SINTESIS IMINA
Kelompok V
Armitha Dea Pradina
F1C118003
Asisten Laboratorium:
1. Sarima Aprila (F1C116007)
2. Claudia Putri Amalia (F1C116011)
3. M. Irhash Shalihin (F1C116016)
Dosen Pengampu:
1. Dr. rer. nat. Muhaimin, S.Pd., M.Si.
2. Dr. Madyawati Latief, S.P., M.Si.
3. Afrida, S.Si., M.Si.
I. Tujuan
1. Mempelajari reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan amina
primer.
2. Mempelajari pemurniaan hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi.
II. Dasar Teori
Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi
yang dikandungnya. Gugus fungsi adalah sekelompok atom yang menyebabkan
perilaku kimia molekul induk. Molekul berbeda yang mengandung gugus (gugus-
gugus) fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa. Jadi, dengan
mempelajari sifat-sifat khas berupa gugus fungsi, kita dapat belajar memahami
sifat-sifat dari banyak senyawa organik. Amina adalah basa organik. Amina
mempunyai rumus umum R3N dengan R adalah gugus-gugus alkil atau gugus
hidrokarbon aromatik. Seperti ammonia, amina adalah basa Bronsted yang
bereaksi dengan air (Chang, 2005).
Struktur kimia senyawa-senyawa alifatik ini mengandung atom nitrogen.
Senyawa penting yang termasuk golongan ini adalah amina alifatik, nitroalifatik,
karboamida alifatik, karbonitril alifatik dan isokarbonil alifatik. Amina alifatik
merupakan senyawa alifatik yang struktur kimianya dari rumus struktur
amoniak, dengan mengganti satu atau lebih atom hydrogen dengan satu atau
lebih gugus alkil. Senyawa alifatik dibedakan atas amina primer, amina sekunder
dan amina tersier. Struktur kimia amina primer diturunkan dari amoniak dengan
mengganti satu atom hidrogennya dengan satu gugus alkil. Struktur kimia amina
sekunder diturunkan dari amoniak dengan mengganti dua atom hidrogennya
dengan dua radikal alkil dan pada amina tersier ketiga, atom hidrogennya diganti
dengan tiga radikal alkil. Struktur kimia amina primer, sekunder dan tersier tidak
ada kaitannya dengan atom karbon primer, atom karbon sekunder dan atom
karbon tersier sebab radiakal alkil pada amina langsung terikat pada atom
nitrogen dan tidak pada atom karbon (bandingkan dengan struktur kimia alkohol
primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier). Amina aromatic merupakan
senyawa aromatik yang mempunyai radikal fungsi amino (-NH2) yang dapat
langsung terikat pada inti benzena atau juga dapat terikat pada rantai cabangnya.
Senyawa ini mempunyai bau yang khas dan bersifat basa lemah. Seperti halnya
amina alifatik, amina aromatik dapat diklasifikasi menjadi tiga golongan, yaitu
amina aromatic primer, amina aromatik sekunder dan amina aromatik tersier.
Struktur kimianya dapat diturunkan dari rumus struktur amoniak dengan
mengganti satu atau lebih atom-atom hidrogennya. Amina aromatik primer yang
gugus aminonya terikat pada inti benzena, selain dianggap sebagai turunan
amoniak yang satu atom hidrogennya diganti dengan gugusan fenil, struktur
kimianya juga dapat dianggap sebagai turunan benzena yang satu atau lebih
atom hidrogennya diganti dengan gugus amino. Anilin (amino benzena), toluidine
(amina toluene) dan fenildiamina (diamino benzena) adalah contoh-contoh dari
amina aromatik primer. Pada toluidine dan fenildiamin dikenal bentuk orto, meta
dan para. Dua contoh amina aromatik primer yang gugus aminonya terikat pada
rantai cabang adalah benzilamina dan feniletilamina. Kedua amina ini tidak
penting dalam kedokteran, tetapi turunannya feniletilamina yaitu Benzedrine,
efedrina, adrenalin dan kloramisetin adalah obat-obat yang kini dipakai.
Adrenalin merupakan suatu hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal,
berkhasiat menyempitkan pembuluh darah, stimulan jantung, memperlebar
saluran napas dalam paru-paru dan melawan reaksi alergi. Struktur kimia amina
aromatik sekunder dapat diturunkan dari amoniak, jika dua atom hidrogennya
diganti dengan dua radikal fenil atau dengan satu radikal fenil dan satu radikal
alkil. Struktur kimia amina aromatik sekunder dapat juga diturunkan dari anilin
dengan mengganti satu atom hydrogen radikal aminonya dengan satu radikal
alkil. Difenil amina atau fenilanilina, fenilmetilamina atau metilanilina dan
feniletil attau etilanilina adalah contoh-contoh amina aromatik sekunder. Seperti
halnya amina aromatik primer dan amina aromatik sekunder, struktur kimia
amina aromatik tersier juga dapat diturunkan dari rumus struktur amoniak
dengan cara mengganti ketiga atom hidrogennya dengan tiga radikal fenil, dua
atom hidrogennya dengan dua radikal fenil dan satu atom hidrogennya dengan
satu radikal alkil atau satu atom hidrogennya dengan satu radikal fenil dan dua
atom hidrogennya dengan dua radikal alkil. Struktur kimia amina aromatik
tersier juga dapat diturunkan dari struktur kimia anilina dengan cara mengganti
dua atom hidrogen radikal aminonya dengan dua gugus fenil, dua atom hidrogen
radikal amino dengan dua radikal alkil atau satu atom hidrogen gugus amino
dengan satu gugus alkil dan satu atom hidrogen gugus aminonya dengan radikal
fenil. Trifenilamina atau difenilanilina, fenildimetil amina atau dimetilanilina dan
difenilmetilamina atau fenilmetil aniline adalah contoh-contoh amina aromatik
tersier. Suatu amina primer bereaksi dengan aldehid atau keton untuk
menghasilkan imina disebut juga reaksi Schiff-base. Atom nitrogen nukleofilik
dari amia primer bereaksi dengan atom karbon elektrofilik dari golongan karbonil
dengan seiring pergerakan elektron phi ke atom oksigen (Sumardjo,2008).
Salisiliden anilin merupakan senyawa organik sederhana yang memiliki
ikatan rangkap terkonjugasi dan mengandung gugus imina dan hidroksi pada
posisi 1,2 yang menjadikannya baik sebagai ligan pengkelat. Kompleks dari
senyawa ini sudah banyak diteliti diantaranya adalah 5-bromosalisilaldehid
dengan ion logam Co(II), Ni(II) dan Cu(II) yang potensial sebagai anti bakteri.
Sebagian besar kompleks salisiliden anilin dipelajari aktivitasnya sebagai anti
bakteri, anti mikroba dan aspek biologisnya, sedangkan aktivitas fluoresensi dari
senyawa tersebut jarang dibahas, oleh karena itu pada penelitian ini disintesis
kompleks Nikel(II) dengan ligan turunan salisiliden untuk diteliti aktivitas
flouresensinya dengan metode MAOS yang lebih green chemistry. Umumnya,
reaksi pembentukan imina memerlukan katalis asam dengan ph sekitar 4,5 atau
asam lemah. Sebagian metode sintesis memerlukan tahap pemurnian
selanjutnya seperti ekstraksi, rekristalisasi dan sebagainya. Selain itu, hampir
semua reaksi masih memerlukan katalis, pemanasan, pengocokan yang kuat
atau penggerusan (Maryam et al.,2016).
Baru-baru ini, senyawa berpori (polimer koordinasi) disebut logam
organik kerangka kerja telah dikembangkan yang memiliki tingkat porositas
tinggi. Secara umum, bahan berpori dapat dibagi menjadi dua kategori: organik
dan anorganik, masing-masing memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Jenis organik memiliki luas permukaan yang tinggi, tetapi pori-porinya tidak
seragam dan teratur. Jenis anorganik memiliki ukuran pori yang teratur dan
panas yang tinggi dan resistensi mekanik, tetapi permukaannya kurang dari
bahan berpori organik. Salah satu cara mudah untuk mendapatkan material
semua manfaat dari dua kelompok adalah penggunaan kerangka logam organik.
Koefisien linier ficients (konsentrasi, pH dan dosis) ditemukan lebih signifikan
dari koefisien berinteraksi dan kuadratik. Dan juga merupakan koefisien
kuadratik koefisien koefisien interaksi lebih bermakna. Untuk memutuskan
tentang kecukupan model di antara berbagai model untuk mewakili fluo
penghapusan naik oleh Uio-66-amina, dua tes yang berbeda yaitu berurutan dan
secara acak (Massoudinejad et al,.2016).
Jerami padi terdiri dari selulosa, hemi selulosa dan lignin yang dapat
menyerap logam berat dalam larutan air secara valid. Karenanya adsorpsi ion
logam berat dengan limbah pertanian juga bisa memberikan pengobatan baru
baik residu tanaman maupun berat polusi logam. Beras modifikasi amina
difungsikan jerami, bagaimanapun, dengan penggabungan kelompok amina,
menunjukkan kemampuan yang menonjol dalam penghapusan ion logam. fakta
bahwa gugus amina mudah diprotonasi dalam lingkungan asam ronment dan ion
logam dapat diadsorpsi ke adsorben(Wu et al,.2016).
III. Alat dan Bahan
A. Alat
- Labu alas bulat
- Pengaduk magnet
- Pendingin bola
- Corong pisah
- Gelas ukur
- Evaporator bucni
B. Bahan
2 Benzaldehid - Titik lebur -26◦C - Cairan - Iritasi mata - Bilas dengan air
- Densitas 1,0415 g/ml - Tidak berwarna - Iritasi kulit - Hirup udara segar
- Titik didih 178,1◦C - Sedikit larut dalam air - Inhalasi - Hubungi medis
3 Toluena - Titik lebur -93◦C - Cairan - Iritasi mata - Bilas dengan air
- Densitas 0,8669 g/ml - Tidak berwarna - Iritasi kulit - Hirup udara segar
- Titik didih 110,6◦C - Mudah terbakar - Inhalasi - Hubungi medis
4 Aquades - Titik lebur 0◦C - Cairan Tidak ada bahaya Tidak ada penanganan
- MM 18,0153 g/mol - Tidak berwarna
- Titik didih 100◦C - Tidak berbau
5 Etanol - Titik lebur -114,142◦C - Cairan mudah menguap - Mudah terbakar - Bilas dengan air
- Densitas 0,7893 g/ml - Dapat bereaksi dengan garam - Menghilangkan - Hirup udara segar
- Titik didih 78,29◦C - Larut dalam air kesadaran - Simpan di wadah tertutup
- Sakit keras
3.2 Skema kerja
Disaring
Dilakukan evaporasi
Dilakukan reksristalisasi
terhadap residu
menggunakan etanol
Dikeringkan
Dilakukan penentuan titik
lebur
Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
Amina dikelompokkan menjadi amina primer, sekunder dan tersier ini
bergantung pada banyaknya atom karbon yang terikat pada atom nitrogen.
Pemilihan amina primer pada percobaan ini karena reaktivitas dari amina primer
lebih besar karena mampu membentuk ikatan hidrogen yang kuat dibandingkan
dengan amina sekunder dan tersier. Ini disebabkan karena atom nitrogen telah
terikat dengan dua atau lebih atom karbon sehingga senyawa dari amina
sekunder dan tersier kurang elektronegatif. Jika suatu amina primer direaksikan
dengan suatu aldehid akan menghasilkan senyawa imina. Imina merupakan
sebuah senyawa yang memiliki gugus C=N. Imina juga sering dipakai dalam dunia
industry, seperti senyawa propilen imina yang digunakan dalam proses
pembuatan tekstil dan kertas. Sintesis imina merupakan suatu sintesis yang
melibatkan reaksi adisi eliminasi dengan katalis asam. Tahap mekanisme pada
sintesis imina sebanyak dua tahap. Suatu sintesis imina dibuat dari suatu
senyawa benzaldehid atau amina primer dengan urea dan HCl 2 N sebagai
katalisnya. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai Sintesis
Imina didapatkan hasil sebagai berikut :
No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Anilin, toluene dan benzaldehid Larutan berwarna coklat
dimasukkan ke dalam labu alas
bulat
2. Dipanaskan selama 40 menit Tidak terjadi perubahan dan
Dipanaskan suhu larutan meningkat
3. Ditambahkan 20 ml aquades ke Terbentuk 2 lapisan
dalam campuran pada corong Lapisan atas : organik, warna
pisah coklat
Lapisan bawah : air, tak
berwarna
4. Dipisahkan larutan Terpisah antara lapisan organik
dan lapisan air
5. Ditambahkan 20 ml aquades Lapisan atas : organik, warna
coklat
Lapisan bawah : air, tak
berwarna
6. Dipisahkan Terpisah antara lapisan organik
dan lapisan air
7. Lapisan organik dievaporasi
Pada percobaan sintesis senyawa imina ini, di mana pada reaksi
pembentukannya melibatkan suatu proses reaksi nukleofilik terhadap senyawa
karbonil dengan amina primer. Sintesis imina pada percobaan ini menggunakan
senyawa golongan aldehida yakni benzaldehida, sedangkan senyawa amina
primernya digunakan aniline.
Dalam proses sintesis senyawa imina ini, digunakan suatu metode green
chemistry. Metode ini digunakan untuk mengurangi penghasilan limbah yang
berbahaya. Penggunaan metode ini diwujudkan dengan penggunaan akuades
sebagai pelarut dalam proses sintesis. Akuades digunakan sebagai pengganti
toluene yang memiliki sifat racun baik bagi tubuh maupun lingkungan.
Penggunaan/paparan toluene dalam jangka panjang dapat berakibat fatal bagi
organ tubuh, seperti system saraf, darah, ginjal, hati, pendengaran, dll.
Sedangkan bahaya toluene pada lingkungan yakni limbah yang dihasilkan dari
toluene dapat berdampak serius karena menyebabkan pencemaran lingkungan
terhadap lingkungan, udara, dan air. Oleh sebab itu, untuk mengurangi berbagai
bentuk kemungkinan buruk yang dapat terjadi bagi tubuh maupun lingkungan
maka digunakan metode green chemistry yakni dengan merubah pelarut toluene
dengan pelarut akuades.Penggunaan akuades sebagai pelarut didasarkan pada
sifat kelarutan dari kedua reaktan yakni benzaldehida dan aniline.
Pembentukan imina pada percobaan ini menggunakan benzaldehida dan
aniline. Senyawa benzaldehida tersebut berperan sebagai atom karbon elektrofilik
dari gugus karbonil yang mana akan diserang oleh nukleofilik dari gugus amina.
Sehingga, aniline berperan sebagai senyawa amina nukleofilik dari gugus amina
primer. Atom nitrogen dari aniline yang bermuatan positif inilah yang kemudian
akan menyerang inti (nukleofilik artinya suka inti) dari senyawa aldehida yakni
atom karbon yang ada di pusat senyawa.
Senyawa benzaldehida dan aniline dicampurkan, baru kemudian
ditambahkan pelarut akuades. Setelah itu, larutan diaduk menggunakan
pengaduk magnet. Pengadukan tersebut bertujuan untuk mencampurkan
senyawa agar menjadi larutan yang homogen. Pengadukan juga dapat
mempercepat reaksi yang terjadi karena adanya proses pengadukan
menyebabkan tumbukan antar partikel dalam larutan akan menjadi lebih cepat
dan lebih sering terjadi, sehingga reaksi dapat berjalan cepat. Pengadukan ini
juga seharusnya dilakukan dalam gelas beker yang kecil (100 ml). Hal ini
bertujuan agar luas permukaan pengadukan oleh pengaduk magnet dapat
merata. Jika menggunakan gelas beker yang besar, maka otomatis pengaduk
magnet hanya akan terfokus pada pengadukan di tengah pada dasar gelas,
sementara sisi pinggir gelas tidak begitu tercapai, sehingga pengadukan kurang
begitu sempurna. Sedangkan jika menggunakan gelas beker yang ukurannya
kecil, maka pengadukan dapat maksimal karena hampir semua sisi larutan pada
gelas beker akan teraduk sempurna.
Reaksi yang terjadi terdiri dari dua reaksi yakni reaksi adisi dan eliminasi.
Pada reaksi adisi, amina nukleofilik pada karbon karbonil yang bermuatan positif
parsial, yang diikuti dengan lepasnya proton dari nitrogen dan diperolehnya
proton. oleh oksigen. Reaksi adisi nukleofilik ini diikuti dengan reaksi asam basa
untuk membentuk hemiaminal yang umumnya tidak stabil. Reaksinya adalah
sebagai berikut
Tahap kedua yakni reaksi eliminasi. Reaksi ini terjadi saat gugus OH dari
hemiaminal terprotonasi, molekul H2O akan terdisosiasi untuk menghasilkan
resonansi kationik yang stabil. Reaksinya adalah sebagai berikut.
Kation tersebut tidak bereaksi dengan molekul kedua dari amina karena
deprotonasi terjadi dengan mudah, membentuk produk netral yang stabil.
Produk tersebut yakni imina. Imina yang dihasilkan bernama benzalanilin.
Reaksinya adalah sebagai berikut.
Tahap 1
:O: :O:-
Cepat
CH NH2 CH-NH2
Benzaldehid Anilina
OH
C NH2
H
Tahap 2
OH
OH2
Toluena
C NH C NH
H H
-H2O
Lambat
C N c NH
H
Imina
1. Reaksi adisi terjadi ketika amina nukleofilik pada atom karbon dari gugus
karbonil yang bermuatan parsial positif, kemudian diikuti dengan
terjadinya pelepasan proton dari atom nitrogen sehingga akan diperoleh
proton untuk atom oksigen.
5.2 Saran
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Maryam, I. N., D. Wahyuningrum dan I. Mulyani. 2016. “Sintesis Kompleks
Nikel(II) Dengan Ligan Turunan Salisiliden Anilin Sebagai Senyawa
Potensial Oled (Organic Light-Emitting Diode)”. Jurnal TEDC. Vol 10 (1) :
75-81.
Massoudinejad, M., M. Ghaderpoori., A. Shahsavani dan M. M. Amini. 2016.
“Adsorption of Fluoride Over a Metal Organic Framework Uio-66
Functionalized With Amine Groups And Optimization With Response
Surface Methodology”. Journal of Molecular Liquids. Vol 221 : 279-286.
Sumardjo, D. 2008. Penghantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Wu, Y., Y. Fan., M. Zhang., Z. Ming., S. Yang., A. Arkin dan P. Fang. 2016.
“Functionalized Agricultural Biomass As a Low-Cost Adsorbent :
Utilization of Rice Straw Incorporated With Amine Groups For The
Adsorption of Cr(VI) and Ni(II) From Single And Binary Systems”.
Biochemical Engineering Journal. Vol 105 : 27-35.
LAMPIRAN
A. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Tuliskan mekanisme reaksi sintesis imina dalam percobaan ini !
Jawab :