Anda di halaman 1dari 49

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii


ATURAN & PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA UMUM.............................................. 1
PERCOBAAN 1 KETERAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM .......................................... 11
PERCOBAAN 2 PEMISAHAN & PEMURNIAN ................................................................... 24
PERCOBAAN 3 REAKSI-REAKSI KIMIA ............................................................................. 29
PERCOBAAN 4 MASSA ZAT‐ZAT PADA REAKSI KIMIA ..................................................... 34
PERCOBAAN 5 AIR KRISTAL............................................................................................. 36
PERCOBAAN 6 STOIKHIOMETRI ...................................................................................... 38
PERCOBAAN 7 PENENTUAN BERAT MOLEKUL GAS ....................................................... 40
PERCOBAAN 8 LARUTAN DAN TITRASI ASAM BASA ....................................................... 44

ii
ATURAN & PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA UMUM

Selamat datang di Laboratorium Kimia Dasar UPH!

Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang menyenangkan, karena Anda


bisa mempelajari dan memahami kimia melalui percobaan. Pada dasarnya kimia
adalah ilmu yang deskriptif/nyata yang mempelajari perubahan fenomena alam.
Alam adalah guru yang menginspirasi dan bahkan organisme hidup yang paling
sederhana dapat melakukan reaksi yang jauh lebih canggih dan efisien daripada ahli
kimia yang paling mahir. Kimia adalah subjek yang penuh dengan kekaguman dan
keajaiban karena melaluinya kita dapat melihat pekerjaan tangan sang Pencipta.
Dengan melakukan praktikum Kimia di laboratorium, Anda diharapkan dapat lebih
memahami fenomena yang muncul dalam reaksi-reaksi Kimia, yang selama ini
hanya dapat dibaca atau dibayangkan selama mempelajari teori dalam perkuliahan.
Belajar lebih banyak dunia kimia benar-benar dapat meningkatkan penyembahan
kita terhadap Kristus Sang Pencipta Agung.
Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang sangat berbeda dengan tempat
lain karena Anda akan berhadapan langsung dengan zat-zat yang banyak sekali
macamnya (berbahaya) dan peralatan yang banyak ragamnya, akan tetapi sudah
dirancang khusus sehingga memungkinkan kita bisa merasa aman untuk bekerja di
dalamnya, dengan syarat harus mengerti aturannya dan tahu cara bekerja yang
baik.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aturan/tata tertib bekerja di
laboratorium Kimia Dasar dan pengenalan beberapa peralatan laboratorium Kimia
Dasar. Sebelum Anda memulai kegiatan praktikum, terlebih dahulu WAJIB untuk
membaca, mempelajari dan memahami ketentuan-ketentuan ini.

Kronologis Kegiatan:
➢ Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, praktikan dipersilakan masuk
dengan tertib, tidak boleh memakai sandal, tidak memakai kaos oblong dan
harus sudah langsung memakai jas laboratorium, kartu tanda pengenal dan
kacamata pelindung.
➢ Tanda tangani daftar hadir yang telah disediakan.
➢ Kumpulkan buku catatan praktikum (jurnal praktikum) di meja yang tersedia.
➢ Segera berkumpul di bagian depan di dalam Laboratorium Kimia Dasar untuk
mendengarkan penjelasan dari Pemimpin Praktikum sambil membawa
penuntun praktikum dan buku catatan lain (jika diperlukan).
➢ Setelah itu, kembalilah ke tempat kerja masing-masing (di Laboratorium Kimia
Dasar). Pada dasarnya, setiap mahasiswa/praktikan akan bekerja sendiri-
sendiri di bawah pengawasan asisten/dosen.
➢ Sebelum memulai praktikum, periksalah peralatan yang telah disediakan,
jumlah maupun keutuhan peralatan sudah sesuai dengan “daftar inventaris alat”
yang ada. Kalau belum, segera laporkan kepada asisten/dosen yang ada. Jika
sudah cocok, jangan lupa untuk menandatangani penerimaan formulir
inventaris masing-masing. Pelajari nama, kegunaan dan cara menggunakan
peralatan tersebut.

1
➢ Praktikan akan dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing akan
dipimpin atau diawasi oleh seorang Asisten. Atas beberapa pertimbangan,
asisten akan mengatur pelaksanaan kerja. Nama Asisten harus dicatat dalam
buku catatan. Kelompok akan diumumkan sebelum praktikum pertama
dilaksanakan.
➢ Buku catatan praktikum (jurnal praktikum) harus dikerjakan sebelum
praktikum dimulai (JANGAN mengerjakan di sekitar laboratorium) dan wajib
dibawa saat praktikum. Apabila tugas ini tidak dibuat, praktikan tidak diberikan
nilai untuk percobaan tersebut, atau tidak diperkenankan mengikuti praktikum
tersebut.
➢ Aspek yang dinilai dari pelaksanaan percobaan antara lain adalah: kesiapan,
keterampilan, jawaban atas pertanyaan/diskusi yang diberikan oleh asisten,
kerapian dan pengaturan tempat kerja, kemampuan bekerja mandiri,
kebenaran/kejujuran dalam pencatatan data, ketaatan pada instruksi atau
peraturan, penguasaan materi praktikum dan kemampuan kerja. Hasil
pengamatan segera dicatat dalam buku catatan. Data lain dapat ditanyakan
kepada asisten atau pemimpin praktikum.
➢ Setelah selesai bekerja, cucilah peralatan praktikum masing-masing dan akan
diperiksa oleh petugas Laboratorium.
➢ Di akhir periode praktikum akan dilakukan Tes Praktikum (Post Test) sekitar
15-20 menit. Pastikan alat sudah dicuci dan meja telah dibersihkan sebelum tes
praktikum dilaksanakan.
➢ Petugas akan mencatat kekurangan atau pemecahan alat, disaksikan oleh
praktikan, diakhiri dengan membubuhkan tanda tangannya.
➢ Praktikan harus menandatangani penyerahan peralatan ini. Jangan
meninggalkan Laboratorium sebelum petugas/laboran membubuhkan tanda
tangan pada daftar inventaris alat Anda.

CATATAN: Selain bekerja secara individu, praktikan juga dilatih bekerja secara
kelompok. Dalam keadaan seperti ini, tanggung jawab keberhasilan percobaan
ditanggung bersama. Demikian pula dengan peralatan yang digunakan bersama,
misalnya buret atau peralatan distilasi. Apabila ada kerusakan atau hilang harus
ditanggung bersama. SELAMAT BEKERJA !

Buku Catatan Praktikum (Jurnal Praktikum) & Laporan


➢ Setiap praktikan mempunyai buku penuntun praktikum sendiri. Lengkapi
dengan buku catatan praktikum, dan alat-alat tulis. Simpanlah buku catatan
di atas meja kerja tetapi cukup aman, jangan sampai tersiram zat atau rusak.
➢ Buku penuntun praktikum, akan terdiri dari: tata tertib, aturan kerja dan
keselamatan, dan modul percobaan 1 s/d 5.
➢ Setiap percobaan akan terdiri dari: Judul percobaan, pendahuluan, bahan
dan peralatan, cara kerja dan pertanyaan-pertanyaan tugas persiapan
praktikum (jika ada)
➢ Setiap percobaan akan dilengkapi dengan Lembar Data (yang akan berisi
pengamatan dan ditanda tangani oleh asisten yang bersangkutan).

2
ATURAN KESELAMATAN

❖ Aturan Umum

Sebelum bekerja di laboratorium, persiapkan dengan betul-betul mengenai
peraturan di laboratorium dan menguasai materi praktikum dengan sebaik-
baiknya, mulai dari tujuan, konsep dasar, prosedur dan teknik-teknik
pengerjaan yang akan dilakukan.

Jangan bekerja sendirian di laboratorium, minimal berdua, dan untuk
praktikum kimia dasar harus disertai asisten atau instruktur laboratorium,
sesuai dengan jadwal yang diberikan.

Di dalam ruangan laboratorium, tidak diperbolehkan: merokok, makan dan
minum. Diharuskan memakai baju yang rapi (bukan kaos oblong), memakai
jas laboratorium, memakai sepatu tertutup (bukan sandal). Hal ini demi
keselamatan dan kesehatan kerja anda sendiri.

Selalu dipelihara kebersihan meja kerja, bak cuci, dan sekitarnya. Buanglah
sampah pada tempatnya.

Jika membuang zat cair pekat, dituangkan ke bak cuci sambil diguyur air
yang banyak. Hati-hati dengan H2SO4 pekat, ada caranya sendiri.

Zat padat dan logam-logam buang ke wadah yang tersedia (jangan dibuang
ke washbak)!

Larutan yang mengandung logam berat (seperti: Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn,
Ni) harus dibuang ke wadah/botol tersendiri yang sudah disediakan. Jangan
sekali-kali dibuang ke washbak!

Apabila bekerja dengan gas-gas atau zat berasap/pekat, bekerjalah di dalam
lemari asam (fume hood), jangan sampai terhirup gas-gas beracun. Jangan
sekali-kali meninggalkan percobaan yang sedang berjalan, tunggu sampai
prosesnya berhenti.

Laboratorium Kimia adalah tempat yang khusus serius untuk belajar dan
bekerja. Dilarang ngobrol, bercanda atau main-main dengan teman.
Janganlah membuang-buang waktu percuma.

Bekerjalah yang tekun, percaya diri dan jangan ragu-ragu. Catatlah setiap
kejadian dan pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, sebab salah
satu kegiatan terpenting dalam praktikum adalah pengamatan dan
pengumpulan data. Jangan ragu untuk bertanya kepada asisten, dan
jawablah setiap pertanyaan yang diajukan asisten dengan singkat dan jelas

❖ Menanggulangi kecelakaan/kebakaran

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan. Akan tetapi
laboratorium adalah tempat yang banyak bahayanya, baik bahaya keracunan
maupun kebakaran. Kalau terjadi kecelakaan atau kebakaran, yang pertama
dan utama harus dilakukan adalah: JANGAN PANIK!

Apabila kulit anda terkena zat kimia, agar secepatnya dicuci dengan air
kran dan menggunakan sabun cuci. Jika yang kena adalah mata atau muka,
semprot langsung dengan air kran di atas bak cuci. Jangan sekali-kali

3
digosok dengan tangan, apa lagi sebelum cuci tangan. Secepatnya hubungi
petugas/asisten untuk minta pengobatan darurat.

Apabila anggota badan yang terkena, apa lagi jumlahnya banyak, gunakan
shower atau air kran yang besar, segera lepas baju laboratorium atau
penutup lain di bagian yang kena zat. Segera lapor ke petugas untuk
mendapat pengobatan selanjutnya.

Bila terjadi kebakaran di atas meja kerja, misalnya larutan dalam gelas kimia,
pertama-tama jangan panik, jangan coba memadamkan sendiri apa lagi
membanting gelas yang terbakar. Menjauhlah dari meja, segera laporkan ke
petugas/asisten. Bila tidak ada yang menolong, tutup gelas yang terbakar
dengan lap basah atau keset basah, biarkan mati sendiri atau disemprot
dengan alat pemadam kebakaran yang ada.

Bila tangan atau kulit terbakar (jumlah kecil), taruh air es di sekitar yang
terbakar, lalu obati dengan obat analgesik misalnya salep atau larutan
rivanol. Mintalah pada petugas/asisten.

❖ Zat Kimia & Pereaksi



Zat kimia dan pereaksi yang diperlukan untuk Praktikum Kimia Dasar ini
pada umumnya sudah disediakan.

Apabila pemakaiannya diserahkan kepada masing-masing praktikan, maka
zat-zat tersebut dan pereaksi-pereaksi, akan disimpan di atas meja khusus
untuk ini. Biasanya di letakkan di meja-meja pinggir laboratorium.

Setiap praktikan WAJIB memelihara kebersihan meja zat ini, dan paling
utama adalah menjaga pereaksi-pereaksi jangan sampai rusak atau
terkontaminasi akibat kecerobohan pengambilan. Misalnya salah
menggunakan pipet untuk mengambil zat. Setiap pereaksi dilengkapi
dengan pipet sendiri-sendiri (pipet-pipet tidak boleh ditukar), atau kalau
botol reagen tidak ada pipetnya berarti pengambilan nya dengan cara
dituangkan ke dalam gelas ukur.

Bila akan melakukan tes reaksi, bawalah tabung reaksi bersih di atas rak
tabung reaksi ke meja pereaksi. Pencampuran dilakukan di sini juga, dengan
catatan harus bekerja dengan tertib, cari tempat yang kosong, dan jangan
mencampuradukan pipet tetes.

Setiap botol zat dan pereaksi, ada labelnya yang jelas berisi nama, rumus
kimia dan konsentrasi atau identitas lain. Bacalah dengan teliti sebelum
anda menggunakannya. Tidak diperbolehkan menukar tutup botol.

Zat kimia yang pekat misalnya HCl, H2SO4, NaOH, harus disimpan di lemari
asam. Juga apabila bekerja dengan zat-zat tersebut.

TEKNIK LABORATORIUM

❖ Peralatan Dasar Laboratorium Kimia


Peralatan Laboratorium sederhana yang biasa digunakan di Laboratorium
Kimia Dasar, umumnya terdiri dari peralatan gelas yang sering digunakan dan
sangat diperlukan sebagai sarana dan alat bantu untuk melakukan percobaan
(sederhana). Beberapa peralatan yang umum dipakai di laboratorium adalah:

4

Gelas kimia (beaker glass), berbagai ukuran yang ditulis di bagian luar,
ukuran ini sesuai dengan kapasitas penampungannya. Digunakan untuk
menampung cairan atau larutan, juga memanaskannya, terbuat dari gelas
bahan kuat pemanasan misalnya Pyrex.

Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask), seperti halnya gelas kimia, karena
berbentuk labu erlenmeyer ini bisa digunakan untuk mengaduk cairan
melalui pengocokan, juga bisa untuk melakukan titrasi. Untuk titrasi ini ada
labu yang disebut labu titrasi, yang bentuknya mirip erlenmeyer hanya
lehernya lebih lebar.

Gelas ukur (graduated cylinder), untuk mengukur volume cairan yang
terdapat di dalamnya (berukuran), juga terdiri dari berbagai macam
ukuran/kapasitas.

Pipet (pipette), untuk mengukur volume cairan yang kita ambil atau
perlukan. Ada beberapa macam, pertama pipet volum (volumetric pipette)
yang hanya bisa mengambil sejumlah volume (dengan tepat) cairan, kedua
pipet ukur (pipet gondok) (graduated measuring) yang bisa mengatur
jumlah volume (dengan teliti) cairan yang kita ambil, ketiga pipet tetes
(medicine dropper/Pasteur pipette) yang bisa mengambil sejumlah kecil
cairan.

Buret, sama seperti pipet ukur, hanya karena buret mempunyai kran untuk
mengatur keluarnya cairan, kita tidak perlu membaca setiap waktu ukuran
nya. Alat ini digunakan untuk melakukan titrasi.

Tabung reaksi (Test Tube), terbuat dari gelas, berbagai macam ukuran yang
menunjukkan kapasitasnya, digunakan untuk melakukan reaksi kimia dalam
jumlah sedikit.

Kaca arloji (watch glass), terbuat dari gelas bening, berbagai ukuran
diameternya, digunakan untuk reaksi atau penguapan sederhana

Corong (funnel), terbuat dari gelas atau porselen, digunakan untuk
menyaring secara gravitasi, ada corong tangkai panjang dan pendek.

Corong buchner, jenis corong juga yang terbuat dari porselen, bedanya
corong ini digunakan untuk penyaringan cepat dengan cara penyedotan
(suction) melalui pengisap/vakum, juga dilengkapi dengan labu isapnya.
Banyak digunakan di laboratorium kimia organik.

Corong pisah (separating funnel), terbuat dari gelas, digunakan untuk
memisahkan dua lapisan cairan atau lebih, dalam cara pemisahan ekstraksi.

Cawan penguapan (evaporating Dish), terbuat dari porselen, berbagai
ukuran kapasitas, digunakan untuk menguapkan larutan.

Cawan krus (crucible), seperti cawan poreselen, hanya ukurannya lebih
tinggi, digunakan untuk menguapkan dilanjutkan dengan pemijaran zat
padatnya.

Spatula, dengan berbagai ukuran, terbuat dari besi dan gelas, gunanya untuk
mengambil zat padat.

Batang pengaduk, terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk larutan
dalam labu. Kasa asbes (wire gauze/screen with asbestos center), kawat yang
dilapisi asbes, gunanya untuk menahan dan menyebarkan panas yang
berasal dari api bunsen.

5

Kaki tiga (tripod stand), terbuat dari besi yang menyangga ring, digunakan
untuk memanaskan.

➢ Cara Memanaskan Cairan/larutan

Secara umum Anda harus sangat memahami segi keamanan yang meliputi
tempat kerja, peralatan, zat, orang di sekitar dan tentu saja diri sendiri. Masalahnya
bagaimana memanaskan cairan agar aman? Suatu hal yang sejauh mungkin harus
dihindari pada pemanasan cairan yaitu bumping (menggelegak tiba-tiba).

a) Memanaskan cairan dalam tabung reaksi:


• Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi kepada
tetangga atau diri sendiri!
• Jepitlah tabung di dekat mulut tabung!
• Miringkan ke arah yang aman, panas kan sambil
sebentar-sebentar dikocok.
• Lakukan pengocokkan terus beberapa saat setelah api
dijauhkan/tidak dipanaskan lagi.
b) Memanaskan cairan dalam gelas kimia atau Erlenmeyer, harus
menggunakan:(1) Batang pengaduk ; atau (2) Batu didih. Untuk pemanasan
menggunakan labu Erlenmeyer, bisa dilakukan dengan cara memanaskan
langsung di atas api (untuk pelarut yang tidak mudah terbakar), sambil
cairannya digoyangkan/diputar, sekali-kali diangkat bila sudah terasa akan
mendidih.

➢ Cara membaca volume (gelas ukur)


Gelas ukur atau labu ukur adalah alat untuk mengukur
jumlah cairan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena
itu skala 0 (dalam millilitre, mL) akan terletak di bagian
bawah. Masukkan jumlah zat cair yang akan diukur
volumenya, lalu tepat kan dengan pipet tetes sampai
skala yang diinginkan. Yang penting di sini adalah cara
membaca skala harus dibaca garis singgung skala
dengan bagian bawah miniskus cairan. Miniskus adalah
garis lengkung (untuk air akan cekung) permukaan
cairan akibat adanya gaya adhesi atau kohesi zat cair
dengan gelas. Dalam contoh gambar, yang dibaca
adalah
24,50 mL bukan 24,62 mL.

6
➢ Cara menggunakan pipet
Pipet adalah peralatan untuk memindahkan sejumlah
tertentu zat cair dari satu tempat ke tempat lain.
Secara umum ada 3 jenis pipet yaitu pipet tetes
(dropping pipette), pipet seukuran (volumetric pipette)
dan pipet berukuran (measuring pipette). Pipet tetes,
digunakan untuk memindahkan sejumlah tertentu
dimana volumenya tidak diukur. Untuk pengambilan
cairan digunakan karet. Perbedaan pipet tetes
ditentukan oleh ujung pipet ada yang runcing atau
panjang (kapiler) ada yang besar (biasa).
Pipet seukuran atau disebut juga pipet gondok, ukuran nya tertera di permukaan
gelas, digunakan untuk memindahkan volume tertentu (dengan teliti) cairan.
Cara menggunakan pipet seukuran: celupkan bagian bawah pipet ke dalam cairan
(sampai terendam), lalu cairan disedot dengan aspirator karet (lihat gambar)
sampai melebihi garis batas, ditahan jangan sampai terbuka lalu pindahkan ke
tempat lain sambil ujung pipet menempel di gelas. Sisa di ujung pipet jangan
dikeluarkan. Catatan: untuk latihan, penyedotan dilakukan dengan mulut – jangan
sampai terminum – lalu waktu menahan cairan supaya digunakan telunjuk, bukan
jempol.
Pipet berukuran, digunakan untuk memindahkan sejumlah tertentu volume
(dengan teliti) cairan. Sesuai dengan namanya, pipet ini mempunyai skala ukuran
dimana skala 0 terdapat dibagian atas (bagian tangan). Cara kerjanya mirip dengan
seukuran, bedanya pipet ini diisi sampai tepat di skala 0, lalu ditahan dengan
telunjuk, dan apabila mau mengeluarkan cairan harus diatur kecepatannya agar
volume yang dikeluarkan sesuai dengan yang diperlukan.

➢ Cara menggunakan buret


Buret adalah alat khusus di laboratorium kimia karena dari segi
kegunaan adalah merupakan gabungan dari seluruh pipet, malahan ada
kelebihannya dibandingkan pipet berukuran karena pada waktu
mengeluarkan tidak perlu diawasi skalanya. Alat ini digunakan untuk
melakukan pekerjaan titrasi, yaitu cara penentuan konsentrasi suatu
larutan dengan larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya,
dengan metoda ekivalensi, misalnya asam-basa atau redoks.
Untuk mengetahui telah tepat dicapainya titik ekivalensi, digunakan zat indikator,
yang biasanya zat warna seperti phenolphthalein. Untuk pekerjaan titrasi ini
diperlukan alat agar bisa mengukur secara teliti jumlah larutan yang telah
dikeluarkan, tanpa harus dibaca setiap pengeluaran. Untuk itulah digunakan buret,
karena alat ini mempunyai skala ukuran volume (mL) dan untuk pengeluarannya
digunakan kran yang kecepatannya bisa diatur.
Cara menyiapkan buret: bagian dalam pipa buret harus bersih dan bebas lemak,
untuk itu diperlukan pencucian khusus. Kran ditutup kemudian masukkan cairan
/larutan dari atas melalui corong gelas. Perhatikan apakah kran bocor, kalau bocor,
kran harus dibuka dan diolesi dengan sedikit vaselin. Isi sampai melebihi skala 0,

7
lalu dengan membuka sedikit kran atur permukaan miniskus cairan menyinggung
garis skala 0 mL (dibagian atas buret).
Cara menggunakan buret (dalam titrasi): siapkan labu tirasi yang sudah diisi
sejumlah tertentu larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, juga dua tiga tetes
indikator, di bawah kran buret. Pegang kran buret dengan tangan kiri (bukan
tangan kanan) dimana telapak tangan menggenggam seluruh kran dan telunjuk-ibu
jari bisa memutar kran dari bagian dalam. Labu titrasi dipegang lehernya dengan
tangan kanan. Sambil menggoyangkan bagian bawah labu titrasi, kran buret dibuka
perlahan sampai mendekati titik ekivalen. Jika sudah dekat titik ekivalensi, atur
pengeluaran sedikit-sedikit sampai menjelang perubahan warna indikator, sebab
setengah tetespun akan sangat berarti dalam menentukan titik akhir titrasi.

Cara Melakukan Penyaringan
Penyaringan adalah salah satu metode untuk
pemisahan dan pemurnian suatu campuran. Cara
penyaringan yang baik akan menghasilkan produk
yang baik baik pula. Dalam berbagai salah satu tahap
yang penting.
Oleh karena itu, keterampilan percobaan Kimia, tahap
pemisahan dan pemurnian merupakan penyaringan
merupakan suatu hal yang harus dikuasai praktikan.

Peralatan yang harus disiapkan diantaranya adalah corong penyaring dan kertas
saring. Terdapat beberapa jenis corong penyaring, namun yang biasa digunakan
untuk penyaringan biasa adalah corong (funnel) dan corong Buchner (lihat
gambar di atas). Ada pula jenis corong lain yang disebut corong pisah (separatory
funnel), yang biasa digunakan untuk pemisahan dengan metode ekstraksi, bukan
penyaringan biasa. Cara melipat kertas saring pun akan menentukan baik tidaknya
proses penyaringan. Usahakan agar ukuran kertas saring tidak lebih besar daripada
ukuran corongnya.

8

Cara menggunakan Neraca

Neraca atau timbangan adalah alat untuk mengukur massa atau berat. Prinsip
kerjanya adalah kesetimbangan diantara dua piringan. Jenis neraca pada umumnya
ditentukan oleh sensitifitas dan ketelitian penimbangan, neraca teknis 0,01 s/d
0,001 gram, sedangkan neraca analitis < 0,0001 gram.

Secara teknis, neraca sekarang dibagi dua macam yaitu: triple-beam balance
(ayunan, gambar di kiri) dan top-loader balance (torsi), dan pembacaannya secara
elektrik atau digital (dua gambar di kanan).

Prinsip dasar melakukan penimbangan:


1. Siapkanlah neraca pada keadaan/posisi kesetimbangan/bebannya kosong,
artinya di nol-kan dulu neracanya.
2. Simpan obyek yang mau ditimbang di lengan kiri neraca, dan lengan kanan
untuk tempat anak timbangan.
3. Kembalikan kesetimbangan neraca dengan cara menyimpan anak timbangan di
bagian kanan. Sistematika menyeimbangkan dimulai dengan anak timbangan
besar mendekati berat obyek, diteruskan dengan anak timbangan yang lebih
kecil dan seterusnya.

9
10
PERCOBAAN 1
KETERAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM

I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menggunakan beberapa alat sederhana di laboratorium
kimia

II. Dasar Teori

Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian,


pelayanan, dan uji mutu (quality control). Mengingat perbedaan fungsi tersebut,
maka berbeda pula dalam desain, fasilitas dan penggunaan bahan serta prioritas
peralatan yang diperlukan. Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek
keselamatan kerja, laboratorium kimia mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai
akibat penggunaan bahan kimia dan tekniknya. Berikut ini akan diperkenalkan
beberapa alat sederhana dan penggunaannya.

Terbuat dari gelas, gunanya untuk mereaksikan


Tabung zat‐zat kimia dalam jumlah sedikit baik padat
reaksi ataupun cair. Dapat dipanaskan.

Penjepit Terbuat dari kayu atau logam, gunanya untuk


pemanasan menjepit tabung reaksi pada
pemanasan atau mengambil cawan dalam keadaan
panas.

Rak Tabung Terbuat dari kayu atau logam, gunanya untuk


Reaksi menempatkan tabung reaksi

Pengaduk Terbuat dari gelas, gunanya untuk mengaduk suatu


campuran atau larutan, dipakai juga untuk
membantu pada saat menuangkan cairan dalam
proses penyaringan atau pemindahan dari suatu
wadah ke wadah yang lain
Corong Biasanya terbuat dari gelas, gunanya untuk
membantu pada saat memasukkan cairan ke dalam
suatu tempat yang mulutnya sempit seperti labu
ukur, botol, buret dan sebagainya. Dapat juga untuk
membantu dalam penyaringan.
Pipa Terbuat dari gelas, gunanya untuk mengalirkan ke
Bengkok dalam suatu tempat tertutup atau ke dalam larutan

11
Gunanya untuk tempat menimbang zat yang
Gelas Arloji berbentuk Kristal dan tidak higroskopis, dapat juga
digunakan untuk menguapkan larutan dalam
jumlah sedikit.

Gunanya untuk mengukur volume zat kimia dalam


Gelas Ukur bentuk cair (volume kira‐kira), alat ini mempunyai
skala terdiri dari bermacam‐ macam ukuran,
jangan digunakan untuk mengukur larutan yang
panas.
Gelas Piala Digunakan sebagai tempat larutan dan dapat juga
/ Beaker untuk memanaskan (untuk menguapkan pelarut
Glass atau memekatkan). Alat ini bukan alat pengukur
(walaupun volume kira‐kira).
Erlenmeyer Terbuat dari gelas. Digunakan sebagai tempat
larutan zat yang akan dititrasi, boleh untuk
memanaskan larutan.

Labu Ukur Terbuat dari gelas, mempunyai berbagai ukuran.


Digunakan untuk membuat larutan standar atau
larutan tertentu dengan volume setepat mungkin.
Buret Terbuat dari gelas, mempunyai skala dan kran.
Digunakan untuk titrasi atau sebagai tempat titrant
yang dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran.
Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada
skala.
Pipet Pada bagian tengah dari pipet ini membesar
Gondok (gondok), ujungnya runcing. Digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tertntu dan
tepat. Tersedia dengan berbagai ukuran.

Pipet Ukur Bagian tengah dari pipet ini sama besar (lurus).
Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu, mempunyai skala dan tersedia
dengan berbagai ukuran.

Pipet Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah


Pasteur sedikit
(pipet
tetes)
Cawan Terbuat dari porselen, digunakan sebagai tempat
Penguap untuk menguapkan suatu larutan.
Botol Terbuat dari plastic, dilengkapi dengan pipa agar
Pencuci air yang keluar bias diatur. Botol ini mempunyai
skala.

12
Kasa yang sering dipakai terbuat dari kawat
Kasa asbes tembaga atau seng dan ditengahnya berlapis asbes.
Alat ini digunakan sebagai alas pada pemanasan
alat‐alat kaca yang berisi cairan atau larutan
dengan maksud agar panasnya merata.
Segitiga Alat ini terbuat dari keramik dan digunakan
Porselen sebagai penopang cawan porselen yang akan
dipanaskan diatas kaki tiga.

Kaki Tiga Kaki tiga terbuat dari besi dan merupakan alat
penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang
ditumpangi alat kaca atau cawan porselen yang
akan dipanaskan. Diantara ketiga kakinya, dapat
ditempatkan pembakar Bunsen atau alat pemanas
lainnya.
Statif Alat ini terbuat dari besi dan digunakan sebagai
alat penyangga buret dengan bantuan klem buret.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
- Gelas kimia - Padatan CuSO4
- Gelas ukur - Padatan NaOH
- Labu takar - Padatan KI
- Botol timbang - Padatan Pb(NO3)2
- Spatula - HCl pekat
- Pipet tetes - H2SO4 pekat
- Pipet Ukur - Aquades

IV. CARA KERJA

A. Pembuatan Larutan CuSO4 1 M


• Timbang padatan CuSO4 yang telah diketahui melalui perhitungan.
• Larutkan dengan akuades hingga volume 250 mL dalam labu takar.
B. Pembuatan Larutan HCl 2 M dari HCl Pekat

Pada pengenceran untuk zat‐zat yang menunjukkan reaksi eksoterm seperti


pada pengenceran HCl pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara
menuangkan HCl pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (air). Kemudian
tentukan lebih dahulu berapa banyak larutan standar yang akan dibuat dan hitung

13
berapa banyak larutan awal yang harus diencerkan dengan menggunakan
persamaan :

V1 M1 = V2 M2 V1 = V2 x M2
M1

Dimana : V1 = volume larutan awal yang diperlukan.


M1 = molaritas larutan awal.
V2 = volume larutan standar yang akan dibuat.
M2 = molaritas larutan standar yang akan dibuat.

• Ambillah 50 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan


bagian bawah dari miniskus, air harus tepat menyinggung skala 25 mL.
Pandangan mata harus tepat sejajar dengan tinggi miniskus air.
Tuangkan ke dalam labu takar 250 mL.
• Ambillah HCl pekat dengan pipet ukur sesuai dengan perhitungan
(perhatikan miniskus).
• Masukkan HCl pekat ini ke dalam labu takar yang berisi air suling,
lakukan dengan perlahan dan hati‐hati. Perhatikan perubahan panas
sebelum dan sesudah ditambahkan HCl pekat ke dalam tabung reaksi.
C. Pembuatan Pb(NO3)2 0,1 M
• Timbang padatan Pb(NO3)2 yang telah diketahui melalui perhitungan.
• Larutkan dengan akuades hingga volume 100 mL dalam labu takar.
D. Pembuatan Larutan KI 0,1 M
• Timbang padatan KI yang telah diketahui melalui perhitungan.
• Larutkan dengan akuades hingga volume 100 mL dalam labu takar.
E. Pembuatan Larutan NaOH 1 M
• Timbang padatan NaOH yang telah diketahui melalui perhitungan.
• Larutkan dengan akuades hingga volume 1 L dalam labu takar.

14
F. Pembuatan Larutan H2SO4 2 M dari H2SO4 Pekat
Pada pengenceran untuk zat‐zat yang menunjukkan reaksi eksoterm seperti
pada pengenceran H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan cara
menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut (air).
• Ambillah 50 mL air suling dengan menggunakan gelas ukur. Perhatikan
bagian bawah dari miniskus, air harus tepat menyinggung skala 25 mL.
Pandangan mata harus tepat sejajar dengan tinggi miniskus air.
Tuangkan ke dalam labu takar 250 mL.
• Ambillah H2SO4 pekat dengan pipet ukur sesuai dengan perhitungan
(perhatikan miniskus).
• Masukkan H2SO4 pekat ini ke dalam labu takar yang berisi air suling,
lakukan dengan perlahan dan hati‐hati. Perhatikan perubahan panas
sebelum dan sesudah ditambahkan H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi

LABEL DAN PENYIMPANAN BAHAN KIMIA


Penandaan atau pemberian label terhadap jenis‐jenis bahan kimia diperlukan
untuk dapat mengenal dengan cepat dan mudah sifat bahaya dari suatu bahan kimia.
Pengenalan dengan label ini amat penting dalam penanganannya, transportasi dan
penyimpanan bahan‐ bahan atau pergudangan. Cara penyimpanan bahan‐bahan
kimia memerlukan pengetahuan dasar akan sifat bahaya serta kemungkinan
interaksi antar bahan serta kondisi yang mempengaruhinya. Tanpa memperhatikan
semua faktor tersebut, dapat mengakibatkan ; kebakaran, ledakan, keracunan, atau
kombinasi di antara kemungkinan ketiga akibat tersebut.

LABEL ATAU SIMBOL BAHAYA


Label atau simbol bahaya bahan‐bahan kimia serta cara penanganan secara
umum dapat diberikan sebagai berikut :

Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu.


Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa
1 Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan
api, dan panas.

2 Bahaya : oksidator, dapat membakar bahan lain,


penyebab timbulnya api atau penyebab kesulitan
dalam pemadaman api.
Contoh : hydrogen peroksida dan kalium perklorat
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah
terbakar dan reduktor.

15
Bahaya : mudah terbakar, meliputi :
3 a. Zat terbakar langsung
Contoh : aluminium alkil fosfor
Keamanan : hindari campuran dengan udara
b. Gas amat mudah terbakar
Contoh : butane, propane
Keamanan : hindari campuran dengan udara
dan hindari sumber api
c. Zat sensitive terhadap air, yaitu zat yang
membentuk gas mudah terbakar bila kena air
atau uap
d. Cairan mudah terbakar Cairan dengan flash
point di bawah 21°C
Contoh : aseton dan benzene
Keamanan : jauhkan dari api terbuka, sumber
api, dan loncatan api.
Bahaya : toksik, berbahaya bagi kesehatan bila
4 terhisap, tertelan, atau kontak dengan kulit, dan
juga dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
Keamanan : hindari kontak atau masuk ke dalam
tubuh, segera berobat ke dokter bila
kemungkinan keracunan
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada
5 tubuh
Contoh : piridin
Keamanan : hindari kontak dengan tubuh atau
hindari penghirupan, segera berobat bila terkena
bahan.
6 Bahaya : korosif atau merusak jaringan atau tubuh
manusia
Contoh : belerang dioksida dan klor Keamanan :
hindari kontaminasi pernafasan, kontak dengan
kulit dan mata.

SYARAT‐SYARAT PENYIMPANAN BAHAN


Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan atau bocornya bahan‐bahan
kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan‐bahan kimia,
beberapa kemungkinan dibawah ini perlu diperhatikan :
a) Pengaruh panas/api.
Kenaikan suhu akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi dan
mempercepat reaksi. Juga percikan api berbahaya untuk bahan‐bahan mudah
terbakar.
b) Pengaruh kelembaban.
Zat‐zat higroskopis mudah menyerap uap air dari udara dan reaksi hidrasi
yang eksotermis akan menimbulkan pemanasan ruang.

16
c) Interaksi dengan wadah.
Bahan kimia dapat berinteraksi dengan wadahnya dan bocor.
d) Interaksi antar bahan.
Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran
atau timbulnya gas beracun.

Dengan mempertimbangkan faktor‐faktor diatas, beberapa syarat penyimpanan


bahan secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Bahan beracun.
Contoh : Sianida, Arsenida dan Posfor.
Syarat penyimpanan :
- Ruangan dingin dan berventilasi.
- Jauh dari bahaya kebakaran.
- Dipisahkan dari bahan‐bahan yang mungkin bereaksi.
- Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, gloves
2. Bahan korosif.
Contoh : asam‐asam, anhidrida asam dan alkali. Merusak wadah dan bereaksi
dengan zat‐zat beracun menghasilkan uap/gas beracun.
Syarat penyimpanan :
- Ruangan dingin dan berventilasi.
- Wadah tertutup dan beretiket.
- Dipisahkan dari zat‐zat beracun.
3. Bahan mudah terbakar.
Contoh : Benzena, Aseton, Eter, Heksan dan sebagainya. : suhu dingin dan
berventilasi.
Syarat :
- Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api, listrik dan bara
rokok.
- Tersedia alat pemadam kebakaran.
4. Bahan mudah meledak.
Contoh : Amonium Nitrat, Nitrogliserin, Trinitrotoluen (TNT). : ‐ ruangan dingin
dan berventilasi.
Syarat :
- Amonium Nitrat, Nitrogliserin, Trinitrotoluen (TNT). : ‐ ruangan dingin dan
berventilasi.
5. Bahan oksidator.
Contoh : perklorat, permanganat, peroksida organik.
Syarat penyimpanan :
- Suhu ruangan dingin dan berventilasi.
- Jauhkan dari sumber api dan panas termasuk loncatan api, listrik dan bara
rokok.
- Jauhkan dari bahan‐bahan cairan mudah terbakar atau reduktor.
Catatan : pemadam kebakaran kurang berguna karena zat oksidator
dapat menghasilkan oksigen sendiri.
6. Bahan reaktif terhadap air.
Contoh : Natrium, Hidrida, Karbit, Nitrida dan sebagainya.
Syarat penyimpanan :

17
- Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi.
- Jauh dari sumber nyala api atau panas
- Bangunan kedap air.
- Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, Halon, dry powder).
7. Bahan reaktif terhadap asam.
Contoh : Natrium, Hidrida, Sianida.
Zat‐zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah
terbakar atau beracun.
Syarat penyimpanan :
- Ruangan dingin dan berventilasi.
- Jauhkan dari sumber api, panas dan asam.
- Ruang penyimpanan perlu di desain agar tidak memungkinkan terbentuk
kantong‐kantong Hidrogen.
- Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves dan pakaian kerja.
8. Gas bertekanan.
Contoh : gas N2, Asetilen, H2 dan Cl2 dalam silinder.
Syarat penyimpanan :
- Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat.
- Ruangan dingin dan tidak terkena langsung matahari.
- Jauhkan dari api adan panas.
- Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup‐katup.

BAHAN‐BAHAN KIMIA “INCOMPATIBLE”


Seperti diuraikan sebelumnya, ada bahan‐bahan kimia yang tak boleh dicampur
dalam penyimpanannya seperti asam dengan bahan beracun, bahan mudah
terbakar dari oksidator dan sebagainya. Bahan‐bahan demikian disebut
“incompatible” dan harus disimpan secara terpisah.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah lamanya waktu penyimpanan
untuk zat‐zat tertentu. Eter, parafin cair dan olefin membentuk peroksida karena
kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan semakin besar jumlah
peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan dan tetrahidrofuran adalah zat‐zat yang
sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan.
Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor.
Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan, atau sebelum dipakai
dites dahulu kadar peroksidanya, dan bila positif, peroksida tersebut dipisahkan
atau dihilangkan secara kimia.
Contoh bahan‐bahan demikian seperti pada tabel 3.1. Zat pada kolom A kontak
dengan zat pada kolom B akan menghasilkan gas racun (kolom C)
a. Bahan‐bahan kimia “incompatible” dan menghasilkan racun bila
dicampur :
Bahaya yang timbul bila
Kolom A Kolom B
dicampur (kolom C)
Sianida Asam Asam sianida
Hipoklorit Asam Klor dan asam hipoklorit
Nitrat Asam sulfat Nitrogen dioksida

18
Asam nitrat Tembaga, logam berat Nitrogen dioksida
Nitrit Asam Asam nitrogen oksida
Asida Asam Hidrogen asida
Senyawa arsenik Reduktor Arsen
Sulfida Asam Hidrogen sulfida

b. Bahan‐bahan reaktif yang bila dicampur menimbulkan reaksi hebat,


kebakaran dan atau ledakan:
Bahan Kimia Hindarkan kontak dengan :
Amonium nitrat Asam klorat, nitrat, debu organik, pelarut organik,
mudah terbakar dan bubuk logam.
Asam asetat Asam kromat, Asam nitrat, perklorat dan peroksida
Karbon aktif Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit).
Asam kromat Asam asetat, gliserin, alkohol dan bahan kimia
mudah terbakar.
Cairan mudah Amonium nitrat, Asam kromat, Hidrogen peroksida
terbakar dan Asam nitrat
Hidrokarbon Fluor, Klor, Asam kromat dan peroksida.
(butana, benzena,
benzin, terpentin)
Kalium Asam sulfat dan asam lainnya.
klorat/perklorat
Kalium
permanganat Gliserin, Etilen glikol, Asam sulfat.

19
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) DALAM
LABORATORIUM
Banyak cara‐cara dan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi masih dapat
terjadi kecelakaan dalam laboratorium. Oleh karena itu, untuk menghindari akibat
yang tidak diinginkan, diperlukan usaha‐usaha pertolongan pertama bila terjadi
kecelakaan. Meskipun banyak cara P3K yang umumnya cukup luas, tetapi P3K
dalam laboratorium kimia dapat diarahkan pada kecelakaan yang berupa luka
bakar, luka pada mata dan keracunan.
Biasanya pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian
“antidote” (penangkal). Dan selanjutnya harus segera diikuti pengobatan oleh
dokter. Namun demikian, dokter memerlukan informasi yang jelas tentang
penyebab terjadinya kecelakaan, terutama jika terjadi keracunan, agar dokter yang
bersangkutan dapat memberikan obat yang tepat.

LUKA BAKAR
a. Luka bakar karena bahan kimia (chemical burns).
Bahan kimia seperti asam kuat, alkali dan oksidator, dapat melukai kulit, terasa
panas seperti terbakar. Pertolongan yang harus dilakukan adalah melepaskan
kontak dengan bahan tersebut secepat mungkin, dan bagian tubuh yang terluka
segera dicuci dengan air sebanyak mungkin. Selanjutnya jika terkena asam, bilas
dengan larutan soda 3%, dan jika terkena basa, bilas dengan Asam asetat 1%,
kemudian oleskan BOORSALP.
b. Luka bakar karena panas (thermal burns).
Luka bakar karena panas dapat terjadi oleh kebakaran atau kontak dengan
gelas atau logam panas. Pertolongan yang harus dilakukan adalah mencelupkan
bagian yang terkena panas ke dalam air es secepat mungkin, dan selanjutnya olesi
dengan BOORSALP atau dibalut dengan larutan Asam pikrat 1%. Jika luka agak
parah, jangan pakai lemak atau minyak, tetapi balutlah dengan larutan Tannin 5%
yang baru dibuat.

LUKA PADA MATA


1. Benda asing pada mata.
Benda asing seperti pecahan kaca dapat masuk pada mata. Benda‐benda yang
menempel atau terikat longgar dapat diambil dengan hati‐hati. Tetapi jika terikat
kuat, segeralah bawa ke dokter karena hanya dokter yang dapat mengambilnya.
2. Mata terkena bahan kimia.
Percikan atau aerosol dari bahan kimia yang korosif atau iritan dapat melukai
mata jika lupa memakai pelindung mata. Pertolongan yang segera diberikan adalah
mencuci mata dengan air bersih yang mengalir (air kran). Pada saat pencucian,
kelopak mata harus dibuka agar bersih di seluruh permukaan mata. Pencucian ini
sebaiknya dilakukan terus menerus selama 5‐15 menit. Selanjutnya lakukan
pencucian dengan larutan bikarbonat 3% jika terkena asam, dan dengan Asam borat
1‐3% jika terkena basa. Bahan‐bahan kimia seperti Asam sulfat, Asam nitrat, Asam
klorida, Asam fluorida, Natrium atau Kalium hidroksida, Amonia dan senyawa‐
senyawa amina, sangat berbahaya jika terkena mata. Oleh karena itu, gunakan
kacamata atau GOGGLES untuk mencegah terjadinya hal‐hal yang membahayakan
mata.

20
KERACUNAN
Keracunan merupakan kecelakaan yang sering terjadi dalam laboratorium.
Kebanyakan disebabkan oleh masuknya bahan kimia ke dalam tubuh lewat saluran
pernafasan atau lewat kulit, dan sangat jarang lewat mulut.
1. Keracunan lewat pernafasan.
Gas‐gas seperti Cl2, HCl, SO2, NH3 dan formaldehida adalah sangat iritan dan
dapat segera dirasakan akibatnya bila kita menghirupnya karena efek lokal
terhadap saluran pernafasan. Demikian pula uap seperti CHCl3, Benzena, Karbon
disulfida dapat tercium baunya. Sebaliknya, gas seperti CO, Metil klorida, Air raksa
(Hg) sangat berbahaya karena tak tercium baunya saat kita menghirup gas‐gas
tersebut. Pertolongan pertama yang harus segera diberikan adalah segera
memindahkan korban secepat mungkin menuju udara segar. Jika keracunan berat
terjadi segera bawa ke dokter.

2. Keracunan lewat kulit.


Kulit dapat mengalami kerusakan berupa larutnya lemak oleh pelarut organik
(sehingga kulit menjadi sensitif) atau kerusakan jaringan oleh asam‐asam kuat.
Disamping itu kontak dengan bahan‐bahan seperti sianida, Nitrobenzen, TEL, Fenol,
Arsen triklorida dan Kresol, dapat juga menimbulkan keracunan sistemik karena
adsorbsi ke dalam tubuh melalui permukaan kulit. Pertolongan pertama yang harus
dilakukan adalah menyiram atau mencuci dengan air yang cukup, baik untuk zat
yang larut ataupun tidak larut dalam air. Selanjutnya bawalah ke dokter agar
mendapatkan pengobatan yang tepat.

3. Keracunan lewat mulut (tertelan).


Keracunan jenis ini jarang terjadi di dalam laboratorium kecuali kontaminasi
makanan atau minuman dan kesalahan mengambil bahan. Sebaiknya lebih hati‐hati
dalam penanganan bahan‐bahan beracun, karena cara ini merupakan upaya praktis
dalam mencegah keracunan lewat mulut. Pertolongan pertama yang harus segera
dilakukan adalah bila korban muntah‐muntah, beri air minum hangat agar muntah
lagi dan sekaligus mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak muntah maka
berilah minum segelas air ditambah 2 sendok garam dapur agar dapat muntah. Cara
ini bertujuan untuk segera mengeluarkan racun secepat mungkin sebelum terserap
oleh usus. Selanjutnya memanggil dokter atau membawa korban ke rumah sakit dan
meberikan keterangan tentang jenis bahan kimia penyebab keracunan.

21
BEBERAPA PETUNJUK CARA KERJA LABORATORIUM KIMIA

1. Cara membaui zat 2. Cara mengambil larutan dengan


pipa kaca dari botol

Pipa kaca dimasukkan ke dalam larutan,


tutup ujungnya dan angkat keluar.
3. Cara melipat kertas saring

4. Cara menuang larutan 5. Cara membaca tinggi larutan


dalam gelas ukur

6. Cara mencampur larutan 7. Cara mencuci endapan

Diaduk dengan batang pengaduk. Ujung


batang pengaduk jangan mengenai dasar
tabung reaksi. Diaduk dengan memutar
tabung reaksi.

22
8. Cara mentitrasi larutan bahaya

V. Pertanyaan
1. Mengapa harus dilakukan penambahan air terlebih dahulu untuk
pengenceran pada zat-zat yang menunjukkan reaksi eksoterm?
2. Jelaskan apa perbedaan pengenceran larutan encer dan larutan pekat!
3. Hitunglah berapa molar konsentrasi H2SO4 pekat!

VI. Referensi
Brady, James E. 1994. “Kimia Universitas Edisi Kelima”. Jilid Pertama. Penerbit
Erlangga: Jakarta.

23
PERCOBAAN 2
PEMISAHAN & PEMURNIAN

I. Tujuan Pecobaan:
1. Mahasiswa dapat memahami dan terampil dalam aktivitas pemisahan dan
pemurnian reaksi-reaksi kimia

II. Dasar Teori


• Kemurnian suatu zat ditentukan oleh beberapa sifat fisiknya, antara lain titik
leleh, kelarutan, titik didih, tekanan uap, kerapatan, dsb. Sifat fisik adalah
karakteristik zat yang bisa diamati dan diukur tanpa mengubah komposisi
kimianya. Di laboratorium kimia, sifat fisik ini sangat penting karena bisa
digunakan sebagai kriteria kemurnian suatu zat.
• Kelarutan, adalah sifat zat padat apabila berhadapan dengan zat cair yang
dalam hal ini berfungsi sebagai pelarut. Pada temperatur tertentu jumlah zat
yang bisa larut dalam sistem pelarut tertentu adalah spesifik.
• Titik leleh, adalah sifat zat padat dalam perubahan fasanya menjadi cair akan
terjadi pada tempertur tertentu, yang dalam hal ini akan terjadi sistem
kesetimbangan antara padat-cair.
• Kerapatan, (density) atau rapat massa, adalah sifat fisik suatu zat yang paling
mudah ditentukan di laboratorium karena kerapatan adalah massa zat dibagi
dengan volumenya. Massanya ditentukan dengan cara penimbangan sedangkan
volumenya ditentukan dengan pengukuran.

III. Alat Dan Bahan


Alat Bahan
- Tabung sentrifuge - Air secukupnya
- Tabung reaksi - Garam secukupnya
- Kertas saring - CuSO4
- Corong - Iodin
- Cawan penguapan - CHCl3
- Kaca arloji - Alkohol
- Pembakar - NaCl
- 1 set alat destilasi
- 1 set alat soxhlet

IV. Prosedur Kerja


Proses Pemisahan
Proses pemisahan suatu zat dari campurannya, pada dasarnya adalah
pemisahan berdasarkan sifat fisik dari zat-zat tersebut. Jadi sangat tergantung
kepada macam zat yang bercampur. Beberapa istilah yang umum dalam proses
pemisahan antara lain:
• Dekantasi, adalah proses pemisahan zat padat dari zat cair yang saling tidak
larut (pada temperatur tertentu) dengan cara menuangkan zat cairnya.
Dekantasi ini digunakan apabila kedua zat yang tercampur ini sudah terpisah
sendiri, padat di bawah dan cair di atas.

24
• Penyaringan (Filtrasi), adalah proses pemisahan zat padat dari campuran zat
lainnya melalui media kertas dengan pori besar, dimana zat padat tidak bisa
melewati pori-pori kertas sedangkan zat cair bisa lolos.
• Distilasi, adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih yang
cukup besar, biasanya campuran antara dua zat. Bisa juga dilakukan untuk zat
cair yang mempunyai perbedaan tekanan uap cukup besar. Ada beberapa
macam detilasi, destilasi sederhana, destilasi terfraksi (bila perbedaan titik
didihnya sedikit), destilasi uap (perbedaan tekanan uap), dan destilasi vakum
(titik didih sebagai fungsi tekanan).
• Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan suatu zat
terhadap dua pelarut yang berbeda. Banyak macam maupun teknik ekstraksi
yang telah dikembangkan hingga saat ini.
• Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan sifat absorbsinya dan
partisi zat tersebut terhadap sistem zat lain.

Percobaan 1
1. Masukan sesendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia yang berisi kurang lebih
25 mL air dan aduklah. Sebagian isi campuran ini (kurang lebih 5 mL)
dituangkan ke dalam tabung sentrifugasi atau tabung reaksi, lalu disentrifuga.
Pisahkan sentrat dari endapan dengan cara dekantasi. Bagian isi lainnya dalam
gelas kimia disaring, filtratnya ditampung. Bandingkan filtrat dengn sentrat!
2. Larutkan garam dapur yang kotor dengan air sedikit mungkin, saring dengan
menggunakan kertas saring dalam corong biasa, filtratnya diuapkan (dalam
cawan penguapan yang ditutup dengan kaca arloji dan diatas permukaan kaca
arloji ditempatkan sedikit air) sampai kering. Singkirkan pembakar dan biarkan
semua air habis menguap
3. Larutkan 5 gram tembaga sulfat, CuSO4, ke dalam 25 mL air. Saring bila
diperlukan dan uapkan sehingga volumenya kurang lebih 10 mL. Singkirkan api
dan biarkan dingin tanpa digoyangkan.

Distilasi
Proses yang terjadi pada distilasi adalah perubahan fasa cair menjadi uap
atau gas dengan pendidihan, kamudian gas tersebut mengembun. Tahap terpenting
pada distilasi adalah pendidihan dan kondensasi pengembuanan, tetapi distilasi
bukan merupakan dua urutan proses penguapan dan kondensasi. Tekanan uap
merupakan suatu saat fisika dari zat cair yang bergatung pada suhu. Tekanan uap
selalu bertambah beserta dengan kenaikan suhu. Temperatur pada saat tekanan uap
sama dengan tekanan luar/atmosfer disebut titik didih. Pada temperatur ini,
molekul zat cair memiliki energi yang cukup untuk berubah menjadi fasa uap tidak
hanya pada permukaaan zat cair, tetapi di seluruh bagian zat cair sehingga terjadi
gelembung-gelembung, dan keadaan ini disebut mendidih.
Temperatur pada saat tekanan uap zat cair sama dengan satu atmosfer disebut
titik didih normal. Untuk memisahkan atau memurnikan zat cair dapat digunakan
beberapa cara distilasi yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan yang
dipisahkan.

25
Distilasi sederhana
Cara ini digunakan untuk memisahkan 2 macam zat atau lebih yang
mempunyai perbedaan titik didih cukup besar. Susunan peralatan seperti yang
terlihat digambar bawah ini. Terdiri dari bagian penguapan yaitu zat cair disimpan
dalam labu distilasi yang kemudian dipanaskan sampai suhu didihnya, yang dibaca
suhunya dengan termometer. Kemudian uap atau gas masuk ke bagian kondensor
atau pendingin, akan terjadi kondensasi gas berubah menjadi cair, dan bagian ketiga
adalah penampungan zat cair. Bila dalam labu terdapat dua zat cair yang
mempunyai perbedaan titik didih yang besar, maka akan terjadi pemisahan
berdasarkan perbedaan termperatur kondensasinya. Proses pemurnian dilakukan,
dengan cara menampung zat cair yang keluar atau mengembun pada temperatur
didihnya.

Distilasi Uap
Distilasi uap berguna untuk memisahkan zat organik (tak larut dalam air)
yang mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mm Hg) pada sekitar 100o C.
Keuntungan cara distilasi ini ialah bahwa campuran dapat terdistilasi di bawah
titik didih zat organik tersebut, dan bahkan di bawah titik didih air. Zat dengan
tekanan uap sangat rendah tidak dalam didistilasi uap, yang berarti dengan cara ini
dapat dilakukan pemisahan beberapa zat yang memiliki titik didih tinggi. Tekanan
uap total sama dengan jumlah tekanan uap masing-masing komponen.
Uap yang dibuat pada generator uap dialirkan ke dalam wadah berisi zat/materi
yang mengembun melalui kondensor. Distilat yang merupakan campuran air dan
zat organik tak larut kemudian dipisahkan dengan corong pisah.

Distilasi Vakum
Titik didih cairan akan turun jika tekanan diatas permukaan diperkecil. Pada
distilasi vakum, tekanan diatas permukaan cairan diperkecil sehingga zat dapat
terdistilasi di bawah titik didihnya. Teknik pemisahan ini dapat digunakan untuk
mendistilasi zat yang terurai atau terdrkomposisi sebelum mencapai titik
didih normal. Berikut ini beberapa contoh hubungan titik didih dan tekanan uap
bagi benzaldehida : 180o/760 mmHg, 95o/50 mmHg, 87o/35 mmHg, 70o/15 mmHg,
dan 62o/10 mmHg.

Percobaan II
Percobaan ini bisa dilakukan secara berkelompok. Pasang set peralatan
seperti pada gambar.

26
Distilasi larutan yang ditentukan oleh asisten hingga volume distilasi tinggal kurang
lebih 5 mL. Amati perbedaannya!
Catat temperatur ketika tetesan pertama distilasi keluar dari kondensor.
Distilasi uap dan distilasi vakum didemonstrasikan oleh asisten.

Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan dimana suatu zat mempunyai kelarutan
yang berbeda di dalam dua atau lebih sistem pelarut. Pelarutnya harus terdiri atas
sekurang-kurangnya dua macam pelarut yang tidak saling campur, dan kedua
pelarut ini memiliki daya kelarutan suatu zat berbeda. Sebagi contoh: Iod larut
(sedikit) dalam air, akan tetapi larut juga dalam CCl4 atau CHCl3 yang pelarut
organik, CCl4 tidak bercampur dengan air.
Kelarutan Iod dalam air dan dalam CCl4/CHCl3 tidak sama, maka Iod dalam air dapat
diekstraksi dengan menggunakan CCl4 atau CHCl3. pelarut yang baik utnuk
diekstraksi harus memiliki daya kelarutan zat terlarut lebih besar dari pelarut
semula. Praktek pemisahan sacara ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
corong pisah.
Suatu larutan dimasukan ke dalam corong pisah sejumlah kira-kira sepertiganya.
Masukkan pelarut lain yang mempunyai kelarutan yang lebih besar dibandingkan
dengan larutan di atas, juag kedua pelarut tidak saling larut (polar-non polar).
Kemudian dikocok, kedua pelarut akan saling terdispersi, dan pelarut kedua akan
menarik zat dari larutannya. Cara di atas harus dilakukan berulang kali yang banyak
sekali, karena pross pemisahan tergantung kepada jumlah kontak yang terjadi di
atara kedua pelarut.
Peralatan yang lebih praktis dan efisien untuk ekstraksi, kini dikenal ekstraksi
kontinu dengan menggunakan alat SOXHLET. Peralatan yang dapat melakukan
ekstraksi berkali-kali tanpa menggunakan pelarut yang banyak.
Cara Kerja Soxhlet:
Jika dipanaskan, pelarut akan menguap dan mengekstrak zat, misalnya senyawa
bahan alami. Setelah wadah ekstrak penuh, seluruh pelarut akan turun ke labu
bundar (cairan) dan selesailah satu tahap ekstraksi. Jika masih dekehendaki proses
ekstraksi berikutnya, teruskan pemanasan. Pelarut akan menguap lalu mengembun
sambil mengekstrak. Setelah wadah penuh, ekstrak kedua akan turun ke labu
bundar, dan seterusnya.

Percobaan III
• Masukan sebutir kedil Iod ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 mL, air kocok
dan perhatikan warna larutan. Ambil 1 mL CCl4 (karbon tetraklorida), atau
CHCl3 (kloroform), perhatikan warnanya, lalu masukan ke dalam larutan Iod.
Amati, kocok dengan cara membenturkan dasar tabung dengan telapak tangan
anda.
• Bandingkan cara pemisahan ini dengan menggunakan SOXHLET (di tempat
demonstrasi).

Kromatografi
Salah satu bidang paling menakjubkan dalam ilmu Kimia adalah studi tentang
kromatografi. Ketika zat padat dilarutkan dalam zat cair (ini adalah bentuk umum

27
suatu larutan), maka campuran ini dapat dipisahkan melalui proses yang disebut
kromatografi. Ada beberapa bentuk kromatografi. Dalam percobaan ini digunakan
kromatografi kertas sebagai ilustrasi proses pemisahan dengan cara kromatografi.
Pada percobaan ini kita menggunakan metode kromatografi untuk memisahkan
suatu campuran padat/cair (dalam hal ini menggunakan tinta, senyawa padat
terlarut dalam zat cair). Bayangkan berapa banyak cara yang dapat Anda lakukan
menggunakan kromatografi sebagai alat dan metode untuk memisahkan sesuatu
yang sebelumnya Anda pikir tak mungkin dilakukan!

Pada kromatografi kertas atau bentuk kromatografi lapis tipis lainnya, proses
pemisahan bisa dianalisi secara kuantitatif maupun secara kualitatif dari noda
senyawa-senyawa yang telah dipisahkan dengan proes kromatografi ini. Analisis ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan suatu tetapan hasil pemisahan yang
disebut faktor retensi (Retention Factor, Rf), yang didefinisikan sebagai:

Rf= jarak noda/senyawa dari titik awal kromatograf


jarak pelarut dari titik nol awal kromatograf

nilai Rf ini merupakan ciri khas dari masing-masing senyawa, sehingga dapat
dipergunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif senyawa yang
bersangkutan.

Percobaan IV
• Buatlah kromatografi dari kertas saring dengan ukuran 3 cm x 15 cm
• Buatlah garis menggunakan pensil dengan jarak 1 cm dari kedua ujung
kertas
• Totolkan tinta pena/spidol pada salah satu garis pensil (gunakan min. 12
tinta pena)
• Siapkan campuran air: alkohol dengan perbandingan 1:1
• Isilah gelas dengan campuran air alkohol dan tempatkan kertas kimia seperti
gambar. (catatan jangan sampai batas pensil bawah tercelup ke dalam
campuran)
• Biarkan kertas saring hingga pelarut mencapai batas atas
• Keringkan kertas saring. Ukur jarak tiap noda tinta.

V. Pertanyaan :
1. Bagaimana perbedaan penyaringan sentrifugasi dengan penyaringan biasa?
2. Hitung nilai Rf masing-masing noda pada percobaan kromatografi

VI. Referensi :
Underwood, A. L., & R.A. Day J.R. 1986.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta

28
PERCOBAAN 3
REAKSI-REAKSI KIMIA

I. Tujuan Percobaan :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai jenis reaksi kimia


2. Mahasiswa dapat menuliskan persamaan reaksi kimia dengan tepat
3. Mahasiswa dapat menentukan perubahan fisika yang merupakan ciri-ciri
terjadinya suatu reaksi kimia

II. Dasar Teori


Reaksi kimia merupakan suatu proses melibatkan dua atau lebih pereaksi
yang menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik/kimia yang
berbeda dengan pereaksinya. Secara umum reaksi kimia dikelompokkan
menjadi dua, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi reduksi-oksidasi. Reaksi
asam-basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan netralisasi ion H + dan
OH- (teori Arrhenius), akseptor-donor ion proton (H+, teori Bronsted-Lowry),
akseptor-donor pasangan elektron (teori asam-basa Lewis), atau akseptor-
donor ion oksida (O2-). Reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi kimia yang
melibatkan transfer elektron antara reduktor dan oksidator, serta adanya
perubahan bilangan oksidasi. Perubahan-perubahan yang dapat diamati
dalam suatu reaksi kimia antara lain: (i) adanya gas sebagai produk reaksi;
(ii) adanya endapan; (iii) perubahan pH larutan; (iv) perubahan warna
larutan; atau (v) perubahan suhu larutan. Berikut contoh beberapa reaksi
kimia:

(i) Reaksi oksidasi-reduksi:


Reaksi sentengah sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi
oksidasi, sedangkan reaksi sentengah sel yang melibatkan penangkapan
elektron disebut reaksi reduksi.
Suatu reaksi redoks yang umum aadalah reaksi antara logam dengan asam
:
Logam + asam → garam + molekul hidrogen
Contoh : Mg(s) + HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

(ii) Reaksi asam-basa:


Netralisasi: NH3 (aq) + HCl (aq) → NH4Cl (aq)
Reaksi penetralan merupakan reaksi antara asam dengan basa.
Asam + basa → garam + air
Contoh : HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
(Chang Raymond, 2003.h.99).
Dalam percobaan ini akan dipelajari reaksi-reaksi kimia yang menggunakan air
sebagai pelarut dan setiap reaksi kimia diamati perubahan-perubahan yang
terjadi. Setelah selesai melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan: (i)
mengenal jenis-jenis bahan kimia, (ii) dapat menuliskan rumus kimia setiap
bahan kimia, (iii) dapat menuliskan persamaan reaksi dengan benar, dan (iv)
mengenal berbagai jenis reaksi kimia.

29
III. Alat & Bahan
Alat Bahan
- Tabung reaksi - CuSO4 0,1 M - HC2H3O2 0,1 M
- Rak tabung - HCl 0,1 M, - K2CrO4 0,1 M
- Pipet tetes - AgNO3 0,1 M - K2Cr2O7 0,1 M
- Spatula - Pb(NO3)2 0,1 M - HCl 1 M
- NaC2H3O2 0,1 M - NaOH 1 M
- KI 0,1 M - KMnO4 0,05 M
- KOH 0,1 M - H2C2O4 0,1 M
- Na2CO3 0,1 M - Fe(II) 0,1 M
- NH3 0,1 M - H2SO4 2 M
- Padatan - H2O2 3%
CuSO4.5H2O dan KI - Logam Mg, Cu, dan
Zn

IV. CARA KERJA

BAGIAN 1: Reaksi Oksidasi Logam

1. Larutan CuSO4 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Mg ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

2. Larutan HCl sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Zn ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

3. Larutan AgNO3 sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


masukkan sepotong logam Cu ke dalam larutan tersebut. Amati perubahan yang
terjadi pada awal reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

4. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga reaksi di atas, apakah ketiga reaksi


tersebut dapat berlangsung secara spontan?, dan tuliskan persamaan reaksi
yang setara untuk masing-masing reaksi di atas. Gunakan data potensial reduksi
standar,E0, untuk masing-masing pereaksi di atas.

BAGIAN 2: Reaksi Asam-Basa Ion Pb2+

1. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian tambahkan 2 mL larutan NaC2H3O2 0,1 M ke dalam larutan tersebut.
Amati perubahan yang terjadi.
2. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 2 mL larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut. Amati
perubahan yang terjadi.
3. Apakah kedua reaksi di atas menghasilkan endapan dalam larutan? Bila ya, beri
penjelasan mengapa dapat terbentuk endapan dalam larutan tersebut.

30
Diketahui Ksp PbI2 (25 0C ) = 7,9 x 10 9 dan kelarutan Pb(C2H3O2)2 (20 0C ) =
44,31 g/100 mL

BAGIAN 3: Reaksi Reduksi Ion Cu2+ Dalam Fasa Padat & Larutan

1. Siapkan 4 tabung reaksi.


Tabung 1 & 2: masing-masing diisi dengan sedikit padatan CuSO4.5H2O.
Kemudian masing-masing tabung diberi label A dan B.
Tabung 3 & 4: masing-masing diisi dengan sedikit padatan KI. Kemudian
masing-masing tabung diberi label C dan D.

2. Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C, kemudian


diamati perubahan yang terjadi.

3. Kedalam masing-masing tabung B dan D tambahkan 3 mL air dan kemudian


diaduk sampai padatan larut seluruhnya. Larutan tabung B dituangkan ke
dalam larutan tabung D, amati perubahan yang terjadi.

4. Berdasarkan hasil pengamatan tahap b dan c, apa perbedaan reaksi dalam fasa
padat (tahap b) dengan larutan (tahap c) ?

BAGIAN 4: Perubahan Warna Indikator Dalam Reaksi Asam-Basa

1. Larutan NaOH sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian


tambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam
larutan Ca(OH)2 tersebut tambahkan 2 mL larutan H2C2O4. Amati apakah ada
perubahan warna larutan Ca(OH)2 setelah penambahan larutan indikator dan
larutan H2C2O4. Beri penjelasannya mengapa hasil pengamatannya demikian.

2. Larutan NH3 0,1 M (catatan: larutan NH3 bukan larutan NH4OH) sebanyak 2 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2 tetes larutan
indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam larutan NH3 tersebut tambahkan
2 mL larutan CH3COOH 0,1 M (asam asetat). Amati apakah ada perubahan warna
larutan NH3 setelah penambahan larutan indikator dan larutan CH3COOH. Beri
penjelasannya mengapa hasil pengamatannya demikian.

3. Berdasarkan kekuatan asam/basa, diskusikan apa perbedaan antara reaksi (a)


dan reaksi (b).

BAGIAN 5: Kesetimbangan Ion Kromat (CrO42-) & Dikromat (Cr2O72-)

1. K2CrO4 dan K2Cr2O7 merupakan garam oksi senyawa Cr(VI), yang larut baik
dalam air. Keberadaan masing-masing ion oksi Cr2O72- dan CrO42- dalam larutan
sangat dipengaruhi oleh pH larutan. Larutan yang mengandung ion Cr2O72-
berwarna jingga, sementara Larutan yang mengandung ion CrO42- berwarna
kuning. Catatan: senyawa Cr(VI bersifat toksik, hati-hati jangan sampai

31
terkena kulit. Bila terkena larutan Cr2O72- atau CrO42-, harus segera
dibilas.
2. Siapkan 2 tabung reaksi, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL larutan
K2CrO4. Ke dalam tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan HCl dan kemudian
campuran tersebut di kocok perlahan-lahan. Amati apakah warna larutan
berubah atau tidak. Untuk tabung 2, tambahkan 5 tetes larutan NaOH 1 M dan
kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Amati apakah warna
larutan berubah atau tidak. Kedua reaksi ini disimpan.
3. Lakukan hal yang sama seperti di atas, larutan K2CrO4 diganti dengan larutan
K2Cr2O7.
4. Bandingkan hasil percobaan bagian (a) dengan bagian (b). Tentukan pH larutan
asam ataukah basa untuk masing-masing ion oksi Cr(VI) tersebut.

BAGIAN 6: Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida


Diketahui reaksi larutan H2O2 dengan KI berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
H2O2 (aq) + I- (aq) → 2H2O (l) + IO- ( aq) (i)
H2O2 (aq) + IO- (aq) → H2O (l) + O2 (g) + I- (aq) (ii)
Berdasarkan tahap reaksi di atas, I- ada pada awal dan akhir reaksi. Hal ini
menunjukkan bahwa KI merupakan katalis untuk reaksi reduksi H2O2.

Lakukan percobaan di bawah ini di lemari asam.

Larutan H2O2 3% sebanyak 5 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian


tambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam larutan tersebut.
Amati perubahan yang terjadi. Apakah ada perubahan suhu dan warna larutan?

BAGIAN 7: Reaksi Reduksi Kalium Permanganat


Kalium permanganat, KMnO4, merupakan salah satu oksidator kuat yang banyak
digunakan dalam reaksi-reaksi kimia. Diketahui, unsur Mn dapat membentuk
senyawa dengan bilangan oksidasi yang sangat bervariasi, yaitu +2,+3, +4, +5, +6,
dan +7. Dalam suasana asam, ion MnO4- dapat direduksi menjadi ion MnO42-
(larutan berwarna hijau), MnO2 (padatan berwarna coklat kehitaman), atau Mn2+
(larutan berwarna merah muda) sangat tergantung pada jenis reduktor yang
digunakan dalam reaksi. Reduktor yang dapat mereduksi ion MnO4- antara lain Zn,
H2C2O4, dan Fe. Hal ini berkaitan dengan nilai potensial reduksi E 0 antara KMnO4
dengan reduktor.
a. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.
b. Dalam tabung reaksi, masukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H 2SO4 2 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, tambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Perhatikan waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya
serta jumlah KMnO4 yang diperlukan.

32
c. Manakah waktu yang lebih cepat terjadinya perubahan warna KMnO4, pada
reaksi (a) ataukah (b)? Beri penjelasannya mengapa demikian hasilnya.
d. Jika 1 tetes larutan KMnO4 diasumsikan setara dengan 0,05 mL, maka hitung
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan pada masing-masing reaksi di atas. Apakah
jumlah mol KMnO4 yang diperlukan dalam kedua reaksi tersebut berbeda? Beri
penjelasannya mengapa demikian hasilnya.

V. Pertanyaan
1. Apa yang menandakan reaksi berlangsung secara spontan?
2. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk percobaan bagian 2!
3. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk percobaan bagian 3!
4. Tuliskan persamaan reaksi yang setara untuk percobaan bagian 4!
5. Tuliskan persamaan reaksi kesetimbangan ion Cr2O72- dan ion CrO42- dalam
suasana asam dan basa.!

VI. Referensi
Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi ketiga jilid 2. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

33
PERCOBAAN 4
MASSA ZAT‐ZAT PADA REAKSI KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk membuktikan “Hukum Kekekalan Massa”

II. DASAR TEORI


Para ahli di bidang kimia pada abad ke‐18 menemukan konsep‐konsep ilmiah
yang kemudian dikenal sebagai hukum‐hukum dasar kimia, salah satu hukum
tersebut adalah
Hukum Kekekalan Massa yang menyatakan bahwa : Massa zat sebelum reaksi
adalah sama dengan massa zat setelah reaksi
Contoh : Zn (s) + S (s) → ZnS (s)
65,4 g 32 g 97,5 g
Walaupun suatu zat mengalami perubahan kimia sehingga membentuk zat‐zat
baru, namun tidak mengalami perubahan massa.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
- Labu erlenmeyer - NaOH 0,1 M
- Aluminium foil - CuSO4 0,1 M
- Tabung reaksi - KI 0,1 M
- Gelas ukur - Pb(NO3)2 0,1 M
- Pipet tetes
- Neraca

IV. Prosedur Kerja


1. Masukkan 10 mL larutan Natrium hidroksida 0,1 M ke dalam labu tabung
reaksi 1 dan 5 mL larutan Tembaga II sulfat 0,1 M ke dalam tabung reaksi 2.
Masukkan kedua tabung ke dalam erlenmeyer dan tutup dengan
menggunakan kertas aluminium foil.
2. Timbang labu erlenmeyer dengan isinya dan catat massanya pada lembar
kerja anda.
3. Campurkan kedua larutan dengan cara menuangkan larutan tabung
reaksi 2 ke dalam tabung reaksi 1. Catat perubahan apa yang terjadi?
4. Timbang lagi labu erlenmeyer dengan isinya dan catat massanya.
5. Lakukan percobaan yang sama dengan 10 mL larutan Kalium iodida 0,1 M
dan 5 mL larutan Timbal II nitrat 0,1 M.

34
V. Pertanyaan
1. Pengamatan
a) Reaksi larutan Natrium hidroksida dengan larutan Tembaga II sulfat
Perubahan apa yang terjadi:
…………………………………………………………………………………
Massa alat + zat‐zat
Sebelum reaksi = …………………………………gram
Sesudah reaksi = …………………………………gram

b) Reaksi larutan Kalium iodida dengan larutan Timbal II nitrat


Perubahan apa yang terjadi:
…………………………………………………………………………………
Massa alat + zat‐zat
Sebelum reaksi = …………………………………gram
Sesudah reaksi = …………………………………gram
c) Kesimpulan apa yang dapat diambil dari percobaan ini?
d) Pada reaksi :
Mg(s) + HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
Dihasilkan 0,1 mol gas H2 (1 atm, 0°C). Buktikan bahwa massa zat sebelum
dan sesudah reaksi sama. (Ar Mg = 24, Ar H = 1, Ar Cl = 35,5)

VI. Referensi
Petrucci, Ralph H dan Harwood W S. 1997. General Chemistry: Prinsiples
and Modern Application, edisi 7. Prentice Hall. New Jersey

35
PERCOBAAN 5
AIR KRISTAL

I. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari peristiwa-peristiwa dehidrasi dan hidrasi pada suatu zat padat


yang mengandung air kristal.
2. Menghitung rumus empirik air kristal.

II. Dasar Teori


Apa itu Senyawa Air Kristal?
Kemunculan istilah air kristal karena ada beberapa senyawa ionik yang
memiliki kekhasan sifat, yaitu dapat menarik dan mengikat molekul air dalam
jumlah tertentu. Senyawa tersebut kemudian sering disebut senyawa
terhidrat (hidrat = air), sedangkan air yang diikat dinamakan air hidrasi atau air
kristal. Jadi yang dimaksud dengan air kristal adalah air yang terikat di dalam
suatu senyawa ionik. Dinamakan kristal karena sebagian besar senyawa inonik
punya bentuk fisik berupa padatan kristal yang susunan molekulnya rapat. Air
tersebut terikat dalam struktur senyawa ionik dan hanya dapat dipisahkan
dengan cara pemanasan. Jika air tersebut telah terlepas dari senyawa tersebut
maka senyawa tersebut kehilangan air (hidrat) yang sering disebut senyawa
anhidrat (an = tidak).

(Keenan, W. Charles, dkk. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta,


Erlangga.)

III. Alat Dan Bahan


Alat Bahan
- Tiga buah tabung reaksi - Aquadest
- Penjepit kayu dan pipa tetes - Zat padat yang mengandung air
- Tiga buah cawan penguap kristal : CuSO4.XH2O,
- Alat pembakar bunsen - NiCl2.XH2O,
- MgSO4.XH2O

IV. Prosedur Kerja


Pengamatan Kualitatif
1. Mintalah ke asisten 3 macam zat padat yang mengandung air kristal. Amati
dan catat nama zat dan warnanya.
2. Masukan masing-masing zat tersebut kedalam tabung reaksi pyrex dan beri
label nama sesuai dengan nama zat tersebut.
3. Gunakan penjepit kayu untuk memegang tabung reaksi, kemudian panaskan
zat dalam tabung reaksi tersebut diatas pembakar Bunsen. Amati dan catat
perubahan yang terjadi.
4. kemudian teteskan air kedalam tabung reaksi tersebut . Amati dan catat
perubahan yang terjadi.

36
5. Tuliskan persamaan reaksi dan peristiwa-peristiwa pemanasan dan
penambahan air. Dan jelaskan persaman dan perbedaan ke 3 zat tersebut
dari hasil pengamatan anda

Pengamatan Kuantitatif
1. Sediakan 3 buah cawan keramik (penguap) yang bersih. Timbang dan catat
dengan teliti beratnya.
2. Masukan zat padat yang mengandung air kristal kedalam 3 cawan tersebut,
dan catat beratnya. Tentukan berat zat/sampel.
3. Panaskan cawan yang berisi sample sampai masih terjadi perubahan warna.
Tepat saat warna sampel seragam/homogen (warna sampel telah berubah
semua dari warna sebelum pemanasan), hentikan pemanasan dan segera
timbang beratnya dengan teliti.
4. Hitung kehilangan berat setelah pemanasan. Bila kehilangan berat tersebut
menunjukan jumlah air kristal yang terkandung dalam sampel, tentukan
rumus empirik dari air kristal tersebut. Kemudian bandingkan dengan
rumus empirik teoritis dan diskusikan.
5. Lakukan percobaan ini untuk ketiga jenis sampel yang berbeda dan
tunjukanlah persamaan dan perbedaan dari hasil pengamatan anda.

V. Pertanyaan
1. Tuliskan nama, rumus empirik, wujud/warna dan sifat-sifat fisik dan
kimia dari 3 macam zat padat yang mengandung air kristal!
2. Beri contoh dalam kegiatan industri kimia yang menggunakan proses
dehidrasi dan hidrasi.

VI. Referensi
Keenan W Charles. 1991. Kimia untuk Universitas. Edisi Keenam, Jilid 1.
Penerbit Erlangga

37
PERCOBAAN 6
STOIKHIOMETRI

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan angka koefisien reaksi Natrium hidroksida
dengan Tembaga (II) sulfat

II. Dasar Teori


Koefisien reaksi adalah angka yang menunjukkan banyaknya mol zat yang
bereaksi atau banyaknya mol zat yang dihasilkan dari suatu reaksi. Koefisien reaksi
dapat ditentukan dengan cara perhitungan atau dengan percobaan.
Salah satu cara yang mudah untuk mempelajari stoikhiometri beberapa reaksi
adalah dengan percobaan. Metoda yang digunakan adalah metoda variasi kontinyu.
Dalam metoda ini dilakukan sederetan pengamatan dari suatu reaksi dimana jumlah
mol seluruh pereaksi adalah sama, tetapi jumlah mol masing‐masing zat yang
bereaksi berbeda‐beda atau bervariasi.
Salah satu sifat fisika dan sifat kimia yang dapat dipilih untuk diamati dalam
suatu reaksi kimia adalah massa, volume dan suhu, karena kuantitas pereaksi
berlainan perubahan ketiga sifat kimia dapat digunakan untuk meramalkan angka
koefisien reaksi.
Pada percobaan ini sifat kimia yang akan diamati adalah massa dari hasil suatu
reaksi antara NaOH dengan CuSO4.

III. Alat Dan Bahan


Alat Bahan
- Corong - NaOH
- Gelas kimia - CuSO4
- Gelas ukur - Kertas saring
- Botol semprot
- Batang pengaduk

IV. Cara Kerja


1. Sediakan 2 buah gelas kimia 100 mL, lalu isi dengan NaOH masing‐masing
sebanyak 10 mL dan 20 mL.
2. Ambil lagi 2 buah gelas kimia 100 mL, kemudian isi dengan larutan CuSO 4
masing‐masing sebanyak 40 mL dan 30 mL.
3. Tuangkan perlahan‐lahan larutan CuSO4 ke dalam larutan NaOH sehingga
terjadi endapan, dan biarkan beberapa saat sampai semua endapan turun
ke dasar gelas kimia.
4. Saring endapan dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya, lalu
cuci endapan dengan aquades dan keringkan, kemudian timbang. Catat
berat endapan yang dihasilkan.

38
Lakukan percobaan ini sesuai dengan tabel berikut :
Nama Larutan Volume (mL)
NaOH 10 30 40
CuSO4 40 20 10

Percobaan 1 2 3 4 5
mol NaOH (x 10‐3)
CuSO4 (x10‐3)
Berat endapan (gram)

V. Pertanyaan
Pada reaksi A dengan B perubahan sifat kimia yang diamati adalah suhu.
Hasil pengamatan ditunjukkan dalam tabel berikut :
Vol A 10 20 30 40 50 60 70 80 90
(mL)
Vol B 90 80 70 60 50 40 30 20 10
(mL)
T awal 28,6 28,2 28,5 27,1 27,5 27,0 29,2 28,2 29,1
T akhir 29,8 30,8 32,4 32,3 34,1 34,9 34,9 32,0 31,1

1. Dengan membuat grafik yang menghubungkan ΔT dan volume A, tentukan


rumus empiris senyawa yang terjadi.
2. Tentukan rumus empiris dari percobaan yang dilakukan

VI. Referensi
Chang, Raymond. Essential Chemistry. International editon. 1996

39
PERCOBAAN 7
PENENTUAN BERAT MOLEKUL GAS

I. Tujuan Percobaan:
1) Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap berdasarkan
massa jenis uapnya
2) Memahami persamaan gas ideal
II. Dasar Teori
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama
lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara
molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang
yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan
mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang
mempunyai sifat-sifat:
a. Gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya sangat lemah.
b. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
c. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada
pengembangan.
Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam
keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati)
misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas
ideal.
1. Hukum Keadaan Standar
Untuk melakukan pengukuran terhadap volume gas, diperlukan suatu keadaan
standar untuk digunakan sebagai titik acuan. Keadaan ini yang juga dikenal sebagai
STP (Standart Temperature and Pressure) yaitu keadaan dimana gas mempunyai
tekanan sebesar 1 atm (760 mmHg) dan suhu °C (273,15 K). Satu mol gas ideal, yaitu
gas yang memenuhi ketentuan semua hukum-hukum gas akan mempunyai volume
sebanyak 22,414 liter pada keadaan standar ini.
2. Hukum Gas Ideal
Definisi mikroskopik gas ideal, antara lain:
a. Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang dinamakan molekul.
b. Molekul-molekul bergerak secara serampangan dan memenuhi hukum-
hukum gerak Newton.
c. Jumlah seluruh molekul adalah besar
d. Volume molekul adalah pecahan kecil yang diabaikan dari volume yang
ditempati oleh gas tersebut.
e. Tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi pada molekul tersebut kecuali
selama tumbukan.
f. Tumbukannya elastik (sempurna) dan terjadi dalam waktu yang sangat
singkat.
3. Gambaran Gas Ideal

40
Apabila jumlah gas dinyatakan dalam mol (n), maka suatu bentuk persamaan
umum mengenai sifat-sifat gas dapat diformasikan. Sebenarnya hukum Avogadro
menyatakan bahwa 1 mol gas ideal mempunyai volume yang sama apabila suhu dan
tekanannya sama. Dengan menggabungkan persamaan Boyle, Charles dan
persamaan Avogadro akan didapat sebuah persamaan umum yang dikenal sebagai
persamaan gas ideal.
Sifat gas diukur menggunakan empat parameter utama: Tekanan (P), volume
(V), jumlah mol partikel gas (n) dan suhu (T). Sepanjang abad ke-18 sifat-sifat gas
digabungkan menjadi suatu hukum yang disebut dengan hukum gas ideal. Hukum-
hukum tersebut adalah:
i. Hukum Boyle – volume gas berbanding terbalik dengan tekanannya, yang
diungkapkan sebagai: P ∞ 1/V atau P1V1 = P2V2 = tetap (pada n dan T
tetap).
ii. Hukum Charles – volume gas berbanding lurus dengan suhue, yang
dinyatakan sebagai: V ∞
𝑉1 𝑇
T atau = 𝑇1 (pada n dan P tetap).
𝑉2 2

Jika kita alurkan V terhadap T, maka akan diperoleh garis lurus. Ketika garis
tersebut diekstrapolasi hingga volume nol, maka suhu pada posisi ini -
273,15 ºC, sehingga suhu ini disebut suhu nol absolut. Berdasarkan
pengukuran ini, skala suhu absolut yang diperoleh dinyatakan sebagai skala
Kelvin, 0 K = -273,15 °C dan 273K = 0 °C. Dalam persamaan-persamaan di
atas dan semua pengukuran gas, suhu T harus dinyatakan dalam skala
Kelvin.
iii. Hukum Avogadro – volume gas yang sama pada suhu dan tekanan yang
sama memiliki jumlah mol partikel gas yang sama.
iv. Hukum Gay-Lussac's Law – tekanan gas berbanding lurus dengan suhu,
𝑃 𝑇
yang dinyatakan sebagai: P∞T, atau 𝑃1 = 𝑇1 (pada n dan V tetap)
2 2

Densitas dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah
dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat
molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai
standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Densitas gas
diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat
molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan T-nya.
Menurut hukum gas ideal:
P V = n R T dimana n = M/Mr
M = massa gas dan Mr = berat molekul gas
Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana
ialah PV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan
persamaan yang lebih kompleks (persamaan van der Waals) lebih-lebih pada
tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat
molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada
tekanan yang rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka
suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar. Untuk

41
suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter
berkurang.
PV = nRT
PV = M/Mr RT maka P Mr = d RT dimana d = densitas gas
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan
konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama
dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Erlenmeyer 250 mL - Sampel larutan volatile (alkohol)
- Gelas kimia - Akuades
- Gelas ukur - Aluminium foil
- Timbangan analitik
- Desikator
- Karet gelang
- Plastik

IV. Prosedur
1) Siapkanlah Erlenmeryer 250 mL yang bersih dan kering.
2) Tutuplah mulut Erlemneyer kosong dengan plastic dan ikat dengan karet
gelang.
3) Timbang berat Erlenmeyer kosong beserta karet dan plastiknya. Catat
sebagai m1.
4) Masukan 3 mL larutan Sampel ke dalam Erlenmeyer tersebut, tutup dengan
plastic dan karet gelangnya. Buatlah beberapa lubang kecil pada tutup plastic
tersebut.
5) Panaskan Erlenmeyer diatas hotplate hingga semua larutan sampel
menguap.
6) Dinginkan Erlenmeyer sejenak (30 detik) pada suhu ruang dalam desikator.
7) Timbanglah berat Erlenmeyer beserta uap sampel dengan teliti.
8) Catat beratnya sebagai m2.
9) Masukan termometer melalui lubang kecil pada tutup plastik dan catat suhu
dalam Erlenmeyer.
10)Catatlah tekanan udara pada barometer di dinding dalam satuan atm (1 atm
~ 760 mmHg).
11)Bersihkan Erlenmeyer yang digunakan.
12)Isilah Erlenmeyer tersebut dengan akuades hingga penuh sampai mulut
Erlenmeyer.
13)Pindahkan semua air yang ada di dalam Erlenmeyer ke dalam Gelas ukur
atau gelas kimia dan catat volum yang digunakan. dan hitunglah berat
molekul sampel tersebut. Lakukanlah Prosedur ini sebanyak 2 kali.

42
Pengolahan Data
massa zat Tekana Suhu
Volum
Pengulangan m1 (g) m2 (g) = m2 - m1 n udara uap
gas (L)
(g) (atm) (Kelvin)
1
2

V. Pertanyaan
1. Deskripsikanlah karakteristik dari gas ideal

VI. Referensi
Chang, Raymond. Essential Chemistry. International editon. 1996

43
PERCOBAAN 8
LARUTAN DAN TITRASI ASAM BASA

I. Tujuan
1. Membuat larutan dari bentuk padatan
2. Membuat larutan dengan cara pengenceran
3. Melakuan titrasi untuk pembuktian konsentrasi larutan yang dibuat
II. Dasar teori
Dalam larutan juga dikenal istilah solven dan solute. Solven merupakan pelarut
dan solute adalah zat pelarut. Dalam larutan antara solven dan solute, solven
mempunyai jumlah zat lebih besar sedangkan sisanya adalah solute. Larutan dapat
terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul-molekul solven dan
solute.
Larutan terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Larutan pekat dan larutan encer.
Larutan pekat relatif mempunyai lebih banyak solute daripada
solven sedangkan larutan encer relative lebih srdikit solute daripada solvennya.
2. Larutan berdasarkan daya hantarnya
Ada juga larutan yang bersifat elektrolit. Air sebagai pelarut memang bukan
konduktor listrik yang baik tapi jika didalam air ditambahkan senyawa ion yang
larut seperti NaCl maka larutan ini akan menjadi konduktor listrik atau disebut
larutan elektrolit. Larutan elektrolit terdiri dari:
▪ Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang semua molekul-molekulnya
terurai menjadi ion-ion (terionisasi sempurna) sehingga daya hantarnya
pun kuat, contoh : HCl
▪ Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang tidak semua molekul-molekulnya
terurai menjadi ion-ion sehingga larutan ini dalam menghantarkan arus
listrik sangat lemah.
▪ Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-molekulnya tidak
terionisasi sehingga tidak ada ion-ion yang dapat menghantarkan arus
listrik.
3. Larutan menurut kejenuhannya :
▪ Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut
dan melakukan kesetimbangan dengan solute padatnya
▪ Larutan tidak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh
▪ Larutan sangat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuhnya.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang berarti
unsur dan metron yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang
hubungan massa antarunsur dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan
antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi). Pengukuran massa dalam reaksi
kimia dimulai oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794) yang menemukan
bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa (hukum kekekalan massa).
Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754 – 1826) menemukan bahwa unsur-unsur
membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap).

44
Selanjutnya dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan
hukum dasar kimia yang ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan.
Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori
atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton,
setiap materi terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa
terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun
demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom – atom dalam
senyawa (rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat
penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat
ditentukan, maka perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr)
dapat ditentukan. Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus kimia
senyawa merupakan dasar dari perhitungan kimia.
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Dalam titrasi
ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada
prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu :

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida
sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain
reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Dalam menganalisis sampel yang bersiaft basa, maka kita dapat menggunakan
larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika
kita menentukan sampel yang bersifat asam, kita akan menggunkan lartan standar
basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan
pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator lihat
Gambar berikut.

Kurva titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH


Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH
naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen
(pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH
terus meningkat.

45
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Batang pengaduk HCl 1 M
Neraca analitis Padatan NaOH
Labu takar Padatan Asam oksalat
Erlenmeyer Akuades
Gelas ukur 50 mL
Buret

IV. Prosedur
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL labu takar
a) Anda diminta membuat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL. Hitunglah
terlebih dahulu jumlah NaOH padat yang anda butuhkan (Ar Na = 23, O =
16, dan H = 1).
b) Masukkan gelas kimia 50 mL ke dalam neraca analitik dan lalu nolkan
timbangan.
c) Timbang dengan teliti NaOH padat sesuai dengan jumlah yang telah
dihitung.
d) Larutkan padatan NaOH tersebut dalam timbangan dengan sedikit
akuades dan aduk dengan batang pengaduk sampai larut. Kemudian
pindahkan larutan ke labu takar 100 mL dan tambahkan akuades hingga
tanda batas.
2. Pembuatan larutan baku Asam oksalat
a) Timbang larutan baku asam oksalat sebanyak 0,63 gram dengan teliti.
b) Larutkan dengan akuades, dan masukkan ke dalam labu takar 100 mL,
dan tambahkan akuades hingga tanda batas.
c) Konsentrasi larutan baku adalah 0,05 M.
3. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat 0,05 M.
a) Bersihkan buret dan bilas dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M
sebanyak 2 kali, dan isi buret dengan larutan NaOH hingga tanda batas
yang ditentukan.
b) Pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,05 M ke dalam Erlenmeyer
c) Tambahkan tiga tetes indikator pp.
d) Titrasi hingga tercapat perubahan warna
e) Lakukan percobaan ini duplo. Hitung konsentrasi larutan NaOH
4. Pembuatan larutan HCl 0,1 M
a) Anda diminta membuat larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 1 M.
b) Lakukan perhitungan untuk mendapatkan volum HCl 1 M yang
dibutuhkan untuk membuat larutan HCl 0,1 M sebanyak 100 mL.
c) Ambil sebanyak hasil perhitungan volum HCl 1 M, dan masukan ke dalam
labu takar 100 mL. Kemudian tambahkan akuades hingga tanda batas.
5. Titrasi asam basa dengan indicator

46
a) Pipet 10 mL larutan HCl yang akan dianalisis (hasil percobaan 4) ke
dalam Erlenmeyer
b) Tambahkan 2-3 tetes indikator pp
c) Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi pada percobaan
3, sampai terjadi perubahan warna pink.
d) Lakukan percobaan duplo
e) Hitung konsentrasi HCl tersebut.

V. Pertanyaan
1) Apa yang dimaksudkan dengan larutan standar Baku?
2) Mengapa standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan asam Oksalat?

VI. Referensi
Chang, Raymond. Essential Chemistry. International editon. 1996

47

Anda mungkin juga menyukai