Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA

PENERAPAN PENURUNAN TEKANAN UAP LARUTAN


DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Disusun oleh:
Kelompok 1
Kelas XII IPA 3
Anggota : Heri Maulana Sidik
Sri Nopia
Sarip Hidayat
Tatang Mustofa
Rina Maryuliani
Raida Kusumaningsih
Wina Winarsih
Ifan Sofyan
Nurul Padilah

PEMERINTAH DAERAH PROPINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
SMAN 1 SUBANG
KUNINGAN-45586
Alamat: JL. H. O. Iskandar No. 4 Subang-Kuningan
Website: www.sman1subangkuningan.sch.id
E-mail: sman1subangkng@gmail.com , Telp (0232) 6000159
Tahun Pelajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-

Nya ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Penurunan

Tekanan Uap Larutan dalam Kehidupan Sehari-hari” ini dalam waktu yang telah ditentukan

secara baik dan benar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Kimia. Makalah ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik.

2. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi

3. Guru Mata Pelajaran Kimia Kelas XII SMAN 1 Subang Kuningan

4. Semua anggota Kelompok 1 Kelas XII IPA 3

5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis harapkan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,

khususnya guna mengetahui sifat koligatif larutan mengenai penerapan penurunan tekanan uap
larutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kuningan, 28 Agustus 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat koligatif adalah sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada konsentrasi partikel
zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan meliputi tekanan uap, penurunan
titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Salah satu penerapan sifat koligatif tentang
penurunan tekanan uap larutan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam pembuatan es krim.
Penilitian ini dilakukan pada pembuatan es krim, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku.
Selain itu, kurangnya pengetahuan menyebabkan kejadian atu peristiwa kimiawi yang
terjadi dilingkup kehidupan bermasyarakat membuat aneka peristiwa kimiawi yang susah untuk
ditafsirkan, sehingga perlunya pengetahuan proses kimiawi lewat makalah ini, guna untuk
mengetahui kuntungan dan kerugian yang terjadi dala proses kimiawi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sifat koligatif dan juga penuruan tekanan uap larutan?
2. Apa manfaat sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Bagaimana proses terjadinya penurunan tekanan uap larutan?
4. Bagaimana penerapan yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dari sifat
koligatif dan penurunan tekanan uap larutan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan.
2. Mengetahui manfaat sifat koligatif dan penurunan tekanan uap larutan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui proses terjadinya penurunan tekanan uap larutan.
4. Mengetahui penerapan-penerapan sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat
Melihat dari rumusan masalah dan tujuan maka manfaat adanya makalah ini adalah
sebagai sumber pengetahuan dan wawasan akan sifat koligatif dan penurunan tekanan uap
larutan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang harus diketahui, supaya dalam
pelaksanaan penerapan dalam kehidupan bisa dikuasai dan juga diamalkan dengan dasar teori
dan praktikum yang mumpuni guna proses kimiawi yang lebih mengarah kepada keuntungan
dalam kehidupan dibanding kerugian.
BAB II
LANDASAN TEORI

SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan
pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total
zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh
beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara
itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau
pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi
semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult
merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai
menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai
menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat
berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair,
dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi
tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu
sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
• Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
• Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
• Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut.

Penurunan Tekanan Uap


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan
bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama,
tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari
molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut
yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki
oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut.
Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan
uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan
uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap.
Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan
tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan
konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan
sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap
menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada
fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut
murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan
seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:

P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif
menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan
diatas pelarut murninya.

Peningkatan Titik Didih


Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih larutan
selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang
lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu
tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan
udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan
tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan
mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan
demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air
kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C tekanan
uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air
mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali molalitas
larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:
Δ T b = Kb . m
Jika
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x 1000 )
p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur kenaikan titik
didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui
jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan
kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).

Penurunan titik Beku


Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel
sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat.
Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah.
Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku
Kf = tetapan ttitik beku molal
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya.
Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk
menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya
mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni.
Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni
berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh
suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari
uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki
tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva
tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke
dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni
mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam trasfor
molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil
lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel
(molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat
dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer,
dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan
sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke larutan
hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang
diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:
π = nRT
V
atau
π=MRT
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena
larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat.
Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
π = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air 0 1,86
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Asam asetat 16,5 3,82
Kamfer 180 40
Nitrobenzena 5,6 6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit,
walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya,
sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penurunan Tekanan Uap Larutan


Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan
bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama,
tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari
molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut
yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki
oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut.
Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan
uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan
tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan
uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap.
Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan
tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan
konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan
sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap
menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada
fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut
murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan
seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:

P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif
menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan
diatas pelarut murninya.
B. Penerapan Penurunan Tekanan Uap Larutan dalan Kehidupan

Penerapan Penurunan Tekanan Uap


1. Laut Mati sebagai tempat Rekreasi
Molekul – molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat
cair. Semakin mudah molekul – molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan
uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap,
maka partikel – partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul – molekul zat cair.

Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang
tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat
panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat
terlarutnya semakin tinggi.

Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya
yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi
bagi manusia. Penerapan prinsip yang sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa tempat
wisata di Indonesia yang berupa kolam apung.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat
koligatif larutan. Sedangkan cabangnya yakni Penurunan tekanan uap adalah
kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul
cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Pelbagai contoh penerapan penurunan tekanan uap
yang paling mendunia adalah kandungan garam yang berada di Laut Mati. Oleh karena
itu, materi ini sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena dengan mepelajari,
memahami, menguasai landasan teori dan praktikum maka pelbagai peristiwa/proses
kimiawi yang terjadi di dunia ini, bisa kita kaji dan ambil manfaat dan keuntungannya
dan juga menghindari kerugian dan bahayanya.

B. SARAN
Untuk itu, marilah kita sebagai penerus agama, bangsa, dan negara harus lebih giat lagi
memperdalam, menggali, mengkaji ilmu kepribadian, pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan khususnya mata pelajaran Kimia, supaya di masa yang selanjutnya, kita dapat
memetik buah hasil jerih payah perjuangan keilmuan kita, guna meningkatkan kemajuan
diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Tekhnologi Bandung
http://indonesiakutercinta.wordpress.com/2010/08/13/penggunaan-sifat-koligatif-
larutan/
http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2012/1002422/materi6.html
http://jemiandala.blogspot.com/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://marioxz99.blogspot.com/2013/06/penggunaan-sifat-koligatif-larutan.html
http://hannachintyafg.wordpress.com
http://sugar-science.blogspot.co.id
http://pelajaran-lengkap.blogspot.co.id
http://yudikasimatupang15.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai