Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
- Buret 50°C
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas takar 250 mL
- Pipet volume 10
- Pengaduk gelas
- Termostat 0-50 C
- Termostat 50 C
- Tabung reaksi
B. Bahan
- Asam oksalat
- Es batu dan garam dapur
- Indikator PP
- Larutan NaOH 0,5 N
V. Hasil dan Pembahasan
Dari percobaan praktikum yang telah di lakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
5.1 Data volume NaOH terpakai selama proses titrasi
Titrasi merupakan salah satu metode kimia untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku.
Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes
indikator, kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan
warna indikator.
Tabel 1. Data volume NaOH terpakai selama proses titrasi
Suhu Volume Volume NaOH Terpakai mL
No
°C H2C2O4 mL V1 V2 VRata-rata
1 25 5 20 mL 27 mL 26,5 mL
2 20 5 27 mL 27 mL 27 mL
3 15 5 30 mL 21 mL 25,5 mL
4 10 5 22 mL 27 mL 24,5 mL
5 5 5 27 mL 26 mL 26,5 mL
6 0 5 29 mL 26,5 mL 27,75 mL
Dari hasil di atas, setiap suhu yang berbeda volume NaOH yang
terpakai pun berbeda-beda. Dapat dijelaskan bahwa kelarutan merupakan
suatu zat terlarut yang dapat melarut pada sejumlah pelarut pada suhu
tertentu membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan
dengan menimbang zat yang akan di tentukan kelarutannya, kemudian di
larutkan. Misalnya dalam 100 mL pelarut, jumlah zat yang ditimbang harus di
perkirakan dapat membentuk larutan lewat jenuh yang ditandai masih tepatnya
zat yang tidak larut.
Suatu larutan jika merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan
tersebut akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan
zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan karena umumnya
proses pelarutan bersifat endotermik. Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan
zat berbeda satu dengan yang lainnya. Suatu zat dapat larut dalam pelarut
tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas. Batas itu disebut kelarutan.
Kelarutan adalah suatu zat terlarut yang dapat melarut pada sejumlah pelarut
pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh.
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut,
sedikit larut dan tidak dapat larut. Beberapa variable, misalnya ukuran ion-ion,
interaksi antara ion-ion, interaksi antara solute dan solvent, temperature,
mempengaruhi larutan. Kelarutan dari solute relatif mudah di ukur melalui
percobaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain sifat
alami dari solute dan solvent, merupakan substansi polar cenderung lebih
miscible atau solube dengan substansi polar lainnya
Pada percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu, hal yang di lakukan
yaitu asam oksalat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dimasukkan ke
dalam termostat yang merupakan campuran dari garam dan es batu, diaduk
agar larutan homogen, dan di ukur suhu yang telah di tentukan yaitu 25°C,
20°C, 15°C, 10°C, 5°C dan 0°C. Dan setelah itu larutan di titrasi dengan larutan
standar NaOH, untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat yaitu ditambahkan
indikator PP. Penambahan indikator PP ini bertujuan untuk mengetahui titik
ekuivalen dari larutan asam oksalat. Larutan asam oksalat memiliki kelarutan
yang tinggi seiring dengan kenaikan suhu.
Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah menentukan panas
pelarutan dari asam oksalat. Asam oksalat merupakan asam dikarboksilat
dengan rumus kimia H2C2O4, padatan kristal tak berwarna dan bersifat racun.
Pertama-tama di lakukan pengenceran pada asam oksalat dan diturunkan suhu
sampai 25, 20, 15, 10 5°C dan 0°C. Lalu kemudian di titrasi dengan NaOH dan
di tambahkan indikator PP. Kelarutan suatu zat akan bertambah seiring dengan
semakin meningkatnya suhu. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu
atau temperatur tumbukan antara partikel-partikel dalam zat tersebut semakin
cepat sehingga akan mempercepat terjadinya reaksi.
Titik akhir titrasi merupakan suatu titik yang berlangsung pada kondisi
kesetimbangan antara titran dengan titer terjadi dan menandakan bahwa
berakhirnya proses titrasi. Sedangkan titik ekuivalen merupakan titik yang
terjadi saat mol titran dan titrat mencapai keseimbangan secara sempurna.
Secara teoritis titik ekuivalen akan terjadi terlebih dahulu kemudian diikuti oleh
titik akhir titrasi. Namun berdarkan fakta yang terjadi bahwa titik ekuivalen
dan titik akhir titrasi dalam praktiknya berlangsung bersamaan waktu. Setelah
titrasi berlangsung catat volume NaOH yang digunakan dalam titrasi tersebut
untuk memuatnya ke dalam data hasil praktikum yang dilakukan, kemudian
data tersebut akan diolah menjadi bentuk grafik, guna untuk digunakan
sebagai media dalam menentukan nilai kalor pelarutan. Kalor pelarutan
merupakan perbedaan antara energi setelah berupa cairan dan energi
komponen larutan sebelum di campurkan tersebut.
Berikut adalah reaksi antara NaOH + H2C2O4 :
0.05
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1/T
0.1
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1/T
30
20 f(x) = − 0.16 x + 27.51
R² = 0.47
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Suhu (°C)
Grafik 3. Titrasi asam oksalat dan NaOH
Pada grafik diatas didapatkan hasil R2 = 0,4667 dan y = -0,16434x +¿
27,512 Yang menunjukkan bahwa hasil yang telah didapat titrasi asam
oksalat dan NaOH dengan nilai perbandingan dia
VI. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan kali ini didapat kesimpulan nya
ialah:
Pemberian suhu mempengaruhi kelarutan terhadap kelarutan suatu zat
pelarut. Dimana pemanasan pelarut membuat partikel bergerak lebih cepat, hal
ini membuat tumbukan antara partikel lebih sering terjadi sehingga zat terlarut
mudah larut. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi suu maka kelarutan
akan semakin besar.
5.2 Saran
Adapun saran yaitu sebaiknya praktikum lebih memahami tentang
prosedur kerja yang akan dilakukan. Karena keberhasilan di dalam suatu
percobaan merupakan hal yang paling menyenangkan bagi para praktikan
sehingga harus mengamati dan mengerjakan menurut prosedur.
DOKUMENTASI
Kelarutan senyawa fungsi temperatur