Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

Materi : POTENSIOMETRI

Oleh :

Kelompok : IV Senin Pagi

Anggota:

Eric Lesmana NIM : 21030116140156

Muhammad Muizzurozaq Nasiha NIM : xxxx

Safira Risqiana NIM : xxx

Laboratorium Dasar Teknik Kimia I

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

Semarang

2016
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Praktikum : Potensiometri


2. Anggota
1. Nama Lengkap : Eric Lesmana
NIM : 21030116140156
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas : Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap : Muhhamad Muizzuroraq Nasiha
NIM :
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas : Universitas Diponegoro
3. Nama Lengkap : Safira Risqiana
NIM : 21030116140163
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas : Universitas Diponegoro

Semarang, ..November 2016


Asisten Laboratorium PDTK I

Afdillah Septian Djati


NIM : 21030115130148
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
bimbingannya kami dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum dasar teknik kimia
dengan materi Potensiometri ini.
Selesainya Laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis berterima kasih kepada :
1. Tuhan YME
2. Asisten Laboratorium Dasar Teknik Kimia materi Potensiometri Afdilla
Septian Djati
3. Orang tua dan keluarga dirumah
4. .
5. .
Laporan resmi praktikum dasar teknik kimia ini berisi tentang materi
potensiometri. Potensiometri adalah metode analisa kuantitatif untuk mengetahui kadar
suatu zat dengan melihat beda potensial saat proses titrasi. Tujuan dari percobaan ini
adalah menentukankadar NaOH dan HCL dalam larutan dengan metode potensiometri,
untuk mendapatkan titik ekivalen pada titrasi asam basa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semarang, .. November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
PRAKATA ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
INTISARI............................................................................................................
SUMMARY ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................
1.2. Tujuan Percobaan...................................................................................
1.3. Manfaat Percobaan.................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ........................................................................................


2.2 Elektroda Pembanding ............................................................................
2.3 Elektroda Indikator..................................................................................
2.4 pH Meter .................................................................................................
2.5 Persamaan Nernst ....................................................................................
2.6 Aplikasi Potensiometri di Bidang Industri ..............................................
2.7 Hubungan Persamaan Nernst dan pH .....................................................
2.8 Pembuatan NaOH dan HCl .....................................................................

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan yang Digunakan ...........................................................


i. Bahan yang Digunakan .....................................................................
ii. Alat yang Digunakan.........................................................................
3.2. Gambar Alat ...........................................................................................
3.3. Keterangan Alat .....................................................................................
3.4. Cara Kerja ..............................................................................................
BAB IV HASIL PERCOBAAN .........................................................................

4.1 Hasil Percobaan .....................................................................................


4.2 Pembahasan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .......................................................................................


5.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN ........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa volumetri (titrasi) merupakan salah satu cara untuk mengetahui kadar
suatu senyawa/unsur dalam sampel. Pada titrasi yang berdasarkan reaksi netralisasi
asam basa, biasanya titik ekivalen ditentukan menggunakan suatu indikator asam
basa, yaitu zat yang mempunyai warna tertentu pada range pH tertentu sehingga
pada saat tercapai titik ekivalen akan timbul perubahan warna.
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia yang berdasarkan pada
pengukuran beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Dengan cara ini
indikator untuk menentukan titik akivalen pada titrasi netralisasi dapat diketahui
dari perubahan potensial pada setiap penambahan volume titran.
1.2 Tujuan Percobaan

2. Menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel dengan metode potensiometri,


berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa) menggunakan grafik dan tabel.
3. Menganalisa fenomena potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi (asam-
basa).
4. Menggambar grafik hubungan volume vs pH larutan, volume vs ΔpH / ΔV ,
volume vs Δ2pH / ΔV2.

1.3 Manfaat Percobaan

1. Dapat menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel dengan metode


potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa) menggunakan grafik dan
tabel.
2. Dapat mengetahui fenomena potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi (asam-
basa).
3. Dapat menggambar grafik hubungan volume vs pH larutan, volume vs ΔpH / ΔV,
volume vs Δ2pH / ΔV2.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Potensiometri adalah suatu cara analisis berdasarkan pengukuran beda
potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Metode potensiometri digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu ion (ion selective electrode), pH suatu larutan, dan
menentukan titik akhir titrasi.
Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah,
(1) elektrode pembanding (refference electrode)
(2) elektroda indikator ( indicator electrode )
(3) alat pengukur potensial

2.2 Elektroda Pembanding


Dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode dengan harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama
sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang diselidiki. Suatu
elektrode yang memenuhi persyaratan di atas disebut elektrode pembanding.
Beberapa contoh elektrode pembanding, (Underwood, AL. & Day, RA.
1990):
1. Elektroda kalomel, yaitu elektroda pembanding berbentuk tabung yang
terbuat dari gelas atau plastik. Pasta Hg/HgCl terdapat di dalam tabung
bagian dalam, yang dihubungkan dengan larutan KCl jenuh melalui lubang
yang sangat kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari setengah sel
lainnya melalui penyekat yang terbuat dari porselen atau asbes berpori.

2. Elektroda perak / perak klorida, yaitu elektroda pembanding yang mirip


dengan elektroda calomel yang terdiri dari suatu elektroda perak yang
dilapisi dengan perak klorida dan dicelupkan kedalam larutan KCl.

2.3 Elektode Indikator (Indicator Electrode)


Pasangan elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga
working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang
sedang diselidiki. Underwood, AL. & Day, RA. (1990), menjelaskan bahwa
elektroda indikator dibagi menjadi dua kategori, yaitu : elektroda logam dan
elektroda membran.
Elektroda logam dapat dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama
(first kind), elektroda jenis kedua (second kind), elektroda jenis ketiga (third
kind).
1. Elektroda jenis pertama adalah elektroda yang langsung
berkeseimbangan dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Contoh,
elektroda tembaga.
2. Elektroda jenis kedua adalah elektroda yang harga potensialnya
bergantung pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari
elektroda membentuk endapan atau ion kompleks yang stabil. Contoh,
elektroda perak untuk analisa halida,

3. Elektroda jenis ketiga adalah elektroda Redoks. Contoh : Elektroda


merkurium_EDTA. Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium
bertindak sebagai elektroda indikator pada reaksi redoks.

Elektroda indikator membran. Sebuah membran membiarkan jenis-jenis ion


tertentu untuk menembusnya, tetapi menahan yang lain. Klasifikasi elektroda
indikator membran ada dua jenis, yaitu elektroda selektif ion dan elektroda selektif
molekul. Contoh indikator membran: elektroda kaca yang digunakan untuk
menetapkan pH.

2.4 pH Meter

pH meter merupakan contoh aplikasi elektroda membran yang berguna


untuk mengukur pH larutan. pH meter dapat juga digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi asam basa pengganti indikator.

Suatu potensial dibangkitkan pada sebuah membran kaca tipis yang


memisahkan dua larutan dengan aktifitas ion hidrogen yang berbeda. Potensial
yang ditimbulkan tergantung pada perbedaan aktifitas ion hidrogen pada setiap sisi
dari membran dan tidak dipengaruhi oleh adanya ion-ion lain di dalam larutan.
Elektroda kaca juga selektif terhadap ion-ion lain dari hidrogen. Alat ini dilengkapi
dengan elektroda kaca dan elektroda kalomel (SCE) atau gabungan dari keduanya
(elektroda kombinasi).

Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan elektroda adalah cairan


dalam elektroda harus selalu dijaga lebih tinggi dari larutan yang diukur. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi larutan elektroda atau penyumbatan
penghubung karena reaksi ion-ion analit dengan ion raksa (I) atau ion perak.

2.5 Persamaan Nernst


Potensiometri adalah metode penetapan kadar suatu zat dengan mengukur
beda potensialnya. Prinsipnya berdasarkan persamaan “Nernst”

E = E0 + (RT/nF)ln a Mn+

Dengan :

Eo = potensial elektroda standar yang konstan dengan logam

P = tetapan gas

T = temperature mutlak

F = tetapan faraday

n = valensi ion

aMn+ = aktivitas ion dengan larutan

persamaan diatas disederhanakan menjadi :

E = E0 + log a Mn+ n 0001983 ,0

Untuk temperatur 25oC (298 K) :

E = E0 + log a Mn+ n 0591 ,0

aMn+ dapat diasumsikan sebagai c Mn+ (konsentrasi ion dengan molar)

2.6 Aplikasi di Bidang Industri

Dalam metode potensiometri, informasi mengenai komposisi yang terdapat


dalam sampel diperoleh melalui perbedaan potensial antara dua elektroda. Metode
ini telah dikenal sejak abad 20 dan penggunaanya menjadi sangat luas sejak 25
tahun belakangan ini dan telah digunakan untuk sejumlah aplikasi analitik yang
dikembangkan dengan menggunakan elektroda selektif ion (ESI) yang sifat
elektroniknya lebih sensitive dan stabil. Potensiometri digunakan dalam bidang
industri seperti analis klorid dalam pulp dan kertas, dibidang control bahan
makanan seperti analisis NO3-, F-, Br-, Ca2+ dalam minumam, susu, daging atau
jus buah.
2.7 Hubungan pH dengan persamaan Nernst

Persamaan Sorensen menyatakan pX= -log[x] sehingga analog hal tersebut,


maka pH= -log[H+] dimana [H+] adalah konsentrasi [H+]. Persamaan nernst
menjelaskan bahwa beda potensial yang dihasilkan oleh elektron kombinan adalah
sebagai berikut:

E =(-RT/nF) ln[H+]

Dimana :

R : Konstanta gas ( Boyle GayLussac)

F : Bilangan Faraday

T : Temperatur

n : valensi

setelah harga-harga tersebut didistribusikan diperoleh persamaan :

E = (198486 . T). log[H+]

=198486T. pH

Dan persamaan tersebut terlihat bahwa tegangan output elektroda


kombinasi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur dan konsentrasi
pH.(Totok,2012)

2.8 Cara pembuatan NaOH dan HCl

2.8.1 HCl

HCl(asam klorida) atau dikenal dengan muriatic acid, adalah larutan


asam dalam air. HCl terdapat dalam fase padat, cair dan gas yang mudah
larut dalam air. Pertama kali ditemukan HCl terjadi saat Benedictine
Mark dan Basil Valentine ditahun 1600an memanaskan garam biasa
dengan H2S. Kemudian, dijaman sekarang HCL mulai diproduksi secara
massal, dimana proses leblanc mampu membuat HClm sebagai hasil
samping contophnya pada proses klorinasi hidrokarbon. Fungsi dari HCl
sendiri beragam, contohnya yaitu :

a. Pembersihan pada logam, industri kimia, polimer, produksi pangan,


dll

b. Pembuatan glukosa dari pati jagung

c. Alat pembersih solder

d. aqua regia untuk pembersihan logam

e. Obat dan reagen laboratorium

Gambar 2.8.1 Process Flow Diagram HCl

Cara pembuatan dari HCl ini pun beragam, ada yaitu :

1. Sintesis dari hidrogen dan klorida

2. Garam dan asam sulfur

3. Produk samping proses kimia

4. Dari sampah organik

5. Larutan asam klorida

Pada proses sintesis dari hidrogen dan klorida paling sering


digunakan bahan dasarnya adalah 20.21 kg H dan 999.21 kg Cln dengan
basis 1000 kg HCL 98% yield. Reaksi yang terjadi adlaah
H2 + Cl 2 HCl ∆H = -48.9 kcals

Proses yang terjadi adalah pembakaaran diruang pembakaran


untuk struktur karbon yang diberi alat pendingin. Untuk memastikan
semua klorin bereaksi ditambahkan klorin berlebih 10% dari bawah ruang
pembakaran. Klorida kering kemudian dipindahkan ke tangki
pembakaran, dan hidrogen dibakar di atmosfir sekitar klorida untuk
menghasilkan HCl. Efek eksotermik alam akan membantu proses
pengikatan H2 dan Cl2 juga menaikkan temperatur dari reagen dan
menunjukkan titik pijarnya. Kemudian reaksi akan terjadi pada suhu
2400oC danpijar berwarna hijau. Kemudian pendinginan akan bekerja
dengan bantuan air, dan juga bagian atas reaktor akan terbuka sebagai
tdempat keluar gas. Gas dari HCl kemudian dialirkan ke air atau larutan
HCl dengan pipa sambung. Kekuatan asamnya akan berkisar 32-33%.
Panas dari HCl di air dihilangkan dengan penyemprotan air dingin dan
larutan HCl dialirkan ke tangki penyimpanan.

Cara lainya adalah garam biasa dan H2SO4. Langkah awal adalah
menaikkan NaCl dan H2SO4 ke tangki pembakaran. Kemudian
diharapkan salah satu komponen berbentuk cair, langkah pertama adalah
mengeluarkan dan menggunakan suhu rendah, setelah itu akan terbentuk
NaHSO4 dan setelah itu pada 400oC NaHSO4 akan menjadi bentuk
lumpur dan dikumpulkan, produk yang terkontaminasi maupun tidak
dikumpulkan ke tangki pendinginan.

Cara lainya adalah sebagai produk sampingan. Lebih dari 90%


HCl saat ini terbentuk dari produk sampingan berbagai reaksi kimia. Dan
mayoritas HCl yang terbentuk kemurniannya kurang tinggi. Contoh
proses samping adalah proses produksi CFC, alifatik dan aromatik,
H3PO4 dan bentuk ester H3PO4.

Cara selanjutnya adalah pembakaran sampah organik, regulasi


yang jelas mengenai sampah kimia mendorong pengembangan untuk
pemanfaatan sampah ini sendiri, dengan cara pembakaran sampah dan
mengembalikan nilai klorida sebagai HCl. Dengan bantuan katalitis
maupun tidak sedang diusahakan untuk terus mengembangkan proses ini.

2.8.2 Pembuatan NaOH dalam pabrik

NaOH juga dikenal sebagai alkali dan soda api merupakan dasar

logam yang sangat pekat atau tajam, yang mana dalam bentuk padatan
yang tersedia berwarna putih didalam pielet, serpih, dan butiran dan 50%
jenuh.

Soda api dan klorin diproduksi sebagai produk dengan elektrolisis


garam. Di India 80% soda api dan lebih dari95% klorin diproduksi
dengan elektrolisis air garam.

Selama elektrolisis klorin dibebaskan pada anoda dan soda api


bersama dengan hidrogen akan diproduksi oleh berbagai sel komersial
telah dikembangkan untuk anoda dan katoda terpisah satu sama lain.

Gambar 2.8.2 Process Flow Diagram NaOH

A. Pemurnian Bahan Baku

1. Tangki Pencampuran (pencampuran)


Garam (97,7%) dilarutkan bersama air proses dan garam lemah
recyle pada suhu 90,6oC ke tangki pencampuran untuk mendapatkan
larutan garam konstrasi 27%. Larutan garam jenuh keluar dari tangki
pencampuran dan memiliki suhu 67,1oC memasuki tangki pengendapan,
suhu operasi yang baik untuk pengendapan adalah 60oC.

2. Tangki Pengendapan

Larutan garam dari tangki pencampur memasuki tangki


pengendapan untuk diendapkan pengotornya, diantaranya CaSO4,
MgSO4, CaCl2, MgCl2, menggunakan Na2CO3 dan NaOH dengan reaksi :

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

MgSO4 + 2NaOH Mg(OH)2 + Na2SO4

CaCl2 + Na2SO4 CaSO4 + 2NaCl

MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + 2NaCl

Reagen dan pengotor bereaksi membentuk endapan dan dikeluarkan dari


dasar tangki. Pemberian reagen dilakukan dengan kadar berlebih untuk
mendapatkan hasil yang optimum. Pemberian reagen NaOH dilakukan
dengan excess 0,01g NaOH per liter larutan garam,untuk Na2CO3 0,15g
per liter larutan garam. Pada kondisi ion Ca2+ yang bereaksi 88,6% dan
ion Mg2+ yang bereaksi 67,6%. Sekitar 60% pengotor yang mengendap
keluar dari tangki pengendapan, dan larutan lainnya keluar dari bagian
atas clarifier menuju filter.

3. Filtrasi (penyaringan)

Endapan yang masih tersisa seluruhnya di terfilter dalam filter


proses.

4. Pertukaran Ion
Selama proses sedimentasi, masih terdapat ion-ion yang masih
lolos, sehingga diperlakukan lebih lanjut dengan melewatkannya pada
resin pertukaran ion.

Reaksi : R - H + A- R-A + H+

R – OH – B+ R – B + OH-

B. Proses Utama

1. Penambahan HCl (pengasam)

Penambahan HCl digunakan untuk mengurangi terjadinya


pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hinggga pH 4.

2. Elektrolisa

Larutan keluar dari resin penukar ion sebelum memasuki sel


elektrolisa dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 87oC dengan steam.
Pada proses elektrolisa menggunakan anoda dan katoda yang dialiri arus
DC sebagai sumber energi elektrolisa ini menggunakan nikel sebagai sel
katoda dan titanium sebagai sel anoda.

Reaksi utama : Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e-

Katoda : 2e- + H+ + H2

Antara sel anoda dan katoda dibatasi membran, yaitu nafion yang hanya
dapat dilalui ion positif. Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion
Cl- pada NaCl terkosidasi sehingga ion Na+ kehilngan pasangan dan
bergerak menuju anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH
recycle pada suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH-
kehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini selanjutnya bertemu dan
membentuk NaOH. Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil
samping dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine Cl2 dan gas
hydrogen H2 pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2
liquid sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif
sedikit. Larutan keluar anoda pada suhu 91oC direcycle kembali menuju
tangki pencampuran,, sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC
mengandung NaOH 32%, 10% di recycle kembali sebagai umpan dan
sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH 50%.
Pada elektrolisa ini terjadi reaksi samping. Reaksi samping yaitu
pembentukan NaClO3 dengan reaksi.

H2O + Cl2 HClO + HCl

HClO + 3NaOH NaClO3 + 2NaCl + 3H2O

C. Finishing

1. Evaporasi

NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki evaporator


untuk dipekatkan menjadi 50%. NaOH dievaporasi dengan menggunakan
steam sehingga 50% NaOH keluar memiliki suhu 144oC, NaOH
kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan, pertama
ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya menjadi
110,7oC, kemudian didinginkan kembali dengan air dingin sampai
suhunya 45oC dan ditampung ditangki penampung.

2. Treatment Recycle

Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate ditreatment


terlebih dahulu dengan penambahan HCl untuk reeaksi destruksi chlorate:

NaClO3 + HCl NaCl + 3Cl2 + H2O

Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 distripping


menggunakan udara. Larutan setelah distripping yang mengandung NaCl
dan H2O siap direcycle menuju tangki pencampur.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan yang digunakan

3.1.1 Bahan

1. Asam Oksalat dihidat

2. NaOH

3. HCl

4. Aquadest

3.1.2 Alat

1. pH Meter

2. Erlenmeyer
3. Magnetic Stirrer

4. Beaker Glass

5. Buret, Statif, dan Klem

6. Pipet Tetes

7. Labu Takar

8. Gelas Ukur

3.1.3 Gambar Alat

Gambar 3.1 pH Meter Gambar 4.2 Erlenmeyer

Gambar 4.3 Magnetic Stirrer Gambar 4.4 Beaker Glass


Gambar 4.5 Buret, Statif, dan Klem Gambar 4.6 Pipet Tetes

Gambar 4.7 Labu Takar Gambar4.8 Gelas Ukur

3.1.4 Keterangan Alat

NO NAMA ALAT FUNGSI

1. pH Meter Untuk mengukur pH (kadar keasaman atau


basa) suatu cairan.

2. Magnetic Stirrer Untuk menghomogenkan suatu larutan dengan


cara pengadukan

3. Buret, Klem, Statif Statif : Menegakkan corong, buret

Klem Buret : Menjepit buret yang digunakan


untuk titrasi

4. Labu Takar Menampung dan mencampur larutan kimia.


5. Erlenmeyer Menyimpan dan memanaskan larutan dan
menampung filtrate hasil penyaringan.

Beaker Glass Menampung bahan kimia atau larutan dalam


6.
jumlah banyak.

Pipet Tetes Memindahkan beberapa tetes zat cair.


7.
Gelas Ukur Mengukur volume larutan
8.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1. Pembakuan (Standarisasi) larutan NaOH

1. Buat NaOH dengan menimbang NaOH (sesuai kuantitas) lalu larutkan


dalam labu takar 500 ml sampai tanda batas.
2. Kalibrasi pH meter dengan menggunakan aquadest sampai pH
konstan
3. Masukkan 50 ml larutan NaOH kedalam gelas kimia dan masukkan
magnet bar kedalamnya, tempatkan gelas kimia tersebut di atas
magnetic stirrer, atur kecepatan pada sekitar skala 5
4. Masukkan asam oksalat ke dalam buret, tempatkan ujung buret ke
dalam leher gelas kimia.
5. Pasangkan elektroda pH sampai tercelup pada cairan dalam gelas
kimia. (selalu lakukan pencucian dan pengeringan setiap kali
elektroda dimasukkan kedalam cairan yang baru)
6. Catat nilai pH yang terbaca pada pH meter
7. Alirkan asam oksalat sebanyak 2 mL, catat perubahan pH yang
terjadi. Penambahan asam oksalat dan pencatatan pH dilanjutkan
sampai terjadi lonjakan harga pH kemudaian stabil lagi. Catat seperti
tabel berikut :
Volume asam pH larutan ΔpH / ΔV Δ2pH / ΔV2
oksalat 0,1 N

0
2
4
....

8. Ulangi proses di atas (nomor 2-6) dengan larutan NaOH yang baru
tetapi pencatatan pH dilakukan setiap penambahan asam oksalat 0,1
mL pada daerah yang mengalami lonjakan pH, sedangkan pada
daerah lain tetap 2 mL
9. Buat kurva titrasi antara pH vs volume asam oksalat, grafik hubungan
ΔpH / ΔV vs V asam oksalat, dan grafik hubungan Δ2pH / ΔV2 vs V
asam oksalat
10. Hitung kadar NaOH dengan berdasar metode grafik dan metode tabel.

3.2.2. Penetapan Kadar HCl

1. Kalibrasi pH meter dengan menggunakan aquadest sampai pH konstan


2. Masukkan 50 ml HCl kedalam gelas kimia dan masukkan magnetic
bar kedalamnya, tempatkan gelas kimia diatas magnetic stirrer atur
kecepatan pada skala sekitar 5
3. Masukkan NaOH kedalam buret, tempatkan ujung buret pada mulut
gelas kimia berisi HCl
4. Pasangkan elektroda pH meter sampai tercelup pada cairan dalam gelas
kimia (selalu lakukan pembilasan dan pengeringan setiap kali elektroda
dimasukkan kedalam cairan yang lain)

5. Catat pH yang terbaca oleh pH meter


Volume NaOH pH larutan ΔpH / ΔV Δ2pH / ΔV2
0
2
4
....
6. Keluarkan NaOH 2ml, catat perubahan pH yang terjadi, lakukan
penambahan setiap 2ml dan catat pH setiap penambahan (sampai pH
menunjukan asam yang stabil) terjadinya lonjakan yang tajam
menunjukkan titik TAT.
7. Ulangi langkah 1-5, catat perubahan pH setiap penambahan 0.1 ml
NaOH pada titik lonjakan dan 2 ml NaOH pada titik yang lainnya.

8. Buat kurva titrasi antara pH vs volume NaOH, grafik hubungan ΔpH /


ΔV vs V NaOH, dan grafik hubungan Δ2pH / ΔV2 vs V NaOH

9. Hitung kadar HCl dengan berdasar metode grafik dan metode tabel.

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Tabel 4.1 Volume Asam Oksalat dihidrat 0,2 N Vs NaOH


Volume Asam Oksalat Ph Larutan ∆pH/∆V ∆pH2/∆V
dihidrat 0,2 N(ml)

0 12,313

2 12,206 -0,511

4 12,158 -0,024 0,511

6 12,084 -0,037 -0,013

8 12,01 -0,074 -0,021

10 11,894 -0,058 0,001

12 11,78 -0,057 -0,0505

14 11,565 -0,1075 0,043

16 5,759 -0,189 0,4475

18 5,461 -0,149 0,04

20 5,398 -0,0315 0,1175

Tabel 4.2 Volume Oksalat Dihidrat 0,2 N Vs NaOH

Volume Asam Oksalat pH larutan ∆pH/∆V ∆pH2/∆V2


Dihidrat 0,2 N(ml)

0 12,313

2 12,206 -0,0535

4 12,158 -0,024 0,511

6 12,084 -0,037 -0,013

8 12,01 -0,074 -0,021


10 11,894 -0,058 0,001

12 11,78 -0,057 -0,0505

14 11,565 -0,1075 0,043

14,2 11,064 -0,1505 -0,5545

14,4 10,832 -0,705 -0,045

14,6 10,773 -0,75 0,265

14,8 10,678 -0,485 -1,17

15 10,345 -1,655 0,25

15,2 10,064 -1,405 -1,51

15,4 9,481 -2,915 -1,505

15,6 7,610 -0,9355 1,9795

15,8 6,337 -0,6365 0,299

16 5,759 -0,189 0,4475

18 5,461 -0,149 0,04

20 5,398 -0,0315 0,1175

Tabel 4.3 Volume NaOH Vs HCl

Volume NaOH pH Larutan ∆pH/∆V ∆pH2/∆V2

0 1,914

2 2,235 0,583

4 2,64 0,202 0,381

6 2,74 0,04 0,198


8 9,561 0,25 -0,1

10 10,821 0,65 0,4

12 11,196 0,198 0,13

14 11,333 0,068 -0,13

16 11,456 0,062 0,006

18 11,549 0,093 -0,388

20 11,650 0,05 -0,4

Tabel 4.4 Volume NaOH Vs HCl

Volume NaOH pH Larutan ∆pH/∆V ∆pH2/∆V2

0 1,914

2 2,235 0,583

4 2,64 0,202 0,381

6 2,72 0,04 0,198

6,2 3,012 0,14 -0,1

6,4 3,57 0,255 0,115

6,6 4,6 0,515 0,340

6,8 5,511 0,415 -0,1

7 5,907 0,2 -0,215

7,2 6,681 0,35 0,15

7,4 7,613 0,5 -0,15

7,6 8,322 0,3 -0,2


7,8 9,047 0,35 0,05

8 9,561 0,25 -0,1

10 10,821 0,65 0,4

12 11,196 0,198 0,13

14 11,333 0,068 -0,13

16 11,456 0,062 0,006

18 11,549 0,093 -0,388

20 11,65 0,05 -0,4

4.2 Pembahasan

1. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat dihidrat

14
12
10
8
pH

6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Volume oksalat

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Volume asam oksalat vs pH larutan


Grafik menunjukkan hubungan antara pH larutan dengan volume asam oksalat
dihidrat. Lonjakan terjadi pada volume 14 ml. larutan yang digunakana adalah larutan
asam oksalat karena merupakan larutan standart primer. Lonjakan terjadi karena OH-
habis bereaksi dengan H+ dan penambahan terus menerus menyebabkan nilai pH terus
turun.
LEMBAR PERHITUNGAN KUANTITAS REAGEN

1. Natrium Hidroksida (NaOH)

Menentukan massa NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 250ml 0,06 N


massa (gr) 1000
N= ×
BE V(ml)

gr 1000
0,06 = 40/1 × 250

Massa = 0,6 gram

2. Asam Oksalat Dihidrat (C2H2O4.2H2O)

Menentukan massa C2H2O4.2H2O yang dibutuhkan untuk membuat 50ml


C2H2O4.2H2O 0,2 N

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎(𝑔𝑟) 1000
N= × 𝑉(𝑚𝑙)
𝐵𝐸

𝑔𝑟 1000
0,2 = 126/2 × 50

Massa = 0,63 gram

LEMBAR PERHITUNGAN

1. Metode Tabel
a. Menentukan volume asam oksalat dihidrat

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ∆2 𝑝𝐻/∆𝑉 2 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ


𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑜𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 + | |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ∆2 𝑝𝐻/∆𝑉 2

1,51
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 15,4 + |3,4395|

𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 15,839 𝑚𝑙

b. Mencari Konsentrasi NaOH

𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡×𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡


𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻

0,2×15,839
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 50

𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 =0,063356 𝑁

c. Menentukan Volume Natrium Hidroksida sebagai titran

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ∆2 𝑝𝐻/∆𝑉 2 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ


𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑛𝑗𝑎𝑘𝑎𝑛 + | |
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖∆2 𝑝𝐻/∆𝑉 2

0,4
V NaOH = 8 + |0,8625|

V NaOH = 8,469 ml

d. Mencari konsentarsi asam klorida (HCl)

𝑁𝐻𝑐𝑙 × 𝑉𝐻𝑐𝑙 = 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻

𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐻𝑐𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙

0,0634×8,649
𝑁𝐻𝑐𝑙 = 50

𝑁𝐻𝐶𝑙 = 0,0109 𝑁
LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I

Materi :

POTENSIOMETRI

Anggota : Eric Lesmana NIM : 21030116140156

Muhammad Muizzurozaq Nasiha xxx

Safira Risqiana xxx

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai