PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
Asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam), yang berkaitan
dengan kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka merupakan larutan dari asam
asetat. Dan untuk istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang
berarti abu dari suatu tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam dan
padang pasir. Sumber dari kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah
sejak lama diketahui bahwa asam dan basa dapat saling menetralkan dan dapat
membentuk senyawa berupa garam dan air. Sifat yang berkaitan dengan asam
yaitu rasanya yang asam, rasa seperti tertusuk jarum apabila terkena kulit.
Kemampuan yang dimiliki asam yaitu, dapat melarutkan sebagian besar dari
logam , dapat melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Sedangkan
basa memiliki rasa pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak
ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik
asam maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari unsur
pokok tanaman tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari sebangsa tumbuhan lumut.
Dalam larutan asam lakmus ini akan berwarna mmerah dan lakmus akan tetap
berwarna biru jika dalam larutan yang bersifat basa. (Jamilatur Rohmah, 2020).
2.4 Titrasi
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak tepat sama dengan titik ekuivalen (≤ 0,1%), disebabkan oleh kelebihan titran
indikator berekasi dengan analit tau indikator berekasi dengan titranm diatasi
dengan titrasi larutan blangko. Larutan blangko larutan yang terdiri atas semua
pereaksi kecuali analit (Jamilatur Rohmah., 2020)
pH larutan tergantung dari harga Ka dab Kb. Bila Ka,Kb bersifat larutan
asam, Bila Kb>Ka larutan bersifat basa. (Sutresna, 2008)
Menurut (Sutresna, 2008) Titrasi asam basasebagai berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
2. Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
3. Misalnya HCl(aq) +NaOH(Aq) —- > NaCl(aq) +H2O (l) (Reaksi
revesible)
4. Titrasi asam lemah dan basa kuat
4.1 Hasil
V H2 C2 O4 N H2C2 O4
N1 NaOH =
V NaOH
0,015 0,1 N
=
0,0136
= 0,110 N
V H2 C2 O4 N H2 C2 O4
N2 NaOH =
V NaOH
0,015 0,1 N
=
0,0155
= 0,096 N
= 2,71%
= 2,71%
Berikut adalah reaksi yang terjadi saat mineral karbonat bereaksi dengan
asam kuat seperti HCl dalam uji asam:
1) Untuk kalsit (CaCO3):
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
2) Untuk dolomit (CaMg(CO3)2):
CaMg(CO3)2(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + MgCl2(aq) + H2O(l) +
2CO2(g)
Kedua reaksi tersebut menghasilkan gas CO2 yang terlihat sebagai
gelembung saat uji asam dilakukan pada mineral karbonat.
10. Prinsip Titrasi Asam-Basa dalam Analisis Alkalimetri Tape
Ketan dengan Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat
Prinsip titrasi asam-basa dalam analisis alkalimetri tape ketan dan reaksi
pengendapan mineral karbonat saat melakukan uji asam memiliki perbedaan
prinsip dan aplikasi yang signifikan dalam bidang geologi. Berikut adalah
perbandingan antara keduanya:
A. Prinsip:
1) Titrasi Asam-Basa (Alkalimetri Tape Ketan): Prinsip utama titrasi asam-
basa adalah mengukur volume larutan yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen di mana jumlah mol asam setara dengan jumlah mol basa.
Ini mencerminkan reaksi netralisasi antara asam dan basa.
2) Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat saat Uji Asam: Prinsip utama
reaksi pengendapan mineral karbonat adalah mengamati pembentukan
endapan atau gas yang timbul saat asam bereaksi dengan mineral
karbonat. Ini mencerminkan reaksi kimia di mana asam mengubah
mineral karbonat menjadi garam dan gas CO2.
B. Persamaan dan Perbedaan:
1) Persamaan:
a) Kedua proses melibatkan penggunaan larutan asam, seperti HCl, dan
melibatkan reaksi dengan senyawa kimia tertentu.
b) Kedua proses menghasilkan perubahan yang dapat diamati, baik dalam
bentuk perubahan warna (pada alkalimetri) atau pembentukan gas (pada
uji asam mineral karbonat).
2) Perbedaan:
a) Tujuan: Alkalimetri bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa dalam larutan, sedangkan uji asam pada mineral karbonat bertujuan
untuk mengidentifikasi keberadaan mineral karbonat dalam sampel.
b) Metode Pengukuran: Alkalimetri mengukur volume larutan yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen, sementara uji asam mineral
karbonat melibatkan pengamatan visual terhadap pembentukan endapan
atau gas.
c) Aplikasi: Alkalimetri banyak digunakan dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa dalam larutan, sementara uji
asam mineral karbonat lebih umum dalam bidang geologi untuk
identifikasi mineral dalam sampel batuan.
11. Kondisi Lingkungan Pengendapan yang Mendukung
Pembentukan Mineral Karbonat
Mineral karbonat, seperti yang ditemukan dalam batugamping atau batu
kapur, terbentuk melalui proses pengendapan di lingkungan yang khusus.
Beberapa faktor lingkungan yang mendukung pembentukan mineral karbonat
diantaranya yaitu:
1) Suhu yang hangat hingga sedang mendukung pembentukan mineral
karbonat. Lingkungan laut yang relatif hangat, terutama di perairan
dangkal, memfasilitasi proses ini.
2) Kondisi pH yang netral hingga sedikit basa mendukung pembentukan
karbonat. Air laut memiliki pH yang cenderung basa, yang
memungkinkan reaksi kimia antara ion-ion karbonat dan kalsium.
3) Kehadiran ion-ion seperti kalsium (Ca²⁺) dan karbonat (CO₃²⁻) dalam air
laut sangat penting. Ketika air laut menguap atau mengalami penguapan,
ion-ion ini bereaksi dan membentuk mineral karbonat.
4) Lingkungan laut yang kaya akan organisme seperti karang, foraminifera,
dan alga juga berperan dalam pembentukan batugamping. Organisme ini
mengeluarkan karbonat kalsium sebagai bagian dari proses hidup mereka,
yang kemudian mengendap dan membentuk batuan karbonat.
5) Kehadiran oksigen dalam air laut mempengaruhi proses pengendapan.
Oksigen memfasilitasi reaksi kimia yang mengubah ion-ion karbonat
menjadi mineral karbonat.
Jadi, lingkungan laut yang hangat, dengan pH netral hingga sedikit basa,
serta keberadaan ion-ion kalsium dan karbonat, mendukung pembentukan mineral
karbonat dalam batugamping atau batu kapur.
12. Cara Data Mineral Karbonat Digunakan Dalam Eksplorasi
Sumber Daya Hidrokarbon!
Keberadaan mineral karbonat dalam batuan dapat memberikan petunjuk
penting tentang potensi cadangan minyak atau gas bumi di suatu daerah. Berikut
adalah beberapa cara di mana data mineral karbonat dapat digunakan dalam
eksplorasi sumber daya hidrokarbon:
1) Indikator Batuan Reservoir, Batuan karbonat, seperti batu kapur dan
dolomit, sering kali berfungsi sebagai reservoir potensial untuk minyak
dan gas bumi. Kehadiran mineral karbonat dalam batuan menunjukkan
adanya batuan yang mungkin mengandung sumber daya hidrokarbon.
Oleh karena itu, identifikasi dan analisis mineral karbonat dapat
membantu dalam penentuan lokasi potensial untuk pengeboran minyak
dan gas.
2) Karstifikasi, Batuan karbonat rentan terhadap proses karstifikasi, di mana
air yang mengandung asam karbonat mengikis batuan, membentuk gua,
celah, dan terowongan bawah tanah. Zona karstifikasi dapat menjadi
tempat akumulasi minyak dan gas, karena struktur poros dan permeabel
yang dihasilkan dari proses ini dapat berfungsi sebagai reservoir alami
untuk hidrokarbon.
3) Pemetaan Struktur Geologi, Analisis mineral karbonat dapat membantu
dalam pemetaan struktur geologi di bawah permukaan, termasuk lipatan,
sesar, dan cekungan sedimentasi. Struktur geologi ini sering menjadi
tempat akumulasi hidrokarbon, dan keberadaan mineral karbonat dalam
batuan dapat memberikan petunjuk tentang karakteristik dan distribusi
potensial sumber daya hidrokarbon.
4) Analisis Fluida Reservoir, Mineral karbonat juga dapat memberikan
petunjuk tentang komposisi fluida dalam reservoir hidrokarbon. Studi
petrofisika dan geo-kimia dapat dilakukan pada mineral karbonat untuk
memahami sifat-sifat fluida yang terperangkap dalam pori-pori dan
rekahan batuan karbonat.
4.3 Analisis Kualitatif
5.1 Kesimpulan
\
LAMPIRAN
Gambar 5 Warna larutan akan berubah dari bening menjadi merah muda
Gambar 6 Ketan hitam di pisahkan dari filtrat lalu di masukkan ke dalam gelas kimia
Gambar 7 Memasukkan air tape ketan hitam sebanyak 15 mL kedalam Erlenmeyer