PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
1.5.2.1Tahap Persiapan
1.5.2.2Tahapan Praktikum
Asam berasal dari bahasa latin yaitu acidus (asam), yang berkaitan dengan
kata acer (tajam) dan acetum (cuka). Cuka merupakan larutan dari asam asetat.
Dan untuk istilah alkali (basa) berasal dari bahasa Arab yaitu al-qali yang berarti
abu dari suatu tanaman yang ada kaitannya dengan daerah rawa garam dan padang
pasir. Sumber dari kata basa yaitu abu hasil pembakaran kayu. Sudah sejak lama
diketahui bahwa asam dan basa dapat saling menetralkan dan dapat membentuk
senyawa berupa garam dan air. Sifat yang berkaitan dengan asam yaitu rasanya
yang asam, rasa seperti tertusuk jarum apabila terkena kulit. Kemampuan yang
dimiliki asam yaitu, dapat melarutkan sebagian besar dari logam , dapat
melarutkan batu kapur dan mineral karbonat lainnya. Sedangkan basa memiliki
rasa pahit dan licin. Sifat dasar dari basa ini yaitu banyak ditemukan pada sabun
dan zat pembersih peralatan rumah tangga lainnya. Baik asam maupun basa
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi warna dari unsur pokok tanaman
tertentu. Misalnya, lakmus berasal dari sebangsa tumbuhan lumut. Dalam larutan
asam lakmus ini akan berwarna mmerah dan lakmus akan tetap berwarna biru jika
dalam larutan yang bersifat basa. (Jamilatur Rohmah, 2020).
2.3 Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Jamilatur Rohmah.,
2020)
Dalam analisis asam basa, titrasi akan melibatkan epngukuran yang
seksama volumena suatu asam dan suatu absa yang tepat aakan saling
menetralkan. Rekasi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri melibatkan titrasi
asambasa atau basayang terbentuk karena hodrolisis garamm yang berasal dari
asam lemah dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam bebas yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa
standar (Alkalimetri). Reaksi- rekasi ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogen
dan ion hidroksida untu membentuk air (Jamilatur Rohmah., 2020)
Pada saat perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator berubah
warna saat titik ekuivalen. Pada asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir
titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekkuivalen digunakan indikator. Saat
perubahan warna terjadim saat ituv disebut titik akhir titirasi (Jamilatur Rohmah.,
2020)
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi
tidak tepat sama dengan titik ekuivalen (≤ 0,1%), disebabkan oleh kelebihan titran
indikator berekasi dengan analit tau indikator berekasi dengan titranm diatasi
dengan titrasi larutan blangko. Larutan blangko larutan yang terdiri atas semua
pereaksi kecuali analit (Jamilatur Rohmah., 2020)
pH larutan tergantung dari harga Ka dab Kb. Bila Ka,Kb bersifat larutan
asam, Bila Kb>Ka larutan bersifat basa. (Sutresna, 2008)
Menurut (Sutresna, 2008) Titrasi asam basasebagai berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
2. Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
3. Misalnya HCl(aq) +NaOH(Aq) —- > NaCl(aq) +H2O (l) (Reaksi revesible)
4. Titrasi asam lemah dan basa kuat
2.4 Kurva Titrasi
indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi
telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan
warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH (Indira, C. 2015).
Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut
tirant dari buret ke suatu flask yang berisi sampel dan disebut analit. Berhasilnya
titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat mendeteksi titik
stoikiometri. Pada titik tersebut, jumlahmol dari H3O+ dan OH- yang ditambahkan
sebagai titrant adlah sama dengan jumlah mol dari OH- atau H3O+ yang terdapat
dalam analit. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan air. Larutan
tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung didalamnya, dan basa
apabila ion basa yang terkandung didalamnya Misalkan menentukan molaritas dari
suatu larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya. Kita bisa menentukan
konsentrasi HCl tersebut melalui suatu prosedur yang disebut titrasi, dimana kita
menetralisasi suatu asam dengan suatu basa yang telah diketahui konsentrasinya.
Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah
ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti
penolftalein, kedalam larutan asam. Dalam larutan asam, penolftalein tidak
berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya
telah diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita
bisa mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika penolftalein dalam
larutan berubah warna menjadi merah muda.Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari
volume yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi
asam (Indira, C. 2015)
Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini adalah sebagai berikut:
4.1 Hasil
V H2 C2 O4 N H2C2 O4
N1 NaOH =
V NaOH
0,015 0,1 N
=
0,0136
= 0,110 N
V H2 C2 O4 N H2 C2 O4
N2 NaOH =
V NaOH
0,015 0,1 N
=
0,0155
= 0,096 N
C. Penentuan kadar sampel Asam Asetat (CH3COOH)
Indikator yang digunakan : NaOH dan Indikator PP
Perubahan warna yang terjad : Merah muda
= 2,71%
= 2,71%
Berikut adalah reaksi yang terjadi saat mineral karbonat bereaksi dengan
asam kuat seperti HCl dalam uji asam:
1) Untuk kalsit (CaCO3):
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
2) Untuk dolomit (CaMg(CO3)2):
CaMg(CO3)2(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + MgCl2(aq) + H2O(l) + 2CO2(g)
Kedua reaksi tersebut menghasilkan gas CO2 yang terlihat sebagai
gelembung saat uji asam dilakukan pada mineral karbonat.
10. Prinsip Titrasi Asam-Basa dalam Analisis Alkalimetri Tape
Ketan dengan Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat
Prinsip titrasi asam-basa dalam analisis alkalimetri tape ketan dan reaksi
pengendapan mineral karbonat saat melakukan uji asam memiliki perbedaan
prinsip dan aplikasi yang signifikan dalam bidang geologi. Berikut adalah
perbandingan antara keduanya:
A. Prinsip:
1) Titrasi Asam-Basa (Alkalimetri Tape Ketan): Prinsip utama titrasi asam-
basa adalah mengukur volume larutan yang diperlukan untuk mencapai
titik ekivalen di mana jumlah mol asam setara dengan jumlah mol basa. Ini
mencerminkan reaksi netralisasi antara asam dan basa.
2) Reaksi Pengendapan Mineral Karbonat saat Uji Asam: Prinsip utama
reaksi pengendapan mineral karbonat adalah mengamati pembentukan
endapan atau gas yang timbul saat asam bereaksi dengan mineral karbonat.
Ini mencerminkan reaksi kimia di mana asam mengubah mineral karbonat
menjadi garam dan gas CO2.
B. Persamaan dan Perbedaan:
1) Persamaan:
a) Kedua proses melibatkan penggunaan larutan asam, seperti HCl, dan
melibatkan reaksi dengan senyawa kimia tertentu.
b) Kedua proses menghasilkan perubahan yang dapat diamati, baik dalam
bentuk perubahan warna (pada alkalimetri) atau pembentukan gas (pada
uji asam mineral karbonat).
2) Perbedaan:
a) Tujuan: Alkalimetri bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam atau
basa dalam larutan, sedangkan uji asam pada mineral karbonat bertujuan
untuk mengidentifikasi keberadaan mineral karbonat dalam sampel.
b) Metode Pengukuran: Alkalimetri mengukur volume larutan yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen, sementara uji asam mineral
karbonat melibatkan pengamatan visual terhadap pembentukan endapan
atau gas.
c) Aplikasi: Alkalimetri banyak digunakan dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentrasi asam atau basa dalam larutan, sementara uji asam
mineral karbonat lebih umum dalam bidang geologi untuk identifikasi
mineral dalam sampel batuan.
11. Kondisi Lingkungan Pengendapan yang Mendukung
Pembentukan Mineral Karbonat
Mineral karbonat, seperti yang ditemukan dalam batugamping atau batu
kapur, terbentuk melalui proses pengendapan di lingkungan yang khusus.
Beberapa faktor lingkungan yang mendukung pembentukan mineral karbonat
diantaranya yaitu:
1) Suhu yang hangat hingga sedang mendukung pembentukan mineral
karbonat. Lingkungan laut yang relatif hangat, terutama di perairan dangkal,
memfasilitasi proses ini.
2) Kondisi pH yang netral hingga sedikit basa mendukung pembentukan
karbonat. Air laut memiliki pH yang cenderung basa, yang memungkinkan
reaksi kimia antara ion-ion karbonat dan kalsium.
3) Kehadiran ion-ion seperti kalsium (Ca²⁺) dan karbonat (CO₃²⁻) dalam air
laut sangat penting. Ketika air laut menguap atau mengalami penguapan,
ion-ion ini bereaksi dan membentuk mineral karbonat.
4) Lingkungan laut yang kaya akan organisme seperti karang, foraminifera,
dan alga juga berperan dalam pembentukan batugamping. Organisme ini
mengeluarkan karbonat kalsium sebagai bagian dari proses hidup mereka,
yang kemudian mengendap dan membentuk batuan karbonat.
5) Kehadiran oksigen dalam air laut mempengaruhi proses pengendapan.
Oksigen memfasilitasi reaksi kimia yang mengubah ion-ion karbonat
menjadi mineral karbonat.
Jadi, lingkungan laut yang hangat, dengan pH netral hingga sedikit basa,
serta keberadaan ion-ion kalsium dan karbonat, mendukung pembentukan mineral
karbonat dalam batugamping atau batu kapur.
12. Cara Data Mineral Karbonat Digunakan Dalam Eksplorasi
Sumber Daya Hidrokarbon!
Keberadaan mineral karbonat dalam batuan dapat memberikan petunjuk
penting tentang potensi cadangan minyak atau gas bumi di suatu daerah. Berikut
adalah beberapa cara di mana data mineral karbonat dapat digunakan dalam
eksplorasi sumber daya hidrokarbon:
5.1 Kesimpulan
Gambar 5 Warna larutan akan berubah dari bening menjadi merah muda
Gambar 6 Ketan hitam di pisahkan dari filtrat lalu di masukkan ke dalam gelas kimia
Gambar 7 Memasukkan air tape ketan hitam sebanyak 15 mL kedalam Erlenmeyer