Materi : POTENSIOMETRI
Oleh :
Anggota:
Universitas Diponegoro
Semarang
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................
PRAKATA ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
INTISARI............................................................................................................
SUMMARY ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................
1.2. Tujuan Percobaan...................................................................................
1.3. Manfaat Percobaan.................................................................................
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Analisa volumetri (titrasi) merupakan salah satu cara untuk mengetahui kadar
suatu senyawa/unsur dalam sampel. Pada titrasi yang berdasarkan reaksi netralisasi
asam basa, biasanya titik ekivalen ditentukan menggunakan suatu indikator asam
basa, yaitu zat yang mempunyai warna tertentu pada range pH tertentu sehingga
pada saat tercapai titik ekivalen akan timbul perubahan warna.
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia yang berdasarkan pada
pengukuran beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Dengan cara ini
indikator untuk menentukan titik akivalen pada titrasi netralisasi dapat diketahui
dari perubahan potensial pada setiap penambahan volume titran.
1.2 Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 pH Meter
E = E0 + (RT/nF)ln a Mn+
Dengan :
P = tetapan gas
T = temperature mutlak
F = tetapan faraday
n = valensi ion
E =(-RT/nF) ln[H+]
Dimana :
F : Bilangan Faraday
T : Temperatur
n : valensi
=198486T. pH
2.8.1 HCl
Cara lainya adalah garam biasa dan H2SO4. Langkah awal adalah
menaikkan NaCl dan H2SO4 ke tangki pembakaran. Kemudian
diharapkan salah satu komponen berbentuk cair, langkah pertama adalah
mengeluarkan dan menggunakan suhu rendah, setelah itu akan terbentuk
NaHSO4 dan setelah itu pada 400oC NaHSO4 akan menjadi bentuk
lumpur dan dikumpulkan, produk yang terkontaminasi maupun tidak
dikumpulkan ke tangki pendinginan.
NaOH juga dikenal sebagai alkali dan soda api merupakan dasar
logam yang sangat pekat atau tajam, yang mana dalam bentuk padatan
yang tersedia berwarna putih didalam pielet, serpih, dan butiran dan 50%
jenuh.
2. Tangki Pengendapan
3. Filtrasi (penyaringan)
4. Pertukaran Ion
Selama proses sedimentasi, masih terdapat ion-ion yang masih
lolos, sehingga diperlakukan lebih lanjut dengan melewatkannya pada
resin pertukaran ion.
Reaksi : R - H + A- R-A + H+
R – OH – B+ R – B + OH-
B. Proses Utama
2. Elektrolisa
Katoda : 2e- + H+ + H2
Antara sel anoda dan katoda dibatasi membran, yaitu nafion yang hanya
dapat dilalui ion positif. Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion
Cl- pada NaCl terkosidasi sehingga ion Na+ kehilngan pasangan dan
bergerak menuju anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH
recycle pada suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH-
kehilangan pasangan. Ion Na+ dan OH- ini selanjutnya bertemu dan
membentuk NaOH. Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil
samping dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine Cl2 dan gas
hydrogen H2 pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2
liquid sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif
sedikit. Larutan keluar anoda pada suhu 91oC direcycle kembali menuju
tangki pencampuran,, sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC
mengandung NaOH 32%, 10% di recycle kembali sebagai umpan dan
sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH 50%.
Pada elektrolisa ini terjadi reaksi samping. Reaksi samping yaitu
pembentukan NaClO3 dengan reaksi.
C. Finishing
1. Evaporasi
2. Treatment Recycle
METODE PRAKTIKUM
3.1.1 Bahan
2. NaOH
3. HCl
4. Aquadest
3.1.2 Alat
1. pH Meter
2. Erlenmeyer
3. Magnetic Stirrer
4. Beaker Glass
6. Pipet Tetes
7. Labu Takar
8. Gelas Ukur
0
2
4
....
8. Ulangi proses di atas (nomor 2-6) dengan larutan NaOH yang baru
tetapi pencatatan pH dilakukan setiap penambahan asam oksalat 0,1
mL pada daerah yang mengalami lonjakan pH, sedangkan pada
daerah lain tetap 2 mL
9. Buat kurva titrasi antara pH vs volume asam oksalat, grafik hubungan
ΔpH / ΔV vs V asam oksalat, dan grafik hubungan Δ2pH / ΔV2 vs V
asam oksalat
10. Hitung kadar NaOH dengan berdasar metode grafik dan metode tabel.
9. Hitung kadar HCl dengan berdasar metode grafik dan metode tabel.
BAB IV
0 12,313
2 12,206 -0,511
0 12,313
2 12,206 -0,0535
0 1,914
2 2,235 0,583
0 1,914
2 2,235 0,583
4.2 Pembahasan
14
12
10
8
pH
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Volume oksalat
gr 1000
0,06 = 40/1 × 250
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎(𝑔𝑟) 1000
N= × 𝑉(𝑚𝑙)
𝐵𝐸
𝑔𝑟 1000
0,2 = 126/2 × 50
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Metode Tabel
a. Menentukan volume asam oksalat dihidrat
1,51
𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = 15,4 + |3,4395|
0,2×15,839
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 50
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 =0,063356 𝑁
0,4
V NaOH = 8 + |0,8625|
V NaOH = 8,469 ml
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑁𝐻𝑐𝑙 =
𝑉𝐻𝐶𝑙
0,0634×8,649
𝑁𝐻𝑐𝑙 = 50
𝑁𝐻𝐶𝑙 = 0,0109 𝑁
LAPORAN SEMENTARA
Materi :
POTENSIOMETRI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG