Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

AMINA DAN AMIDA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Organik II
Dosen : Rhahmasari Ismet S.Si., M.Sc.

Disusun oleh:
( Kelompok 8 )

Napsan (181010950047)
Aprizta Juliana Kurniawan (1810850065)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “AMINA DAN AMIDA” ini tepat pada waktunya dalam memenuhi
tugas KIMIA ORGANIK II.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Untaian terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Pamulang, Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................


A. Latar Belakang ...........................................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
C. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................................


A. Pengertian Amina dan Amida .............................................................
B. Tata nama Amina dan Amida
C. Sifat dan cara membuat struktur Amina dan Amida
D. Reaksi-reaksi dan penggolongan Amina dan Amida

BAB III PENUTUP ..........................................................................................


A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Kritik dan Saran ......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di alam banyak sekali kita jumpai senyawa, baik itu senyawa organik
maupun senyawa anorganik, ataupun senyawa kompleks dan senyawa
sederhana. Kali ini kita akan membahas mengenai salah satu senyawa organik
sederhana, atau lebih spesifik lagi kita akan membahas tentang amina dan
amida. Amina merupakan keluarga amonia yang terdapat di alam dan
memainkan peranan penting dalam banyak teknologi modern. Salah satu
manfaat dari amina yaitu dapat digunakan sebagai pereda nyeri yang kita
kenal dengan nama morfina, yang dijumpai pada biji opium dan putresina
yaitu salah satu dari beberapa poliaminan yang menyebabkan bau tidak enak
dari daging busuk. Diamina yang paling banyak dibuat oleh manusia yaitu 1,6-
diaminoheksana, digunakan dalam sintesis nilon. Turunan amina yang dikenal
sebagai garam kuartener juga menyentuh kehidupan kita sehari-hari dalam
bentuk detergen sintetik. Beberapa neorotoksin juga termasuk dalam keluarga
ini. Senyawa tersebut meracun karena mengganggu peranan asetilkolina, juga
garam amonium kuartener yang beperan dalam transmisi impuls syaraf.
Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2) disebut amina,
dengan rumus umum RNH2. Senyawa amina merupakan turunan dari
ammonia (NH3) dengan mengganti hidrogennya dengan gugus alkil atau
aromatik. Jika satu, dua dan tiga buah hidrogennya diganti, gugus alkil disebut
berturut-turut amina primer, sekunder dan tersier.
R–N–H R – N – R’ R – N – R”

H H R’

amina primer amina sekunder amina tersier

Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, dan banyak amina
mempunyai keaktivan faali. Misalnya, dua dari stimulan alamiah tubuh dari
sistem syaraf simpatetik (“melawan atau melarikan diri”) adalah norepinafrina
(norepinephrine) dan epinafrina (adrenalin).

4
Norepinafrina epinafrina (adrenalin)

Amina dapat dianggap sebagai turunan amonia, dengan mengganti satu atau
dua hidrogen dari amonia dengan gugus organik. Seperti amonia, amina
bersifar basa dan merupakan basa organik yang penting di alam. Untuk
mudahnya amina digolongkan dalam amina primer, amina sekunder dan
amina tersier dimana tergantung pada banyaknya gugus yang melekat pada
nitrogen. Gugus R pada struktur ini dapat berupa alkil atau aril, dan kedua
gugus tesebut dapat berbeda atau sama dengan lainnya. Ikatan dalam satu
amina beranalogi langsung dengan ikatan dalam amonia: suatu atom nitrogen
sp3 yang terikata pada tiga atom yang lain (H atau R) dan dengan sepasang
elektron menyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa .

Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan yang terikat pada nitrogen
akan bersifat kiral, namun enatiomer dari sebagian besar amina tidak dapat
diisolasi karena terjadi inversi yang tepat antara bayangan-bayangan cermin
pada temperatur kamar. Inversi itu berlangsung pada keadaan transisi datar
(nitogen sp2).
Sifat-sifat fisis amina; suku-suku yang rendah berbentuk gas, tak
berwarna, mudah larut dalam air, berbau amoniak, berbau ikan, amina yang

5
lebih tinggi berbentuk cair atau padat, kelarutannya dalam air berkurang
dengan naiknya bobot molekul.
Suatu amida ialah suatu senyawa yang mempunyai suatu nitrogen
trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama asam
karboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan asam ...-oat (atau –at)
menjadi –amida.

butanamida

Suatu amida mengandung nitogen yang mempunyai sepasang elektron


menyendiri dalam suatu orbital terisi. Cukup masuk akal untuk mengharapkan
amida bereaksi dengan asam, seperti amina; namun amida tidak bereaksi
dengan asam. Amida merupakan basa sangat lemah dengan pKb bernilai 15-
16 (kontras dengan itu, metilamina mempunyai pKb = 3,34). Struktur-struktur
resonansi untuk suatu amida menunjukkan mengapa nitrogen suatu amida
tidak bersifat basa maupun nukleofilik. Seperti ester, amida dapat dihidrolisi
dalam larutan asam ataupun basa. Dalam kedua hal ini, asam dan basa adalah
pereaksi, bukan katalis, dan harus digunakan dengan angka perbandingan
molar 1 : 1, atau berlebih. Kedua macam reaksi hidrolisis ini tidak reversibel.
Aniline peka terhadap oksidasi, apa yang terjadi tergantung pengoksidasi
(umumnya amina primer dan sekunder peka terhadap pengoksidasi ini). Oleh
udara aniline menjadi merah. Kalau dipakai K-bikhromat + asam sulfat mula-
mula teerjadi warna hijau. Keaktifan fisiologis dari aniline adalah beracun.
Aniline diadsorpsi dengan pernafasan malalui kulit. Kalau kena kulit cepat
dihilangkan dengan pencucian dengan asam asetat encer. Keracunan khronis
dengan aniline menyebabkan ammonia. Aniline beraksi dengan hemoglobine
dan terjadi methemoglobine yang tak mampu membawa oksigen ke jaringan-
jaringan sehingga terjadi cyanosis. Aniline mempunyai efek beracun terhadap
otot jantung.

6
Gugus fungsi amida menjadi sangat penting. Suatu senyawa N-
etilpropanamida dapat dibuat dengan mereaksikannya dengan asam propanoat
dan etil amina, dari reaksi tersebut akan diperoleh suatu senyawa amina yang
diinginkan. Bila gugus hidroksi asam karboksilat diganti dengan gugus amino
(-NH2) terbentuklah senyawa amida dengan rumus RCONH2. Nama IUPAC-
nya diturunkan dari alkana dan nama umumnya dari karboksilat yang masing-
masing diberi akhiran amida. Senyawa yang mengandung gugus amino (-
NH2) disebut amina dengan rumus umum RNH2. Amida dapat diturunkan
dari asam, dimana gugus – OH diganti dengan NH2 atau amoniak, dimana 1 H
diganti dengan asil. Amida adalah turunan dari asam karboksilat yang bersifat
netral. Pembentukan senyawa amida dapat dilakukan dengan mereaksikan
suatu amina karboksilat dengan suatu asil halida atau anhidrida asam pada
kondisi yang cocok.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Amina dan Amida


2. Tata nama Amina dan Amida
3. Sifat dan cara membuat struktur Amina
4. Sifat dan cara membuat struktur Amida
5. Reaksi-reaksi dan penggolongan Amina
6. Reaksi-reaksi dan penggolongan Amida

C. Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui pengertian Amina dan Amida


2. Untuk mengetahui Tata namaAmina dan Amida
3. Untuk mengetahui sifat dan cara membuat struktur Amina
4. Untuk mengetahui sifat dan cara membuat struktur Amida

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amina dan Amida


1. Amina
Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen
trivalen yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu
atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa
yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan
amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon
(tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada
atom nitrogen adalah karbonil, senywanya adalah amida, bukan amina.
Amina diberi nama dalam beberapa cara. Biasanya, senyawa tersebut
diberikan awalan "amino-" atau akhiran: ".-Amina" Awalan "N-"
menunjukkan substitusi pada atom nitrogen. Suatu senyawa organik dengan
gugus amino beberapa disebut diamina, triamine, tetraamine dan sebagainya.
Sistematis nama untuk beberapa amina umum: Amina lebih rendah diberi
nama dengan akhiran-amina (Methylamine). Amina lebih tinggi memiliki
awalan amino sebagai kelompok fungsional.
2-amino-pentane.png
2-aminopentane (atau kadang-kadang: terpendam-2-il-amina atau pentan-2-
amina).
1.1. Sifat-sifat fisika dan kimia Amina
a. Sifat-sifat fisika
● Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N—H
adalah ditengah-tengah antara alkana (tidak ada ikatan
hidrogen) dan alcohol (ikatan alcohol kuat). CH3CH2CH3,
CH3CH2NH2, CH3CH2OH, propana etilamina etanol.
● Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N—H,
jadi tidak mempunyai ikatan hidrogen, lebih rendah dari amina
yang mempunyai ikatan hidrogen.

8
b. Sifat-sifat kimia
● Kebasaan seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai
basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basa.
● Untuk menelaah kebasaan suatu amina, sering kali digunakan
acuan tetapan ionisasi konjugatnya (Ka).
● Reaksi Amina dengan Asam. Amina yang larut maupun yang
tidak larut dalam air dapat bereaksi dengan asam dan
menghasilkan garam yang larut dalam air.

2. Amida
Amida merupakan salah satu turunan asam karboksilat. Turunan-
turunan asam karboksilat memiliki stabillitas dan reaktifitas yang berbeda
tergantung pada gugus terbalik, yang berarti bahwa senyawa yang lebih stabil
umumnya kurang reaktif dan sebaliknya. Karena asil halida adalah kelompok
paling tidak stabil, masuk akal bahwa senyawa ini dapat secara kimia diubah
kejenis lain.
Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua
pengertian. Jenis pengertian pertama adalah gugus fungsional organik yang
memiliki gugus karbonil ( C=O ) yang berikatan dengan suatu atom nitrogen
(N), atau suatu senyawa yang mengandung gugus fungsional ini. Jenis
pengertian kedua adalah suatu bentuk anion nitrogen. Amida dengan
kelompok NH2 bisa didehidrasi dengan sebuah nitril. Amida adalah senyawa
yang merupakan turunan asam karbosilat yang diperoleh dari penggantian –
OH pada gugus –COOH oleh gugus –NH2. Dengan demikian rumus umum
untuk amida adalah: R-CO-NH2.
Amida ialah suatu senyawa yang mempunyai nitrogen trivalen yang
terikat pada suatu gugus karbonil.
 Dalam senyawa amida, gugus fungsi asil berkaitan dengan gugus –NH2.
Dalam pemberian namanya, akhiran –Oat atau –At dalam nama asam
induknya diganti dengan kata amida.
 Dinamai sesuai dengan nama asam karboksilatnya dikurangi akhiran oat
dan diganti dengan amida.

9
 Jika pada atom N tersubstitusi gugus alkil, maka substituent alkil
ditunjukkan dengan memberi awalan N dimana alkil tersebut terikat.
Contoh:
1. HCOOH : Asam metanoat / asam format
2. HCONH2 : metanamida(IUPAC) Formamida (trivial)
3. CH3CH2CH2COOH : asam bityanoat/asam butirat
4. CH3CH2CH2CONH2 :butanamida (IUPAC) Butiramida (trivial)

2.1. Sifat-sifat fisika dan kimia Amida


a. Sifat-sifat Fisika
● Amida mudah membentuk ikatan hidrogen sehingga titik
didihnya tinggi dibandingkan senyawa lain dengan bobot
molekul yang sama, namun bila terdapat subtituen aktif pada
atom nitrogennya maka titik didih dan titik lelehnya cenderung
menurun karena kemampuan untuk membentuk ikatan
hidrogen juga menurun.
● Mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O
dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
● Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang
disebabkan oleh adanaya gugus karbonil (-C-), sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat fisiknya (titik didih,titik lebur
dan kelarutan)diketahui bahwa titij didih halida asam,
anhidrida asam karboksilat dan ester hampir sama hampir sama
dengan titk didih aldehid dan keton yang brat molekulnya
sebanding.
b. Sifat-sifat Kimia
● Keberadaan gugus karbonil dalam turunan asam karboksilat
sangat menentukan kereaktifan dalam reaksinya, walaupun
gugus karbonil tersebut tidak mengalami perubahan.
● Gugus asil ( R-C=O ) menyebabkan turunan asam karboksilat
mudah mengalami substitusi nukleofilik. Dalam substitusi ini,

10
atom/gugus yang berkaitan dengan gugus asil digantikan oleh
gugus lain yang bersifat basa. Pola umum reaksi substitusi
nukleofilik tersebut dituliskan dengan persamaan reaksi.
● Reaksi substitusi nukleofilik pada turunan asam karboksilat
berlangsung lebih cepat dari pada reaksi substitusi nukleofilik
pada rantai karbon jenuh (gugus alkil).

B. Tata nama Amina dan Amida


1. Tata Nama Amina
1.1. Untuk gugus NH2 mendapat nama amino. Jika gugus NH2 lebih dari
satu, maka diberi imbuhan di-, tri- dan seterusnya.
Penamaannya dengan menulis angka untuk posisi gugus NH2
terlebih dahulu, lalu diikuti nama amino ditulis dan diakhiri dengan
nama gugus lain.
Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 1,3-diaminopropana
Gambar 2 : 1,5-diaminopentana
Gambar 3 : 2,4,6-triaminofenol

11
1.2. Jika terdapat gugus –OH, maka nama gugus alkana diganti dengan
akhiran –ol dan gugus -NH2 disebut amino. Nama gugus –OH
disebut lebih dulu dan diikuti kata amino.
Contoh :
Metanolamino
Etanolamino

1.3. Nama amina primer jenuh diturunkan dari nama alkana yang mana
akhiran -a diganti dengan akhiran -amina. Di depan nama amina
primer terdapat angka yang menentukan posisi gugus -NH2.
Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : Metanamina
Gambar 2 : 2-propanamina
Gambar 3 : 1-propanamina
Gambar 4 : 3-butanamina

* Nama alkana sesuai dengan jumlah atom karbon (gugus -NH2


tidak dihitung).
* Angka di depan nama amina primer jenuh menunjukkan posisi
gugus –NH2.

12
1.4. Nama amina primer tak jenuh adalah dengan mengganti akhiran -a
pada nama alkena menjadi akhiran -il dan diikuti dengan nama amina.
Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 5-heksenilamina
Gambar 2 : 2-propenilamina
Angka di depan nama amina primer tak jenuh menunjukkan posisi
ikatan rangkap.

1.5. Jika terdapat substituen pada amina primer jenuh maupun tak jenuh,
nama substituen berserta posisinya diletakkan di depan nama amina
primer.
Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka disusun
berdasarkan urutan abjad.
Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka mendapat imbuhan
di-, tri- dan seterusnya.
Contoh :

13
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 2-etil-3-metil butanamina
Gambar 2 : 2,2-dimetil-5-heksenilamina

1.6. Jika terdapat gugus -NH, maka termasuk amina sekunder. Untuk
penamaannya mendapat awalan N diikuti nama gugus alkil yang
terikat pada gugus -NH dan diakhiri dengan nama alkana+amina.

Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : N-metilpropanamina
Gambar 2 : N-propilbutanamina
Gambar 3 : N-propil-2-butanamina
Gambar 4 : N-metil-2-butanamina
Angka dua di depan nama alkana+amina merupakan posisi gugus –
NH.

1.7. Jika terdapat substituen yang tidak terikat pada gugus –NH, maka
nama substituen ditulis lebih dulu.

14
Tetapi, jika substituen terikat pada gugus –NH dan substituen tersebut
sejenis dengan gugus alkil yang terikat pada gugus –NH, maka
penulisnya diawali dengan N,posisi substituen.

Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 3-metil-N-propil butanamina
Gambar 2 : N,4-dimetil-2-pentanamina
Gambar 3 : N-3-dietil-2-pentanamina
Gambar 4 : N-5-dimetil-2-heksanamina

1.8. Jika hanya terdapat gugus –N, maka termasuk amina tersier.
Penamaannya diawali dengan N,N diikuti nama kedua gugus alkil
yang terikat pada gugus –N.
Jika kedua gugus alkil berbeda jenis, maka penamaannya berdasarkan
urutan abjad.
Jika kedua gugus alkil sejenis, maka nama gugus alkil mendapat
imbuhan di-, tri- dan seterusnya.

15
Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : N-(2-kloroetil)-N-etil-butanamina
Gambar 2 : N-etil-N-metil-propanamina
Gambar 3 : N,N-dietil-butanamina
Gambar 4 : N,N-dietil-2-propanamina
Gambar 5 : N-N-dimetil-3-heksanamina

1.9. Jika terdapat substituen, maka substituen ditulis lebih dulu.

Contoh :
3-kloro-N,N-dimetil-propanamina
2. Tata nama Amida
2.1. Nama amida primer berasal dari nama IUPAC dari Asam karboksilat
yang mana akhiran -oat diganti dengan -amida, kecuali Asam asetat
yang dapat langsung diberi akhiran amida menjadi asetamida.

16
Contoh :
Metanamida
Etanamida
2.2. Untuk penomoran, gugus -CONH2 mendapat nomor satu.
2.3. Jika terdapat substituen pada amida primer, nama substituen ditulis
lebih dulu.
Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka
penyusunannya berdasarkan urutan abjad.
Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka nama substituen
mendapat imbuhan di-, tri- dan seterusnya.
Contoh :

Keterangan Gambar :
Gambar 1 : 2-etil-3-metil pentanamida
Gambar 2 : 2,2-dimetil heksanamida
Ingat, gugus –CONH2 selalu mendapat nomor 1.
2.4. Penamaan amida sekunder diawali dengan huruf N dan diikuti
dengan nama gugus alkil
Contoh :

17
Keterangan Gambar :
Gambar 1 : N-metil propanamida
Gambar 2 : N-propil propanamida

2.5. Jika amida sekunder memiliki substituen yang sejenis dengan gugus
alkil, maka posisi substituen ditulis setelah huruf N dan karena
substituen sejenis dengan gugus alkil yang terikat pada gugus -NH,
maka dapat diberi imbuhan di-, tri- dan seterusnya.
Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N,3-dimetil


heksanamida.
2.6. Jika amida sekunder memiliki substituen yang tidak sejenis dengan
gugus alkil yang terikat pada gugus -NH, maka penamaannya
berdasarkan urutan abjad dari nama gugus alkil.
Contoh :

18
Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N-etil-2-metil-
butanamida.
2.7. Penamaan amida tersier diawali dengan dua huruf N. Jika gugus alkil
yang terikat pada atom N tidak sejenis, maka penamaan gugus alkil
disusun berdasarkan urutan abjad yang mana setiap nama gugus alkil
diawali huruf N.
Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N-etil-N-propil


propanamida.
Tetapi, jika gugus alkil yang terikat pada atom N sejenis, maka nama
gugus alkil mendapat imbuhan di-, tri- dan seterusnya.
Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah N,N-dimetil


metanamida.

2.8. Jika amida tersier memiliki substituen, maka nama substituen ditulis
lebih dulu.
Contoh :

Nama senyawa dengan bentuk struktur di atas adalah 2-etil-N,N-


dimetil butanamida.

19
C. Sifat dan cara membuat struktur Amina dan Amida
1. Sifat-sifat amina
1.1. Amina primer memiliki bau seperti amonia (NH3), sedangkan amina
sekunder dan amina tersier memiliki bau amis.
1.2. Pada suhu kamar, amina berbobot molekul rendah dan berupa gas
atau cairan. Amina berbobot molekul rendah dapat larut dalam air dan
mudah menguap. Amina primer lebih mudah menguap daripada
amina sekunder dan amina primer.
1.3. Jika jumlah atom karbon kurang dari enam, amina akan mudah larut
dalam air. Jadi, semakin pendek rantai karbonnya, maka amina akan
semakin mudah larut dalam air. Dengan kata lain, amina berantai
pendek bersifat lebih polar.
1.4. Amina yang tidak larut dalam air akan lebih mudah larut dalam asam
karena terjadinya pembentukan garam yang mudah larut dalam air.
1.5. Semakin panjang rantai karbonnya, maka titik didih dan titik leleh
amina semakin meningkat.
1.6. Amina bersifat basa lemah dalam larutan air.
1.7. Amina merupakan zat yang tidak berwarna.
1.8. Amina cenderung menerima satu proton (H+) dari air dalam reaksi
asam basa reversible. Jika amina mengikat proton, maka akan
membentuk garam amonium.
1.9. Amina yang memiliki asam konjugat lebih lemah dan derajat
keasaman yang lebih rendah, maka sifat basanya lebih kuat.
1.10. Jika amina mengikat empat gugus alkil atau aril, maka akan
membentuk garam amonium kuartener.

2. Sifat-sifat Amida
2.1. Sangat polar.
2.2. Mudah larut dalam air karena mudah membentuk ikatan hidrogen
dengan air. Semakin pendek rantai karbon, maka semakin mudah
larut dalam air. Tetapi, kurang larut jika dibandingkan dengan amina

20
dan asam karboksilat karena amida mudah menerima maupun
menyumbangkan atom hidrogen.
2.3. Metanamida berwujud cair pada suhu kamar.
2.4. Etanamida berwujud kristal, tidak berwarna, berbau seperti tikus dan
mudah menyerap uap air, sehingga kristal etanamida sering terlihat
basah.
2.5. Amida yang memiliki gugus N-H memiliki titik didih dan titik leleh
lebih tinggi daripada amida yang memiliki gugus NR. Titik didih dan
titik leleh amida lebih tinggi daripada ukuran molekulnya karena
adanya ikatan hidrogen antar molekul.
2.6. Amida memiliki gugus asil. Adanya gugus asil menyebabkan amida
mudah mengalami substitusi nukleofilik.
2.7. Amida bersifat reaktif karena adanya gugus karbonil.

3. Cara Membuat Struktur Amina


3.1. Amina Primer
a. Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui
jumlah atom karbon pada rantai induk.
b. Perhatikan angka di depan nama alkana + amina. Jika tidak ada
berarti gugus –NH2 terletak pada posisi 1. Tarik garis dari atom
karbon yang menunjukkan posisi gugus –NH2.
c. Perhatikan angka di depan nama substituen yang menunjukkan
atom karbon yang mengikat substituen tersebut dan tarik garis
dari atom karbon tersebut.

3.2. Amina Sekunder


a. Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui
jumlah atom karbon pada rantai induk.
b. Perhatikan angka di depan nama rantai induk. Jika tidak ada
berarti gugus –NH terletak pada posisi 1. Tarik garis dari atom
karbon yang menunjukkan posisi gugus –NH.

21
c. Perhatikan nama gugus alkil setelah huruf N. Jika metil, maka
hanya tarik garis lurus dari gugus –NH dengan arah yang
berlawanan dengan rantai induk.
d. Untuk substituen, perhatikan angka setelah huruf N atau angka
terdepan pada nama senyawa. Jika terdapat angka setelah huruf
N, maka struktur substituen sejenis dengan struktur gugus alkil
yang terikat pada gugus –NH.

3.3. Amina Tersier


a. Perhatikan nama alkananya terlebih dahulu untuk mengetahui
jumlah atom karbon pada rantai induk.
b. Perhatikan angka di depan nama alkana+amina. Jika tidak ada
berarti gugus -N terletak pada posisi 1.
c. Perhatikan nama gugus alkil setelah huruf N pertama dan kedua.
Buat dua buah struktur gugus alkil dengan menarik garis dari
atom N dengan arah yang berbeda walaupun gugus alkil sejenis.
d. Jika terdapat nama substituen (di depan huruf N), perhatikan
angka di depan nama substituen yang menunjukkan posisi atom
karbon yang terikat dengan substituen tersebut. Tarik garis dari
atom karbon tersebut.

4. Cara Membuat Struktur Amida


Untuk cara pembuatan struktur amida sama seperti pada pembuatan
struktur amina.
4.1. Amida memiliki gugus karbonil (C=O) yang berikatan dengan
gugus –NH2. Amida merupakan senyawa turunan dari asam
karboksilat yang mana gugus –OH pada asam karboksilat diganti
dengan gugus –NH2.
4.2. Amida dapat dibentuk dari dehidrasi garam amonium melalui proses
pemanasan atau distilasi. Sebaliknya, amida primer yang dipanaskan
dalam larutan asam akan membentuk asam karboksilat dan garam
amonium.

22
4.3. Selain itu, amida juga dapat dibentuk dari pemanasan asam dengan
urea pada suhu 120 oC dan reaksi hidrolisis dari senyawa nitril.
4.4. Berbagai reaksi suatu senyawa dengan amonia juga dapat
menghasilkan Amida, seperti reaksi anhidrida asam dengan amonia,
reaksi ester dengan amonia dan reaksi asam klorida dengan amonia.
4.5. Hidrolisis basa pada amida primer akan menghasilkan garam
karboksilat dan amonia. Hidrolisis basa pada amida sekunder akan
menghasilkan garam karboksilat dengan amina.
Amida primer memiliki gugus -RCONH2.
Amida sekunder memiliki gugus -R2CONH.
Amida tersier memiliki gugus -R3CON.
Di mana R merupakan atom halogen, gugus alkil atau gugus aril.

D. Reaksi-reaksi dan Penggolongan Amina dan Amida


1. Reaksi-reaksi Amina
1.1. Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
a. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol
disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah
ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3CH2 CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°)

b. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan


senyawa N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O
Contoh :
H N=O N + HNO2 → N + H2OCH3CH3
N-metilanilina N-metilnitrosoanilina
c. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi
yang ditentukkan oleh jenis amina tersier yang digunakan. Pada
aminaalifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2

23
mengakibatkan terjadinya substitusi cincin aromatik oleh gugus –
NO.
Contoh :
CH3 CH2 N + HNO2 → N + H2O CH3CH3
N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N- dimetilanilina
d. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu
0°C menghasilkan garam diazonium.
Contoh:
NH2 + HNO2 + HCl N= : Cl + 2H2O
Anilinabenzenadiaazoniumklorida
1.2. Reaksi Amina dengan Asam
Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH+Cl-
Dietilamoniumklorida

2. Penggolongan amina
Penggolongan amina didasarkan pada berapa atom H pada amonia
diganti dengan gugus alkil atau aril. Apabila satu H pada amonia diganti
gugus alkil disebut amina primer. Apabila dua atom H pada amonia
diganti gugus alkil disebut amina sekunder dan apabila ketiga atom H
pada amonia diganti gugus alkil disebut amina tersier. Gugus alkil yang
terikat pada amina sekunder atau tersier dapat semua sama dan dapat pula
berbeda-beda.
Terdapat tiga jenis amina sesuai dengan jumlah atom H yang dapat
digantikan oleh gugus alkil, yaitu
a. Amina primer (R–NH2)
b. Amina sekunder (R2–NH), dan
c. Amina tersier (R3–N).
Tata nama trivial untuk ketiga senyawa tersebut diturunkan dari nama gugus
alkilnya. Contoh :

24
3. Reaksi-reaksi Senyawa Amida
Hidrolisis suatu amida dapat berlangsung dalam suasana asam atau
basa. Dalam lingkungan asam, terjadi reaksi antara air dengan amida yang
telah terprotonasi dan menghasilkan asam karboksilat –NH¬¬3.Dalam
lingkungan basa, terjadi serangan OH- pada amida dan menghasilkan
anion asam karboksilat +NH3
3.1. Hidrolisis Asam
Amida dapat mengalami hidrolisis apabila bereaksi dengan
asam. Asam disini bukan merupakan katalis, karena asam ikut
bereaksi dan mempengaruhi produk yang dihasilkan. Asetamida
yang dilarutkan dengan H2SO4 10 % menyebabkan timbulnya bau
yang cukup menyengat. Reaksi ini dilakukan dengan penambahan
kalor untuk mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
O

2CH3CNH2 + H2SO4 + 2H2O → 2CH3COOH + (NH4)2SO4
asetamida asam asetat

Dapat dilihat bahwa bau yang cukup menyengat seperti cuka


disebabkan karena terbentuknya asam asetat. Percobaan dilanjutkan
dengan penambahan NaOH pada larutan asetamida dengan asam
sulfat sehingga terbentuknya amonium. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
(NH4)2SO4 + 2NaOH → 2NH4OH + Na2SO4

25
3.2. Hidrolisis Basa
Amida juga dapat mengalami hidrolisis dengan basa. Sampel
amida yaitu urea direaksikan dengan NaOH kemudian dipanaskan
untuk mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
O O
║ ║
H2N – C – NH2 + 2NaOH → Na+ -O – C – O- +Na + 2NH3
Urea
Ternyata hidrolisis basa urea menyebabkan pembentukan amonia dan
garam karboksilat. Penambahan asam sulfat pada larutan
menyebabkan terjadinya reaksi sebagai berikut:
O O
║ ║
Na+ -O – C – O- +Na + H2SO4 → HO – C – OH + Na2SO4

4. Penggolongan Amida
4.1. Amida paling sederhana adalah turunan dari amonia dimana satu
atom hidrogen telah digantikan oleh gugus asil. Pada umumnya amida
direpresentasikan sebagai RC (O) NH2. Amida dapat berasal dari
amina primer (R'NH2) dengan rumus RC (O) NHR '. Amida
jugaumumnya berasal dari amina sekunder (R'RNH) dengan rumus
RC (O) NR'R. Amidabiasanya dianggap sebagai turunan dari asam
karboksilat di mana gugus hidroksil telahdigantikan oleh amina atau
amonia.
Suatu anhidrida siklik seperti halnya anhidrida yang lain, dapat
bereaksi dengan amoniak , tetapi hasil reaksinya mengandung dua
macam gugus, yaitu gugus CONH2 dan gugus –COOH. Bila hasil
reaksi ini dipanaskan, terjadi pelepasan satu molekul air dan
terbentuk suatu amida.

26
4.2. Amida ialah suatu senyawa yang mempunyai nitrogen trivalen yang
terikat pada suatu gugus karbonil. Dalam senyawa amida,
gugusfungsi asil berkaitan dengan gugus –NH2. Dalam pemberian
namanya, akhiran –Oat atau –At dalam nama asam induknya diganti
dengan kata amida.
Contoh:
HCOOH : Asam metanoat / asam format
HCONH2 : metanamida(IUPAC)
Formamida (trivial)
CH3CH2CH2COOH : asam bityanoat/asam butirat
CH3CH2CH2CONH2 : butanamida (IUPAC)
Butiramida (trivial)

27
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Amina ialah senyawa organik yang boleh dikatakan sebagai turunan dari
amonia (NH3).
2. Penggolongan amina didasarkan pada berapa atom H pada amonia diganti
dengan gugusalkil atau aril. Senyawa amina dibedakan menurut :
- Satu atom H amonia diganti gugus alkil disebut amina primer
- Dua atom H amonia yang di ganti dengan gugus alkil disebut amina
sekunder
- Tiga atom H amonia diganti dengan gugus alkil disebutamina tersier
3. Tata nama amina sederhana yang diikuti dengan gugus alkil langsung
diikuti dengan nama amina. Sedangkan menurut UIPAC, dimulai dari
salah satu ujung rantai C terpanjang yang paling dekat dengan gugus yang
paling dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugusamina.
4. Pada suhu kamar, alkilamina yang berbobot molekul rendah akan
berwujud Gas atau cair.Sedangkan Di- dan Tri- serta amina primer yang
memiliki 3 – 10 atom C berwujud cair.Amina yang lebih kecil jumlah
atom C nya berwujud gas.
5. Reaksi antara amina dan amida dengan asam dapat menghasilkan garam
karena amina dan amida tergolong sebagai basa. Selain itu, reaksi amina
dan amida dengan asam kuat menghasilkan terbentuknya gas.
6. Hidrolisis asam amida menghasilkan asam karboksilat, apabila produk
sampingnya dibasakan menghasilkan suatu amonium.
7. Hidrolisis basa amida menghasilkan suatu garam karboksilat dan amonia,
apabila garam karboksilat diasamkan akan membentuk asam karboksilat.

28
B. SARAN
Dari pembelajaran materi ini, diharapkan kita bisa mengerti tentang senyawa
Amina dan amida. Jadi, belajar itu tidak hanya dari satu buku tetapi dari buku
lain kita juga bisa karena buku adalah ilmu pengetahuan untuk kita. Keraguan
bukanlah lawan keyakinan, keraguan adalah sebuah elemen dari kegagalan.
Dan kita tidak harus takut pada kegagalan tetapi pada keberhasilan melakukan
sesuatu yang tidak berarti

DAFTAR PUSTAKA

29
1. https://ratukemalalaura.blogspot.com/2018/06/tata-nama-sifat-membuat-
struktur-amina-dan-amida.html
2. https://www.scribd.com/document/347791449/makalah-amida-dan-amina-
docx
3. https://www.academia.edu/7287062/LAPORAN_ORGANIK_AMINA_D
AN_AMIDA
4. https://www.academia.edu/9300658/makalah_kimia_organik_-_Amina

30

Anda mungkin juga menyukai