I. Tujuan
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan
II. Landasan Teori
Umumnya reaksi kimia berlangsung bukan antara padatan murni,
cairan murni, atau gas murni. Melainkan antara ion-ion dan molekul-molekul yang
terlarut dalam air atau pelarut lain. Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau
lebih, definisi ini tidak menyatakan batasan mengenai jenis zat yang terlibat sehingga
dapat dibedakan larutan terdiri atas padatan, cairan, dan gas. Kimiawan membedakan
larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat terlarut, yaitu larutan jenuh adalah
larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut di dalam pelarut pada suhu
tertentu. Larutan tak jenuh adalah larutan yang berada pada titik sebelum titik jenuh
tercapai dan larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan
kemampuannya untuk melarutkan. Larutan lewat jenuh adalah larutan yang
mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan zat terlarut dalam larutan jenuh.
Larutan lewat jenuh bukanlah larutan yang stabil sehingga pada waktunya sebagian zat
terlarut akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai Kristal (proses katalis). Jumlah zat
terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan
menyatakan komposisi secara kuantitatif perbandingan zat terlarut dengan pelarut.
Proses memperoleh atau mengetahui kadar atau konsentrasi suatu zat terlarut dalam
suatu larutan dapat dilakukan menggunakan proses titrasi. Seperti penentuan kadar
asam asetat dalam cuka perdagangan dilakukan melalui beberapa tahap yakni
pengenceran dan titrasi. Melalui titrasi dapat dilakukan proses standarisasi NaOH dan
penentuan kadar asam asetat dalam cuka.
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut reaksi titrasi asam basa, titrasi redox
untuk reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk yang melibatkan pembetukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titran
dan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut titer. Baik titer maupun titran
biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar
konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik
titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan
kadar sampel dengan pengukuran sampel volume larutan yang terlibat reasi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui
dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan
berdasarkan persamaan reaksi (Chang, 2005).
Asidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri
berdasarkan reaksi netralisasi. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya, analisis
tersebut dilakukan dengan cara titrasi. Pada titrasi basa terhadap asam cuka, reaksinya
adalah:
NaOH(aq)+CH3COOH(aq) CH3COONa(aq)+H2O(l)
Asam oksalat
hasil
hasil
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Melalui metode titrasi asidimetri (analisis kadar kebasaan menggunakan larutan
standar asam) dengan asam oksalat sebagai titran (penitrasi) dan NaOH sebagai
titrat didapatkan molaritas larutan NaOH sebesar 0,049 M.
2. Melalui metode titrasi alkalimetri (analisis kadar keasaman menggunakan larutan
standar basa) dengan larutan standar NaOH sebagai titran (penitrasi) dan asam
asetat sebagai titrat didapatkan kadar asam cuka perdagangan sebesar 16,38%.
6.2 Saran
Pada saat praktikum sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan lebih teliti saat
menggunakan alat agar hasil yang didapatkan sesuai dan tidak terjadi kecelakaan selama
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Asip, F., R. Febrianti dan T. Novitasari. 2015. "Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Waktu
Peleburan Pada Pembuatan Asam Oksalat Dari Ampas Tebu". Jurnal
Teknik Kimia. Vol 21 (3) : 9-15.
Bahadori, A dan G. Maroufi. 2016. "Volumetric Acid-Base Titration by Using of Natural
Indicators and Effects of Solvent and Temperature". Journal of Austin
Chromatogr. Vol 13 (1) : 1-4.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Fatimah, I. 2017. Kimia Fisika. Yokyakarta: Deepublish.
Sastrohamidjojo, H. 2018. Kimia Dasar. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. pengamatan I
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
Masam oksalat = 𝑋
𝑚𝑟 𝑚𝐿
1,26 1000
= 𝑋
126 1000
= 0,1M
a) Titrasi I
Voksalat . Moksalat = VNaOH . MNaOH
5mL . 0,1M = 10mL . MNaOH
0,5 = 10MNaOH
0,5
MNaOH =
10
MNaOH = 0,05 M
b) Titrasi II
Voksalat . Moksalat = VNaOH . MNaOH
4,8mL . 0,1M = 10mL . MNaOH
0,5 = 10MNaOH
0,48
MNaOH =
10
MNaOH = 0,048 M
c) Titrasi III
Voksalat . Moksalat = VNaOH . MNaOH
4,8mL . 0,1M = 10mL . MNaOH
0,5 = 10MNaOH
0,48
MNaOH =
10
MNaOH = 0,048 M
2. Pengamatan II
Titrasi I
VCH3COOH . MCH3COOH = VNaOH . MNaOH
10mL . MCH3COOH = 28mL . 0,1M
10MCH3COOH = 2,8
2,8
MCH3COOH =
10
MCH3COOH = 0,28M
Titrasi II
Titrasi III
VCH3COOH . MCH3COOH = VNaOH . MNaOH
10mL . MCH3COOH = 26mL . 0,1M
10MCH3COOH = 2,6
2,6
MCH3COOH =
10
MCH3COOH = 0,26M
Titrasi rata-rata
VCH3COOH . MCH3COOH = VNaOH . MNaOH
10mL . MCH3COOH = 27,3mL . 0,1M
10MCH3COOH = 2,73
2,73
MCH3COOH =
10
MCH3COOH = 0,273M
10𝑚𝐿 . 0,273 𝑀 . 60
= 𝑋 100%
1000
= 16,38 %
B. Pertanyaan Prapraktek
𝑛 𝑔𝑟 1000
𝑀=𝑉 atau 𝑀 = 𝑚𝑟
× 𝑚𝐿
3. Apa tujuan dilakukannya titrasi dan penggunaan larutan standar dalam titrasi ?
Jawab :
Titrasi bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui konsentrasinya agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadar atau konsentrasinya.
Larutan standar berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
C. Pertanyaan Pascapraktek
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator pp, apakah
tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp ? jelaskan !
Jawab :
Bisa saja indikator pp digunakan dalam titrasi basa kuat dan asam kuat, tetapi
dalam titrasi bahan tersebut jarang digunakan karena titrasi yang diperolah
kurang akurat.
D. DOKUMENTASI
B.
PERCOBAAN III
KINETIKA KIMIA
I. Tujuan
1. Mengukur perubahan konsentrasi pereaksi menurut waktu
2. Mengamati pengaruh konsentrasi suhu dan katalis pada laju reaksi
3. Menentukan hukum laju reaksi dalam larutan berair
II. Landasan Teori
Kinetika kimia menjelaskan bagaimana laju reaksi bergantung pada konsentrasi
reaktan dan mengetahui mengenal mekanisme suatu reaksi bergantung pada
banyak faktor. Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia yang membahas
tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, laju reaksi
dinyatakan sebagai berubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap
suatu waktu, konsentrasi reaktan memainkan reaksi tertentu sebagaimana akan
banyak reaksi yang sangat pekat terhadap suhu sehingga pengendalian suhu
sangat penting. Untuk mengukur kuantitatif dalam kinetika kimia, laju sesaatlaju
reaksi diperoleh dengan menganggap waktu yang sangat kecil laju reaksi-reaksi
suatu kimia. Salah satu segi penting dalam pengkajian kinetika ialah merancang
teknik yang mudah untuk memantau jalannya reaksimenurut waktu analisis kimia
dengan caravolumetri atau gravimetri relatif lambat sehingga cara seperti ini tidak
digunakan umum dengan sifat warna. Kinetika Kimia adalah salah satu cabang
ilmu kimia yang mengkaji mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia
berlangsung. Dari berbagai jenis reaksi kimia yang telah dipelajari para ilmuwan,
ada yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (reaksi berlangsung cepat),
seperti reaksi pembakaran gas metana. Ada pula reaksi yang berlangsung dalam
waktu yang lama (reaksi berlangsung lambat), seperti reaksi perkaratan besi. Cepat
lambatnya suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dalam besaran laju reaksi (Chang,
2005).
Reaksi kimia adalah proses berubahnya perekasi menjadi hasil reaksi,
proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih
cepat dibandingkan dengan minyak tanah ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat seperti membakar dinamo yang menghasilkan ledakan dan sangat lambat
seperti proses perkaratan besi pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut
dengan kinetika kimia. Dikemukakan bahwa cara menentukan laju reaksi dan
faktor apa yang mempengaruhi orde berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju
reaksi Laju suatu reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi
reaktan yang digunakan dalam reaksi. Semakin besar konsentrasi reaktan yang
digunakan, laju reaksi akan meningkat. Di samping itu, laju reaksi juga
dipengaruhi oleh nilai konstanta laju reaksi (k). Konstanta laju reaksi (k) adalah
perbandingan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Nilai k akan semakin
besar jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan dalam
jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis data eksperimen, tidak
berdasarkan stoikiometri maupun koefisien reaksi (Sunarya, 2010).
Reaksi yang berlangsung dengan konstan tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Salah satu penentuan orde reaksi
dengan metode pengukuran laju reaksi awal dari percobaan metode kedua
membutuhkan pemetaan yang tepat dari percobaan. Metode kedua membutuhkan
pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu untuk
mendapatkan grafik lurus pada sifat pereaksi dan ukuran perekasi menentukan
laju reaksi semakin reaktif dari sifat pereaksi itu reaksi akan semakin bertambah
atau berlangsung semakin cepat. Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam
pereaksi kimia yang mempercepatnya tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan
kimia yang permanen, itu karena pereaksi tidak mengalami perubahan kimia
selama bereaksi dan laju reaksi. Hukum laju reaksi dapat digunakan untuk
menghitung laju suatu reaksi melalui data konstanta laju reaksi dan konsentrasi
reaktan. Hukum laju reaksi juga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
reaktan setiap saat selama reaksi kimia berlangsung. Mempelajari laju reaksi
dengan orde reaksi satu, dua, dan nol. Reaksi dengan orde satu adalah reaksi
dimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan
bilangan satu. Reaksi dengan orde dua adalah reaksi dimana laju bergantung pada
konsentrasi satu reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan dua atau konsentrasi
dua reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan dengan bilangan satu.
Reaksi dengan orde nol adalah reaksi dimana laju tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan (Oxtoby etal., 2001).
Eksperimen kinetika mengukur laju berdasarkan perubahan konsentrasi
zat yang mengalami perubahan dalam reaksi kimia dari waktu ke waktu jika reaksi
cukup lambat kita dapat membuatnya berlangsung untuk waktu tertententu.
Kemudia secara mendadak menghentikan dengan pendingan cepat campuran
reaksi tersebut pada suhu yang cukup rendah mempunyai waktu untuk
menganalisi kimia terhadap reaktan atau produk tertentu pengukuran laju
biasanya dilakukan dibawah kondisi percobaan tetap dengan satu faktor tetap
sedangkan faktor lainnya diragamkan, bila laju atau pengaruh faktor terhadap laju
telah kajian kinetika ialah merancang teknik ditetapkan faktor ini dibuat tetap dan
faktor laju diragamkan cara mengukur laju reaksi salah satu segi penting dalam
pengkajian kinetika ialah merancang teknik yang mudah untuk memantau
jalannya reaksi menurut waktu analisi kimia dengan cara volumetri atau gravimetri
relatif lambat sehingga cara seperti tidak digunakan kecuali reaksinya lambat
adapun beberapa carayang digunakan umum pada sifat warna dan hantaran listrik
(Sundari, 2016).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau
produk per satuan waktu. Satuan laju reaksi adalah M/s. Sebagaimana yang kita
ketahui, reaksi kimia berlangsung dari arah reaktan menuju produk. Ini berarti,
selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan (dikonsumsi) bersamaan
dengan pembentukan sejumlah produk. Dengan demikian, laju reaksi dapat dikaji
dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan maupun peningkatan konsentrasi
produk, semakin besar konsentrasi reaktan yang digunakan, laju reaksi akan
meningkat. Di samping itu, laju reaksi juga dipengaruhi oleh nilai konstanta laju
reaksi, antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Titrasi asam basa adalah
proses penentuan banyaknya larutan dengan konsentrasi yang di ketahui dan di
perlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang
akan di analisis prosedur analitik yang melibatkan titrasi dengan larutan yang
konsentrsi di ketahui di sebut titrasi volumetri, dalam titrasi asam basa titrasi
melibatkan pengukuran yang sesama volume suatu asam dan suatu basa yang
tepat saling menetralkan titik akhir titrasi adalah titik dimana indikator berubah
warna dengan memilih indikator secara seksama titil akhir itu akan tepat berimpit
dengan titik kesetaraan, indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang
mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi dari pada suatu
harga tertentu konsentrsi (Yu etal.,2015).
III. Alat dan Bahan
1.1 Alat
- Erlenmeyer
- Pipet tetes
- Neraca
- Gelaas ukur
- Tabung reaksi
- Indikator universal
- Buret 500 ml
- Corong
- Tiang penyangga
- Kaca
- Batang pengaduk
3. 2 Bahan
- Air suling
- Indikator PP
- Larutan NaOH 0,1 M
- KHP 0,1 gr
- Cuka dapur
- Larutan HCl 1 M
- Larutan Natrium Asetat 1 M
- NH4Cl 1 M
- NH4OH 1 M
- CH3COOH 1 M
- Larutan NaC2H3O2
- HCl 0,1 M
- HCl 0,01 M
- NaOH 0,01 M
- NaOH 1 M
IV. Prosedur Kerja
4.1 Orde reaksi dalam natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
Tiosulfat
Hasil
4.1 Orde reaksi dalam reaksi antar magnesium dengan asam hidroklorida
Pita Mg
Hasil
4.3 Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Asam oksalat
Hasil
Asam oksalat
Hasil
V. Hasil dan Pembahasan
300
t (s) 200
y = -2130x + 394.9
100
0 R² = 0.9287
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Konsentrasi (M)
Dibawah ini adalah grafik konsentrasi Na2S2O3 terhadap 1/t yang digambarkan
sebagai berikut :
5.2 Orde reaksi dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida Tabel 3. Orde reaksi
dalam reaksi magnesium dengan asam hidroklorida
HCl HCl t 1/t (HCl)2 log log
(M) (mL) (detik) (detik-1) (HCl) (1/t)
0,8 100 100 0.01 0,64 -0,193 -2
1,2 100 29 0,03 1,44 0,158 -1,46
1,6 100 23 0,04 2,56 0,408 -1,36
2,0 100 15 0,06 4,00 0,602 -1,17
Pada percobaan ini digunakan pita Mg dengan tujuan agar lebih mudah
untuk diamati reaksinya. Reaksi yang terjadi begitu cepat pada saat HCl
ditambahkan pada pita Mg ini lebih lambat dibandingkan dengan magnesium
wujud serbuk. Hal ini dikarenakan serbuk akan lebih mudah larut sehingga
reaksi akan lebih sulit diamati. Hal ini juga disebabkan oleh pita Mg memiliki
luas permukaan yang lebih besar daripada serbuk Mg. Karena laju reaksi juga
dipengaruhi oleh luas permukaan. Reaksi yang terjadi antara magnesium
dengan asam hidroklorida adalah sebagai berikut:
Ketika HCl ditambahkan ke dalam pita Mg secara perlahan Mg akan
larut pada larutan HCl dan secara bersamaan akan muncul gelembung-
gelembung pada larutan HCl dan juga menghasilkan sedikit asap yang mana itu
merupakan gas H2 yang dihasilkan dari reaksi tersebut. Waktu yang
dibutuhkan sampai Mg larut berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi pelarut
HCl. Ketika konsentrasi HCl kecil maka waktu yang dibutuhkan lebih lama
daripada konsentrasi HCl yang lebih besar. Berikut adalah grafik konsentrasi
HCl terhadap 1/t, yaitu :
Namun, pada percobaan ini data yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pengamatan dalam menghitung waktu,
atau bisa juga disebabkan oleh pembacaan suhu yang kurang tepat sehingga
mengakibatkan kesalahan perhitungan waktu. Dari data yang diperoleh, pada
suhu 50°C membutuhkan waktu yang lebih lama daripada waktu yang
dibutuhkan pada suhu 20°C.
Pada percobaan ini digunakan KMnO4 yang akan berubah warna pada
saat terjadinya reaksi dan H2SO4 sebagai zat yang dapat mempercepat
terjadinya reaksi.
5.4 Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Tabel 5. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Ulangan H2SO4
1 mL 0,5 mL 2 mL
1 60 260 320
2 180 300 240
Rata-rata 120 280 280
Pada percobaan ini digunakan larutan asam oksalat yang ditambahkan
H2SO4 dan H2O. Pada percobaan ini H2SO4 berperan sebagai katalis artinya
sebagai zat yang berfungsi mempercepat terjadinya suatu reaksi. Berdasarkan
hasil percobaan di atas seharusnya semakin banyak volume H 2SO4 maka
semakin cepat reaksinya. Hal ini karena semakin banyak katalis maka zat yang
bereaksi akan lebih mudah melampaui energy aktivasi, sebab katalis dapat
mempengaruhi laju reaksi. Namun, pada percobaan diatas tidak sesuai dengan
teori.
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Laju reaksi bergantung pada konsentrasi perekasi yang digunakan. Semakin besar
konsentrasi maka semakin besar juga laju reaksi.
2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi yaitu ketika suhu semakin besar maka laju reaksi
semakin cepat, begitu juga dengan konsentrasi. Katalis akan mempercepat laju reaksi
karena katalis membuat konstantanya semakin besar.
3. Hukum laju dalam larutan berair dengan menentukan orde-orde reaksinya pada
masing-masing reaktan yang dinyatakan dalam bentuk :
6.2 Saran
Pada percobaan ini diharapkan agar thermometer dikalibrasi terlebih
dahulu agar didapatkan hasil pengukuran suhu yang tepat dan dalam
penggunaan stopwatch dalam menghitung waktu harap lebih diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis dan N. H Nachtrieb. 2001. Prinsip prinsip kimia modern edisi keempat jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Sundari, R. 2006. “Pemanfaatan dan efisiansi kurkumin kunyit(curcuma dimestica val) sebagai
indikator titrasi asam basa.”Jurnal Pemanfaatan dan efisiensi kurkumin kunyit.vol 22(8):595-
601.
Yu, K., N. Kumar. A. Aho. J. Roine. l. Heinmaa, D.Y. Murzin dan A. Ivaska.2015.”detemation of acid
sitesin porous aluminosilicate solid catalysts for aqueous phase reaction using poten tiometri
titration method.” Jurnal of catalisis. Vol 335 :117-124.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Pengaruh konsentrasi Na2S2O3
V k[Na S O ]m [HCl]n
2 2 3
1
V k[Na S O ]m [HCl]n
2 22 3
V [Na S O ]m
2 2 3
1
V2 [Na S O ]m
223
V1
log
V2
m
Na2 S 2O3
log
Na2 S 2O3
25
log
10
0,15
log
0,06
log 0,25
log 0,25
0,602
0,602
1
2 2 3
1
V k[Na S O ]m [HCl]n
2 22 3
5 [HCl]n
3 [HCl]n
5
log( )
n 3 log
[HCl]
[HCl]
5
log( )
3
3,0
log( )
18
0,22
0,22
1
m+n=1+1=2
3. Pengenceran
[HCl] = 2 m
m2 = 0,8 m m2 = 1,2 m m3= 1,6 m
a. m1 .V1 m2 .V2
2m.V1 0,8m.100ml
80m.mL
V
2M
40ml
b. m1 .V1 m2 .V2
2m.V1 1,2m.100ml
120m.mL
V
1
2M
60ml
c. m1 .V1 m2 .V2
2m.V1 1,6m.100ml
160m.mL
V
1
2M
80mL
B. Pertanyaan Pra Praktek
1. Apa definisi ringkas dari (a) laju hukum, (b) tetapan laju, (c) orde reaksi, (d) energi aktivasi
Jawab: (a) kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi
berpangkatan bilangan orde reaksinya.
(b) tetapan perbandingan antara laju reaksi dan hasil kali konsentrasi spesi yang
mempengaruhi laju reaksi
(c)bilangan pangkat eksponen yang menyatakan bertambahnya laju reaksi akibat
naiknya konsentrasi
(d) energi minimal yang diperlukan agar suatu reaksi berlangsung
2. Apakah satuan tetapan reaksi untuk (a) reaksi orde nol (b) reaksi orde satu (c) reaksi orde dua.
Jawab: (a) reaksi orde nol = Ms-1
Pada akhir reaksi, jika terdapat HIO 3 berlebih. Zat ini dapat diambil dengan
larutan kanji. Senyawa HI dan HIO3 segera bereaksi membuat I2 yang
diserap oleh kanji dan menimbulkan warna biru. Dari percobaan diperoleh
data sebagai berikut pada table.
[SO2] M [HIO3] M t (detik)
14,6 x 10-4 3,60 x 10-3 25,8
7,3 x 10-3 3,60 x 10-3 52,8
14,6 x 10-4 7,21 x 10-3 12,6
Tentukan orde reaksi untuk setiap pereaksi dan orde keseluruhannya.
Jawab: - orde reaksi terhadap [SO2]
V1 [SO2 ]M [HIO2 ]2 n
K K
V2 [SO2 ]M [HIO2 ]2 n
1
2
1
[ ]m
2
M=1
n=1
- Dari orde reaksi keseluruhan m + n = 1+1= 2
C. Pertanyaan Pasca Praktek
1. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan C. apakah H 2SO4 dalam percobaan ini dapat
dikatakan sebagai katalis? Jelaskan
Jawab:
2. Tuliskan persamaan reaksi pada percobaan D. jelaskan mekanisme kerja H 2SO4 sebagai
katalis dalam reaksi ini
Jawab:
P+R PR (cepat)
PR + Q PQ + R (cepat)
P+Q+R PQ + R (cepat)
D. DOKUMENTASI
A. Orde reaksi dalam reaksi natrium tiosulfat dengan asam hidroklorida
I.Tujuan
1.Untuk menentukan adanya ikatan rangkap pada
suatu senyawa
2.Diharapkan Mahasiswa paham akan sifat fisika alkohol
dan fenol
3.Dapat memahami reaksi-reaksi alkohol dan fenol
4.Reaksi-reaksi yang membedakan alkohol dan fenol
II.Landasan Teori
1. Alkana (alkane)
Ikatan rangkap satu mempunyai rumus;
CnH2n+2
Dengan n= 1,2..... ciri terpenting dari molekul ini adalahikatan kovalen tunggal
(alkana). Alkana sendiri dikenal sebagai hidrokarbon jenuh (Saturated
Hydrokarbon) karna mengandung jumlah maksimum atom hidrogen serta dapat
berkaitan dengan sejumlah karbon yang sudah ada. Alkana yang palaing
sederhana (yaitu dengan n=1) CH4
2. Alkena (olefin)
Merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua sSikap-
sikap dari alkena sendiri yaitu, Hidrokarbon tak jenuh rangkap dua disebut juga
sebagai olefin (Pembentuk Minyak). Sifat siologis dari alkena lebih aktif, sifat sama
dengan alkana tetapi lebih reaktif dengan rumus umum sebagaiberikut;
CnH2n
3.Alkuna
Merupakan senyawa karbon tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga
Sifatnya sama dengan alkena tetapi jauh lebih reaktif dengan rumus umum yaitu;
CnH2n
Tata nama senyawa diberi Akhiran “una” kegunaan dari alkuna sendiri ialah
sebagai berikut, etuna (asitilena) digunakan untuk mengikis besi dan juga
mengelas baja sebagai penerangan dan untuk sintesis senyawa-senyawa lainnya
(Oxtoby et al.,2001).
Menurut Sastrohamidjojo(2018), menyatakan bahwa salah satu gugus
fungsi yang paling sederhana terdiri atas satu atom halogen ,dalam hal ini klorinlah
yang diambil sebagai contoh. Alkil halida terbentuk bila ada campuran alkana dan
halogen (kecuali iodin) dipanaskan atau dipaparkan pada suatu cahaya.
Dimana (klorometana) juga dinamakan metil klorida yang digunakan dalam sintesis
untuk menambahkan gugus fungsi metil pada molekul-molekul organik jika klorin
banyak maka bentuk-bentuk dari metana berklorin yang lebih tinggi akan dapat
terjadi.
Beberapa pengaruh dari senyawa-senyawa polifenol mempunyai aktivitas
antipertensi. Beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa floronoid dan tanin
yang umum nya terdapat didalam beberapa buah-buahan , sayur-sayuran dan
minuman mampu mengakibatkan menghambat nya nictonimida adenine
dinucleotida phospat (NADPH) okside melalui penghambatan ACE peningkatan
Enos- Spesifik (Dhinawaty dan Ruslin, 2015).
Menurut Rathod et al.,(2014), menyatakan bahwa percobaan untuk
esterifikasi asam propionat dengan alkohol propil iso yang ditambahkan dengan
dan tanpa pervaporsi dilakukan. Kinerja-kinerja dari berbagai reaktur-reaktur
pervaporsi nya sendiri dianalisis dengan memepelajari pengaruh-pengaruh
berbagai parameter seperti suhu, konsentrasi, dan katalis serta reaktan. Reaktan
dari pervaporsi menggunakan perangkat-perangkat tambahan lainnya.yang sudah
cukup diamti dan sudah diperiksa bahwasannya koversi asam dari propa-
propaniotnya akan mengalami peningkatan atau kenaikan nilai yang mana nilai
awal kesetimbangan itu mula-mula hanyalah 66% lalu beubah karna mngalami
kenaikan, naiklah menjadi 87%.
Reaksi esterifikasi ini dipakai oleh emil fischer sebagai dasar untuk
memisahkan asam-asam amino yang diperoleh dari hidrolisis protein sebab ester-
ester yang mana telah terbentuk dapat dipisahkan dengan cara distilasi bertingkat.
Ikatan kovalen yang terbentuk dalam Hf biasanya disebut dengan ikatan kovalen
polar atau dapat juga disingkat dengan ikatan polar, yang mana karna elektron-
elektron dapat menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berada didalam salah
satu atom-atomnya. Pada dasarnya Titanium dioksida banyak digunakan sebagai
fotokatalis karena bersifat lembab, stabilitas, termalnya baik, non-toksik, tahan
saat berada disuhu yang tinggi, dan aktivitas kafalitiknya cukup baik saat ini
titanium dioksida juga mulai digunakan sebagai katalis yang ramah lingkungan
dalam proses senyawa-senyawa organik lainnya.
III.Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Rak Tabung reaksi
- Tabung reaksi
- Pemanas air
- Gelas piala 100 mL
- Gelas piala 50 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Gelas ukur 50 mL
- Pipet tetes
- Kaca arloji
-Batang pengaduk
3.2 Bahan
-Bromine dalam CCL4 (air brom 2%)
- KMnO4
- Alkana dan Alkena
- Etanol, 2-butanol, tersier butil alkohol dan fenol
- H2SO4 Pekat
- Pereaksi Lucas (ZnCl2 dalam HCl)
- Kertas pH
- Asam asetat glasial
- FeCl3 1%
IV.Prosedur Kerja
4.1 Alkena
a. Tes Bromine
Senyawa X
Dimasukkan sebanyak 1 ml larutan kedalam tabung reaksi
Dikocok
Diamati hilangnya atau tidak warna air
Hasil
Dikocok
Dites positif jika warna ungu dari reagen hilang dan terbentuk
endapan coklat
Hasil
c. Reaksi dengan H2SO4 Pekat
H2SO4 Pekat
reaksi
Hasil
4.2 Alkohol
a. Kelarutan dan keasaman
Etanol, 2-butano, dan fenol
Dikocok
Diamati
Hasil
b. Pengujian Lucas
Pereaksi Lucas
Hasil
Hasil
d. Reaksi esterifikasi
Alkohol
Hasil
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan yaitu
praktikum yang berjudul Analisa Kuantitatif Gugus Fungsi (I) Didalam
Laboratorium Lingkungan dan Geokimia I .
Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang
dikandungnya. Gugus fungsi (Functional Group) adalah sekelompok atom yang
mengandung gugus atau gugus-gugus fungsi yang sama mengalami reaksi yang
serupa jadi, dengan memperoleh atau mempelajari sifat sifat khas beberapa gugus
fungsi dapat memahami sifat sifat dari banyak senyawa organik. Contoh macam-
macam gugu fungsional yaitu alkohol,eter,aldehida,asam karboksilat,dan lain-lain
(chang,2005).
5.1.1 Alkena
Tabel 1.1
No Senyawa Bromine KMnO4 H2SO4 Keterangan
1 Alkana - Terbentuk Tidak ada (Pentana)
warna cokelat perubahan
2 Alkena - - - -
Dari data diatas dapat diketahui bahwa percobaan pada alkena ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan rangkap pada suatu
senyawa. Dalam percobaan ini seharusnya dilakukan tiga kali percobaan, yaitu Tes
Bromine,Tes Bayer (KMnO4) dan reaksi dengan H2SO4. Pada Tes Bromine tidak
dilakukan karena tidak adanya bahan yang tersedia didalam laboratorium.
Menurut literatur pada uji bromine dilakukan di loker laboratorium yang tidak
tercahayai sinar lampu maupun matahari secara langsung. Hal ini dilakukan
karena sifat dari bromine sendiri yang sangat reaktif bila terkena cahaya dan gas
yang dihasikannya pun beracun bila terhirup. Tes bromine ini digunakan untuk
mengidentifikasi hirokarbon yang jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Penambahan
bromine pada senyawa hidrokarbon tidak jenuh akan memudar warna awal dari
bromine itu sendiri (orange) dengan menghilangnya warna dari bromine tersebut
maka tes dikatakn positif. Pada uji didapatkan reaksi sebagai berikut :
CH3(CH2)4CH3(Aq) +Br2(s)
Berdasarkan literatur yang ada jika alkena direaksikan dengan KMnO 4 akan
menghasilkan tes yang positif, yaitu hilangnya warna ungu reagen dan terbentuk
endapan cokelat. Uji bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO 4
terhadap suatu cairan. Penambahan KMnO4 bertujuan untuk mengetahui
terjadinya reaksi oksidasi, reaksi oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO 4
hilang dari campuran tersebut, hilangnya wrna ungu disebabkan karena adanya
reaksi ion MnO4- dengan alkena membentuk gliko cdroil dan endapan cokelat dari
MnO2. Dengan persamaa reaksi sebagai berikut
OH OH
3CH3-CH-CH-CH3(Aq)+2KMnO4(Aq)+4H2O 3CH3-CH-CH-CH3(Aq)+2MnO4(Aq)+2KOH
Hasil tes positif ini menandakan bahawa sampel memiliki ikatan rangkap
satu.
Pada percobaan dengan H2SO4 pekat dilakukan dengan cara yaitu
mereaksikan 1ml asam sulfat pekat dengan 2ml zat yang dianalisa yang dimana
dalam percobaan zat yang digunakan pentana, dari reaksi ini tidak terjadi suatu
perubahan baik perubahan warna maupun perubahan temperatur (timbul panas).
Hal ini telah sesuai dengan literatur yang ada bahwa alkana tidak dapat bereaksi
dengan H2SO4, namun jika suatu larutan dapat bereaksi dengan H 2SO4 yang
ditandai dengan larutnya zat dalam H2SO4, terjadi timbulnya warna atau
perubahan temperatur maka senyawa yang dianalisis tidak jenuh.
Tes asam sulfat dilakukan dengan mereaksikan asam sulfat dengan senyawa
hidrokarbon. Percobaan ini dapat menunjukkan senyawa kimia dari hidrokarbon
yang dapat bereaksi ataupun tidak dapat bereaksi. Dari percobaan antra reaksi
alkana (pentana) dengan H2SO4, maka tidak ada reaksi yang terjadi. Persamaanya
adalah sebagai berikut :
C5H12(Aq) + H2SO4(Aq)
5.2 Alkohol
Alkohol ialah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksi (-
OH). Beberapa alkohol yang umum ialah etil alkohol,etanol ataupun methanol
(chang, 2005).
5.2.1 Kelarutan/pH
Tabel 2.1
NO Nama Zat Pengamatan Keterangan
Pada reaksi 2-Butanol dengan lucas ialah terjadi kekeruhan hal ini
menunjukkan bahwa 2-butanol bereaksi dengan pereaksi lucas. Namun lambat hal
ini terjadi karena gugus OH terikat pada atom C sekunder yang mengikat 2 atom C
lainnya sehingga energi ikatannya lebih lemah dan lebih mudah bereaksi dengan
pereaksi lucas. Sehingga harus dibantu dengan pemanasan agar reaksi berjalan
lebih cepat. Dengan persamaan sebagai berikut
Pada reaksi t-butil alkohol dengan pereaksi lucas ialah terjadi kekeruhan
hal ini menunjukkan bahwa t-butil alkohol dapat menghasilkan tes positif yaitu
dapat bereaksi dengan pereaksi lucas. Hal ini terjadi karena gugus OH terikat pada
gugus C tersier yang mengikat tiga atom C lainnya. Sehingga energi ikatannya
sangat lemah dan sangat mudah bereaksi dengan pereaksi lucas sehingga tidak
harus dengan pemanasan. Adapun persamaannya sebagai berikut.
Tes positif apabila terbentuk cincin biru sampai ungu. Etanol tidak dapat
bereaksi dengan FeCl3 karena rantai alkali pada etanol sangat sederhana sehingga
penampakannya sangat kecil, selain itu etanol merupakan alkohol yang kurang
reaktif terhadap FeCl3 ion Fe tidak mampu mensubstitusi gugus OH atau
mematahkan gugus OH pada etanol dan berkaitan dengan atom C sedangkan fenol
mampu mematahkan gugus –OH yang dimilikinya dengan FeCl3 dan atom H yang
berikatan dengan Cl membentuk produk baru HCl.
5.2.4 Reaksi Esterifikasi
Tabel 2.4
NO Nama Zat Pengamatan Keterangan
1 Etanol Bau spidol Warna tetap bening tapi
larutan habis
2 2-butanol Bau spidol menyengat Warna menjadi kuning
keruh
3 t-butil alkohol Bau cempedak busuk Warna menjadi cokelat
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara asam karboksilat dengan suatu alkohol dengan asam sebagai
katalis. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat. Reaksi
esterifikasi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat. Tetapi bila
menggunakan katalis kesetimbangan reaksi akan tercapai lebih cepat dan proses
pemanasan dalam percobaan ini adalah untuk mempercepat reaksi. Dimana
kenaikan suhu sejalan dengan meningkatnya kecepatan reaski. Dalam percobaan
ini didapatkan pada etanol yang baunya seperti spidol dengan warna bening dan
larutan habis, kehabisan larutan etanol adalah hidrolisis. Adapun persamaan
reaksinya
C2H5OH(Aq) + CH3COOH(Aq) H SO pekat
2 4 CH3COOC2H5(Aq) + H2O(l)
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa Alkena dan berikan 3 buah contohnya
Jawab :
Alkena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon alifatik yang bersifat tidak
jenuh, tetapi cukup bersifat reaktif. Istilah yang digunakan adalah tidak jenuh yang
menandakan bahwa alkena mengandung atom hidrogen yang kurang dari jumlah
semestinya. Jika dihubungkan dengan jumlah atom karbonnya. Gugus fungsi alkena
yang utama adalah adanya ikatan rangkap dua antara karbon (C=C) gugus fungsi ini
sangat mempengaruhi reaksi pada golongan alkena. Secara umum, reaksi yang
dapat terjadi pada alkena dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu reaksi pada
ikatan rangkap dan reaksi diluar ikatan rangkap. Reaksi alkena yang terjadi pada
ikatan rangkap dinamakan reaksi adisi, sedangkan diluar ikatan rangkap dinamakan
reaksi subtitusi.
Contoh :
CH2=CH-CH2-CH3 = 1-Butena
CH2=CH2 = Etena
CH3-CH=CH = 2-Butena
2. Jelaskan beberapa uji yang dapat dilakukan untuk uji senyawa alkana ?
Jawab:
uji bayer meurpakan suatu uji yang dapat dilakukan untuk menunjukkan
kereaktifan Heksana, benzene dan sikloheksana terhadap oksidator KMnO4 sebagai
katalis. Pada uji bayer ini dilakukan dengan mencampurkan alkohol absolute dan
larutan KmnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkena dan senyawa aromatik
umunya tidak reaktif dengan KmnO4 hilang dan berubah menjadi endapan KmnO4
coklat. Warna ungu dari ion permanganat digantungkan oleh endapan coklat dan
mangan oksida. Reaksi ini digunakan untuk membedakan alkena dan alkana yang
umumnya tidak bereaksi.
b. Alkohol
Gambar1.Endapan coklat
F. Reaksi Esterifikasi
I. Tujuan
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yaitu zat yang diketahui
konsentrasi (larutan standar) dan volumenya digunakan untuk mereaksikan
larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dalam titrasi asam-basa
kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7,
dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya
indikator pH fenolftalein. Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat
transisi warna yang sangat tajam sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir
mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan sehingga terjadilah
perubahan warna dalam indikator secara langsung (Ratna, 2018).
Sistem larutan buffer adalah larutan asam lemah atau basa lemah
bersama-sama dengan garamnya. Adapun asam lemah atau basa lemah adalah
asam atau basa yang hanya mengion sedikit.
Garam dari asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama
dengan ion asamnya. Garam dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah
bereaksi dengan basa yang sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. Contohnya
garam yang terdiri dari ion C3H3O2- adalah garam dari asetat (HC2H3O2).
Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa.
Contoh garam-garam dari amonium hidroksida, NH4OH (larutan amonium NH3),
ialah amonium klorida, NH4CL dan amonium sulfat, (NH4)2SO4 (Chang, 2005).
H+ + C2H3O2- HC2H3O2
pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya, jika ion hidrogen yang di
tambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat
basa. Larutan buffer standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam
lemah itu. Suatu persamaan untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau
untuk menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk
memperoleh larutan dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung
asam lemah dapat di hitung sebagai berikut:
Ka = (H+[A])/[A]
[H+] = Ka (H+[A])/[A])
pH = pKa-log ([HA]/[A])
Indikator asam basa adalah zat (pewarna) yang warnanya bergantung pada pH
larutan yang ditambahkan. Pemilihan indikator bergantung pada seberapa tinggi
tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Warna larutan bergantung pada proporsi relatif asam dan basa. pH larutan
dapat dikaitkan dengan proporsi relatif ini dan dengan pKa indikator melalui
persamaan yang serupa dengan persamaan:
pH = pKa
Salah satu prinsip penggunaan indikator asam basa pada titrasi adalah untuk
menentukan titik ekuivalennya. Indikator umumnya adalah suatu asam atau basa
organik lemah yang akan berubah warna pada harga daerah ph tertentu. Akan
tetapi tidak semua indikator akan berubah warna pada pH dimana diperkirakan
titik ekuivalen akan tercapai.
Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak
jelas. Oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator
karena zat indikator memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu,
perubahan warna ini bergantung pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Salah satu indikator yang digunakan adalah fenolftalein. Indikator fenolftalein ini
memiliki trayek perubahan warna yaitu kuning-biru dan interval pH antara 8,3-
10,0. Senyawa fenolftalein ini tidak berwarna dalam larutuan asam dan senyawa
fenolftalein ini berwarna merah muda dalam larutan basa (Bahadori, 2016).
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
- Erlenmeyer 100 ml
- Erlenmeyer 150 ml
- Gelas piala 50 ml
- Gelas piala 100 ml
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
- Labu takar 100 ml
- Stopwatch
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Gelas ukur 50 ml
3. 2 Bahan
- Na2S2O3
- Akuades
- HCl
- Asam asetat
- Asam sulfat
- KMnO4
- Asam oksalat
- Pita Mg
IV. Prosedur Kerja
4.1 Penyiapan Larutan NaOH 0,1M
NaOH
Hasil
NaOH
Dicuci buret 50 ml
Ditutup cerat
Permukaannya
Hasil
A. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan HCl
HCl 0,1 M
masing Erlenmeyer
Hasil
B. Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan KHP
Kalium Hidrogen Ftalat (KHP)
Hasil
Hasil
4.4 Potensiometri
Diulangi percobaan
Hasil
4.5 Larutan bukan buffer
A. Penentuan pH larutan bukan buffer
Air suling, HCl , NaOH
Hasil
Hasil
4.6 Larutan buffrer
A. Penentuan larutan buffrer
HC2H3O2 dan NaC2H3O2
Hasil
Hasil
Ditentukan pH larutan
Hasil
C. Penentuan pH larutan setelah penambahan basa
Larutan buffer dan larutan buffer
Ditentukan pH larutan
Hasil
V. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai titrimetri dan
pengenalian pH. Pada percobaan ini dilakukan standarisasi larutan.
Standarisasi adalah proses untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari
suatu larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode
titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standard dengan larutan
asam dan basa. Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan yang dibuat dari zat yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat
yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Dalam melakukan standarisasi larutan
dilakukan proses titrasi. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang
terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui
volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Zat peniter (titran) merupakan
larutan standar yang dimasukkan ke dalam buret yang telah diketahui
konsentrasinya. Lalu ada zat yang dititrasi (titrat) merupakan larutan yang
ditempatkan pada Erlenmeyer. Berikut adalah hasil percobaan yang diperoleh
pada percobaan ini.
No. Ulangan
1 2
1. Volume larutan HCl 25 mL 25 mL
2. Molaritas larutan HCl 0,1 M 0,1 M
3, Mol HCl yang dipakai 0,0025 mol 0,0025 mol
4. Mol NaOH yang didapatkan 0,00025 mol 0,00025 mol
5. Volume NaOH awal 50 mL 44 mL
6. Volume NaOH akhir 44 mL 25 mL
7. Volume NaOH yang ditambahkan 6 mL 19 mL
8. Molaritas larutan NaOH 0,416 M 0,131 M
9. Molaritas larutan NaOH rata-rata 0,273 M 0,273 M
Pada percobaan yang dilakukan ini adalah standarisasi dengan larutan
HCl dan tidak melakukan penyiapan larutan NaOH 0,1 M serta menstandarisasi
larutan NaOH 0,1 M karena telah disediakan di laboratorium. Pada percobaan
ini ditambahkan indikator pp ke dalam larutan yang akan distandarisasi.
Indikator pp adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH, yang
digunakan dalam titrasi asam-basa. Cara kerja indikator pp ini akan berubah
warna menjadi tidak berwarna pada larutan asam dan menjadi warna merah
muda pada larutan basa. Fungsi penambahan indikator pp pada percobaan ini
yaitu sebagai penentu titik ekuivalen, karena indikator pp dapat berubah warna
di sekitar titik ekuivalen. Menstandarisasi larutan HCl bertujuan mengetahui
konsentrasi sebenarnya dari larutan HCl yang digunakan sebagai titran, dan
NaOH yang bertindak sebagai titrat. NaOH merupakan basa kuat sehingga
dapat bereaksi sempurna dengan asam kuat, yaitu HCl. Reaksi yang terjadi
antara HCl dan NaOH menghasilkan garam. Berdasarkan literatur, titik
ekuivalen akan tercapai bila mol zat penitrasi sama dengan mol zat yang
dititrasi, ini berarti mol NaOH sama dengan mol zat HCl. Dari hasil percobaan
di atas, dapat dicari mol HCl dan NaOH dari molaritas yang diketahui. Dari
perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa larutan HCl berubah warna
ketika mol HCl = 0,0025 mol. Ketika HCl distandarisasi dengan NaOH maka
akan mengalami perubahan warna. Persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut.
No. Ulangan
1 2
1. Massa KHP 0,35 g 0,35 g
2. Mol KHP 1,7 x 10-3 1,7 x 10-3
3, Mol NaOH yang dibutuhkan 1,69 x 10 -3 1,7 x 10-3
4. Volume NaOH awal 50 mL 50 mL
5. Volume NaOH akhir 31 mL 30 mL
6. Volume NaOH yang terpakai 19 mL 20 mL
7. Molaritas larutan NaOH 0,089 M 0,085 M
8. Molaritas larutan NaOH rata-rata 0,087 M 0,087 M
Pada percobaan ini dilakukan standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan
KHP (kalium hydrogen ftalat). Senyawa KHP merupakan larutan standar primer
yang memiliki kemurnian tinggi yang sangat baik untuk penentuan suatu
larutan. Pada percobaan ini ditambahkan indikator pp ke dalam larutan yang
akan distandarisasi. Fungsi penambahan indikator pp pada percobaan ini yaitu
untuk menentukan titik akhir. Pada percobaan ini menstandarisasi NaOH
dengan KHP akan membentuk warna merah muda. Warna merah muda
terbentuk karena pH telah melewati 8,3 artinya larutan telah menjadi basa.
Semakin basa larutan maka semakin merah warna yang ditimbulkan. KHP
merupakan senyawa garam asam, hal inilah yang menyebabkan KHP digunakan
dalam standarisasi larutan NaOH. NaOH merupakan basa kuat, sehingga dapat
bereaksi sempurna dengan asam kuat. Adapun persamaan reaksi pada
percobaan ini adalah sebagai berikut:
No. Ulangan
1 2
1. Volume cuka 2 mL 2 mL
2. Rapatan cuka 1,008 g/mL 1,008 g/mL
3, Massa cuka 2,016 g 2,016 g
4. Volume NaOH awal 50 mL 50 mL
5. Volume NaOH akhir 25 mL 23 mL
6. Volume NaOH yang terpakai 25 mL 27 mL
7. Molaritas larutan NaOH 0,1 M 0,1 M
8. Mol asam asetat 0.0025 mol 0,0027 mol
9. Molaritas asam cuka 1,25 M 1,35 M
Pada percobaan ini reaksi yang dilakukan untuk melakukan analisa
adalah titrasi asam basa. Titrasi bertujuan untuk mencari titik ekuivalen dari
kedua reaktan yang bereaksi, sehingga dapat ditentukan volume reaktan
nantinya. Karena dilakukan 2 kali pengulangan pada percobaan ini ini maka
adanya variasi volume yang digunakan dalam perhitungan konsentrasi cuka.
Pada percobaan ini ditambahkan indikator pp dengan tujuan penambahan
indikator ini dapat menentukan titik akhir larutan. Berdasarkan literatur, saat
dilakukan titrasi dengan larutan NaOH akan terbentuk warna merah muda.
Warna merah muda terbentuk karena pH larutan telah melewati 8,3 artinya
larutan telah menjadi basa. Dari hasil percobaan yang diperoleh persentase
pada pengulangan pertama adalah 7,44 % dan pada pengulangan kedua
persentase asam asetat dalam cuka adalah 8,03 %. Persamaan reaksi pada
percobaan ini adalah sebagai berikut :
5.4 Potensiometri
Tabel 4. Potensiometri
Gambar 1. pH Meter
Potensiometer
6
5 y = 0.0167x + 4.281
4 R² = 0.4956
pH
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60
Volume NaOH (mL)
Larutan pH (keasaman)
awal setelah setelah
penambahan penambahan
HCl NaOH
A Larutan bukan buffer
1. Air 6 1
2. NaOH 13 1 11
3. HCl 11 1
B Larutan buffer
1. Campuran asam
asetat dan natrium 5 1
asetat
2. Campuran ammonium
hidroksida dan asam 11 13
klorida
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui larutan yang dapat
mempertahankan pH apabila ada upaya untuk menaikkan atau menurunkan
pH dengan penambahan asam dan basa. Pada larutan bukan buffer ketika
ditambahkan asam dan basa pH nya berubah jauh. Sedangkan ketika larutan
buffer ditambahkan asam dan basa pH nya tidak berubah jauh. Dari data di
atas dapat dikatakan bahwa larutan buffer sangat penting dalam pengendalian
pH. Persamaan reaski yang terbentuk pada percobaan ini adalah sebagai
berikut :
Ratna, S.H. 2018. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.)
dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa
Proses. Vol 2(2) : 49-54.
Sunarya, Y. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung : Yrama Widya.
A. Perhitungan
1. Standarisasi dengan larutan HCl
Diketahui VHCl= 25 ml
VNaOH= 6 ml
MHCl = 0,1 M
V1.M1= V2. M2
25 ml . 0,1 M = 6 ml . M2
M2= 0,1 M . 25 ml
= 0,416 M
Mol NaOH
n
M
V
n = M. V
= 0,416 . 6 x 10-3
=2,49 x 10-3
Mol HCl
n
M
V
n = M. V
= 0,1 . 0,0252
=0,0025 mol
Diketahui VHCl = 25 ml
MHCl= 0,1 M
VNaOH = 19 ml
V1.M1= V2. M2
25 ml . 0,1 M = 19 ml . M2
0,1m.25ml
M2
19ml
= 0,131 M
Mol NaOH
n
M
V
n = M. V
= 0,131 . 19 x 10-3
= 2,49 x 10-3 mol
2. Standarisasi dengan KHP
Diketahui MrKHP = 204 g/mol
massa 0,35
molKHP 1,7 x10 3
Mr 204
n
M
V
1,7 x10 3
M 0,136M
0,0125
V1.M1= V2. M2
0,0125 . 0,136 = 0,019. M2
0,0125x0,136
M2 0,089M
0,019
N= m x v
=0,089 x 0,019
=1,69 x 10-3
B. Pertanyaan prapraktek
1. Apa yang dimaksud dengan (a)asam (b) basa (c) titik ekuivalen dan (d)
indikator.
Jawab:
a. Asam adalah senyawa yang mempunyai rasa asam, mengubah kertas
lakmus biru menjadi merah
b. Basa adalah senyawa yang memiliki rasa pahit dan mengubah warna
lakmus dari merah menjadi biru
c. Titik ekuivalen titik dimana konsentrasi asam dan sama dengan
konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan
d. Indikator adalh suatu zat yang digunakan sebagai petunjuk untuk
membedakan larutan asam dan basa
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan (a) kurva titrasi asam basa (b) titik
ekuivalen (c) standarisasi (d) larutan standar primer (e) pH (f)pH meter
Jawab:
a. Kurva titrasi asam basa adalah grafik yang menyatakan hitungan pH
dengan volume liter
b. Titik ekuivalen adalah titik dimana jumlah basa yang ditambahkan
sama dengan jumlah asam yang dinetralkan
c. Standarisasi adalah proses untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan yang ditentukan dengan teliti
d. Larutan standar primer adalah larutan yang diketahui
konsentrasinya
e. pH adalah derajat keasaman yang menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan yang dimiliki larutan
f. pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur pH suatu
larutan
10. Sebutkan beberapa pasangan larutan buffer yang sifat fisiologisnya sama benar
jawab:
HC2H3O2 + NaOH NaC2H3O2 + H2O
2. Komentari hasil analiss asam asetat dalam contoh asam cuka yang Anda
kerjakan.
Jawab :
Dari data yang diperoleh % massa nya adalah
3. Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan dengan cepat, tindakan
apa yang dapat Anda lakukan?
Jawab:
Dengan memperkirakan dari contoh pertama, pada volume berapa NaOH
digunakan terjadi perubahan warna
4. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen, bagaimana caranya? Dan
bagaimana pula pengamantannya untuk titrasi ini?
Jawab:
Melakukan pengamatan yang lebih teliti ketika melakukan tirasi dengan NaOh
dan warnanya tidak pekat
Dilakukan standarisasi
B. Standarisasi dengan KHP
Dilakukan standarisasi