Anda di halaman 1dari 10

MODUL KIMIA KELAS XI

TITRASI ASAM DAN BASA


Oleh : Elis Siti Juariah

Panduan Alur Pembelajaran

Pahami Tujuan Uji Diri/Formatif

Pelajari
fenomena/uraian Cek kepahaman
materi

Pelajari contoh soal Eksplorasi latihan/


dan pembahasan tugas

KD Pengetahuan :
3.11. Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi asam-basa
KD Keterampilan :
4.11. Menyimpulkan hasil analisis data percobaan titrasi asam-basa
Tujuan Pembelajaran :
1. Menjelaskan definisi titrasi asam dan basa
2. Membuat larutan
3. Menjelaskan syarat-syarat analisis titrimetri
4. Melakukan prosedur titrasi
5. Menghitung hasil titrasi
6. Menggambar kurva hasil titrasi

MATERI PEMBELAJARAN
Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi adalah prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah larutan
tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah diketahui kadarnya (larutan
standar) secara bertahap.

Membuat Larutan

Larutan dapat dibuat dengan melarutkan padatan zat terlarut ke dalam air. Banyaknya padatan
zat terlarut yang kaan dilarutkan harus dihitung sesuai konsentrasi larutan yang dikehendaki. Contoh
untuk membuat 1 liter larutan natrium klorida, NaCl (M r = 58,5 g/mol) dengan konsentrasi 1 M,
banyaknya natrium klorida yang harus disediakan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
mol NaCl gram NaCl
1 M NaCl = ingat mol NaCl =
1liter Mr NaCl
mol NaCl = 1 M x 1 liter = 1 mol
massa (gram) NaCl = mol x Mr NaCl = 1 mol x 58,5 = 58,5 gram

Selanjutnya, lakukan pengerjaan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :


1. Timbanglah NaCl sebanyak 58,5 gram
2. Masukkan 58,5 gram NaCl ke dalam labu takar 1 liter
3. masukkan air dari botol semprot ke dalam labu takar tersebut kurang lebih sebanyak 100
mL sambil dikocok-kocok agar padatan NaCl larut.
4. Tambahkan air sehingga volume 1 liter

Jika semua sudah selesai artinya sudah diperoleh larutan garam 1 M sebanyak 1 liter.

Syarat – syarat analisis Titrimetri


1. Reaksi yang terjadi harus stoikiometris
2. Reaksi berlangsung secara cepat
3. Tidak ada reaksi samping
4. Warna larutan jelas ketika reaksi telah sempurna
5. Titik ekivalen mudah ditentukan
6. Reaksi dapat diperkirakan secara kuantitatif

Prosedur Titrasi
Titrasi dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
1. Siapkan larutan standar, larutan analit, larutan indikator, buret, labu erlenmeyer, klem, dan
statif.
2. Pasanglah buret pada statif dengan bantuan klem dalam posisi tegak lurus dan skala volume
menghadap ke mata.
3. Isilah buret dengan larutan standar sampai tepat pada tanda skala volume tertentu.
4. Isilah labu erlenmeyer dengan larutan analit dengan volume tertentu dan 2 – 3 tetes
indikator.
5. Tambahkan tetes demi tetes larutan standar dari buret ke dalam larutan analit sambil
dilakukan homogenisasi (pengocokan larutan campuran). Pengocokan cukup dengan
menggoyang-goyangkan labu erlenmeyer menggunakan tangan.
6. Hentikan titrasi ketika larutan analit berubah warna secara stabil.

Perhitungan Titrasi
Penentuan konsentrasi analit dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan sebagai berikut :
1. Tentukan volume titran yang ditambahkan (V titrasi) untuk mencapai titik akhir :
V titrasi = V awal – V akhir
2. Tentukan jumlah mol titran yang ditambahkan hingga titrasi mencapai titik akhir
3. Tentukan jumlah mol analit yang bereaksi dengan titran
4. Tentukan konsemtrasi analit yang dititrasi
5. Hitunglah konsentrasi analit dalam sampel asal

Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat


Analisis asam kuat sangat penting dalam industri untuk penentuan kemurnian dan
konsentrasi pereaksi-pereaksi asam ini. Titrasi asam kuat (AK) dengan basa kuat (BK) adalah
prosedur titrasi yang dilakukan terhadap larutan asam kuat ( sebagai analit) dengan larutan basa
kuat (sebagai titran), Konsentrasi asam kuat ditentukan berdasarkan volume basa kuat yang
ditambahkan selama titrasi berlangsung hingga mencapai titik akhir.
+ –
Pada titik ekivalen, jumlah mol H = jumlah mol OH .

Pada titik ekivalen: V asam x [H+] = V basa x [OH ]
+ V basa x [ OH – ]
[H ] =
V asam

Titrasi Basa Kuat dengan Asam Kuat


Titrasi ini merupakan kebalikan dari titrasi asam kuat (AK) dengan basa kuat (BK). Basa
kuat sebagai analit dan asam kuat sebagai titran. Konsentrasi basa kuat ditrntukan berdasarkan
volume asam kuat yang ditambahkan selama tirasi hingga mencapai titik akhir titrasi.

Pada titik ekivalen, jumlah mol H+ dan jumlah mol OH adalah sama.
+ –
Pada titik ekivalen : V asam x [H ] = V basa x [OH ]

[OH ] = V asam x ¿ ¿

Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat


Dalam titrasi asam lemah (HA) dengan basa kuat, asam lemah sebagai analit dan basa
kuat sebagai titran. Konsentrasi asam lemah ditentukan berdasarkan volume basa kuat yang
ditambaahkan selama titrasi hingga mencapai titik akhir. Titik ekivalen tercapai pada saat
semua asam lemah bereaksi dengan basa kuat yang ditambahkan. Pada titik ini terbentuk

basa konjugat (A-) yang bereaksi dengan air menghasilkan ion OH .
Pada titik ekivalen :

[OH ] =

√ Kw
Ka
x ¿¿

Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat


Titrasi ini merupakan kebalikan dari tirasi asam lemah dengan basa kuat. Titik ekivalen
tercapai pada saat semua basa lemah bereaksi dengan asam kuat yang ditambahkan. Pada
titik ekivalen terbentuk asam konjugat (B+) yang bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ .
Pada titik ekivalen :
+
[H ] =
√ Kw
Kb
x ¿¿

Kurva Titrasi Asam Basa


Kurva titrasi asam basa adalah grafik yang menggambarkan perubahan pH larutan analit sebagai
fungsi penambahan titran. pH larutan analit akan terus berubah pada setiap penambahan titran karena
adanya reaksi netralisasi antara analit dengan titran.
Analit + Titran d Produk reaksi

pH analit merupakan fungsi dari volume larutan titran yang ditambahkan. pHanalit = f(Vtitran)
Pada kurva titrasi dapat diamati pH larutan pada empat tahap titrasi, yaitu:
1. pH analit pada tahap sebelum penambahan titran (daerah pertama)
2. pH analit sebelum titik ekivalen (daerah kedua)
3. pH analit pada titik ekivalen (daerah ketiga), dan
4. pH analit setelah titik ekivalen (daerah keempat)

1. Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat.


Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi.
Pada tahap awal : pH larutan < 7
Sebelum titik ekivalen : pH larutan < 7
Pada titik ekivalen : pH larutan = 7
Setelah titik ekivalen : pH larutan > 7
Ujung kurva baik awal dan akhir kurva relatif datar.
2. Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat.
Basa kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah.
Pada tahap awal : pH larutan > 7
Sebelum titik ekivalen : pH larutan > 7
Pada titik ekivalen : pH larutan = 7
Setelah titik ekivalen : pH larutan < 7
3. Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. 
Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di atas 7
Ujung kurva awal biasanya naik relatif cepat (pH naik cepat dengan hanya penambahan
sedikit basa) kemudian melandai (relatif datar). Ujung akhir kurva relatif datar.

4. Kurva titrasi basa lemah dengan asam kuat.


Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7.
Ujung kurva awal relatif turun cepat (pH turun cepat) dengan hanya sedikit penambahan
asam. Ujung akhir kurva melandai dan relatif datar.

5. Kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah.


Basa kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di atas 7.
Ujung kurva awal relatif datar. Ujung akhir kurva relatif turun cepat (pH turun cepat) dengan
catatan basa kuat benar-benar telah habis bereaksi .

6. Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah.


Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7. 
Ujung kurva awal biasanya relatif landai (pH naik perlahan). Ujung akhir kurva terjadi sedikit
kenaikan pH relatif cepat.
7. Kurva titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.

Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7,
tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka > Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan
bila Ka < Kb maka titik ekuivalen sedikit di atas pH 7.

Ujung kurva awal naik relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit kenaikan pH relatif cepat.

8. Kurva titrasi basa lemah dengan asam lemah.


Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7,
tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka > Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan
bila Ka < Kb maka titik ekuivalen sedikit di atas pH 7.
Ujung kurva awal turun relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit penurunan pH relatif cepat.

Contoh Soal :
Titrasi asam lemah dengan basa kuat antara 20 mL larutan CH 3COOH 0,5 M (Ka CH3COOH = 1,8 x
10–5 ) dengan larutan NaOH 0,5 M. Hitunglah pH larutan ketika volume NaOH yang ditambahkan:
1. 0 mL 4. 15 mL
2. 5 mL 5. 20 mL
3. 10 mL 6. 30 mL

Penyelesaian :
1. Titrasi 0 mL (sebelum penambahan NaOH)
Sebelum penambahan NaOH, larutan analit belum mengalami perubahan, sehingga pH larutan
= pH CH3COOH 0,5 M
[H+] = √ Ka x Ma = √ 1,8 x 10−5 x 0,5 = 3,0 x 10–3 M
pH = - log 3,0 x 10–3 = 3 – log 3 = 2,52

2. Volume NaOH 5 mL, masih tersisa CH 3COOH dan terbentuk basa konjugat CH 3COO–,
sehingga larutan hasil titrasi merupakan larutan penyangga.
mol (n) awal CH3COOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
mol NaOH = M x V = 0,5 x 5 mL = 2,5 mmol
CH3COOH + NaOH ⇋ CH3COONa + H 2O
Mula - mula 10 mmol 2,5 mmol 0 0
Bereaksi 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol
Sisa 7,5 mmol 0 2,5 mmol 2,5 mmol

Yang diperhitungkan adalah sisa asam lemah dan basa konjugat yang dihasilkan.
a 7,5
[H+] = Ka x = 1,8 x 10–5 x = 1,8 x 10–5 M x 3 = 5,4 x 10–5 M
g 2,5
pH = - log 5,4 x 10–5 = 5 – log 5,4 = 5 – 0,732 = 4,268

3. Volume NaOH 10 mL, masih tersisa CH3COOH dan terbentuk basa konjugat CH3COO–,
sehingga larutan hasil titrasi merupakan larutan penyangga.
mol CH3COO– yang terbentuk = CH3COOH yang bereaksi
mol (n) awal CH3COOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
mol NaOH = M x V = 0,5 x 10 mL = 5 mmol
CH3COOH + NaOH ⇋ CH3COONa + H2O
Mula - mula 10 mmol 5 mmol 0 0
Bereaksi 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa 5 mmol 0 5 mmol 5 mmol

Yang diperhitungkan adalah sisa asam lemah dan basa konjugat yang dihasilkan.
a 5
[H+] = Ka x = 1,8 x 10–5 x = 1,8 x 10–5 M
g 5
pH = - log 1,8 x 10–5 = 5 – log 1,8 = 5 – 0,255 = 4,745

4. Volume NaOH 15 mL, masih tersisa CH3COOH dan terbentuk basa konjugat CH3COO–,
sehingga larutan hasil titrasi merupakan larutan penyangga.
mol (n) awal CH3COOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
mol NaOH = M x V = 0,5 x 15 mL = 7,5 mmol
CH3COOH + NaOH ⇋ CH3COONa + H2O
Mula - mula 10 mmol 7,5 mmol 0 0
Bereaksi 7,5 mmol 7,5 mmol 7,5 mmol 7,5 mmol
Sisa 2,5 mmol 0 7,5 mmol 7,5 mmol

Yang diperhitungkan adalah sisa asam lemah dan basa konjugat yang dihasilkan.
+ a 2,5
[H ] = Ka x = 1,8 x 10–5 x = 3 x 10–6 M
g 7,5
pH = - log 3 x 10–6 = 6 – log 3 = 6 – 0,477 = 5,523

5. Volume NaOH 20 mL, CH3COOH habis bereaksi dan terbentuk basa konjugat CH 3COO–,
sehingga larutan hasil titrasi merupakan larutan garam (hidrolisis garam).
mol (n) awal CH3COOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
mol NaOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
CH3COOH + NaOH ⇋ CH3COONa + H2O
Mula - mula 10 mmol 10 mmol 0 0
Bereaksi 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol
Sisa 0 0 10 mmol 10 mmol

10
Yang diperhitungkan adalah basa konjugat yang dihasilkan. [CH 3COO–] = = 0,25 M
40

√ √ √
−14
Kw 10 2,5 x 10−15
= √ 1,3 x 10 = 1,14 x 10–5 M
- −10
[OH ] = x [ g] = 0,25 =
Ka 1,8 x 10
−5
1,8 x 10
−5

pOH = - log 1,14 x 10–5 = 5 – log 1,14 = 5 – 0,057 = 4,943


pH = 14 – pOH = 14 – 4,943 = 9,057 (pH di Titik ekivalen)

6. Volume NaOH 30 mL, CH3COOH habis bereaksi dan tersisa basa kuat sehingga larutan hasil
titrasi merupakan larutan basa.
mol (n) awal CH3COOH = M x V = 0,5 x 20 mL = 10 mmol
mol NaOH = M x V = 0,5 x 30 mL = 15 mmol
CH3COOH + NaOH ⇋ CH3COONa + H2O
Mula - mula 10 mmol 15 mmol 0 0
Bereaksi 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol
Sisa 0 5 mmol 10 mmol 10 mmol

5
Yang diperhitungkan adalah basa kuat yang dihasilkan. [OH-] = = 0,1 M
50
-
[OH ] = Mb x b = 0,1 x 1 = 0,1 M = 10–1 M
pOH = - log 10–1 = 1
pH = 14 – pOH = 14 – 1 = 13

Uji Kepahaman Diri

1. Hitunglah pH dari pencampuran 25 mL larutan HCOOH 0,1 M (K a = 1 x 10–4 ) dengan


larutan KOH 0,1 M jika volume larutan KOH nya
a. 0 mL f. 22 mL k. 30 mL
b. 5 mL g. 24 mL l. 35 mL
c. 10 mL h. 25 mL m. 40 mL
d. 15 mL i. 26 mL n. 45 mL
e. 20 mL j. 28 mL o. 50 mL

2. Dari soal di atas buatkan grafik/kurva titrasi antara volume larutan NaOH yang
ditambahkan terhadap pH.
3. Tentukan titik ekivalen dari grafik tersebut!

Anda mungkin juga menyukai