sebelum Sesudah
±0,1 N (aq) → NaCl (aq) + yang dilakukan
a. Dengan larutan standar HCl 0,1 N NaOH = tidak Larutan HCl
H2O (l) sesuai dengan
berwarna + Air suling + 2OH- + H In → dugaan warna yang
Larutan standar HCl 0,1 N 2

Larutan indikator PP= 2H O + In2- dihasilkan dari


2

• Dipipet sebanyak 10 mL standar HCl tidak pencampuran


• Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer = tidak berwarna larutan NaOH +
250 mL berwarna Larutan HCl larutan HCl +
• Ditambahkan sebanyak 10 mL air + air suling + indikator PP
Air suling =
suling indikator PP + berwarna soft pink.
tidak
• Ditetesi indikator PP sebanyak 3 NaOH = soft • V rata-rata nya 7,26
berwarna
tetes pink mL
Indikator PP • Konsentrasi NaOH
• Dititrasi dengan larutan NaOH dan (percobaan 1)
= tidak nya 0,074 N
diberhentikan pada saat terjadi
berwarna
perubahan warna indikator
• Dibaca dan dicatat angka pada awal
dan akhir titrsi
No Alur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

Larutan HCl + air


• Ditentukan volume basa
suling + indikator
yang dibutuhkan
PP + NaOH = soft
• Diulangi sebanyak 3 kali
pink (percobaan 2)
dengan volume larutan HCl
yang sama Larutan HCl + air
• Dihitung konsentrasi rata- suling + indikator
rata larutan NaOH PP + NaOH = soft
pink (percobaan 3)
Konsentrasi HCl
V1 = 7,2 mL

V2 = 7,3 mL

V3 = 7,3 mL
VIII. PEMBAHASAN
Dalam kimia analitik terdapat dua jenis analisis yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang
berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia yang menjawab pertanyaan
senyawa ‘apa’ yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis
kuantitatif yaitu analisis yang berkaitan dengan identifikasi jumlah
kadar satu analit dalam sampel. Dalam praktikum ini dengan judul
“Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)” termasuk dalam analisis
kuantitatif. Tujuan dari praktikum ini yang pertama adalah membuat dan
menentukan standarisasi larutan asam dan yang kedua adalah membuat
dan menentukan standarisasi larutan basa.
Titrasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut dalam volume larutan yang telah diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar dari titrasi asam basa didasarkan pada
reaksi netralisasi asam basa, yaitu antara ion H+ dan ion OH-.
Terdapat 2 jenis titrasi penetralan yaitu titrasi asidimetri dan titrasi
alkalimetri. Asidimetri adalah suatu metode analisis kimia yang
digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam dengan
menggunakan larutan standar basa atau bisa juga diartikan sebagai salah
satu metode titrasi penetralan yang menggunakan larutan asam sebagai
titran dan larutan basa sebagai titrat. Sedangkan alkalimetri adalah
metode analisis kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan alkali dengan menggunakan larutan standar asam atau bisa
juga diartikan sebagai salah satu metode titrasi penetralan yang
menggunakan larutan basa sebagai titran dan larutan asam sebagai
titratnya.
Larutan baku adalah larutan dengan konsentrasi yang diketahui
dengan baik dan tepat. Sedangkan larutan standar adalah larutan yang
biasanya berfungsi sebagai titran, yang juga berfungsi sebagai pengukur
volume larutan baku. Larutan baku primer adalah zat kimia murni
dengan kemurnian yang sangat tinggi dan stabilitas yang baik, yang
digunakan untuk membuat larutan baku yang konsentrasinya diketahui
dengan tepat. Syarat-syarat larutan baku primer adalah :
1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam suatu tingkat
kemurnian tinggi. Secara umum, jumlah total dari pengotor tidak
boleh melebihi 0,01 sampai 0,02%, dan harus dilakukan tes
untuk mendeteksi kuantitas pengotor-pengotor tersebut melalui
tes kualitatif dengan sensitivitas yang diketahui.
2. Substansi tersebut harus stabil. Harus mudah dikeringkan dan
tidak terlalu higroskopis sehingga tidak banyak menyerap air
selama penimbangan. Substansi tersebut seharusnya tidak
kehilangan berat bila terpapar udara. Garam hidrat biasanya
tidak dipergunakan sebagai standar primer.
3. Yang diinginkannya adalah standar primer tersebut mempunyai
berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat meminimalisir
konsekuensi galat pada saat penimbangan.

Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya


ditentukan dengan menggunakan larutan baku primer. Larutan baku
sekunder dibuat dengan melarutkan zat kimia tertentu dalam pelarut tertentu
sehingga konsentrasinya diketahui dengan tepat berdasarkan nilai yang
diberikan oleh larutan baku primer. Sedangkan larutan tersier dalam kimia
analitik tidak digunakan secara luas dan mungkin merujuk pada larutan
yang diperoleh dari larutan baku primer atau sekunder, namun
konsentrasinya mungkin tidak diketahui dengan tepat.

NaOH (natrium hidroksida) adalah zat kimia yang sangat relative


dan mudah menyerap air dari udara sehingga sulit untuk dijaga
kemurniannya. Ketika terkena udara, NaOH akan bereaksi dengan uap air
dalam udara dan membentuk NaOH yang lebih encer, sehingga
konsentrasinya menjadi tidak stabil. Selain itu, NaOH juga bereaksi dengan
kaca atau plastik sehingga harus disimpan dalam wadah khusus. Oleh
karena itu, NaOH sulit dijaga kemurniannya dan sulit untuk dibuat menjadi
larutan baku primer yang konsentrasinya diketahui dengan tepat.
Massa ekivalen adalah massa yang digunakan untuk mengukur
jumlah dari zat yang berpartisipasi dalam suatu reaksi kimia dengan zat lain.
Massa ekivalen didefinisikan sebagai massa dari suatu zat yang bereaksi
secara stokiometri dengan dengan satu mol atau satu setara (ekivalen) dari
zat lain dalam reaksi tersebut.

Dalam praktikum ini larutan primer yang digunakan adalah asam


oksalat (H2C2O4), larutan sekunder yang digunakan adalah NaOH dan
larutan tersiernya adalah HCl. Sementara indikator yang digunakan adalah
fenolftalin (PP). Dalam praktikum penentuan (standarisasi) larutan NaOH
±0,1 N dengan asam oksalat sebagai larutan baku alur percobaannya adalah
langkah pertama yang dilakukan ialah buret dibilas dengan larutan NaOH.
Selanjutnya, NaOH dimasukkan ke dalam buret sampai melebihi titik nol,
lalu kran dibuka perlahan dan NaOH diturunkan hingga titik nol kemudian
dicatat angkanya.

Pada larutan baku asam oksalat (H2C2O4) dipipet sebanyak 10 mL


dan dimasukkan ke dalam erlenmenyer 250 mL, lalu ditambahkan air suling
sebanyak 10 mL dan ditetesi indikator PP sebanyak 3 tetes. Selanjutnya,
dititrasi hingga terjadi perubahan warna indikator, lalu dibaca dan dicatat
angka pada buret di awal dan di akhir. Percobaan tersebut diulangi sebanyak
3 kali dan dihitung konsentrasi rata-rata NaOH. Titrasi dilakukan sebanyak
3 kali bertujuan untuk mencari konsentrasi rata-rata NaOH agar hasil titrasi
yang diperoleh lebih akurat dan presisi.

Dalam alur percobaan yang kedua yakni standarisasi dengan larutan


standar HCl 0,1 N yang pertama dilakukan adalah larutan HCl dipipet
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmenyer 250 mL. Kemudian
ditambahkan air suling sebanyak 10 mL, lalu ditambahkan 3 tetes indikator
PP. Selanjutnya di titrasi dengan larutan NaOH dan diberhentikan pada saat
terjadi perubahan indikator warna. Lalu dibaca dan dicatat angka pada buret
pada awal dan akhir titrasi. Ditentukan volume basa yang dibutuhkan dan
diulangi sebanyak 3 kali dengan volume HCl yang sama. Kemudian
dihitung konsentrasi rata-rata larutan HCl.
Buret dibilas dengan NaOH bertujuan untuk menghilangkan
pengotor atau kontaminan yang dapat memengaruhi hasilnya. Jika masih
ada zat pengotor dalam buret, hal ini dapat mempengaruhi hasil titrasi dan
mengakibatkan kesalahan dalam menentukan konsentrasi larutan yang diuji.
Zat pengotor dapat merubah pH larutan dan menyebabkan perubahan warna
indikator tidak sesuai dengan titik ekivalen. Selain itu, zat pengotor juga
dapat bereaksi dengan zat yang diuji dan menghasilkan endapan, sehingga
volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen menjadi lebih
besar dari yang seharusnya. Maka dari itu, sangat penting untuk
membersihkan atau membilas buret secara meneyeluruh dan memastikan
tidak ada zat pengotor yang tersisa sebelum melakukan titrasi.

Fungsi penambahan indikator fenolftalin (PP) adalah untuk


mempermudah menentukan titik akhir titrasi. Selain itu pada praktikum ini
larutan basa kuat dan asam lemah, sehingga menghasilkan garam yang
bersifat basa yang memilik trayek pH > 7. Oleh karena itu digunakan
indikator PP yang memiliki trayek pH 8,0-9,6. Cara kerja indikator PP
adalah ketika terjadi perubahan warna. PP mendeteksi kelebihan OH,
sehingga proton pertama lepas (tidak berwarna), kemudian proton kedua
lepas karena bereaksi dengan OH berlebih tadi, sehingga mengalami
perubahan warna. Proton yang lepas membentuk H3O + In2- sehingga
menghasilkan larutan berwarna soft pink.

Penambahan air suling atau aquades mempengaruhi konsentrasi


NaOH namun tidak mempengaruhi jumlah zat nya dan tidak berpengaruh
ke mol ekivalen. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam praktikum titrasi asidi-
alkalimetri adalah sebagai berikut :

2NaOH (aq) +H2C2O2 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l)


Reaksi dengan indikatornya :
HIn → H+ + In-
2OH- + H2In → 2H3O + In2-

Reaksi yang terjadi pada alur standarisasi dengan larutan standar


HCl 0,1 N adalah sebagai berikut :
NaOH(aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)

Reaksi dengan indikatornya :

2OH- + H2In → 2H3O + In2-

Pada percobaan alur yang pertama yakni penentuan (standarisasi)


larutan NaOH ±0,1 N dengan asam oksalat, percobaan pertama dihasilkan
volume sebesar 9,9 mL dengan perubahan warna soft pink, sedangkan
percobaan kedua diasilkan volume sebesar 9,7 mL dengan perubahan warna
yang sama yakni soft pink, dan percobaan yang ketiga dihasilkan volume
sebesar 9,9 mL dengan perubahan warna soft pink juga. Dari ketiga
percobaan tersebut didapatkan volume rata-rata nya adalah 9,83 mL dan
konsentrasi NaOH sebesar 0,102 N. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai
dengan dugaan warna yang dihasilkan dari pencampuran larutan NaOH
ditambah larutan asam oksalat ditambah indikator PP menjadi berwarna
soft pink.

Sedangkan percobaan alur kedua dengan larutan standar HCl 0,1 N,


percobaan pertama dihasilkan volume sebesar 7,2 mL dengan perubahan
warna menjadi soft pink, lalu percobaan kedua didapatkan volume sebesar
7,3 mL dengan perubahan warnanya menjadi soft pink, dan percobaan yang
ketiga dihasilkan volume sebesar 7,3 mL dengan perubahan warna yang
terjadi juga berwarna soft pink. Dari ketiga percobaan yang dilakukan
didaptkan volume rata-rata nya adlah 7,26 mL dan konsentrasi HCl nya
adalah 0,074 N. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan dugaan
warna yang dihasilkan dari pencampuran larutan NaOH ditambah larutan
HCl dan ditambah indikator PP menjadi berwarna soft pink.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan titrasi penetralan (asidi-alkalimetri) dapat
disimpulkan bahwa :
• Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan dugaan warna
yang dihasilkan dari pencampuran larutan NaOH ditambah
larutan asam oksalat dan ditambah dengan indikator PP
dihasilkan warna soft pink, dengan volume rata-rata yang
didapatkan adalah 9,83 mL dan konsentrasi NaOH adalah 0,102
N.
• Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengam dugaan warna
yang dihasilkan dari pencampuran larutan NaOH ditambah
dengan larutan HCl dan ditambah dengan indikator PP
dihasilkan warna soft pink, dengan volume rata-rata yang
didapatkan adalah 7,26 mL dan konsentrasi HCl adalah 0,074 N.
X. SARAN
Dalam melakukan praktikum titrasi penetralan atau asidi-alkalimetri
diharapkan praktikan lebih berhati-hati, teliti dan cermat dalam
melakukan proses titrasi karena proses titrasi akan berpengaruh terhadap
hasil akhir titrasi dan penentuan konsentrasi dari suatu larutan asam atau
basa serta agar dapat mencapai titik akhir titrasi yang sempurna. Selain
itu, diharapkan dapat lebih memahami prosedur percobaan agar saat
melakukan praktikum tidak kebingungan dan tidak melakukan
kesalahan.
Daftar Pustaka
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga.

Keenan, C. W. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Keenan, Kleinfelter, & Wood. (1980). Kimia Untuk Universitas Jilid I. Jakarta:
Erlangga.

Muchtaridi, S. J. (2006). KIMIA. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.

Padmaningrum, R. T. (2012). Titrasi Asidimetri. Jurnal Pendidikan Kimia, 1-9.

Simajuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi
Cair Merek "LX" dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi,
59-66.

Syukri. (1999). Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.

Ulfa, A. M., Retnaningsih, A., & Aufa, R. (2017). Penetapan Kadar Asam Lemak
Bebas Pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Zaitun
Kemasan Secara Alkalimetri. Jurnal Analisis Farmasi, 245-250.

Watson, D. G. (2005). Pharmaceutical Analysis, 2e. Oxford: Elsevier Limited.

Wulandari, M. (2012). Petunjuk Praktikum Kimia Analitik . Bandung: UIN SGD.


LAMPIRAN
a. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang
sudah dididihkan?
Jawab :
Pada pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah
dididihkan karena jika larutan NaOH tidak dididihkan terlebih
dahulu maka akan bereaksi dengan udara dan nantinya dapat
menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Selain itu, karena reaksi
yang ditimbulkan nantinya dapat mengotori hasil titrasi dan dapat
memengaruhi perhitungan akhirnya.
2. Apa beda antara :
a) Larutan baku dan larutan standar ?
Jawab :
Larutan baku adalah larutan yang memiliki fungsi sebagai alat
ukur volume larutan. Sedangkan larutan standar berfungsi
sebagai titran yang diletakkan di dalam buret. Larutan baku dan
larutan standar sama-sama memiliki konsentrasi yang tepat dan
akurat.
b) Asidimetri dan alkalimetri
Jawab :
Asidimetri adalah titrasi untuk penentuan konsentrasi asam oleh
larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah titrasi untuk
penentuan basa dengan menggunakan larutan baku asam.
3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi di atas !
Jawab :
Indikator pada titrasi digunakan untuk mengetahui pH larutan yang
sedang diuji, sehingga dapat dikategorikan bahwa larutan tersebut
golongan asam atau basa. Selain itu, indikator juga berfungsi sebagai
penanda titik akhir titrasi dan titik ekivalen yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna.
b. Dokumentasi
1. Penentuan konsentrasi NaOH dengan standarisasi asam oksalat
baku

No Gambar Keterangan
1. Dituangkan larutan
NaOH pada gelas beker

2. Ditambahkan
larutan NaOH
kedalam buret

3. Dibuka perlahan kran dan


diturunkan larutan hingga
titik nol

4. Dibaca dan dicatat


angka pada buret
5. Dipipet sebanyak 10 mL
larutan asam oksalat dengan
pipet seukuran

6. Dimasukan kedalam labu


Erlenmeyer 250 mL
menghasilkan larutan tidak
berwarna

7. Diambil 10 mL aquadest
dengan gelas ukur

8. Ditambahkan aquadest 10
mL aquadest kedalam labu
Erlenmeyer menghasilkan
larutan tidak berwarna

9. Ditambahkan 3 tetes
indikator PP
menghasilkan larutan
tidak berwarna
10. Dititrasi menggunakan
larutan NaOH dan
dihentikan jika terjadi
perubahan warna
indikator

11. Dibaca dan dicatat


angkat pada buret

12. Diulangi titrasi sebanyak 3


kali dan dihitung
konsentrasi NaOH

13. Menghasilkan larutan


berwarna merah muda
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan standarisasi larutan NaOH

No Gambar Keterangan
1. Dipipet 10 mL larutan
HCl X N dengan pipet
seukuran

2. Diambil 10 mL
aquadest
menggunakan
gelas ukur

3. Dimasukan kedalam labu


Erlenmeyer menghasilkan
larutan tidak berwarna

4. Ditambahkan 3 tetes
larutan indikator PP
5. Dititrasi menggunakan
larutan NaOH dan
dihentikan jika terjadi
perubahan warna
indikator

6. Dibaca dan dicatat


angkat pada buret

7. Diulangi titrasi sebanyak 3


kali dan dihitung
konsentrasi NaOH

8. Menghasilkan larutan
berwarna merah muda
c. Perhitungan
- Konsentrasi NaOH
V1 = 9,9 mL
V2 = 9,7 mL
V3 = 9,9 mL
9,9 mL+9,7 mL+9,9 mL
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
29,5 mL
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3

𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 9,83 𝑚𝐿


Va . Na = Vb . Nb
10 mL . 0,1 N = 9,83 mL . Nb
1 = 9,83 mL . Nb

1
𝑁 = 𝑁𝑏
98,3

0,102 N = Nb

- Konsentrasi HCl
V1 = 7,2 mL
V2 = 7,3 mL
V3 = 7,3 mL
7,2 mL+7,3 mL+7,3 mL
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3
21,8 mL
𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3

𝑉 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 7,26 𝑚𝐿


Va . Na = Vb . Nb
10 mL . Na = 7,26 mL . 0,102 N
10 mL . Na = 0,740 mL

0,740
𝑁𝑎 = 10

Na = 0,074 N

Anda mungkin juga menyukai