Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada penentuan kadar suatu senyawa tertentu, dapat menggunaan


berbagai macam metode, salah satunya yaitu titrasi. Titrasi merupakan sebuah
proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam
larutan tertentu dengan tujuan mengetahui konsentrasi yang tidak diketahui.
Larutan standar sendiri adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer
merupakan larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa – volume larutan). Sedangkan larutan standar sekunder ialah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi.Standardisasi larutan merupakan suatu proses ketika konsentrasi
larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi larutan
standar primer.
Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain
sebagai titrat. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Sedangkan titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik
ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara
dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus,
molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
Oleh karena itu dilaksankanlah praktikum Kimia analitik yang
terkhusus Alkalimetri yang nantinya akan berguna bagi praktikkan dalam
penentuan kadar asam dan basa dalam suatu larutan selain itu dengan
mempelajari Metode Alkalimetri ini praktikkan juga akan dapat lebih
mengetahui koonsentrasi suatu larutan dengan menggunakan metode asidi
alkalmetri.
1.2 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan di adakannya praktikum ini yaitu :

1.2.1 Maksud

Adapun maksud di adakannya praktikum acara Alkalimetri ini yaitu


Adapun maksud dari praktikum acara alkalimetri, yaitu untuk mengetahui
metode titrasi alkalimetri dan hubungannya dalam bidang geologi

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini, yaitu:


1. Praktikan dapat menganalisis tingkat keasaman pada sampel saat
fermentasi.
2. Praktikan dapat menganalisis kadar asam asetat dalam sampel.
3. Praktikan dapat menganalisis secara kualitatif hubungan alkalimetri
dalam aplikasinya di bidang geologi

1.3 Rumusan Masalah

Adapun batasan masalah pada praktikum kali ini ialah :


1. Bagaimana menganalisis Tingkat keasaman pada sampel saat
fermentasi?
2. Bagaimana menganalisis kadar asam asetat dalam sampel?
3. Bagaimana hubungan alkalimetri dalam aplikasinya di bidang geologi

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah praktikum ini mencakup mengenai metode
pembakuan konsentrasi larutan baku primer asam oksalat dan penentuan asam
asetat dalam ape ketan ketan hitam
1.5 Metodologi Praktikum

1.5.1 Metode Praktikum

Pada praktikum ini, digunakan metode penelitian kuantitatif dimana


praktikan melaksanakan prosedur dalam menganalisis kadar asam asetat dengan
menggunakan metode alkalimetri.

1.5.2 Tahapan Praktikum

1.5.2.1 Tahap Persiapan

Tahapan awal sebelum memulai praktikum ialah studi litelatur terkait


metode yang digunakan untuk mengetahui dasar-dasar dari alkalimetri. Selain
itu, sesi asistensi acara juga diadakan untuk memberikan arahan tentang
kegiatan yang akan dilakukan selama praktikum dan membantu peserta
memahami materi yang akan dipelajari dalam setiap sesi. Tahapan praktikum
diawali dengan menyiapkan peralatan praktikum seperti LKP, kotak lab, pulpen,
dan lain-lain.

1.5.2.2 Tahapan Praktikum

Kemudian, peserta melakukan praktikum sesuai prosedur. Prosedur


yang dilakukan yaitu pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N antara lain :
1. Dibilas buret yang sudah bersih dengan larutan NaOH yang akan
digunakan.
2. Buret yang telah dibilas kemudian diisi dengan larutan NaOH yang
akan dibakukan hingga tanda batas.
3. Dimasukkan 15 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat
kedalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 tetes Indikator P.P.
4. Larutan asam oksalat yang telah dipipet kedalam erlenmeyer kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret setetes demi setetes sampai
terjadi perubahan warna, dari tak berwarna menjadi merah muda.
5. Dicatat volume akhir NaOH dalam buret dan tentukan konsentrasi
NaOH.
6. Mengulangi prosedur secara duplo.
Selain itu, dilaksanakan pula penentuan asam asetat dalam tape ketan
hitam dengan prosedur sebagai berikut :
1. Ditimbang sebanyak 5 gr sampel tape ketan hitam kemudian dihaluskan.
2. Sampel disaring untuk memisahkan filtrat dan endapan sampel.
3. Dipipet sebanyak 15 mL sampel yg telah disaring kedalam erlenmeyer
dan ditambahkan 2 tetes indikator P.P.
4. Larutan sampel yang telah dipipet kedalam erlenmeyer kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret.
5. Larutan sampel dititrasi setetes demi setetes dengan larutan NaOH
hingga terjadi perubahan warna, dari tak berwarna menjadi merah muda.
6. Dicatat volume akhir NaOH dalam buret dan tentukan konsentrasi
sampel.
7. Mengulangi prosedur secara duplo.

1.5.2.3 Tahap Penyusunan Laporan

Tabel 1.1 Diangram Alir


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kimia Analitik

Kimia analitik merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara-cara


melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia, termasuk
pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi komponen kimianya. Ruang lingkupnya
meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis instrumental dan klasik,
biokimia, lingkungan, dan banyak lagi. Manfaatnya meliputi pengendalian
kualitas, penelitian dan pengembangan, forensik, kedokteran, dan lingkungan.
Contoh aplikasinya termasuk analisis kadar air dalam makanan, kadar logam berat
dalam air, kandungan gizi dalam makanan, kadar obat dalam darah, dan sidik jari
untuk identifikasi forensik (Andari, 2013).

2.2 Definisi Alkalimetri

Akalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau


konsentrasi larutan basa melalui titrimetri. Metode alkalimetri merupakan reaksi
penetralan asam dengan basa. Titrasi asam-basa menetapkan beraneka ragam zat
yang bersifat asam dengan basa, baik organik maupun anorganik. Banyak contoh
dalam analitiknya dapat diubah secara kimia menjadi asam atau basa dan
kemudian ditetapkan dengan titrasi (Andari, 2013).
Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam yang
dinamakan warna asam dan indikator (kuning untuk bb) sedangkan warna yang
ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basamempunyai trayeknya
sendiri, demikian warna asam dan besarnya. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan menggunakan larutan basa yang sesuai (Andari, 2013).
Asam menurut Arrhenius adalah senyawa yang jika dilarutkan dengan air
terurai menjadi ion hidrogen H+ dan anion. Sedangkan basa adalah senyawa yang
jika dilarutkan dalam air terurai menjadi ion hidroksida OH- dan kation. Teori ini
hanya berlaku untuk senyawa anorganik yang NaOH mempunyai keunggulan
dibandingkan KOH dalam harga, NaOH maupun KOH mudah bereaksi dengan
CO2 membentuk garam karbonat. Titer sebelum digunakan untuk meitrasi sampel
harus dibakuanterlebih dahulu menggunakan larutan asam baku primer. Indikator
pada titrasi asam-basa adalah asam atau basa organik lemah yang berada dalam
dua macam bentuk warna yang berbeda(Andari, 2013).

2.3 Reaksi Asam Basa

Asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam), yang berkaitan
dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka merupakan larutan dari asam
asetat. Dan untuk istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang
berarti abu dari suatu tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam dan
padang pasir. Sumber dari kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah
sejak lama diketahui bahwa asam dan basa dapat saling menetralkan dan dapat
membentuk senyawa berupa garam dan air. Sifat yang berkaitan dengan asam
yaitu rasanya yang asam, rasa seperti tertusuk jarum apabila terkena kulit.
Kemampuan yang dimiliki asam yaitu, dapat melarutkan sebagian besar dari
logam , dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Sedangkan
basa memiliki rasa pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak
ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik
asam maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari unsur
pokok tanaman tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari sebangsa tumbuhan lumut.
Dalam larutan asam lakmus ini akan berwarna mmerah dan lakmus akan tetap
berwarna biru jika dalam larutan yang bersifat basa. (Jamilatur Rohmah, 2020).

2.4 Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan


standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Jamilatur Rohmah.,
2020)
Dalam analisis asam basa, titrasi akan melibatkan epngukuran yang
seksama volumena suatu asam dan suatu absa yang tepat aakan saling
menetralkan. Rekasi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi
asambasa atau basayang terbentuk karena hodrolisis garamm yang berasal dari
asam lemah dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa
standar (Alkalimetri). Reaksi- rekasi ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen
dan ion hidroksida untu membentuk air (Jamilatur Rohmah., 2020)
Pada saat perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah
warna saat titik ekuivalen. Pada asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekkuivalen digunakan indikator. Saat
perubahan warna terjadim saat ituv disebut titik akhir titirasi (Jamilatur Rohmah.,
2020)

Gambar 2.1 Titrasi Alkalimetri

Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak tepat sama dengan titik ekuivalen (≤ 0,1%), disebabkan oleh kelebihan titran
indikator berekasi dengan analit tau indikator berekasi dengan titranm diatasi
dengan titrasi larutan blangko. Larutan blangko larutan yang terdiri atas semua
pereaksi kecuali analit (Jamilatur Rohmah., 2020)
pH larutan tergantung dari harga Ka dab Kb. Bila Ka,Kb bersifat larutan
asam, Bila Kb>Ka larutan bersifat basa. (Sutresna, 2008)
Menurut (Sutresna, 2008) Titrasi asam basasebagai berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
2. Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
3. Misalnya HCl(aq) +NaOH(Aq) —- > NaCl(aq) +H2O (l) (Reaksi
revesible)
4. Titrasi asam lemah dan basa kuat

2.5 Kurva Titrasi

Kurva titrasi dibuat untuk mengetahui perubahan pH larutan terhadap


volume penitrasi. Pada kurva titrasi inilah dapat dengan mudah mengamati
perkembangan perubahan pH pada larutan sebelum tercapainya titik ekivalen dan
adanya perubahan warna pada larutan saat penambahan sedikit demi sedikit volume
penitrasi. Untuk titrasi asam lemah perubahan pH pada titik ekivalen kurang nyata
dibandingkan dengan titrasi asam kuat. Perubahan pH pada larutan terkait dengan
perubahan warna pada indikator dan penentuan titik akhir titrasi. Pemilihan
indikator yang tepat akan menghasilkan tingkat ketajaman warna yang baik pula.
Pemilihan indikator menjadi faktor penting dalam memperoleh data kuantitatif
analit dengan tingkat validitas yang tinggi. Reaksi ini memiliki titik akhir titrasi
yang perubahan warna nya cukup tajam dan mudah untuk diamati secara visual.
Oleh karena itu, penambahan indikator sangat diperlukan dalam setiap proses
titrasi. Indikator memiliki warna berbeda pada lingkungan pH yang berbeda, oleh
sebab itu, indikator membantu perubahan warna pada saat titik akhir titrasi
berlangsung. Selama proses titrasi berlangsung pH larutan sedikit demi sedikit
berubah secara signifikan sampai mencapai titik akhir titrasi (Teaching. Team.
2005).

Pada titrasi asam-basa kuat, kurvanya berbentuk sigmoidal dengan


perubahan pH yang tajam di sekitar titik ekivalen. Contohnya, titrasi HCl dengan
NaOH menghasilkan kurva curam yang menunjukkan kenaikan pH drastis saat
NaOH ditambahkan. Sebaliknya, titrasi asam lemah dengan basa kuat
menghasilkan kurva lebih landai dengan perubahan pH yang gradual. (Teaching.
Team. 2005).

Gambar 2.2 Kurva Titrasi alkalimetri

2.6 Larutan Standar

Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan


konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui
konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.
Menurut (Tim asisten Kimia Analitik, 2024) Larutan standar dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu sebagai berikut ;
1. Larutan standar primerLarutan yang konsentrasinya sudah diketahui
dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan sampai volume tertentu.
Secara langsung konsentrasinya diketahui.yarat-syarat larutan standar
primer yaitu memiliki kemurnian yang tinggi, mudah diperoleh dan
dikeringkan, mudah diperiksa kemurniannya, tidak bersifat higroskopis,
tidak mudah teroksidasi oleh udara. Contoh larutan standar primerAsam:
H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4. Basa: Na2CO3,
MgO, Na2B4O7.
2. Larutan standar sekunderLarutan standar yang konsentrasinya dapat
diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai
pembanding melalui titrasi. Contohnya NaOH, KOH, KMnO4 yang
konsentrasinya didapatkan dengan menitrasinya dengan larutan primer
oksalat.
3. Larutan standar tersierLarutan yang konseentrasinya diperoleh dengan
cara menitrasi denganlarutan standar sekunder yang terlebih dahulu telah
distandarisasi dengan larutan standar primer.

Gambar 2.3 Struktur Molekul Indikator Fenolftalein

2.7 Indikator Basa

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir


titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo
dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH (Indira, C. 2015).
Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut
tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya
titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik
stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlahmol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan
sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat
dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan
tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa
apabila ion basa yang terkandung didalamnya Misalkan menentukan molaritas dari
suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan
konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita
menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya.
Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah
ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti
penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak
berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya
telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita
bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam
larutan berubah warna menjadi merah muda.Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari
volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi
asam (Indira, C. 2015)

2.8 Kegunaan Titrasi Alkalimetri Dalam Bidang Geologi

Titrasi alkalimetri, sebuah metode analisis geokimia yang memanfaatkan


reaksi asam-basa, memainkan peran penting dalam menguraikan komposisi
batuan, tanah, dan air. Teknik ini mampu mengukur kadar karbonat dalam batuan
dan tanah, kation logam seperti kalsium dan magnesium, bahkan sulfat dan asam
dalam sampel air dan batuan. Keunggulan utama titrasi alkalimetri terletak pada
akurasi, presisi, dan penggunaan peralatan sederhana. Meskipun memakan waktu
dan membutuhkan keahlian khusus, metode ini tetap populer di kalangan geolog
karena kemampuannya mengungkap komposisi kimiawi batuan, tanah, dan air
secara rinci, sehingga berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang
sejarah geologi dan komposisi Bumi (Harris, D. C. , 2010)
Analisis geokimia melalui titrasi alkalimetri, yang memanfaatkan reaksi
asam-basa, menjadi alat penting untuk menguak rahasia batuan, tanah, dan air.
Metode ini menentukan kadar mineral karbonat dalam batuan sedimen dan tanah,
mengukur konsentrasi kation logam diagenesis seperti kalsium dan magnesium,
bahkan mengkuantifikasi kandungan ion sulfat dan keasaman pada sampel air dan
batuan. Keunggulan titrasi alkalimetri terletak pada keakuratan, kereproduksiran
hasil, dan penggunaan peralatan lapangan yang portabel. Meskipun membutuhkan
waktu dan keahlian analisis kimia basah, metode ini tetap populer di kalangan
geolog karena kemampuannya mengungkap komposisi kimia batuan, tanah, dan
air secara rinci. Informasi ini berperan penting dalam memahami proses geologi
masa lalu, lingkungan pengendapan, dan evolusi kimiawi Bumi (Harris, D. C. ,
2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah sebagai


berikut:

Tabel 3.1 Alat Praktikum

No Alat Satuan Keterangan


1 Buret 2 buah 50 ml
2 Erlenmeyer 2 buah 250 ml
3. Pipet Volume 2 buah 10 ml
4. Neraca analitik 1 buah 1 buah
5. Bulb 1 buah 1 buah
6. Pipet tetes 2 buah 2 buah
7 Gelas piala 2 buah 250 ml
8. Labu ukur 1 buah 100 ml
9. Labu semprot 1 buah 1 buah
10. Corong 2 buah 2 buah
11. Statif dan klem 2 buah 2 buah

Sedangkan untuk bahan praktikum adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Bahan Praktikum


No Bahan Satuan Keterangan
1. Asam oksalat (C2H2O4) 15 ml 15 ml
2. Indikator PP 2 tetes 2 tetes
3. Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N 0,1 N Hingga tanda batas

4. Tape ketan hitam 5 gram 5 gram


5. Aquades Tidak Tidak terbatas
terbatas
3.2 Langkah kerja

Pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan baku primer


asam oksalat

Tabel 3.3 Langkah Kerja Praktikum

No Aktivitas Hasil Pengamatan


1. Buret yang telah dibilas diisi Hingga tanda batas
dengan NaOH
2. Masukkan larutan baku asam 15 ml
oksalat kedalam erlenmeyer
3. Tambahkan indikator P.P 2 tetes
4. Larutan asam oksalat dalam Terjadi perubahan warna dari tak
erlenmeyer dititrasi dengan larutan berwarna menjadi merah muda
NaOH dalam buret

Penentuan asam asetat dalam tape ketan hitam

Tabel 3.4 Langkah Kerja Praktikum


No Aktivitas Hasil Pengamatan
1. Ditimbang tape ketan hitam 5 gram
kemudian dihaluskan
2. Pipet sampel tape ketan hitam yang 15 ml
telah disaring kedalam erlenmeyer
3. Tambahkan indicator PP 2 tetes
4. Larutan sampel yang ada didalam Terjadi perubahan warna dari ungu
Erlenmeyer dititrasi dengan larutan menjadi ungu kehitaman
NaOH dalam buret
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Hasil

Adapun hasil dari pengamatan pada praktikum alkalimetri ini, yaitu :

A. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N


Berat Asam Oksalat : 6,3035 gram
Volume Asam Oksalat : 1000 mL

B. Penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH

Indikator yang digunakan : NaOH, H2C2O4 dan Indikator PP


Perubahan warna yang terjadi : Merah muda
Adapun standarisasi larutan baku sekunder NaOH

Tabel 4.1 Stadarisasi Larutan Baku Sekunder NaOH


Percobaan Volume H2C2O4 (mL) Volume NaOH (mL)
1 15 ml = 0,015 L 13,6 ml = 0,0136 L
2 15 ml = 0,015 L 15,5 ml = 0,0155 L

Perhitungan standarisasi NaOH

V H2 C2 O4 N H2C2 O4
N1 NaOH =
V NaOH

0,015 0,1 N
=
0,0136

= 0,110 N

V H2 C2 O4 N H2 C2 O4
N2 NaOH =
V NaOH

0,015 0,1 N
=
0,0155
= 0,096 N

C. Penentuan kadar sampel Asam Asetat (CH3COOH)


Indikator yang digunakan : NaOH dan Indikator PP
Perubahan warna yang terjad : Merah muda

Penentuan kadar asam asetat dalam sampel

Tabel 4.2 Penentuan Kadar Asam Asetat


Percobaan Volume Sampel (mL) Volume NaOH (mL)

1 15 ml = 0,015 L 1,2 ml = 0,0012 L

2 15 ml = 0,015 L 4,4 ml = 0,0044 L

Kadar sampel asam asetat pada percobaan I dan II

[1] %CH3COOH = V NaOH . N NaOH . BE CH3COOH


X 100%
mL sampel

= 0,0012 . 0,5386 . 63, 035

= 2,71%

[2] %CH3COOH = V NaOH . N NaOH . BE CH3COOH


mL sampel

= 0,0044 . 0,5386 . 63, 035


X 100%
0,015 mL
= 9,95%

D. Reaksi yang terjadi

CH3COOH + NaOH  CH3COONa + H2O


Acetic acis Sodium hydroxide Sodium acecate Water
4.2 Analisis

1. Reaksi yang Terjadi antara Asam Laktat dalam Tape Ketan


dengan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
Ketika asam laktat pada tape ketan hitam bereaksi dengan NaOH pada
proses titrasi maka menghasilkan garam natrium laktat dan air dengan persamaan
reaksi:
C3H6O3 + NaOH → C3H5O3Na + H2O
2. Prinsip Penggunaan Indikator dalam Titrasi dan Perubahan
warna yang Terjadi Pada Titik Ekuivalen
Penggunaan indikator pada proses titrasi dimaksudkan agar hasil dari
campuran analit dan titran sudah mencapai batas akhir titrasi dan memiliki jumlah
mol kedua senyawa yang sama. Pada praktikum alkalimetri digunakan indikator
fenolftalein (PP) dan di dapatkan bahwa warna akhir titrasi asam oksalat yang di
titrasi menggunakan NaOH yang awalnya Bening berubah menjadi merah muda
dan Tape ketan hitam yang awalnya ungu menjadi hitam.
3. Kadar Asam Asetat dalam Sampel Tape ketan

[1] %CH3COOH = V NaOH . N NaOH . BE CH3COOH


X 100%
mL sampel

= 0,0012 . 0,5386 . 63, 035

= 2,71%

[2] %CH3COOH = V NaOH . N NaOH . BE CH3COOH


mL sampel

= 0,0044 . 0,5386 . 63, 035


X 100%
0,015 mL
= 9,95
4. Perubahan Kadar Asam Asetat dalam Mempelajari Kinetika
Fermentasi Tape Ketan!

Perubahan kadar asam asetat dapat digunakan untuk mempelajari kinetika


fermentasi tape ketan melalui analisis kadar asam asetat pada tape yang berbeda-
beda. Kadar asam asetat dapat diukur dengan metode titrasi atau spektrofotometri.
Perubahan kadar asam asetat dapat digunakan untuk menentukan kinetika
fermentasi, yakni kadar asam asetat yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Dengan mengukur kadar asam asetat pada tape yang berbeda-beda, dapat
disimpulkan bagaimana kadar asam asetat berubah selama proses fermentasi. Ini
dapat menjadi indikator untuk menentukan kinetika fermentasi tape ketan, yaitu
bagaimana kadar asam asetat berubah selama proses fermentasi.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Fermentasi dan
Pembentukan Asam Asetat
1) Suhu, dapat memengarruhi laju fermentasi dan proses pembentukan asam
asetat selama proses fermentasi dengan optimal suhu 25C, dalam suhu ini
dapat memengaruhi aktivitas enzim dan populasi mikroba. Namun, pada
suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sukarnya laju fermentasi,
dikarenakan mikroba yang tidak dapat memproduksi bahan dari suatu
fermentasi.

2) Konsentrasi substrat, yakni semakin tinggi konsentrasi substrat bahan


fermentasi maka semakin banyak jumlah karbon yang tersedia untuk
membentuk asam asetat pada substrat akan semakin besar, hal ini juga
berdampak pada efisisensi fermentasi yang dapat menghasilkan bahan
baku yang besar dalam waktu singkat.

3) Aerasi, yang mengacu pada ketersediaan oksigen selama proses


fermentasi yang dimana umumnya pembentukan asam asetat terjadi pada
proses aerobik. Pada tahap awal fermentasi, sebelum kondisi anaerobik
tercapai, mikroorganisme memerlukan oksigen untuk melakukan respirasi
aerobik yang mendukung pertumbuhan awal mereka. Aerasi pada tahap
awal fermentasi dapat membantu mempercepat pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Meskipun proses fermentasi secara umum
bersifat anaerobik, beberapa mikroorganisme dapat mengalami respirasi
aerobik atau memiliki jalur metabolik yang dipengaruhi oleh ketersediaan
oksigen. Aerasi pada tahap tertentu dalam fermentasi dapat mengatur
metabolisme mikroorganisme dan meningkatkan efisiensi produksi
produk fermentasi seperti asam asetat.
4) Jenis dan jumlah mikroorganisme, Mikroorganisme yang digunakan
dalam fermentasi, seperti ragi (yeast) dan bakteri asetatogenik, akan
memengaruhi laju fermentasi dan pembentukan asam asetat. Jumlah
mikroorganisme yang dimulai fermentasi juga dapat memengaruhi hasil
akhir.
5) pH, fermentasi juga memengaruhi aktivitas enzim dan pertumbuhan
mikroorganisme. pH yang tepat akan mendukung kondisi optimal untuk
mikroorganisme yang bertanggung jawab atas produksi asam asetat
dimana umumnya bakteri tertentu ynag menunjang proses fermentasi
hanya dapat hidup dalam rentang ph tertentu sehingga memengaruhi
efisiensi proses pembentukan asam asetat.
6. Fermentasi dalam Mempengaruhi Kadar Asam Laktat yang
Terbentuk
Suhu optimal dapat berperan penting pada saat fermentasi asam laktat,
jika suhu terlalu tinggi maka bakteri akan mudah mati dan sulit untuk berkembang
biak mengakibatkan bakteri seperti lactobacillus sp.sulit memproduksi asam laktat
selama proses fermentasi. Dibutuhkan ruangan yang lembab berkisar 25 C yang
merupakan suhu ideal untuk mikroba memproduksi asam laktat, dan semakin
lama waktu fermentasi, mikroba memproduksi asam laktat semakin banyak pula.
Hal ini juga bergantunng pada konsentrasi substrat bahan produk fermentasi.
7. Reaksi Pengendapan Uji Asam pada Mineral Karbonat
Saat melakukan uji asam pada mineral karbonat, seperti kalsit (CaCO3),
terjadi reaksi pengendapan yang menghasilkan gelembung gas CO2. Ini terjadi
karena asam bereaksi dengan karbonat, menghasilkan CO2 gas. Persamaan kimia
umumnya adalah:
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Hasil pengamatan visual yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
mineral karbonat adalah adanya gelembung gas CO2 yang terbentuk saat uji asam
dilakukan. Gelembung ini biasanya dapat dilihat sebagai perubahan warna atau
perubahan kekeruhan pada larutan asam.
8. Manfaat Identifikasi Mineral Karbonat Dalam Eksplorasi
Sumber Daya Mineral
Identifikasi mineral karbonat, seperti batu kapur (kalsium karbonat) dan
marmer, memiliki beberapa manfaat dalam eksplorasi sumber daya mineral dan
deposit hidrokarbon, diantaranya yaitu:
1) Penentuan Kualitas dan Kuantitas: Identifikasi mineral karbonat
memungkinkan penilaian yang lebih akurat terhadap kualitas dan
kuantitas sumber daya mineral seperti batu kapur dan marmer. Ini penting
dalam perencanaan penambangan yang efisien dari sumber daya tersebut.
2) Pemetaan Potensial Deposit: Identifikasi mineral karbonat dapat
membantu dalam pemetaan potensial deposit batu kapur atau marmer di
suatu wilayah. Ini memungkinkan penemuan dan eksploitasi deposit yang
belum teridentifikasi sebelumnya.
3) Indikator Potensial untuk Deposit Hidrokarbon: Mineral karbonat juga
dapat berfungsi sebagai indikator potensial untuk deposit hidrokarbon.
Batuan karbonat sering kali menjadi tuan rumah bagi deposit minyak dan
gas alam karena sifatnya yang poros dan kemampuannya untuk
menyimpan hidrokarbon.
4) Perencanaan Lingkungan: Identifikasi mineral karbonat membantu dalam
perencanaan lingkungan terkait dengan aktivitas penambangan atau
eksploitasi sumber daya mineral. Ini memungkinkan pemantauan dan
mitigasi dampak lingkungan yang mungkin terjadi selama proses
eksploitasi.
5) Ekonomi dan Pengembangan Wilayah: Pengetahuan tentang sumber daya
mineral karbonat memungkinkan pengembangan ekonomi dan
infrastruktur yang lebih baik di wilayah tersebut. Hal ini dapat
menghasilkan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan daerah.
9. Reaksi Mineral Karbonat dengan Asam Kuat

Berikut adalah reaksi yang terjadi saat mineral karbonat bereaksi dengan
asam kuat seperti HCl dalam uji asam:
1) Untuk kalsit (CaCO3):
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
2) Untuk dolomit (CaMg(CO3)2):
CaMg(CO3)2(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + MgCl2(aq) + H2O(l) +
2CO2(g)
Kedua reaksi tersebut menghasilkan gas CO2 yang terlihat sebagai
gelembung saat uji asam dilakukan pada mineral karbonat.
10. Prinsip Titrasi Asam-Basa dalam Analisis Alkalimetri Tape
Ketan dengan Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat
Prinsip titrasi asam-basa dalam analisis alkalimetri tape ketan dan reaksi
pengendapan mineral karbonat saat melakukan uji asam memiliki perbedaan
prinsip dan aplikasi yang signifikan dalam bidang geologi. Berikut adalah
perbandingan antara keduanya:
A. Prinsip:
1) Titrasi Asam-Basa (Alkalimetri Tape Ketan): Prinsip utama titrasi asam-
basa adalah mengukur volume larutan yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen di mana jumlah mol asam setara dengan jumlah mol basa.
Ini mencerminkan reaksi netralisasi antara asam dan basa.
2) Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat saat Uji Asam: Prinsip utama
reaksi pengendapan mineral karbonat adalah mengamati pembentukan
endapan atau gas yang timbul saat asam bereaksi dengan mineral
karbonat. Ini mencerminkan reaksi kimia di mana asam mengubah
mineral karbonat menjadi garam dan gas CO2.
B. Persamaan dan Perbedaan:
1) Persamaan:
a) Kedua proses melibatkan penggunaan larutan asam, seperti HCl, dan
melibatkan reaksi dengan senyawa kimia tertentu.
b) Kedua proses menghasilkan perubahan yang dapat diamati, baik dalam
bentuk perubahan warna (pada alkalimetri) atau pembentukan gas (pada
uji asam mineral karbonat).
2) Perbedaan:
a) Tujuan: Alkalimetri bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa dalam larutan, sedangkan uji asam pada mineral karbonat bertujuan
untuk mengidentifikasi keberadaan mineral karbonat dalam sampel.
b) Metode Pengukuran: Alkalimetri mengukur volume larutan yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen, sementara uji asam mineral
karbonat melibatkan pengamatan visual terhadap pembentukan endapan
atau gas.
c) Aplikasi: Alkalimetri banyak digunakan dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa dalam larutan, sementara uji
asam mineral karbonat lebih umum dalam bidang geologi untuk
identifikasi mineral dalam sampel batuan.
11. Kondisi Lingkungan Pengendapan yang Mendukung
Pembentukan Mineral Karbonat
Mineral karbonat, seperti yang ditemukan dalam batugamping atau batu
kapur, terbentuk melalui proses pengendapan di lingkungan yang khusus.
Beberapa faktor lingkungan yang mendukung pembentukan mineral karbonat
diantaranya yaitu:
1) Suhu yang hangat hingga sedang mendukung pembentukan mineral
karbonat. Lingkungan laut yang relatif hangat, terutama di perairan
dangkal, memfasilitasi proses ini.
2) Kondisi pH yang netral hingga sedikit basa mendukung pembentukan
karbonat. Air laut memiliki pH yang cenderung basa, yang
memungkinkan reaksi kimia antara ion-ion karbonat dan kalsium.
3) Kehadiran ion-ion seperti kalsium (Ca²⁺) dan karbonat (CO₃²⁻) dalam air
laut sangat penting. Ketika air laut menguap atau mengalami penguapan,
ion-ion ini bereaksi dan membentuk mineral karbonat.
4) Lingkungan laut yang kaya akan organisme seperti karang, foraminifera,
dan alga juga berperan dalam pembentukan batugamping. Organisme ini
mengeluarkan karbonat kalsium sebagai bagian dari proses hidup mereka,
yang kemudian mengendap dan membentuk batuan karbonat.
5) Kehadiran oksigen dalam air laut mempengaruhi proses pengendapan.
Oksigen memfasilitasi reaksi kimia yang mengubah ion-ion karbonat
menjadi mineral karbonat.
Jadi, lingkungan laut yang hangat, dengan pH netral hingga sedikit basa,
serta keberadaan ion-ion kalsium dan karbonat, mendukung pembentukan mineral
karbonat dalam batugamping atau batu kapur.
12. Cara Data Mineral Karbonat Digunakan Dalam Eksplorasi
Sumber Daya Hidrokarbon!
Keberadaan mineral karbonat dalam batuan dapat memberikan petunjuk
penting tentang potensi cadangan minyak atau gas bumi di suatu daerah. Berikut
adalah beberapa cara di mana data mineral karbonat dapat digunakan dalam
eksplorasi sumber daya hidrokarbon:
1) Indikator Batuan Reservoir, Batuan karbonat, seperti batu kapur dan
dolomit, sering kali berfungsi sebagai reservoir potensial untuk minyak
dan gas bumi. Kehadiran mineral karbonat dalam batuan menunjukkan
adanya batuan yang mungkin mengandung sumber daya hidrokarbon.
Oleh karena itu, identifikasi dan analisis mineral karbonat dapat
membantu dalam penentuan lokasi potensial untuk pengeboran minyak
dan gas.
2) Karstifikasi, Batuan karbonat rentan terhadap proses karstifikasi, di mana
air yang mengandung asam karbonat mengikis batuan, membentuk gua,
celah, dan terowongan bawah tanah. Zona karstifikasi dapat menjadi
tempat akumulasi minyak dan gas, karena struktur poros dan permeabel
yang dihasilkan dari proses ini dapat berfungsi sebagai reservoir alami
untuk hidrokarbon.
3) Pemetaan Struktur Geologi, Analisis mineral karbonat dapat membantu
dalam pemetaan struktur geologi di bawah permukaan, termasuk lipatan,
sesar, dan cekungan sedimentasi. Struktur geologi ini sering menjadi
tempat akumulasi hidrokarbon, dan keberadaan mineral karbonat dalam
batuan dapat memberikan petunjuk tentang karakteristik dan distribusi
potensial sumber daya hidrokarbon.
4) Analisis Fluida Reservoir, Mineral karbonat juga dapat memberikan
petunjuk tentang komposisi fluida dalam reservoir hidrokarbon. Studi
petrofisika dan geo-kimia dapat dilakukan pada mineral karbonat untuk
memahami sifat-sifat fluida yang terperangkap dalam pori-pori dan
rekahan batuan karbonat.
4.3 Analisis Kualitatif

Pada praktikum alkalimetri yang bertujuan menganalisis konsentrasi


Asam Oksalat dan Asam Laktat pada tape ketan hitam dengan menggunakan
Natrium Hidroksida 0,1 M sebagai larutan standar primer, dimana dilakukan
metode titrasi yakni asam oksalat dan asam laktat sebagai analit dan natrium
hidroksida sebagai titran. Langkah awal yakni mengambil asam oksalat sebanyak
15 ml yang di masukkan kedalam gelas piala. Setelah selesai mengukur, indikator
PP (fenolftalein) sebanyak 2 tetes dimana indikator ini berfungsi sebagai penanda
bahwa larutan telah mencapai ekuivalen atau berada pada titik akhir titrasi.
Larutan natrium hidroksida di masukkan ke dalam buret hingga batas tanda dan
dilakukan titrasi terhadap asam oksalat hingga terjadi perubahan warna terjadi
perubahan warna. Warna yang di hasilkan pada praktikum ini ialah dari bening
menjadi merah muda. Percobaan ini dilakukan secara duplo atau sebanyak 2 kali
percobaan dan di dapati hasil NaOH pada percobaan pertama yakni 13,6 ml dan
percobaan kedua yakni 15,5 ml.
Pada percobaan asam laktat pada tape ketan hitam, dilakukan
penyaringan terhadap endapan tape ketan hitam kedalam erlenmeyer dengan air
tape sebanyak 15 ml. Larutan NaOH dimasukkan kedalam buret menggunakan
corong hingga batas tanda. Larutann asam laktat dari air tape tadi di tetesi
indikator PP sebanyak 2 tetes dan di titrasi dengan NaOH hingga terjadi
perubahan warna. Hasilnya menunjukkan air tape ketan yang awalnya merah
muda menjadi berwarna hitam. Hal ini sangat berbeda dengan teori dimana
seharusnya menjadi warna cenderung lebih terang, ini di pengaruhi dikarenakan
tape yang terlalu lama terfermentasi dan kental, akibatnya membuat indikator pp
tidak bekerja secara optimal. Percobaan ini dilakukan secara duplo atau sebanyak
2 kali percobaan dan di dapati hasil NaOH pada percobaan pertama yakni 1,2 ml
dan percobaan kedua yakni 4,4 ml.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum alkalimetri ini, yaitu :


1. Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan sebanyak dua kali untuk
menganalisis konsentrasi NaOH. Adapun pada percobaan pertama,
didapatkan konsentrasi sebesar 0,110 dan pada percobaan kedua,
didapatkan konsentrasi sebesar 0,0096.
2. Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan sebanyak dua kali untuk
menganilisis kadar asam pada sampel tape ketan. Adapun pada percobaan
pertama, didapatkan persentase sebesar 2,71% dan pada percobaan kedua
didapatkan persentase sebesar 9,95%.
3. Dalam bidang geologi, metode titrasi alkalimetri juga memiliki aplikasi
kualitatif. Dalam analisis kualitatif, praktikan menggunakan metode ini
untuk mengidentifikasi hubungan alkalimetri dengan sampel geologi.
Alkalimetri merujuk pada konsentrasi dan distribusi unsur-unsur alkali
dalam lingkungan geologi. Dengan mengetahui hubungan alkalimetri
dengan bidang geologi, dapat memahami proses geokimia yang terjadi
dalam batuan, mineral, dan sebagainya. Informasi ini dapat digunakan
untuk memahami batuan, distribusi mineral, atau bahkan untuk eksplorasi
sumber daya alam.
5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebagai berikut:


1. Menyediakan tempat sampah lebih
2. Selalu memperhatikan dan merawat alat-alat di laboratorium.
3. Menyediakan rak untuk penyimpanan tas.
5.2.2 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu sebagai berikut:


1. Tetap semangat dalam mendampingi kami
2. Selalu di beri kesehatan dalam membimbing kami
3. Selalu ramah kepada praktikkan
DAFTAR PUSTAKA

Harris, D. C. , 2010 Quantitative Chemical Analysis. Edisi ke-8. W. H.


SFreeman and Company. New York.
Andari, S. (2013). Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet Secara
Alkalimetri dengan Spektrofotometri-UV. Jurnal Eduheath .3(2):114-119.
Jamilatur Rohmah. 2020. Kimia Analisis. Sidoarjo: Universitas
Muhammadiyah.Sutresna, N. 2008. Cerdas Belajar Kimia, Grafindo, Bandung.
Teaching, Team . 2005. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik.
Gorontalo:Universitas Negeri Gorontalo.
Tim Asisten. 2024. Penuntun Praktikum Kimia Analitik, Gowa :
LaboratoriumKimia, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Indira, C. 2015. Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting. Kaunia. Vol
11(1) : 1-10.

\
LAMPIRAN

A. Pembuatan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan


BakuPrimer Asam Oksalat

Gambar 1 Memasukkan NaOH ke dalam buret hingga tanda batas 50ml

Gambar 2 Memasukkan NaOH ke dalam buret hingga tanda batas 50ml

Gambar 3 Memasukkan Asam Oksalat sebanyak 15mL ke dalam Erlenmeyer


kemudian di tambahkan 2 tetes indikator P.P
Gambar 4 Larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret setetes
demi setetes sampai terjadi perubahan warna

Gambar 5 Warna larutan akan berubah dari bening menjadi merah muda

B. Penentuan Asam Asetat Dalam Tape Ketan Hitam

Gambar 6 Ketan hitam di pisahkan dari filtrat lalu di masukkan ke dalam gelas kimia
Gambar 7 Memasukkan air tape ketan hitam sebanyak 15 mL kedalam Erlenmeyer

Gambar 8 Ditambahkan 2 tetes indikator P.

Gambar 9 Memasukkan NaOH ke dalam buret hingga tanda batas 50ml


Gambar 10 Larutan di titrasi dengan larutan NaOH setetes demi
setetes hingga terjadi perubahan warna

Gambar 11 Perubahan warna menjadi merah muda

Anda mungkin juga menyukai