Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA

ABSORBSI

Disusun Oleh :

1. Adelia Hayyu R (17031010142)


2. Dimas Syamsul (17031010143)
3. Riva Maulana (17031010154)
4. Dimas A Bramantyo (17031010167)
5. Rahmania Nursy I (17031010169)
6. Ikhwandanny Putra (17031010171)
7. Dwi Saputri (17031010178)
8. Aziz Hafizh (17031010181)
Pararel D

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik
dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur
lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen, dan belerang. Senyawa kimia
organik ini berasal dari kesalahpahaman bahwa semua senyawa organik pasti
berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa
perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia
anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam
transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya
merupakan campuran dari senyawa organik.
Pada awal perkembangan ilmu kimia sebagai suatu ilmu pengetahuan,
berlaku klasifikasi senyawa ke dalam senyawa organik dan senyawa anoganik
berdasarkan asal-usul senyawa. Semua senyawa yang berasal dari mineral
digolongkan dalam senyawa anorganik. Pada waktu itu diyakini bahwa senyawa
organik hanya dapat terjadi oleh adanya pengaruh dari daya yang dimiliki
makhluk hidup.
Adapun senyawa organik yang bernama Ester, Amina, dan Amida serta
adapula senyawa organik yang masuk dalam kategori hidrosiklis dilihat dari
rumus struktur senyawa tersebut.

I. 2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, agar para pembaca dapat
mengetahui hal-hal mengenai senyawa Ester, Amida, dan Amina serta senyawa-
senyawa Heterosiklis dan mengapa termasuk dalam kategori tersebut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. AMINA
A. Pengertian
Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugus amino. Gugus
amino mengandung nitrogen yang terikat pada satu sampai tiga atom karbon dan
sejumlah atom hidrogen. Rumus umum untuk senyawa amina adalah Cn H2n+3
N, dimana R dapat berupa alkil atau aril.

B. Tata Nama
Amina sederhana dinamai dengan menyebutkan gugus alkil yang melekat
pada nitrogen dan menambahkan akhiran -amina.

Dalam sistem IUPAC, gugus amino, -NH2, dianggap sebagai substituen,


seperti contoh berikut:

2
Dalam menomori cincin heterosiklik, heteroatom dianggap berposisi 1.
Oksigen lebih diprioritaskan daripada nitrogen.

C. Jenis-Jenis Amina
 Untuk amina primer (R-NH2) yang merupakan gugus fungsi yang
namanya diambil dari rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-amina"
(contoh: CH3NH2 Metil amina).
 Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon terpanjang
akan terhubung dengan atom nitrogen dan menjadi nama utama amina
tersebut, rantai yang lainnya dinamai dengan gugus alkil.
 Untuk amina tersier (R-NR-R) juga dinamai mirip:
CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-N-metilpropanamida.

D. Klasifikasi Amina
Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R 2 NH),
atau tersier (R 3 N), tergantung pada jumlah atom karbon yang terikat pada atom
nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol).

3
Nitrogen amina dpt memiliki 4 gugus atau atom yg terikat padanya → N
bermuatan positif.
Terbagi menjadi 2 :
 garam amina (jika satu atau lebih yg terikat adalah H)
 garam amonium kuaterner (jika keempat gugus itu alkil atau aril
= tidak ada H pada N)
 Garam amina :

 Garam ammonium kuartener :

E. Sifat-sifat pada Amina


Suatu amina mengandung ikatan N-H dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan electron sunyi dari oksigen atau nitrogen lain. Dari dua macam ikatan
hidrogen, ikatan NH-N  jauh lebih lemah daripada ikatan OH-O. Hal ini terjadi
karena ikatan nitrogen kurang elekronegatif dibandingkan dengan oksigen
sehingga menyebabkan ikatan N-H kurang polar.
Suatu amina mengandung ikatan N-H dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan electron sunyi dari oksigen atau nitrogen lain. Dari dua macam ikatan
hidrogen, ikatan NH-N  jauh lebih lemah daripada ikatan OH-O. Hal ini terjadi
karena ikatan nitrogen kurang elekronegatif dibandingkan dengan oksigen
sehingga menyebabkan ikatan N-H kurang polar.

4
 Sifat fisika Amina :
1. Suku-suku rendah berbentuk gas.
2. Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
3. Mudah larut dalam air
4. Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
5. Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.
 Sifat Kimia Amina :
1. Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang
mudah larut dalam air.
2. Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah
cenderung  bertambah panjangnya rantai karbon.

F. Kebasaan Amina
Seperti ammonia, amina adalah basa lemah, jauh lebih lemah daripada ion
hidroksida. Amina dapat memberikan sepasang electron sunyi dari nitrogennya
dan membentuk ikatan dengan sebuah proton. Amina yang larut dalam air
mengalami reversible dengan air, yang membebaskan ion hidroksida.

Kebasaan amina dapat ditentukan oleh nilai :


1. Kb
2. pKb

5
3. Ka dari asam konjugat
4. pKa dari asam konjugat

G. Konstantan Kesetimbangan Kimia


Kebasaan dari suatu senyawa, seperti amina, ditentukan oleh konstanta
Kesetimbangan Basa (Kb), yang merupakan konstanta kesetimbangan untuk
reaksi senyawa tersebut dengan air

Menurut persamaan tersebut, dapat diprediksi :


1. Jika amina bebas terstabilkan relatif thd kationnya, maka amina itu bersifat
basa yang lebih lemah
2. Jika kation itu terstabilkan relatif thd amina bebasnya, maka amina itu
bersifat basa yang lebih kuat
3. Karena semakin besar nilai Kb, sifat kebasaan semakin kuat
Semakin kecil nilai pKb, sifat kebasaan semakin kuat.
Konsentrasi dari H2O sudah termasuk dalam  Kb. Istilah PKb, yang sangat
analog PKa, sering digunakan untuk menunjukkan kekuatan basa dari suatu
senyawa

Jika kekuatan asam dari suatu deretan senyawa bertambah, harga Kb bertambah
besar dan harga pKb berkurang

6
H. Hal-hal yang mempengaruhi kebasaan amina
Hal-Hal yang Mempengaruhi Kebasaan Amina :
1. Adanya gugus pelepas elektron dapat meningkatkan sifat kebasaan
2. Kation akan terstabilkan oleh bertambahnya solvasi (kelarutan dalam
pelarut), bersifat basa lebih kuat
3. Hibridisasi nitrogen Sp2 bersifat basa lebih lemah daripada Sp3
4. Adanya peristiwa resonansi akan menstabilkan amina bebas, bersifat basa
lebih lemah

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan basa


Suatu reaksi asam basa adalah suatu kesetimbangan yang dapat digeser
kesalah satu  pihak dari persamaan reaksi oleh stabilitas pereaksi atau hasil reaksi.
Setiap struktur atau lingkungan yang menstabilkan amina terprotonasi relatif
terhadap yang bebas atau amina tidak terprotonasi akan menambah kekuatan bada
dari amina.

Suatu reaksi asam basa adalah suatu kesetimbangan yang dapat digeser
kesalah satu  pihak dari persamaan reaksi oleh stabilitas pereaksi atau hasil reaksi.
Setiap struktur atau lingkungan yang menstabilkan amina terprotonasi relatif
terhadap yang bebas atau amina tidak terprotonasi akan menambah kekuatan bada
dari amina.

7
J. Ciri-ciri Amina
Ciri-ciri Amina Secara Umum
 -Amina baik yang berbentuk gas maupun cairan agak menguap dengan
beratmolekul sedang.
 Mempunyai bau yang sama dengan amoniak, tetapi agak kurang tajam dan
lebih menyerupai bau ikan.
 Dimetilamina dan trimetilamina adalah bagian-bagian dari air garam ikan
asin ( herring brine )

CIRI KHAS AMINA


Di antara sejumlah golongan senyawa organic yang memiliki sifat basa, yang
terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali
(fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang
dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai
efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara
kimia juga meripakan bagian dari golongan basa organic amina.

K. Reaksi Amina
1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkanalkohol disertai
pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3 CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol 2°).
2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan HNO2 menghasilkan senyawa
N-nitrosoamina yang mengandung unsur N-N=O

8
Contoh :
H N=ON + HNO2 → N + H2OCH3 CH3
3. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil reaksi yang
ditentukkan oleh jenus amina tersier yang digunakan. Pada amina
alifatik/aromatik tersier reaksinya dengan HNO2 mengakibatkan terjadinya
sustitusi cincin aromatik oleh gugus –NO seperti contoh dibawah ini :
CH3CH2N + HNO2 → N + H2OCH3 CH3
4. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan HNO2 pada suhu 0°C
menghasilkan garam diazonium

L. Sumber-sumber Amina dan aplikasi


Sumber-Sumber Amina, diantaranya yaitu :
 Morfina (pereda nyeri)→ dari opium, yaitu getah kering biji mentah
tumbuhan apiun (Papaver samniferum)
 Putresina → dari daging busuk
 Efedrina (obat peluruh dahak/decongestant) yg aktif dalam obat tetes
hidung dan obat flu→ diekstrak dari tanaman ma-huang
 Meskalina → diisolasi dari kaktus peyote
 Nikotina → tembakau
Aplikasi
1. Amina sebagai pelembut pakaian
2. Amina sebagai anti iritasi pada shampo
3. Amina sebagai pelumas

II. 2. AMIDA
A. Pengertian
Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua
pengertian. Pertama adalah suatu gugus karbonil (C=0) yang berikatan dengan
nitrogen (N). Kedua adalah bentuk anion nitrogen. Senyawa amida merupakan
turunan dari asam karboksilat dimana gugus karboksil digantikan kedudukannya
oleh –NH2

9
B. Tata Nama
Untuk pemberian nama senyawa amida adalah dengan menyebutkan
berdasarkan nama asam tempat ia berasal dan kemudian di akhiri dengan akhiran
amida.
 CHCONH2 = metanamida
 CH3CONH2 = eteanamida
 CH3CH2CONH2 = propanamida
 Untuk penomoran, gugus -CONH2 mendapat nomor satu.
 Jika terdapat substituen pada amida primer, nama substituen ditulis lebih
dulu.
 Jika substituen lebih dari satu dan tidak sejenis, maka penyusunannya
berdasarkan urutan abjad.
 Jika substituen lebih dari satu dan sejenis, maka nama substituen mendapat
imbuhan di-, tri- dan seterusnya.

C. JENIS AMIDA
1. Amida Primer
Amida primer memiliki gugus -RCONH2.
2. Amida Sekunder
Amida sekunder memiliki gugus -R2CONH.
3. Amida Tersier
Amida tersier memiliki gugus -R3CON.

D. Sifat Fisika dan Kimia Amida


Sifat Fisika :
1. Titik didihnya tinggi.
Amida mudah membentuk ikatan hidrogen sehingga titik didihnya tinggi
dibandingkan senyawa lain dengan bobot molekul yang sama, namun bila terdapat
subtituen aktif pada atom nitrogen nya maka titik didih dan titik lelehnya
cenderung menurun .

10
2. Mudah larut dalam air
Hal ini karena dengan adanya gugus C=O dan N-H memungkinkan
terbentuknya ikatan hidrogen dengan air.
Sifat Kimia :
1. Amida bereaksi dengan nukleofil
Hidrolisis dengan air, reduksi dengan LiAlH4 menghasilkan amina
2. Turunan karboksilat paling stabil
Amida tidak mudah berubah atau bereaksi menjadi senyawa lain
dibandingan dengan senyawa derivat asam karboksilat lain

E. Pembuatan Amida
1. Dehidrasi garam amonium melalui pemanasan atau destilasi.
CH3CO2NH4 →CH3CONH2+H2O
Senyawa asetamida dapat diperoleh dengan destilasi fraksinasi amonium asetat.
Asam asetat biasanya ditambahkan sebelum pemanasan untuk menekan hidrolisis
amonium asetat. Asam asetat dan air dapat dihilangkan dengan cara destilasi
lambat.
2. Pemanasan asam degan urea
CH3COOH+NH2CONH2→CH3CONH2 +CO2 +NH3
Reaksi ini terjadi pada 1200C, asam karbamat yang terbentuk terdekomposisi
menjadi karbondioksida dan ammoniak. Garam amonium juga bereaksi dengan
urea pada temperatur diatas 120 0C yang akan menghasilkan amida.
3. Reaksi antara amoniak pekat dengan ester
CH3COOC2H5+NH3 →CH3CONH2+C2H5OH
Proses ini disebut dengan ammonolisis ester. Jika amida yang terbentuk larut
dalam air maka dapat diisolasi secara destilasi
4. Dari Anhidrida Asam
Pada tahap pertama, anhidrida etanoat ditambahkan dengan larutan amonia pekat,
sehingga terbentuk etanamida dan asam etanoat.
Kemudian asam etanoat yang dihasilkan direaksikan dengan amonia berlebih
sehingga menghasilkan amonium etanoat.

11
CH3COOH + NH3 CH3COONH4
Kemudian kedua reaksi digabungkan sehingga menghasilkan persamaan berikut :
(CH3CO)2O + 2NH3 CH3CONH2 + CH3COONH4

F. Aplikasi
Amida merupakan salah satu gugus fungsi yang keberadaannya berlimpah
baik sebagai senyawa alamiah maupun senyawa sintetik. Senyawa golongan
amida memiliki peran yang penting dalam sistem biologis, pengobatan dan
industri.
 Sistem biologis: Ikatan amida ditemukan sebagai kerangka asam amino
dan protein.
 Bidang Pengobatan : Ikatan amida ditemukan dalam kerangka molekul-
molekul obatan yang saat ini beredar luas di masyarakat. Beberapa contoh
obat yang diketahui memiliki ikatan amida antaralain:  diltiazem,
valsatran, lisinofil dan atorvastatin.
 Industri : Ikatan amida terdapat dalam berbagai material yang memberi
fungsi penting dalam bidang industri seperti misalnya nilon, katalis dsb.

II. 3. ESTER
A. Pengertian
Ester adalah senyawa yang dapat dianggap turunan dari asam karboksilat
dengan mengganti ion hidrogen pada gugus hidroksil oleh radikal hidrokarbon.
Beberapa contoh ester (R–COOR')

B. Tata Nama

12
Penataan nama ester dimulai dengan menyebutkan gugus alkil diikuti gugus
asam karboksilat yang menyusun ester dengan menghilangkan kata –asam.
Contoh penataan nama ester ditunjukkan berikut ini. 
Dari asam format (HCOOH) :
• HCOO–CH3
Metil format
• HCOO–CH2CH3
Etil format
• HCOO–CH2CH2CH3
n–propil format
Dari asam asetat (CH3COOH) :
• CH3COO–CH3
Metil asetat
• CH3COO–CH2CH3
Etil asetat
• CH3COO–CH2CH2CH3
n–propil asetat

C. Sifat Ester
Ester dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam atau basa. Hidrolisis ester
disebut juga reaksi penyabunan. Hidrolisis ester adalah mengubah ester menjadi
alkohol dan garam yang berasal dari turunannya.
Sifat fisik ester
Ester asam karboksilat dengan massa molekul relatif rendah umumnya tidak
berwarna, berwujud cair, mudah menguap, dan memiliki bau yang sedap. Ester-
ester ini umumnya memiliki rasa buah. Ester-ester ini banyak ditemukan dalam
buah-buahan atau bunga. Beberapa ester minyak dan makanan.

D. Reaksi Ester
1. Reaksi hidrolisis

13
Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan
alkohol, namun bila reaksi hidrolisis dilangsungkan dalam suasana basa diperoleh
garam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dengan basa disebut reaksi
Penyabunan (Saponifikasi)
2. Reaksi dengan Amonia
Produk reaksi antara ester dengan amonia adalah suatu amida dan suatu alkohol.
Contoh : reaksi antara etil asetat dengan amonia menghasilkan asetamida dan
etanol.
CH3COOC2H5 + NH3 → CH3CONH2 + C2H5OH

3. Transesterifikasi
Jika suatu ester direaksikan dengan suatu alkohol maka akan diperoleh ester baru
dan alkohol baru. Reaksi ini disebut reaksi transesterifikasi yang dapat
berlangsung dalam suasana asam dan basa mengikuti pola umum berikut ini.
RCOOR1 + R”OH ↔ RCOOR” + R1OH
Reaksi diatas disebut transesterifikasi karena terjadi pertukaran antara gugus alkil
dalam –OR1 pada ester dengan gugus alkil dalam ikatan R”O.

14
4. Reaksi dengan pereaksi Grignard
Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa
dalam pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai
berikut

E. Pembuatan Ester
Ester dibuat dengan mereaksikan alkohol atau fenol dengan asam karboksilat
kemudian direfluks. Fenol yaitu senyawa organik dimana gugus -OH langsung
terikat pada cincin benzena. Reaksi pembuatan ester disebut esterifikasi dan reaksi
yang terjadi disebut reaksi esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversibel yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis asam
mineral seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) kesetimbangan akan
tercapai dalam waktu yang cepat
RCOOH + R1OH ↔ RCOOR1 + H2O
Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah struktur
molekul dari alkohol, suhu dan konsentrasi reaktan maupun katalis
Selain dibuat dari asam karboksilat, ester juga dapat diperoleh dengan cara
mereaksikan suatu klorida asam atau suatu anhidrida asam dengan alkohol atau
fenol. Reaksi pembuatan ester dari klorida asam dan anhidrida asam
mengikuti pola umum reaksi berikut.
 Klorida asam
RCOCl + R1OH → RCOOR1 + HCl
RCOCl + ArOH → RCOOAr + HCl
 Anhidrida asam
(RCO)2O + R1OH → RCOOR1 + RCOOH
(RCO)2O + ArOH → RCOOAr + RCOOH

15
F. Aplikasi
Kegunaan ester antara lain seperti berikut.
 Sebagai essence pada makanan dan minuman. Beberapa ester mempunyai
aroma buah-buahan seperti apel (metil butirat), aroma pisang (amil asetat), dan
aroma nanas (etil butirat).
 Beeswax, campuran ester seperti C25H51COO – C30H61, dan caurnauba wax
digunakan pada cat/pelapis mobil dan mebel.
 Lemak dan minyak merupakan ester penting yang terdapat pada makanan
kita.
 Ester-ester seperti aspirin dan metil salisilat digunakan dalam pengobatan
sebagai analgesik dan antiperadangan. Metil salisilat, juga disebut minyak
wintergeen, merupakan bahan utama rasa/bau wintergeen. Etil asetat digunakan
sebagai penghapus cat kuku/kutek.

II. 4. HETEROSIKLIK
A. Pengertian
Senyawa heterosiklik adalah senyawa yang strukturnya merupakan rantai
tertutup (bentuk lingkar) dimana dalam lingkaran tersebut terdapat satu atau lebih
atom bukan karbon yang disebut heteroatom. Jadi, ketika lebih dari satu jenis
atom berada dalam satu senyawa cincin, mereka dikenal sebagai senyawa
heterosiklik. Dan dalam senyawa ini umumnya satu atau lebih atom unsure seperti
nitrogen “N”, oksigen “O”, atau sulfur “S” ada di dalam cincin.
Atom selain karbon yaitu N, O, atau S yang ada dalam cincin disebut
heteroatom. Senyawa heterosiklik dengan lima dan enam atom disebut sebagai
heterosiklik beranggota lima dan enam. Contohnya adalah piridin, firan, tiofen,
dan pirol.

B. Penamaan Senyawa Heterosiklis


Penataan nama senyawa heterosiklik menggunakan sistem penomoran.
Nomor terendah sedemikian rupa diberikan kepada atom selain karbon yang
terkandung dalam cincin. Contoh :

16
Penataan nama dapat juga menggunakan huruf Yunani untuk substituen mono,
sama seperti pada senyawa polisiklik aromatik.

C. Penggolongan Senyawa Heterosiklis


Dalam hal ini, banyak senyawa heterosiklik mempinyai nama trivial yang
tidak mungkin diganti dengan nama sistematis, walaupun tatanama sistematis
masih bisa dipertimbangkan. Oleh karena itu, perlu diuraikan sacara ringkas
peraturan-peraturan yang diterima oleh IUPAC untuk memberikan nama pada
heterosiklik monosiklik dan polisiklik yang memiliki satu atu lebih heteroatom.
Lingkar Monosiklik
Adapun peraturannya yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran lingkar dilambangkan dengan perkataan pokok ir, et, ol, in, ep, os,
on, atau es untuk lingkar 3-10.
2. Jenis heteroatom ditandai dengan awalan oksa, tia, aza untuk oksigen,
sulfur, dan nitrogen, dua sulfur dan dua nitrogen.
3. Derajatt ketidak jenuhan biasanya disebut pada akhiran.
4. Cara pemberian nomor dimulai dari heteroatom dan terus berputas kea rah
gugus ganti yang paling dekat atau gugus heteroatom yang lain.
5. Senyawa hetero siklik yang diturunkan sebagai hasil hidrogenasi,
penamaannya mengacu pada nama induknya dengan menambahkan
awalan dihidro atau tetrahidro.

17
1. BERDASARKAN BENTUK LINGKAR SIKLISNYA SENYAWA
HETEROSIKLIK DIGOLONGKAN MENJADI :

a. Senyawa Heterosiklis Lingkar Tiga

b. Senyawa Heterosiklis Lingkar Empat

18
c. Senyawa Heterosiklis Lingkar Lima

d. Senyawa Heterosiklis Lingkar Enam

e. Ada pula senyawa heterosiklis yang mempunyai 2 atom lain selain atom karbon
dalam lingkar siklisnya.

19
f. Ada pula senyawa heterosiklis yang mempunyai lingkar siklis lebih dari satu

2. BERDASARKAN SIFAT KEAROMATIKAN


Disamping cara penggolongan di atas, senyawa heterosiklis dapat pula
digolongkan menjadi :
a. Senyawa heterosiklis non aromatik
Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom
selain karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa rantai terbuka
(alifatik). Contohnya :

b. Senyawa heterosiklis aromatik


Senyawa-senyawa yang dalam lingkar heterosiklisnya mengandung atom
selain karbon, namun sifat-sifatnya sama dengan senyawa-senyawa aromatik
lainnya. Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang
harus dipenuhi :
1. Sistem cincin mengandung elektron  (pi) yang terdelokalisasi
(terkonyugasi).

20
2. Sistem cincin harus datar (planar), berhibridisasi sp2.
3. Harus terdapat (4n + 2) elektron  dalam sistem cincin (aturan Huckel).

D. Sifat Karakteristik Senyawa Hidrosiklis Lingkar Lima


1. Senyawa Pirol
Karena atom nitrogen dalam pirol menyumbangkan dua elektron ke awan pi
aromatik, maka atom nitrogen bersifat tuna elektron.


N N + H+ tidak ada kation stabil
N +
H H
Pirol H Pirol
2. Senyawa Furan
Karena atom oksigen dalam furan menyumbangkan dua electron (sepasang
elektron) ke awan pi aromatik, maka atom oksigen bersifat tuna elektron.



O O+
3. Senyawa Tiofen
Karena atom sulfur dalam tiofen menyumbangkan dua elektron (sepasang
elektron) ke awan pi aromatik, maka atom sulfur bersifat tuna elektron.



S S +

21
E. Reaksi-Reaksi pada Senyawa Heterosiklis Lingkar Lima
1. Reaksi-reaksi pada pirol
a. Mengalami reaksi reduksi

H2 , Ni / Pt
H2 , Ni / Pt
200 - 250 o
N 200 - 250 o N
N N
H H
pirolH H
pirolidin
pirol
Kb = 2,5 x 10 -14 Kbpirolidin
= 10 -3
Kb = 2,5 x 10 -14 Kb = 10 -3

Zn , HCl
Zn , HCl N
N
H
H
3-pirolin
3-pirolin
b. Mengalami reaksi Halogenasi
Br Br
Br Br
Br2
Br2
C2 H5 OH
N C2 H5 OH Br N Br
N Br N Br
H H
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol
2,3,4,5-tetrabromopirol
c. Reaksi subtitusi elektrofilik
O
CH3 C
ONO2 O
+ CH3 C
O
CH3 C NO2 OH
N N
O 5oC
H H
CH3 C
O

F. Pridina

22
Piridina termasuk senyawa heterosiklik lingkar 6 dengan satu hetero atom
nitrogen dan lima atom karbon. Senyawa ini beberapa derivatnya terdapat dalam
batubara. Piridina merupakan zat cait tidak berwarna yang mudah larut dalam air.
Struktur piridina sangat menyerupai struktur benzene. Kestabilan piridina sangat
jelas disebabkan oleh dislokalisasi electron n yang berada pada atom karbon
masing-masing satu electron dan satu electron lagi pada atom nitrogen.

atau
atau
N N
N N
Piridin Piridin
Piridin Piridin

G. Kuinolin dan Isokuinolin


Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik
dengan lebih mudah dari piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada cincin
benzenoid, bukan pada cincin nitrogen).
NO2
NO2
HNO3
H2 SO4 + HNO3
+
H2 SO 4
N 0o N N N N N
0o
Kuinolin 5-nitrokuinolin Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2 NO2
(52% ) (90% )
8-nitrokuinolin 8-nitroisokuinolin
(48% ) (10% )

Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat
menjalani substitusi nukleofilik.

(1) CH3Li

(1) NH2- N (2) H2O N


(2) H2O
N N NH2 Isokuinolin
CH3
Kuinolin 2-aminokuinolin 1-metilisokuinolin

H. Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus
=C-. Sistem cincin keseluruhan bersifat aromatik. Sistem cincin porfirin
merupakan satuan yang secara biologis sangat penting khususnya dalam : heme,
komponen hemoglobin yang mengangkut oksigen.

23
HO CCH CH CH3
2 2 2

HO2CCH 2CH 2 N CH 3
N
N N Fe N
H
N H N
N N CH N CH=CH
H 3 2
H
N
N
CH =CH CH
2 3

Porfirin Heme
Porfirin

24
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
1. Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugus amino. Gugus
amino mengandung nitrogen yang terikat pada satu sampai tiga atom
karbon dan sejumlah atom hidrogen.
2. Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua
pengertian. Pertama adalah suatu gugus karbonil (C=0) yang berikatan
dengan nitrogen (N).
3. Ester adalah senyawa yang dapat dianggap turunan dari asam karboksilat
dengan mengganti ion hidrogen pada gugus hidroksil oleh radikal
hidrokarbon.
4. Senyawa heterosiklik adalah senyawa yang strukturnya merupakan rantai
tertutup (bentuk lingkar) dimana dalam lingkaran tersebut terdapat satu
atau lebih atom bukan karbon yang disebut heteroatom.

25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. ” Pembuatan amina ”. (http://domas09.blogspot.com/2013/02/mak
alah-kimia-organik-amina.html).
Anonim. 2018. “ Kegunaan amina ”. (https://www.scribd.com/document/1328300
30/Kegunaan-Amina-1).
Anonim, 2018. “ Sifat amina ”. (https://www.scribd.com/doc/45910444/Sifat-
Dan-Karakteristik-Amina).
Baskoro, Henny S. H. 2013. “Amina”. (https://edoc.site/amina-pdf-free.html).
Dwi. 2013. “Amina”. (http://dwi.blog.unsoed.ac.id/files/2013/04/KOII-8-SENYA
WA-AMINA.pdf).
Ika. 2018 “ Amida : Struktur, Peran dan Sintetis” (http://alamlearning.blogspot.c
om/2018/04/amida-struktur-peran-dan-sintesis.html)
Nafiun, 2013 “Ester” (http://www.nafiun.com/2013/09/engertian-ester-sifat-kegu
naan-isomer-hidrolisis.html)
Oesman, Hadian. 2015. “Amina”. (https://anzdoc.com/beberapa-senyawa-obat-
dari-golongan-amina.html).
Putri, Cintyani 2013 “Amida” (http://chyntamiputriersa.blogspot.com/2013/03/a
mida.html?m=1)

26

Anda mungkin juga menyukai