Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak lepas dari larutan. Larutan merupakan campuran
homogen antara dua atau lebih zat dengan rasio yang dapat berubah. Larutan
dapat berbentuk cairan seperti air teh dan air laut, berbentuk gas seperti udara
atau berbentuk padatan seperti kuningan dan perunggu (Riyanto, Akbar,
2009).
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer (Kenkel, 2003).
Larutan standar adalah larutan dengan konsentrasi yang sudah diketahui
dengan pasti. Larutan standar berfungsi sebagai alat ukur volume satuan baku
(Keenan, 1986).
Larutan standar terdiri dari dua jenis, yaitu larutan standar primer dan
larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan standar
dengan menggunakan zat dengan kemurnian yang sangat tinggi, sedangkan
larutan standar sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan
dengan metode analitik yang dipercaya (Darlina, 1998).
Oleh karena itu laporan praktikum ini dibuat agar para pembaca dapat
memahami standarisasi larutan.
1.2 Tujuan
Adapun praktikum “Standarisasi Larutan” ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan standarisasi larutan
b. Mahasiswa mampu membuat larutan HCl dan H2SO4.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan adalah campuran homogen antara dua macam zat tunggal atau
lebih. Larutan terdiri dari dua komponen yaitu pelarut dan zat pelarut
Berdasarkan daya hantar listrik larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit
dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit yaitu larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Ciri dari larutan elektrolit yaitu
jika diuji dengan alat uji elektrolit lampu menyala terang atau lampu menyala
redup/mati dan disekitar elektrode ada gelembung gas, sedangkan ciri dari
larutan non elektrolit yaitu jika diuji dengan alat uji elektrolit lampu tidak
menyala dan di sekitar elektrode tidak ada gelembung gas (Kamaludin, 2010).
2.2 Standarisasi Larutan
Standarisasi adalah proses penetapan sifat berdasarkan parameter-
parameter tertentu untuk mencapai derajat kualitas yang sama (Najib, dkk,
2017).
Standarisasi merupakan proses di mana konsentrasi larutan ditentukan
secara akurat. Suatu larutan standar terkadang dapat dipersiapkan dengan
menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang diinginkan dan menimbang
secara akurat dalam suatu larutan yang volumenya diukur secara akurat.
Segelintir substansi yang memadai untuk hal ini disebut standarisasi primer.
Lebih umum lagi, larutan standarisasi primer yaitu sebuah larutan yang
distandarisasi dengan titrasi, di mana larutan tersebut bereaksi dengan
sejumlah standar primer yang telah ditimbang (Day, Underwood, 2002).
Disamping itu standar primer harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam suatu tingkat kemurnian
yang diketahui, pada suatu tingkat biaya yang logis. Secara umum, jumlah
total dari pengotor tidak melebihi 0,01 sampai 0,02% dan harus dilakukan
tes untuk mendeteksi kuantitas pengotor – pengotor tersebut melalui tes
kuantitatif dengan sensitivitas yang diketahui.

2
2. Substansi tersebut harus stabil. Harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu
higroskopis sehingga tidak banyak menyerap air selama penimbangan.
Substansi tersebut seharusnya tidak kehilangan berat bila terpapar udara.
Garam hidrat biasanya tidak dipergunakan sebagai standar primer.
3. Yang diinginkan adalah standar primer tersebut mempunyai berat ekivalen
yang cukup tinggi agar dapat meminimalisasi konsekuensi galat pada saat
penimbangan (Day, Underwood, 2002).
Larutan yang telah distandarisasi dapat dipergunakan sebagai standar
sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya. Bagi pekerjaan
yang membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandarisasi
kedua larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan standar primer
(Day, Underwood, 2002).
3.3 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi adalah ukuran jumlah suatu zat tertentu dalam volume
tertentu. Konsentrasi merupakan faktor signifikan dalam penentuan peristiwa
kimiawi. Sebuah cara umum untuk menyatakan konsentrasi larutan adalah
dalam mol terlarut per liter (molaritas). Dalam beberapa kasus, normalitas (N)
dipilih sebagai cara untuk menyatakan suatu konsentrasi. Karena normalitas
pada dasarnya adalah molaritas yang dibagi oleh valensi, atau daya kimia
(chemical power) dari suatu molekul, normalitas mengukur dengan lebih
tepat reaktivitas kimiawi zat-zat dalam larutan (Fried, Hademenos, 2006).

3
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 23 September 2019 pukul
13.00 WIB bertempat di Laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan adalah Labu ukur 50 mL, Pipet ukur, Gelas ukur 50
mL, Beaker glass 250 mL, Karet Penghisap, Pipet tetes, dan Botol semprot.
Bahan yang dibutuhkan adalah Larutan HCl 1 N, Larutan H2SO4 1 N, dan
Aquades.
3.3 Langkah Kerja
Membuat larutan standar HCl 0,1 M dan H2SO4 0,1 M masing-masing
sebanyak 50 mL.
1. Jumlah HCl 1 N dan H2SO4 1 N (dalam mL) yang dibutuhkan untuk
membuat larutan standar dihitung menggunakan rumus yang terdapat di
modul.
2. Larutan HCl 1 N dan H2SO4 1 N masing-masing dimasukkan pada labu
ukur 50 mL.
3. Aquades ditambahkan ke dalam labu ukur hingga tepat 50 mL.
4. Campuran larutan HCl/H2SO4 dan aquades diaduk dengan cara
menggoyang-goyangkan labu ukur tersebut.

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.1 Hasil Pembuatan HCl dan H2SO4

No. Larutan Konsentrasi Volume Asam Volume


Mula-Mula Aquades

1. HCl 1N 45 ml 5 ml

2. H2SO4 1N 40 ml 10 ml

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini larutan HCl dan H2SO4 dan Aquades dibutuhkan
untuk mengetahui proses standarisasi larutan.
Menurut Day dan Underwood (2002), standarisasi merupakan proses di
mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa -
volume larutan), sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui
dari hasil standardisasi.
Menurut Day dan Underwood (2002), larutan primer memiliki beberapa
syarat yaitu harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam suatu tingkat
kemurnian yang diketahui pada suatu tingkat biaya yang logis, substansi
tersebut harus stabil, standar primer tersebut mempunyai berat ekivalen
yang cukup tinggi agar dapat meminimalisasi konsekuensi galat pada saat
penimbangan.

5
Pada praktikum yang saya lakukan kemarin, HCl dan H2SO4
distandarisasi agar kita dapat menentukan dan mengetahui konsentrasi
dari larutan HCl dan H2SO4. Jika standarisasi tidak dilakukan maka kita
tidak mengetahui konsentrasi HCl dan H2SO4 karena HCl dan H2SO4
konsentrasinya mudah berubah karena pengaruh udara.
Sebelum memulai praktikum saya dan teman teman sekelompok saya
menghitung terlebih dahulu jumlah HCl dan H2SO4 1 N (dalam mL) yang
dibutuhkan untuk membuat larutan standar sebanyak 50 ml dengan
konsentrasi 0,1 M. Hasil perhitungan yang saya dapat ialah:
Larutan HCl
𝑛 1
M=𝑒=1=1M

V1. M1 = V2. M2
V1 . 1 M = 50 ml . 0,1 M
50 𝑚𝑙 . 0,1 𝑀
V1 = 1𝑀

V1 = 5 ml HCl + 45 ml Aquades
Larutan H2SO4
𝑛 1
M = 𝑒 = 2 = 0,5 M

V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 0,5 M = 50 ml . 0,1 M
50 𝑚𝑙 . 0,1 𝑀
V1 = 0,5 𝑀

V1 = 10 ml H2SO4 + 40 ml Aquades
Setelah melakukan perhitungan, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah memasukkan larutan HCl dan H2SO4 1 N masing masing pada labu
ukur 50 ml lalu menambahkan Aquades ke dalam labu ukur hingga tepat 50
ml. Setelah itu, labu ukur berisi HCl/H2SO4 dengan Aquades tersebut dikocok
sebanyak 30 kali.
Volume HCl dan H2SO4 yang dipakai untuk membuat larutan standar
tersebut tidak sama dikarenakan jumlah valensi dari HCl dan H2SO4 yang
berbeda.

6
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah standarisasi larutan merupakan
larutan yang konsentrasinya sudah pasti diketahui. Larutan standar terbagi
menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Untuk
membuat larutan standar pada HCl dan H2SO4 dilakukan perhitungan
menggunakan rumus terlebih dahulu lalu setelah selesai menghitung, larutan
HCl/H2SO4 tersebut dimasukkan pada labu ukur dan ditambahkan Aquades
hingga tepat 50 ml. Setelah itu, larutan HCl/H2SO4 tersebut dikocok sebanyak
30 kali.
5.2 Saran
Praktikan harus memberikan perhatian lebih saat melakukan praktikum
agar dapat memahami proses standarisasi larutan dan juga praktikan harus
berhati-hati dalam melakukan praktikum karena alat praktikum yang dipakai
adalah alat praktikum yang rentan untuk pecah belah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Darlina. 1998. Pembuatan Larutan Standar dan Pereaksi Pemisah KIT RIA T3.
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. Vol 1(2): 77-91.
Day, RA, Underwood, AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga: Jakarta.
Fried, GH, Hademenos, GJ. 2006. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua.
Erlangga: Jakarta.
Najib, Ahmad, dkk. 2017. Standarisasi Ekstrak Air Daun Jati Belanda dan Teh
Hijau. Jurnal Fitofarmaka Indonesia. Vol 4(2): 241-245.
Riyanto, Nurdin, Akbar, AY. 2009. Super Jenius Olimpiade Kimia SMA Nasional
dan Internasional. Pustaka Widyatama: Yogyakarta.
Kamaludin, Agus. 2010. Intisari Kimia Tips dan Trik Kilat Menaklukkan Kimia
SMA (Kelas X, XI, XII). Penerbit Andi: Yogyakarta.
Keenan, Charles W. 1986. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Lewis Publisher:
Washington.

Anda mungkin juga menyukai