Oleh:
18030194066
PKU 18
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Reaksi netralisasi adalah konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia
asam basa. Reaksi netralisasi diawali oleh teori – teori dari ilmuan seperti yang
dikemukakan oleh Arhenius, bronsted lowry dan lewis. Menurut menurut Arhenius,
yaitu teorinya tentang penguraian elektrolitik . dalam larutan berair, menurut
Arhenius, asam terurai menjadi ion ion hidrogen dan anion, dan basa terurai menjadi
ion ion hidroksida dan kation. Menurut Bronsted Lowry asam adalah segala zat yang
dapat memberikan proton, dan basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Perlakuan Bronsted memperjelas bahwa tingkat terurainya suatu asam dalam larutan
tergantung pada kebasaan pelarut.
Salah satu cara dalam menentukan kadar larutan asam basa adalah dengan
melalui proses titrasi asidi – alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena
pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi – alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan
alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam
untuk menentukan basa. Asam asam yang biasanya digunakan adalah HCl, asam
cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari
asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode aside – alkalimetri
menggunakan indicator PP dan methyl jingga, hal ini dilakukan karena jika
menggunakan indicator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jaun dari titik
ekivalen.
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam titrasi asam basa, biasanya orang mempersiapkan larutan asam dan
basa dari konsentrasi yang kira kira diinginkan dan kemudian menstrandarisasikan
salah satunnya dengan standar primer. Larutan yang telah distandarisasi dapat
digunakan sebagai standar skunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan
lainnya.
Zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan tepat dan dilarutkan
dalam sejumlah tertentu pelarut yang sesuai menghasilkan larutan standar primer.
Pada titrasi asam basa umumnya larutan standar sekunder yang digunakan untuk
titran dibuat dengan cara melarutkan atau mengencerkan, kemudian dititrasi dengan
larutan standar primer untuk menetapkan konsentrasinya secara tepat. (Ibnu, 2004)
Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau
basa harus memenuhi syarat syarat untuk analisis titrimetri. Selan itu, standar
utama harus mempunyai karakterisik berikut ini.
1. Harus tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Secara umum, jumlah total pengotor harus tidak melebihi
0,01 sampai 0,02%.
2. Zat harus mudah mengering dan tidak boleh terlalu higroskopis karena hal
itu dapat mengakibatkan air terikut saat penimbangan. Zat tersebut tidak
boleh kehilangan berat saat terpapar udara. Hidrat-hidrat garam umumnya
tidak digunakan sebagai standar utama.
3. Standar utama itu diinginkan memiliki berat ekuivalen yang tinggi untuk
meminimalkan galat akibat kesalahan saat penimbangan.
4. Asam atau basa tersebut lebih disukai yang kuat karena sangat terdisosiasi.
Namun demikian, asam basa lemah dapat digunakan sebagai standar
utama, tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar
tersebut digunakan menganalisis sampel dari asam atau basa lemah. .(Day
dan Underwood, 1998)
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan
larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan asam
basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini salah
satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekivalen.
Reaksi Asam-Basa dapat ditentukan dengan menggunakan metode
Titrimetrik, dimana reaksinya yaitu:
HA + OH- → A- + H2O (analit asam, titran basa)
BOH + H3O+ → B+ + 2H2O (analit basa, titran asam) .(Day dan Underwood,
1998)
Macam – macam titrasi asam basa :
2.4 Indikator
Dalam titrasi asam basa dibutuhkan suatu zat yang dapat menunjukkan titik
akhir titrasi berupa adanya perubahan warna. Zat yang dimaksud disebut sebagai
indikator. Terdapat berbagai macam indikator yang dapat digunakan dalam titrasi
asam basa. Indikator ini tidak bekerja pada satu pH tertentu saja, namun dengan cara
mengubah rentang pH yang sempit. Selain dalam bentuk zat, indikator asam basa pun
dapat berupa kertas. Kertas ini memang merupakan kertas khusus dan diberi nama
kertas lakmus. Kertas lakmus ini ada yang berupa kertas lakmus merah dan biru,
namun ada juga kertas lakmus universal yang langsung dapat ditentukan kisaran pH
larutannya berdasarkan perubahan warna yang diberikan. Zat indikator yang
umumnya digunakan
Menurut Clark (2013) Dalam titrasi asam basa adalah metil jingga dengan
rentang pH 3.1 – 4.4 yang akan menghasilkan warna merah apabila pH dibawah 3.1
dan warna jingga apabila pH di atas 4.4; dan fenolftalein dengan rentang pH 8.3 –
10.00 yang akan memberikan hasil berupa larutan tidak berwarna apabila pH di bawah
8.3 dan menjadi warna rosa apabila pH di atas 10.00. Apabila reaksi terjadi antara
asam kuat dengan basa lemah maka lebih cocok digunakan indikator metil jingga
karena dari reaksi ini didapatkan hasil berupa larutan asam yang sesuai dengan trayek
pH metil jingga. Kemudian untuk reaksi antara asam lemah dengan basa kuat akan
lebih cocok jika digunakan indikator fenolftalein karena dari reaksi ini akan
didapatkan hasil berupa larutan basa dan hal ini sesuai dengan trayek pH fenolftalein
(Stefanus, 2018)
Agar diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, kimiawan dapat
menggunakan bahan kimia, yaitu indicator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran
yang berlebih dengan dengan melakukan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa
saja persis pada titik ekivalen, tetapi juga bisa tidak. Titik dalam titrasi dimana
indicator berubah warnanya disebut titik akhir.tentu saja, titik akhir ini sedekat
mungkin dengan titik ekivalen Reaksi yang dipergunakan untuk titrasi penetralan,
salah satunya adalah reaksi Asam-Basa.(Day dan Underwood, 1998)
Perubahan Warna
(Permanasari, 2001)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
3.3 Prosedur
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1998. Quantitative Analysis (Sixt Edition).
Terjemahan oleh Dr. Ir. Iis Sopyan, M. Eng), Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta : Erlangga.
Ibnu, Sodiq, dkk. 2004. Kimia Analtik I. Malang : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Alur Percobaan
1. Standarisasi Larutan NaOH ±0,1𝑁
0,6323g H2C2O4.2H2O
Reaksi :
10 g Air Jeruk
6. Diulang 3 kali
7. Dihitung kadar asam sitrat dalam air jeruk
Hasil
Reaksi :
C6H8O7(aq) + 3NaOH(aq) Na3C6H5O7(aq) + 3H2O(l)