Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


ACARA 1: ALKALIMETRI

LAPORAN

ISWAR PUTRA PRATAMA


D061221072

GOWA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kimia merupakan ilmu tentang materi, sifatnya, strukturnya, perubahan/reaksinya


serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia secara khusus dibagi menjadi
beberapa bidang utama, yaitu: kimia analisis, kimia organik, kimia anorganik, kimia
fisik, dan biokimia. Khusus untuk kimia analisis atau kimia analitik yang mempelajari
dan menggunakan instrument dan metode yang digunakan untuk memisahkan,
mengidentifikasi, dan mengukur materi. Dalam praktiknya,pemisahan, identifikasi
dan kuantifikasi dapat merupakan keseluruhan analisi digabungkan dengan metode
lain. Analisi kualitatif mengidentifikasi analit, sedangkan analisis kuantitatif
menentulkan jumlah numerik atau konsentrasi. Salah satu materi yang dipelajari pada
kimia analitik adalah alkalimetri. Titrasi adalah poses mengukur volme larutan yang
terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui
volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh
peraksi atau larutan yang konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses
pembuatannya secara langsung dari zat padatnya. Asidimetri adalah pengukuran
konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam, sedangkan alkalimeteri
adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa. Oleh
sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.Titik dalam titrasi di mana
titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa
yang ditentukan disebut titik ekivalen. Titik ini sering itandai dengan perubahan
warna senyawa yang disebut indikator. Pada percobaan kali ini, kita akan
mempelajari tentang alkalimetri melalui proses titrasi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari percobaan kali ini adalah praktikan mampu menganalisis kadar
Asam Asetat dan cuka dengan menggunakan metode Alkalimetri.

Adapun tujuan percobaan adalah menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam
dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.

1.3 Alat dan Bahan


1. Buret 50 mL 1 buah
2. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
3. Neraca analitik 1 buah
4. Pipet volum 10 mL 1 buah
5. Bulb 1 buah
6. Pipet tetes 1 buah
7. Labu ukur 100 mL 1 buah
8. Corong 1 buah
9. Statif dan klem 1 buah

1.4 Prosedur praktikum


a. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat (C2H204) 0,1 N
- Asam oksalat ditimbang sebanyak 6,3035
- Dilarutkan dengan Aquades di dalam gelas kimia hingga larut
- Asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL dengan Aquades
- Dihimpit hingga tanda batas
b. Pembakuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku primer Asam
Oksalat
- Buret dicuci dengan larutan NaOH yang akan digunakan
- Buret diidi dengan larutan NaOH yang akan dibakukan hingga tanda batas
- Baku asam dimasukkan ke Erlenmeyer sebanyak 15 mL
- Ditambahkan Indikator PP sebanyak 2 tetes
- Larutan asam oksalat yang telah dipipet ke dalam Erlenmeyer kemudian
dititrasi setetes demi setetes sampai terjadi perubahan warna
c. Penentuan asam asetat dalam cuka
- Dipipet larutan cuka sebanyak 5 mL ke dalam labu ukur 100 mL
- Diencerkan dengan Aquades hingga tanda batas labu
- Dipipet larutan cuka sebanyak 15 mL yang telah diencerkan dan
ditambahkan indicator PP sebanyak 2 tetes
- Larutan cuka dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret yang telah
dibakukan
- Larutan sampel ditittrasi setetes demi setetes sampai terjadi perbuahan
warna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pengertian
Analisis kuantitatif adalah analisis penetapan jumlah suatu zat tertenti didalam suatu
larutan sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan identifikasizat kimia Titrasi
merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengankonsentrasi yang telah
diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkapdengan larutan yang
konsentrasinya belum diketahui sebelumnya . Titrasi umumnya digunakan untuk
pembakuan atau standardisasi padalarutan baku sekunder, seperti NaOH dan HCl
dengan menggunakan larutan baku primer, seperti asam oksalat, NaCl, atau larutan
baku sekunder yangtelah dilakukan standardisasi terlebih dahulu menjadi larutan
baku primer Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator
buatan.Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau metil
Orange (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai indikator basa (.
Indikator alami dapat dibuat dari bagian- bagian tumbuhan yang berwarna, seperti
kunyit, kelopak bunga sepatu, kolungu, karamunting, daun bayam merah, dan bunga
bugenvil Titrasi merupakan suatu metode penetapan kadar suatu larutan
denganmenggunakan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Suatularutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan secara bertahap
kelarutan yang telah diketahui konsentrasinya Proses titrasi digunakan dalam
penentuan analisis banyak, termasukmelibatkan reaksi asam basa. Indikator adalah
zat yang digunakan untuk inyal ketika titrasi telah sampai di titik dimana
kesetimbangan antara titransebagai larutan baku sekunder dan analit sebagai larutan
baku primer adalahsama. Keadaan ini disebut juga titik ekivalen yang ditandai
dengan perubahanwarna pada larutan. Reaksi yang menggunakan titrasi pada asam
dan basamenghasilkan garam dan air disebut juga proses netralisasi Asidimetri
berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari kataaad yang berarti asam
sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu, proses, seni
mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwaasidimetri adalah pengukuran jumlah
asam atau pengukuran dengan asamuntuk menentukan basa. Titrasi asidimetri-
alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan reaksi asam basa
(Padmaningrum, 2006). Menurut pengertian lain, alkalimetri dapat diartikan sebagai
suatu titrasi dengan larutanstandar basa untuk menentukan asam Alkalimetri
merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi,yaitu reaksi anatara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan air hidroksidayang berasal dari basa yang
membentuk molekul air. Oleh sebab itu,alkalimetri dapat didefinisikan sebagai
metode untuk menetapkan kadar asamdari suatu sampel dengan menggunakan larutan
basa yang sesuai
Titrimetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang berkaitan dengan
pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan. Alkalimetri adalah
metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang direaksikan
dengan larutan baku bersifat basa. Antasida merupakan obat yang dapat digunakan
untuk mengatasi gangguan lambung akibat dari produksi asam lambung yang
berlebih. Kandungan zat aktifnya adalah campuran dari magnesium hidroksida dan
aluminium hidroksida yang merupakan basa lemah sehingga bereaksi dengan asam.
Alkalimetri merupakan suatu metode volumetrik dengan prinsip reaksi penetralan
asam basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat
basa dengan menggunakan baku asam. Magnesium hidroksida dan Alumunium
hidroksida bersifat basa lemah yang dapat dititrasi dengan larutan standar yang
bersifat basa kuat. Pada penetapan kadar ini menggunakan metode alkalimetri
secara tidak langsung. Alkalimetri secara tidak langsung yaitu kelebihan asam
klorida dititrasi dengan natrium hidroksida dimana untuk melihat titik akhir
titrasinya indikator yang dipakai adalah fenolftalein, karena jangkauan pH dari
fenolftalein adalah 8,0 – 9,6 ditujukkan dengan adanya perubahan warna dari tidak
berwarna sampai warna merah muda. Larutan standar yang digunakan pada
titrasi Alkalimetri ini adalah Natrium Hidroksida. Indikator diperlukan dalam
metode ini untuk menentukan titik akhir titrasi. Untuk asam-asam lemah dengan
larutan standar basa kuat pH titik kesetaraan terletak di atas. Titrasi atau disebut
juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering
digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi
didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
a A + b B hasil reaksi dimana : A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi,
a dan b jumlah mol dari A dan B. Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara
menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan
standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk
bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan
indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan


yang harus diperhatikan, seperti ;
a. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak
terjadi reaksi samping.
b. Reaksi harus berlangsung secara cepat.
c. Reaksi harus kuantitatif
d. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
perubahannya).
e. Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.
Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam
titrasi yaitu :
a. Titrasi asam basa
b. Titrasi pengendapan
c. Titrasi kompleksometri
d. Titrasi oksidasi reduksi
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat
digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- mempunyai kemurnian yang tinggi
- mempunyai rumus molekul yang pasti
- tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang
- larutannya harus bersifat stabil
- mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi
Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut di atas disebut larutan standard
primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan
digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan
standard primer.

Istilah asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam),yang berkaitan dengan kata
acer (tajam) dan acetum (cuka). Cukamerupakan larutan dari asam asetat. Dan untuk
istilah alkali (basa)berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang berarti abu dari suatu
tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam danpadang pasir. Sumber
dari kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah sejak lama diketahui bahwa
asam dan basa dapat saling menetralkan dan dapat membentuk senyawa berupa
garam dan air. Sifat yang berkaitan dengan asam yaitu rasanya yang asam, rasa
seperti tertusuk jarum apabila terkena kulit. Kemampuan yang dimiliki asam yaitu,
dapat melarutkan sebagian besar dari logam ,dapat melarutkan batu kapur dan
mineral karbonat lainnya.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak
ditemukan pada sabun dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik asam
maupun basa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari unsur pokok
tanaman tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari sebangsa tumbuhan lumut. Dalam
larutan asam lakmus ini akan berwarna mmerah dan lakmus akan tetap berwarna biru
jika dalam larutan yang bersifat basa. Terdapat beberapa teori yang mencoba
menjelaskan tentang asam basa diantaranya yaitu :
Antoine Lavoisier (1777). Mengemukakan bahwa semua
dari asam mengandung O₂(oksigen).

Humphry Davy(1810). Mengemukakan bahwa unsur dalam


asam bukan oksigen tetapi hidrogen, yang ditunjukkan oleh asam
hidrokhlorik yang mengandung hanya atom H dan Cl tanpa ada O.
Svante Arrhenius(1884). Berdasarkan teori tentang penguraian elektrolisis, bahwa
terdapat dua macam larutan elektrolit (larutan dalam air). Dua macam larutan
elektrolit tersebut yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Disebut dengan elektrolit
kuat apabila zat tersebut terlarut terurai sempurna (terionisasi) di dalam air,
sedangkan apabila disebut dengan elektrolit lemah jika hanya sedikit sekali senyawa
yang terionisasi. Menurut Arrhenius, asam merupakan senyawa yang jika terurai akan
menghasilkan ion hidrogen(H⁺). Contohnya :

Sedangkan basa merupakan senyawa yang jika terdisosiasi menghasilkan ion OH⁻ ,
contohnya :
Reaksi yang terjadi antara larutan asam dan basa disebut dengan reaksi netralisasi
serta dapat dinyatakan dengan persamaan ionik, sebagai berikut :

Dari data di atas, Teori Arrhenius mengemukakan bahwa reaksi netralisasi


melibatkan penggabungan hidrogen dan ion hidroksida yang akan membentuk air.

Keterbatasan Teori Arrhenius. Keberhasilan teori ini mengenai asam dan basa namun
juga memiliki keterbatasan yang sangat penting. Salah satunya yaitu tentang basa
lemah amonia, NH₃. Menurut teori Arrhenius, senyawa dapat dikatakan basa jika
mengandung OH⁻ tetapi senyawa NH₃ tidak mengandung OH⁻. Untuk
menanggulangi keadaan ini, teori dari Arrhenius ini mengemukakan bahwa dalam
larutan air NH₃ membentuk senyawa amonium hidroksida (NH₄OH), yang
selanjutnya akan terurai sebagai basa lemah menjadi NH₄⁺ dan OH⁻. Reaksinya
sebagai
berikut :
Dari permasalahan di atas sebenarnya senyawa NH₄OH tidak nyata. Tampaknya dari
penjelasan Arrhenius mengenai asam dan basa, ia tidak mempertimbamngkan peran
penting dari pelarut dalam penguraian zat terlarut.

2.2 Titasi asam basa


Titrasi Asam Basa. Reaksi ini memiliki titik akhir titrasi yang perubahan warna nya
cukup tajam dan mudah untuk diamati secara visual. Oleh karena itu, penambahan
indikator sangat diperlukan dalam setiap proses titrasi. Indikator memiliki warna
berbeda pada lingkungan pH yang berbeda, oleh sebab itu, indikator membantu
perubahan warna pada saat titik akhir titrasi berlangsung. Selama proses titrasi
berlangsung pH larutan sedikit demi sedikit berubah secara signifikan sampai
mencapai titik akhir titrasi. Kurva Titrasi Asam Basa. Kurva titrasi dibuat untuk
mengetahui perubahan pH larutan terhadap volume penitrasi. Pada kurva titrasi inilah
dapat dengan mudah mengamati perkembangan perubahan pH pada larutan sebelum
tercapainya titik ekivalen dan adanya perubahan warna pada larutan saat penambahan
sedikit demi sedikit volume penitrasi. Untuk titrasi asam lemah perubahan pH pada
titik ekivalen kurang nyata dibandingkan dengan titrasi asam kuat. Perubahan pH
pada larutan terkait dengan perubahan warna pada indikator dan penentuan titik akhir
titrasi. Pemilihan indikator yang tepat akan menghasilkan tingkat ketajaman warna
yang baik pula. Pemilihan indikator menjadi faktor penting dalam memperoleh data
kuantitatif analit dengan tingkat validitas yang tinggi.

pH selama titrasi. Selama proses titrasi penghitungan pH merupakan upaya yang


penting untuk merealisasikan pemilihan indikator. pH yang sebelumnya telah
diketahui di bandingkan dengan volume penitrasi yang akan digunakan untuk
membentuk kurva titrasi. Urutan langkah ini yaitu:
- Menghitung pH larutan awal (asam,basa atau garam)
- Menghitung pH larutan selama titrasi sampai sebelum titik
ekivalen tercapai
- Menghitung pH pada saat titik ekivalen
- Menghitung pH setelah tercapai titik ekivalen

2.3 Indikator Titrasi


Indikator merupakan larutan yang ditambahkan pada titrasi asam maupun basa yang
berguna untuk melihat adanya perubahan warna pada titran yang menunjukkan titik
akhir titrasi telah tercapai. Pemilihan indikator untuk setiap larutan sangatlah penting
untuk membantu keberhasilan titrasi yang telah dilakukan. Pemilihan indikator yang
tidak sesuai akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir
titrasi seperti perubahan warna yang tidak sesuai dengan prosedur atau tidak adanya
perubahan warna yang terjadi. Pemilihan indikator yang akan digunakan dalam titrasi
asam basa harus memperlihatkan trayek pH indikator tersebut. Menurut Ostwald
indikator asam basa adalah suatu asam atau basa organik lemah yang mempunyai
warna berbeda dalam bentuk molekul dan ionnya pada keadaan kesetimbangan.
Dalam kata lain indikator itu larutan yang membuat antara titran dan analit berubah
menjadi pH yang seimbang. Misalnya terdapat indikator asam lemah yang berwarna
merah(HIn) karena bentuk molekul dari HIn berwarna merah,sedangkan bentuk
terionisasinya berwarna kuning. Perubahan warna merah dari HIn menjadi warna
kuning (In⁻) terjadi pada kisaran pH tertentu. Ketelitian seseorang dalam melihat
perubahan warna tersebut menjadi salah satu hal yang diperhatikan. Sebelum terjadi
perubahan warna tersebut, terjadi transisi antara warna merah(HIn) dan warna
kuning(In⁻) kemungkinan transisi warna yang terjadi yaitu warna orange. Umunya
hanya satu warna yang akan terlihat, yaitu Ketika [In⁻] dan [HIn] adalah 10 : 1.
Dengan demikian hanya warna dengan konsentrasi yang paling tinggi yang akan
terlihat. Sebagai contoh jika hanya warna kuning yang terlihat maka konsentrasi
[In⁻]/[HIn] = 10/1, sehingga jika dimasukkan ke persamaan Henderson-Hasselbalch
diperoleh:

Jadi terjadinya perubahan pH pada indikator dari satu warna ke warna yang lain
terjadi pada pH berkisar antara pKa-1 sampai dengan pKa+1. Pada titik tengah atau
saat terjadi transisi warna, maka konsentrasi [In⁻] akan sama dengan [HIn]. Oleh
sebab itu pH = pKa. Maka dari itu jarak antara perubahan warna indicator satu ke
warna lain merupakan trayek perubahan warna indicator yang nilainya mencakup dua
satuan pH.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

Pada percobaan ini, ada tiga percobaan yang dilakukan yaitu yang pertama
pembakuan larutan baku primer asam oksalat 0,1 N dengan berat oksalat sebanyak
6,3035 gram dan volume asam oksalat sebanyak 1000 mL. percobaan kedua yaitu
pembakuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 dengan larutan baku primer Asam oksalat.
Percobaan ketiga yaitu asam asetat dalam cuka.
Pada percobaan kedua , dilakukan 2 kali percobaan. asam oksalat dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan indicator PP. kemudian asam oksalat di
tetesi dengan dengan NaOH yang berada di dalam buret setetes demi setetes hingga
mengalami perubahan warna menjadu merah muda.
Pada percobaan ketiga, asam cuka dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian
ditetesi dengan indicator PP. kemudian asam cuka di tetesi dengan NaOH yang
berada dalam buret setetes demi setetes hingga mengalami perubahan warna menjadi
warna merah muda.

3.1 Hasil
Hasil dari percobaan kedua dan ketiga adalah
1. Asam oksalat dengan volume 15 mL yang telah ditetesi dengan indicator PP
berubah warna menjadi warna merah muda Ketika ditetesi dengan NaOH
pada volume 8,6 mL. pada percobaan yang kedua, asam oksalat berubah
warna Ketika ditetesi NaOH pada volume 9,3 mL.
2. Asam cuka dengan volume 17,5 mL yang telah ditetesi dengan indicator PP
berubah menjadi warna merah muda Ketika ditetesi dengan NaOH pada
volume 2,5

BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan kali ini adalah larutan asam asetat dan asam cuka
akan berubah warna menjadi warna merah Ketika ditetesi dengan NaOH yang berada
dalam buret. Perubahan warna terjadi karena larutan tersebut menjadi asam.

4.2 Saran
4.2.1 Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium yaitu tetap menjaga kebersihan dan kerapian yang ada
di laboratorium

4.2.3 Saran untuk asisten


Saran untuk asisten yaitu selalu mendampingi praktikan Ketika percobaan dan
senantiasa mengawasi apabila ada kesalahan saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Nur Santi (2021) Alkalimteri Universitas Diponegoro

Adam wirawan Dkk (2008) Kimia Analitik Jakarta Direktorat pembinaan sekolah
Menengah kejuruan

Jumilator dan Setiyo Chylen 2020 kimia analisis Sidoarjo UMSIDA Press

Stefanus Jonathan (2018) Laporan asadimetrti-alkalimetri Bandung Universitas


Padjajaran
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai