OLEH:
KELOMPOK 7
TUTUT SELAMET 2008060042
SURYA HADI 2008060041
SITI KHAERUL HAFIZAH 2008060040
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen
trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan
satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu
senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2).
Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom
karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang
terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amina,
bukan amida.
Di antara sejumlah golongan senyawa organik yang memiliki sifat
basa, yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina
memiliki keaktifan faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai
peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang
berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant. Kelompok
senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga merupakan
bagian dari golongan basa organik amina.
Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa
organik, oleh karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang
lain. Oleh karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan
sangat membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang
mempunyai peran penting dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini.
1
4. Apa yang dimaksud dengan enantiomer?
5. Apa saja preparasi dan reaksi pada senyawa amina?
2
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Definis Amina
Senyawa amina adalah turunan organic dari ammonia dimana satu
atau lebih atom hodrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil
atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti
alcohol dan eter terhadap air. Seperti alcohol, amina bias diklasifikasikan
sebagai primer, sekunder, dan tersier. Meski demikian dasar dari
pengkategoriannya berbeda dari alcohol. Alcohol diklasifikasikan dengan
jumlah gugus non hydrogen yang terikat pada karbon yang mengandung
hidroksil, namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hydrogen
yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991).
NH
3
NH
CH2CH3
N-etil-N-metil-sikloheksilamina
Apabila rantai yang terikat pada maina mempunyai substituent, maka
penomoran dimulai dari atom C yang terikat langsung pada atom N sebagai
nomor 1.
CH3 CH3
CH3 – NH – CH CH3–CH2–CH2–CH–CH2–CH2N(C2H5)2
CH3
N,1-isopropil metal amina N, N-dietil-3-metil-pentil-amina
Secara IUPAC, gugus amina dianggap sebagai substituen. Penomoran
bias digunakan aturan umum yaitu: dimuali dari salah satu ujung rantai C
terpanjang yang paling dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus
amina. Penamaan secara IUPAC dimulai dari nomor dimana gugus amina
terikat, diikuti kata amina dan diakhiri nama alkana sebagai rantai induk.
CH3
CH3
Br
aniline P-Bromo aniline N-dimetil aniline m, N-dimetil-anilina
4
Apabila gugus amino terikat pada sistem aromatic atau turunan aromatic,
maka namanya diturunkan dari nama sistem cincin aromatiknya.
NH2
CH2 NH2
5
ikatan hydrogen antara air dengannya atau dengan amina tersier
lainnya. Konsekuensinya titik didihnya lebih rendah disbanding
amina primer atau sekunder.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot
molekul rendah adalah aromanya yang tidak menyenangkan. Amina
volatile ini menguap secara cepat dan terciup seperti campuran
ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk
terutama organ yang mengandung protein tinggi menghasilkan
amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan
daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina
(Stoker, 1991).
Tabel 1. Daftar titik lebur dari amina Primer Jenuh (R – NH2)
R= m.p. oC R= m.p. oC
CH3 -92.5 C11H23 16.5
C2H5 -80.6 C12H26 28.0
C3H7 -83.0 C13H27 27.0
C4H9 -50.5 C14H29 37.9
C5H11 -55.0 C15H31 37.3
C6H12 -19.0 C16H33 46.2
C7H15 -23.0 C17H35 49
C8H17 - 0.4 C18H37 51.8
C9H19 -.1.0 C19H41 57.8
C10H21 15.0 C20H45 62.7
6
Diheksadekil 67.03
Dioktadekil 72.3
7
Jika molekul amina dapat larut, maka akan terjadi asosiasi
(penggabungan) molekul amina dengan molekul air. Menjadi :
H
H–N–R
H H–O
H–N–R H
H–O
H
Apabila gugus R yang diikat oleh atom N cukup besar, maka akan
terjadi gangguan sterik yang akan mengahalangi pembentukan
asosiasi molekul, dengan kata lain molekul amina tidak dapat larut
dalam air.
Tetapan
Nama Rumus Td C o
disosiasi pKb
(kb)
Amonia NH3 -33,4 2,0 x 10-5 -4,70
Metilamin (CH3)2NH2 - 33,4 44 x 10-5 -3,36
Dimetilamin (CH3)3NH 7,4 51 x 10 -5
-3,79
Trimetilamin CH3CH2NH2 2,9 5,9 x 10 -5
-4,23
CH3CH2CH2
Etilamin 16,6 47 x 10-5 -3,23
NH2
CH3CH2CH2
n-propilamin 47,6 38 x 10-5 -3,42
NH2
CH3(CH2)3N
n-butilamin 77,8 40 x 10-5 -3,40
H2
Aniline C6H5NH2 184,0 4,2 x 10-5 -9,38
N, N-
C6H5N(CH3)2 193,5 11 x 10-5 -8,96
dimetilanilin
NH2CH2CH2
Etilenadiamin 116,5 8,8 x 10-5 - 4,07
NH2
Heksametilenadi NH2(CH2)6N 204,5 85 x 10-5 - 4,07
8
H2
Piridin C5H5N 115,3 23 x 10-5 - 8,64
Tabel diatas menunjukan sifat fisik amina, dan pada suhu kamar
amonia dan etilamin berwujud gas.
Sifat fisika Amina secara umum:
Suku-suku rendah berbentuk gas.
Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
Mudah larut dalam air.
Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/ padat.
Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.
9
hasil reaksi sering dijumpai campuran amina primer, sekunder, tersier
dan kuarterner.
CH3NH3I - + NH3 CH3NH2 + NH4I
CH3NH2 + CH3I (CH3)2NH2I
Alkilasi dapat juga terjadi pada amina aromatic, seperti berikut:
NH2 NHCH3 N(CH3)2
CH3Cl CH3Cl
3.
2.5.
10