Anda di halaman 1dari 30

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN – TEACHERS COLLEGE
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

TATA TERTIB DI LABORATORIUM ................................................................................... 3

PERCOBAAN 1 UNSUR ALKALI TANAH DAN SENYAWANYA ........................................... 9

PERCOBAAN 2 PEMBUATAN DAN PEMURNIAN SENYAWA KALIUM NITRAT ................ 12

PERCOBAAN 3 KESADAHAN AIR .................................................................................. 14

PERCOBAAN 4 GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP ........................................ 16

PERCOBAAN 5 STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM ................................ 19

PERCOBAAN 6 PENETAPAN RUMUS MOLEKUL SENYAWA KOMPLEKS.......................... 22

PERCOBAAN 7 PEMURNIAN GARAM DAPUR SECARA KRISTALISASI ............................ 25

PERCOBAAN 8 PEMBUATAN DAN IDENTIFIKASI SIFAT KOMPLEKS ............................... 28

[Cu(H2O)4SO4]. H2O

REFERENSI .................................................................................................................... 30

2
TATA TERTIB

LABORATORIUM KIMIA

Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang menyenangkan, karena Anda


bisa mempelajari dan memahami Kimia melalui percobaan. Pada dasarnya Kimia
adalah ilmu yang deskriptif/nyata yang mempelajari perubahan fenomena alam.
Dengan melakukan praktikum kimia di laboratorium, Anda diharapkan dapat lebih
memahami fenomena yang muncul dalam reaksi-reaksi Kimia, yang selama ini hanya
dapat dibaca atau dibayangkan selama mempelajari teori dalam perkuliahan.
Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang sangat berbeda dengan tempat
lain karena Anda akan berhadapan langsung dengan zat-zat yang banyak sekali
macamnya (berbahaya) dan peralatan yang banyak ragamnya, akan tetapi sudah
dirancang khusus sehingga memungkinkan kita bisa merasa aman untuk bekerja di
dalamnya, dengan syarat harus mengerti aturannya dan tahu cara bekerja yang baik.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai aturan/tata tertib bekerja di
Laboratorium Kimia dan pengenalan beberapa peralatan Laboratorium Kimia. Sebelum
Anda memulai kegiatan praktikum, terlebih dahulu WAJIB untuk membaca,
mempelajari dan memahami ketentuan-ketentuan ini.

KETENTUAN UMUM

 Ketentuan Umum dan Kronologis Kegiatan


Kegiatan praktikum Kimia berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Laboratorium Kimia berada di Gedung B lt. 2.
Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, praktikan dipersilakan masuk ke
Laboratorium Kimia dengan tertib, tidak boleh memakai sandal, tidak
memakai kaos oblong dan harus sudah langsung memakai jas laboratorium,
masker dan kacamata pelindung.
Tanda tangani daftar hadir yang telah disediakan.
Kumpulkan buku catatan praktikum (jurnal praktikum) di meja yang tersedia.
Segera berkumpul di bagian depan di dalam Laboratorium Kimia untuk
mendengarkan penjelasan dari Pemimpin Praktikum sambil membawa
penuntun praktikum dan buku catatan lain (jika diperlukan).
Setelah itu, kembalilah ke tempat kerja masing-masing (di Laboratorium Kimia).
Pada dasarnya, setiap mahasiswa/praktikan akan bekerja sendiri-sendiri di
bawah pengawasan asisten/dosen.
Sebelum memulai praktikum, periksalah peralatan yang telah disediakan,
jumlah maupun keutuhan peralatan sudah sesuai dengan “daftar inventaris
alat” yang ada. Kalau belum, segera laporkan kepada asisten/dosen yang ada.
Jika sudah cocok, jangan lupa untuk menandatangani penerimaan formulir

3
inventaris masing-masing. Pelajari nama, kegunaan dan cara menggunakan
peralatan tersebut.
Praktikan akan dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing akan
dipimpin atau diawasi oleh seorang Asisten. Atas beberapa pertimbangan,
asisten akan mengatur pelaksanaan kerja. Nama Asisten harus dicatat dalam
buku catatan. Kelompok akan diumumkan sebelum praktikum pertama
dilaksanakan.
Buku catatan praktikum (jurnal praktikum) harus dikerjakan sebelum
praktikum dimulai (JANGAN mengerjakan di sekitar laboratorium) dan wajib
dibawa saat praktikum. Apabila tugas ini tidak dibuat, praktikan tidak
diberikan nilai untuk percobaan tersebut, atau tidak diperkenankan mengikuti
praktikum tersebut.
Aspek yang dinilai dari pelaksanaan percobaan antara lain adalah: kesiapan,
keterampilan, jawaban atas pertanyaan/diskusi yang diberikan oleh asisten,
kerapian dan pengaturan tempat kerja, kemampuan bekerja mandiri,
kebenaran/kejujuran dalam pencatatan data, ketaatan pada instruksi atau
peraturan, penguasaan materi praktikum dan kemampuan kerja. Hasil
pengamatan segera dicatat dalam buku catatan. Data lain dapat ditanyakan
kepada asisten atau pemimpin praktikum.
Setelah selesai bekerja, cucilah peralatan praktikum masing-masing dan akan
diperiksa oleh petugas Laboratorium.
Di akhir periode praktikum akan dilakukan Tes Praktikum (Post Test) sekitar 15-
20 menit. Pastikan alat sudah dicuci dan meja telah dibersihkan sebelum tes
praktikum dilaksanakan.
Petugas akan mencatat kekurangan atau pemecahan alat, disaksikan oleh
praktikan, diakhiri dengan membubuhkan tanda tangannya.
Praktikan harus menandatangani penyerahan peralatan ini. Jangan
meninggalkan Laboratorium sebelum petugas/laboran membubuhkan tanda
tangan pada daftar inventaris alat Anda.

CATATAN: Selain bekerja secara individu, praktikan juga dilatih bekerja secara
kelompok. Dalam keadaan seperti ini, tanggung jawab keberhasilan percobaan
ditanggung bersama. Demikian pula dengan peralatan yang digunakan bersama,
misalnya buret atau peralatan distilasi. Apabila ada kerusakan atau hilang harus
ditanggung bersama. Selamat bekerja!

 Buku Catatan Praktikum (Jurnal Praktikum) & Laporan


Setiap praktikan mempunyai buku penuntun praktikum sendiri. Lengkapi
dengan buku catatan praktikum dan alat-alat tulis. Simpanlah buku catatan di
atas meja kerja tetapi cukup aman, jangan sampai tersiram zat atau rusak.

4
Buku penuntun praktikum, akan terdiri dari: tata tertib, aturan kerja dan
keselamatan, dan modul percobaan 1 s/d 10.
Setiap percobaan akan terdiri dari: judul percobaan, pendahuluan, bahan dan
peralatan, cara kerja dan pertanyaan-pertanyaan tugas persiapan praktikum
(jika ada).
Setiap hasil percobaan akan dicatat dalam Lembar Data dalam Jurnal Praktikum
(yang akan berisi catatan pengamatan dan ditanda tangani oleh asisten yang
bersangkutan).

ATURAN KESELAMATAN

 Aturan Umum
Sebelum bekerja di laboratorium, persiapkan dengan betul-betul mengenai
peraturan di laboratorium dan menguasai materi praktikum dengan sebaik-
baiknya, mulai dari tujuan, konsep dasar, prosedur dan teknik-teknik
pengerjaan yang akan dilakukan.
Jangan bekerja sendirian di laboratorium, minimal berdua, dan untuk
praktikum kimia dasar harus disertai asisten atau instruktur laboratorium,
sesuai dengan jadwal yang diberikan.
Di dalam ruangan laboratorium, tidak diperbolehkan: merokok, makan dan
minum. Diharuskan memakai baju yang rapi (bukan kaos oblong), memakai jas
laboratorium lengan panjang, memakai sepatu tertutup (bukan sandal),
menggunakan masker (pilihan). Hal ini demi keselamatan dan kesehatan kerja
anda sendiri.
Selalu dipelihara kebersihan meja kerja, bak cuci, dan sekitarnya. Buanglah
sampah pada tempatnya.
Jika membuang zat cair pekat, dituangkan ke bak cuci sambil diguyur air yang
banyak. Hati-hati dengan H2SO4 pekat, ada caranya sendiri.
Zat padat dan logam-logam buang ke wadah yang tersedia (jangan dibuang ke
washbak)!
Larutan yang mengandung logam berat (seperti: Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn,
Ni) harus dibuang ke wadah/botol tersendiri yang sudah disediakan. Jangan
sekali-kali dibuang ke washbak!
Apabila bekerja dengan gas-gas atau zat berasap/pekat, bekerjalah di dalam
lemari asam (fume hood), jangan sampai terhirup gas-gas beracun. Jangan
sekali-kali meninggalkan percobaan yang sedang berjalan, tunggu sampai
prosesnya berhenti.
Laboratorium Kimia adalah tempat yang khusus serius untuk belajar dan
bekerja. Dilarang ngobrol, bercanda atau main-main dengan teman. Janganlah
membuang-buang waktu percuma.

5
Bekerjalah yang tekun, percaya diri dan jangan ragu-ragu. Catatlah setiap
kejadian dan pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, sebab salah
satu kegiatan terpenting dalam praktikum adalah pengamatan dan
pengumpulan data. Jangan ragu untuk bertanya kepada asisten, dan jawablah
setiap pertanyaan yang diajukan asisten dengan singkat dan jelas
 Menanggulangi Kecelakaan/Kebakaran
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan. Akan tetapi laboratorium
adalah tempat yang banyak bahayanya, baik bahaya keracunan maupun
kebakaran. Kalau terjadi kecelakaan atau kebakaran, yang pertama dan utama
harus dilakukan adalah: JANGAN PANIK!
Apabila kulit anda terkena zat kimia, agar secepatnya dicuci dengan air kran
dan menggunakan sabun cuci. Jika yang kena adalah mata atau muka, semprot
langsung dengan air kran di atas bak cuci. Jangan sekali-kali digosok dengan
tangan, apalagi sebelum cuci tangan. Secepatnya hubungi petugas/asisten
untuk minta pengobatan darurat.
Apabila anggota badan yang terkena, apalagi jumlahnya banyak, gunakan
shower atau air kran yang besar, segera lepas baju laboratorium atau penutup
lain di bagian yang kena zat. Segera lapor ke petugas untuk mendapat
pengobatan selanjutnya.
Bila terjadi kebakaran di atas meja kerja, misalnya larutan dalam gelas kimia,
pertama-tama jangan panik, jangan coba memadamkan sendiri apalagi
membanting gelas yang terbakar. Menjauhlah dari meja, segera laporkan ke
petugas/asisten. Bila tidak ada yang menolong, tutup gelas yang terbakar
dengan lap basah atau keset basah, biarkan mati sendiri atau disemprot
dengan alat pemadam kebakaran yang ada.
Bila tangan atau kulit terbakar (jumlah kecil), taruh air es di sekitar yang
terbakar, lalu obati dengan obat analgesik misalnya salep atau larutan rivanol.
Mintalah pada petugas/asisten.

 Zat Kimia & Pereaksi


Zat kimia dan pereaksi yang diperlukan untuk Praktikum Kimia Anorganik ini
pada umumnya sudah disediakan.
Apabila pemakaiannya diserahkan kepada masing-masing praktikan, maka zat-
zat tersebut dan pereaksi-pereaksi, akan disimpan di atas meja khusus untuk
ini. Biasanya di letakkan di meja-meja pinggir laboratorium.
Setiap praktikan WAJIB memelihara kebersihan meja zat ini, dan paling utama
adalah menjaga pereaksi-pereaksi jangan sampai rusak atau terkontaminasi
akibat kecerobohan pengambilan. Misalnya salah menggunakan pipet untuk
mengambil zat. Setiap pereaksi dilengkapi dengan pipet sendiri-sendiri (pipet-
pipet tidak boleh ditukar), atau kalau botol reagen tidak ada pipetnya berarti
pengambilannya dengan cara dituangkan ke dalam gelas ukur.

6
Bila akan melakukan tes reaksi, bawalah tabung reaksi bersih di atas rak tabung
reaksi ke meja pereaksi. Pencampuran dilakukan di sini juga, dengan catatan
harus bekerja dengan tertib, cari tempat yang kosong, dan jangan
mencampuradukan pipet tetes.
Setiap botol zat dan pereaksi, ada labelnya yang jelas berisi nama, rumus kimia
dan konsentrasi atau identitas lain. Bacalah dengan teliti sebelum anda
menggunakannya. Tidak diperbolehkan menukar tutup botol.
Zat kimia yang pekat misalnya HCl, H2SO4, NaOH, harus disimpan di lemari
asam. Juga apabila bekerja dengan zat-zat tersebut.

TEKNIK LABORATORIUM

 Peralatan Dasar Laboratorium Kimia


Peralatan Laboratorium sederhana yang biasa digunakan di Laboratorium Kimia
Anorganik, umumnya terdiri dari peralatan gelas yang sering digunakan dan sangat
diperlukan sebagai sarana dan alat bantu untuk melakukan percobaan (sederhana).
Beberapa peralatan yang umum dipakai di laboratorium adalah:
Gelas kimia (beaker glass), berbagai ukuran yang ditulis di bagian luar, ukuran
ini sesuai dengan kapasitas penampungannya. Digunakan untuk menampung
cairan atau larutan, juga memanaskannya, terbuat dari gelas bahan kuat
pemanasan misalnya Pyrex.
Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer flask), seperti halnya gelas kimia, karena
berbentuk labu erlenmeyer ini bisa digunakan untuk mengaduk cairan melalui
pengocokan, juga bisa untuk melakukan titrasi. Untuk titrasi ini ada labu yang
disebut labu titrasi, yang bentuknya mirip erlenmeyer hanya lehernya lebih
lebar.
Gelas ukur (graduated cylinder), untuk mengukur volume cairan yang terdapat
di dalamnya (berukuran), juga terdiri dari berbagai macam ukuran/kapasitas.
Pipet (pipette), untuk mengukur volume cairan yang kita ambil atau perlukan.
Ada beberapa macam, pertama pipet volum (volumetric pipette) yang hanya
bisa mengambil sejumlah volume (dengan tepat) cairan, kedua pipet ukur
(pipet gondok) (graduated measuring) yang bisa mengatur jumlah volume
(dengan teliti) cairan yang kita ambil, ketiga pipet tetes (medicine
dropper/Pasteur pipette) yang bisa mengambil sejumlah kecil cairan.
Buret, sama seperti pipet ukur, hanya karena buret mempunyai kran untuk
mengatur keluarnya cairan, kita tidak perlu membaca setiap waktu ukuran nya.
Alat ini digunakan untuk melakukan titrasi.
Tabung reaksi (test tube), terbuat dari gelas, berbagai macam ukuran yang
menunjukkan kapasitasnya, digunakan untuk melakukan reaksi kimia dalam
jumlah sedikit.

7
Kaca arloji (watch glass), terbuat dari gelas bening, berbagai ukuran
diameternya, digunakan untuk reaksi atau penguapan sederhana
Corong (funnel), terbuat dari gelas atau porselen, digunakan untuk menyaring
secara gravitasi, ada corong tangkai panjang dan pendek.
Corong buchner, jenis corong juga yang terbuat dari porselen, bedanya corong
ini digunakan untuk penyaringan cepat dengan cara penyedotan (suction)
melalui pengisap/vakum, juga dilengkapi dengan labu isapnya. Banyak
digunakan di laboratorium kimia organik.
Corong pisah (separating funnel), terbuat dari gelas, digunakan untuk
memisahkan dua lapisan cairan atau lebih, dalam cara pemisahan ekstraksi.
Cawan penguapan (evaporating dish), terbuat dari porselen, berbagai ukuran
kapasitas, digunakan untuk menguapkan larutan.
Cawan krus (crucible), seperti cawan poreselen, hanya ukurannya lebih tinggi,
digunakan untuk menguapkan dilanjutkan dengan pemijaran zat padatnya.
Spatula, dengan berbagai ukuran, terbuat dari besi dan gelas, gunanya untuk
mengambil zat padat.
Batang pengaduk, terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk larutan
dalam labu. Kasa asbes (wire gauze/screen with asbestos center), kawat yang
dilapisi asbes, gunanya untuk menahan dan menyebarkan panas yang berasal
dari api bunsen.
Kaki tiga (tripod stand), terbuat dari besi yang menyangga ring, digunakan
untuk memanaskan.

8
PERCOBAAN 1

UNSUR ALKALI TANAH DAN SENYAWANYA

I. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat unsur alkali tanah, khususnya Magnesium,


Kalsium dan Barium, baik sebagai unsur bebas maupun dalam senyawa basanya.

II. Tinjauan Teori

Pada sistem periodik, unsur-unsur alkali tanah terletak dalam golongan II A


yang meliputi unsur Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr),
Barium (Ba), dan Radium (Ra). Seperti halnya unsur-unsur blok s pada umumnya,
unsur-unsur alkali tanah bersifat sangat reaktif dan menunjukkan kecenderungan
perubahan yang jelas.

Pada percobaan ini akan dilakukan uji kereaktifan masing-masing unsur dalam
keadaan bebas, sifat asam-basa, kestabilan senyawa hidratnya, dan kelarutan
beberapa senyawa unsur alkali tanah dalam pelarut air.

III. Alat dan Bahan

1. Alat-alat

 Tabung reaksi biasa 8 buah


 Tabung reaksi pyrex 3 buah
 Penjepit tabung reaksi 1 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Gelas kimia 500 mL ` 1 buah
 Pipet volum 25 mL 1 buah
 Corong Kaca 1 buah
 Pembakar spritus 1 buah

2. Bahan-bahan

Serbuk atau pipa magnesium Logam Kalsium


Logam Barium MgO, MgCl2, dan MgCO3 padat
CaO, CaCl2, dan CaCO3 padat BaO, BaCl2, dan BaCO3 padat
Indikator Phenolptalein kertas indikator universal
Larutan Na2SO4 0,01 M larutan NaOH 0,01 M
Larutan MgCl2 0,01 M Larutan CaCl2 0,01 M
Larutan BaCl2 0,01 M

9
IV. Prosedur kerja

1. Uji Kereaktifan
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi dan beri nomor 1,2 dan 3. Isi masing- masing tabung
reaksi dengan 10 mL akuades dan 2 tetes phenolptalein. Ukur pH masing-masing
larutan dengan indikator universal.

2. Catat waktu bersamaan dengan dimasukkannya 0,01 gram serbuk Mg ke dalam


tabung 1, kemudian 0,02 gram serbuk Ca ke dalam tabung 2, dan 0,01 gram serbuk
Ba ke dalam tabung 3. Hitung lamanya waktu yang diperlukan sampai serbuk logam
habis serta terjadinya perubahan warna larutan pada masing-masing tabung reaksi.

3. Kemudian ukur pH masing-masing larutan dengan kertas indikator universal.


Bandingkan pH yang diperoleh terhadap pH larutan pada tahap kerja-1.

2.Uji Sifat kebasaan


1. Siapkan tiga buah tabung reaksi dan beri nomor 1,2, dan 3. Ke dalam tabung 1
masukkan 0,01 gram Mg, kedalam tabung 2 masukkan 0,01 gram BaO.

2. Kemudian tambahkan 10 mL akuades ke dalam masing-masing tabung reaksi.

3. Kocok masing-masing tabung reaksi tersebut. Kemudian tambahkan 2 tetes


phenoptalein ke dalamnya. Amati perubahan yang terjadi.

4. Ukur pH masing-masing larutan dalam ketiga tabung reaksi tersebut dengan


indikator universal.

3. Uji Kestabilan Thermal


1. Siapkan tiga buah tabung reaksi pyrex, beri nomor 1,2 dan 3. Ke dalam tabung 1
masukkan 1 gram MgCl2, tabung 2 CaCl2 anhidrat dan ke dalam tabung 3 masukkan
1 gram BaCl2 anhidrat.

2. Kemudian panaskan masing-masing tabung reaksi tersebut sampai padatannya


membentuk cairan. Catat waktu yang diperlukan mulai dari pemanasan sampai
terbentuknya cairan pada dinding tabung bagian atas.

3. Siapkan kembali tiga tabung reaksi pyrex lainnya, beri nomor 1,2 dan 3. Ke dalam
tabung 1 masukkan 2 gram MgCO3, ke dalam tabung 2 masukkan 2 gram CaCO3, dan
ke dalam tabung 3 masukkan 2 gram BaCO3.

4. Siapkan 3 lembar kertas saring masing-masing berukuran kurang lebih 5 x 5 cm.


Dibagian tengah masing-masing kertas saring teteskan 2 tetes larutan NaOH 0,01 M
dan 1 tetes indikator phenolptalein.

10
5. Tutup mulut masing-masing tabung reaksi yang telah disiapkan pada prosedur ke-3
oleh kertas saring diatas. Ikat dengan kuat.

6. Catat waktu bersamaan dengan dipanaskannya masing-masing padatan dalam


tabung reaksi. Hitung waktu pemanasan yang diperlukan oleh masing-masing zat
dalam tabung reaksi untuk merubah warna pada kertas saring.

4. Uji Kelarutan
1. Siapkan tiga buah tabung reaksi, dan beri nomor 1,2 dan 3. Ke dalam tabung 1
masukkan 1 mL MgCl2 0,01 M, ke dalam tabung 2 masukkan 3 mL CaCl2 0,01 M, dan
ke dalam tabung 3 masukkan 3 mL BaCl2 0,01 M.

2. Kemudian tambahkan tetes demi tetes NaOH 0,001 M ke dalam masing-masing


tabung reaksi sebanyak 20 tetes. Amati perubahan yang terjadi.

3. Ulangi cara kerja di atas dengan mengganti larutan NaOH 0,001 M dengan larutan
K2O4 atau Na2SO4 0,001 M.

V. Tugas untuk Laporan

1. Tuliskan semua persamaan reaksi yang terjadi pada masing-masing uji kereaktifan,
uji kebasaan, uji kestabilan termal dan uji kelarutan!

2. Manakah yang lebih reaktif, Unsur Mg, Ca atau Ba? Jelaskan!

3. Urutkan sifat kebasaan masing-masing senyawa basa yang dibentuk oleh MgO, CaO,
dan BaO mulai dari yang terlemah menuju yang terkuat. Jelaskan alasannya
berdasarkan data hasil percobaan dan secara teoritis!

4. Tuliskan urutan kestabilan termal dari masing-masing senyawa klorida dan karbonat
unsur-unsur alkali tanah yang diuji! Jelaskan alasannya berdasarkan data hasil
percobaan dan secara teoritis!

5. Tuliskan urutan kelarutan masing-masing senyawa basa dan garam unsur-unsur


alkali tanah yang diuji. Jelaskan alasannya!

11
PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN PEMURNIAN SENYAWA KALIUM NITRAT

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mempelajari cara pembuatan senyawa kalium nitrat melalui
reaksi antara senyawa natrium nitrat dengan kalium klorida serta mempelajari cara
pemisahan senyawa kalium nitrat tersebut dari hasil samping natrium klorida
berdasarkan perbedaaan kelarutannya.

II. Tinjauan Teori

Asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang sangat
penting. Pada temperatur kamar, Asam nitrat berada dalam bentuk fasa cair yang
mendidih pada suhu 84,1 ͦ C dan membeku pada suhu -41,59 ͦ C. Asam nitrat memiliki
sifat oksidator yang sangat kuat terhadap unsur-unsur logam, tetapi pada konsentrasi
kurang dari 2,00 M pereaksi tak bersifat sebagai oksidator.

Senyawa garam nitrat hampir dari semua logam telah dikenal, salah satu
diantaranya adalah garam kalium nitrat yang memiliki nama perdagangannya
sendawa. Sebagian besar garam-garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut
dalam air, hanya sebagian kecil saja garam nitrat yang berada dalam keadaan anhidrat,
dan tidak mengalami dekomposisi pada pemanasan yang cukup tinggi.

Pada percobaan ini akan dilakukan pembuatan baram kalium nitarat dan hasil
reaksi natrium nitrat dengan kalium klorida. Disamping itu akan dilakukan pemisahan
garam kalium nitrat dari garam lain yang terbentuk sebagai produk samping dari reaksi
tersebut.

III. Alat dan Bahan

1. Alat-alat
 Gelas kimia 100 ml 2 buah
 Gelas kimia 250 ml 1 buah
 Corong kaca 1 buah
 Pengaduk kaca 1 buah
 Pembakar spiritus, kaki tiga dan kasa 1 set

2. Bahan-bahan
 KCl padat
 NaNO3 padat

12
IV. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Garam Kalium Nitrat
1. Siapkan dua buah gelas kimia 100 mL dan beri nomor 1 dan 2. Isi masing-masing
gelas kimia tersebut dengan 30 mL aquades, kemudian panaskan sampai mendidih.

2. Setelah mendidih, hentikan pemanasan untuk sementara. Kemudian ke dalam gelas


kimia 1 tambahkan 8 gram KCl dan ke dalam gelas kimia 2 masukkan 9 gram NaNO3.
Aduk sampai semua garam larut.

3. Campurkan kedua larutan garam tersebut di dalam gelas kimia 250 mL. Kemudian
panaskan kembali sampai volumenya kurang lebih 25 mL.

4. Dalam keadaan panas saringlah larutan tersebut dan tampung filtratnya dalam gelas
kimia 100 mL. Kemudian panaskan kembali larutan tersebut sampai volumenya
kurang lebih 10 mL.

5. Dinginkan larutan dengan cara dibiarkan di udara terbuka. Setelah agak dingin
masukkan gelas kimia tersebut dalam air dingin atau es sampai terbentuk kristal
garam kalium nitrat.

6. Saring endapan garam kalium nitrat yang terbentuk, kemudian keringkan dan
timbang.

2. Pemurnian Kristal KNO3 dari ion klorida


1. Masukkan kristal KNO3 hasil sintesis ke dalam gelas kimia 100 mL dan tambahkan
sejumlah aquades sampai menutupi permukaan Kristal tersebut. Kemudian
panaskanlah sampai semua kristal melarut.

2. Setelah semua kristal larut, dinginkan larutan tersebut sampai terbentuk kembali
kristal KNO3 yang telah bebas dari ion klorida.

3. Pisahkan kristal yang terbentuk dengan cara penyaringan. Kemudian kristal yang
diperoleh dikeringkan dan ditimbang. Hitung randemennya.

V. Tugas untuk Laporan


1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan garam-garam
ionik!

2. Dalam pelarut air, manakah yang memiliki kelarutan lebih besar, Kalium Nitrat atau
Natrium Klorida? Jelaskan!

3. Jelaskan secara teoritik bagaimana anda memisahkan KNO3 dan NaCl berdasarkan
perbedaan kelarutannya!

13
PERCOBAAN 3

KESADAHAN AIR
I. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa dapat membedakan air lunak dan air keras.
 Mahasiswa dapat melunakkan air sadah dan menghitung derajat kesadahan

II. Tinjauan Teori

Air yang mengandung ion Kalsium atau ion Magnesium disebut air sadah.
Kesadahan sementara disebabkan oleh garam-garam Bikarbonat dari Ca dan Mg,
sedangkan kesadahan tetap oleh garam Sulfat dan Klorida dari Ca dan Mg. Besarnya
kesadahan air dapat diukur antara lain dengan derajat kesadahan jerman yaitu jumlah
gram CaO yang terdapat dalam 1 liter air. Air sadah dapat menimbulkan kerak pada
ketel. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan pemanasan atau penambahan
air kapur, sedangkan kesadahan tetap dengan lindi soda.

III. Alat dan Bahan

1. Alat

 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Gelas ukur 100 mL
 Gelas ukur 10 mL
 Gelas piala 250 mL
 Erlenmeyer 250 mL
 Batang pengaduk
 Bunsen
 Pipet tetes
 Kaca arloji
 Timbangan

2. Bahan

 Natrium klorida
 Kalium nitrat
 Natrium sulfat
 Besi (II) sulfat
 Magnesium klorida
 Magnesium sulfat
 Kalsium klorida
 Akuades
 Sabun
 Natrium karbonat
 Asam klorida

14
IV. Prosedur Kerja

1. Ambil 7 buah tabung reaksi, masukkan ke dalam masing- masing


tabung:Natrium Klorida, Kalium Nitrat, Natrium Sulfat, Besi (II) Sulfat,
Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Kalsium Klorida sebanyak 0,4 g
dilarutkan dalam 5 mL akuades.
2. Buatlah larutan sabun dari 1 g sabun lemak dilarutkan dalam 100 mL akuades
dan alkohol dengan volume yang sama.
3. Tuangkan larutan sabun ke dalam masing-masing tabung reaksi dengan volume
yang sama, lalu kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut.
4. Masukkan 25 ml air sadah sementara ke dalam erlenmeyer, lalu panaskan.
5. Buanglah filtratnya, kemudian pada sisa endapan tuangi Asam Klorida.
6. Periksalah gas yang keluar dengan batang pengaduk yang telah dicelupkan
dalam air kapur

V. Tugas untuk laporan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesadahan karbonat dan kesadahan


nonkarbonat?
2. Mengapa kesadahan air yang tinggi dapat merugikan?
3. Amati tabung- tabung reaksi. Tentukan tabung reaksi yang tidak menunjukkan
busa/buih! Jelaskan penyebabnya!
4. Tulislah persamaan reaksi cara kerja no 4-6. Kesimpulan apa yang kamu peroleh
dari percobaan ini?
5. Tambahkan 1 g Na2CO3 pada 20 mL air sadah, lalu kocok- kocoklah, kemudian
tuangi beberapa mL sabun, Bagaimana pembentukan busa/buih sekarang?
6. Hitunglah air sadah dalam percobaan no. 1-3 dengan derajat kesadahan
Jerman!

15
PERCOBAAN 4

GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. Tujuan Percobaan
Mempelajari reaksi pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat hidrat
CuSO4.(NH4)2SO4.xH2O dan garam kompleks tetramintembaga(II) sulfat hidrat
[Cu(NH3)4]SO4.xH2O

II. Tinjauan Teori

Garam rangkap merupakan suatu garam yang terbentuk dari kristalisasi


larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu, misalnya
FeSO4(NH4)SO4.6H2O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Garam rangkap terbentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam
komponennya.

Garam kompleks merupakan suatu garam yang terbentuk dari suatu anion
atau kation kompleks, misalnya [Co(NH3)6]3+ dan [Fe(CN)6]3-, atau dikenal sebagai
senyawa koordinasi, misalnya heksaminkobalt(III) klorida atau [Co(NH3)6]Cl3 dan
kalium heksasianoferat(III) atau K3[Fe(CN)6].

Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya,


misal FeSO4(NH4)SO4.6H2O akan mengion menjadi Fe2+, SO42- dan NH4+. Namun bila
suatu garam kompleks dilarutkan, maka akan mengion menjadi ion penyusun dan ion
kompleksnya, misal K3[Fe(CN)6] akan mengion menjadi K+ dan [Fe(CN)6]3-.

Tembaga merupakan logam berwarna merah dan mudah dibengkokkan. Atom


tembaga membentuk senyawa sebagai kation dengan bilangan oksidasi +1 dan +2.
Salah satu senyawaan Cu dengan bilangan oksidasi 2 adalah kompleks ion khelat
tetramintembaga(II) sulfat hidrat yang dapat dibuat dengan mereaksikan CuSO 4
dengan amonia berlebih. Atom nitrogen dari amina terikat kuat pada Cu hingga pada
tekanan 1 atm dan pada suhu 90oC tidak terjadi disosiasi NH3.

Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah


molekul air sebagai hidrat. Sebagai contoh adalah tembaga sulfat pentahidrat, besi
sulfat heptahidrat dan aluminium sulfat nonhidrat. Bentuk struktur dalam kristal
terdiri atas kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti Cu(H2O)42+ dan SO4(H2O)2-
dalam tembaga sulfat pentahidrat.

16
III. Alat dan Bahan
1. Alat-alat
• Gelas kimia 50 mL
• Corong gelas
• Gelas ukur 50 mL
• Gelas arloji
• Pengaduk gelas
• Kertas saring
• Aluminium foil
• Botol semprot
• Pipet tetes
• Timbangan
• Pemanas listrik
• Melting point apparatus
2. Bahan-bahan
• Tembaga (II) pentahidrat, CuSO4.5H2O
• Ammonium sulfat, (NH4)2SO4
• KSCN 0,5M
• Amonia pekat
• Etanol
• Akuades

IV. Prosedur Percobaan


1. Pembuatan Garam Kompleks
1. Larutkan sebanyak x g tembaga (II) sulfat pentahidrat dengan 5,0 mL akuades
dalam gelas kimia 50 mL (nilai x akan diberikan oleh asisten).
2. Tambahkan amonia pekat tetes demi tetes (sambil diaduk) sampai endapan
yang terbentuk larut kembali (amonia berlebih).
3. Diamkan larutan tersebut pada suhu kamar.
4. Tambahkan 20 mL etanol dengan pipet tetes secara perlahan melalui dinding
gelas sampai terbentuk dua lapisan (bawah = biru gelap; atas = bening).
5. Tutup rapat dengan alumunium foil dan biarkan pada suhu ruang, amati
pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya.
6. Saring dan letakkan dalam gelas arloji lalu keringkan kristal dalam oven pada
±60°C selama 2 jam, kemudian kristal ditimbang.

2. Pembuatan Garam Rangkap


1. Timbang x g tembaga (II) sulfat pentahidrat dan larutkan ke dalam 20 mL air
mendidih (sebagai larutan 1), nilai x akan diberikan oleh asisten.
2. Timbang x g amonium sulfat dan larutkan dalam 20 mL air (sebagai larutan 2),
nilai x akan diberikan oleh asisten.
3. Campurkan larutan 1 dan 2 kemudian aduk hingga homogen.

17
4. Uapkan larutan tersebut sampai jenuh dan kemudian biarkan dingin, proses
kristalisasi bisa dibantu dengan menambahkan air dingin di luar wadah gelas.
5. Saring kristal yang terbentuk dan cuci dengan etanol secukupnya.
6. Keringkan pada suhu kamar dan timbang massanya.

3. Uji Kualitatif
1. Timbang sejumlah massa yang sama dari garam rangkap dan garam kompleks
yang diperoleh kemudian masing – masing larutkan dengan 5 mL akuades.
2. Reaksikan kedua larutan tersebut dengan 2mL KSCN 0,5M. Amati perubahan
yang terjadi!

V. Tugas untuk Laporan

1. Jelaskan hibridisasi yang terjadi dan gambarkan struktur geometri dari garam
rangkap dan garam kompleks yang diperoleh!
2. Sebutkan manfaat dari senyawa yang diperoleh dalam percobaan ini!

18
PERCOBAAN V

STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menguji stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan
besi (II) sekaligus meramalkan ion tembaga yang terbentuk.

II. Tinjauan Teori

Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari


berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa zat yang mempelajari berbagai
aspek yang menyangkut keesetaraan massa zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik
sebelum maupun sesudah reaksi. Perhitungan massa zat yang terlibat dalam reaksi
memerlukan pemahaman yang dikenal sebagai konsep mol yang merupakan dasar
penyelesaian hitungan dari skala molekuler ke skala eksperimental di laboratorium.

Pada percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga
dengan larutan besi (II) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil reaksi secara
volumetri. Reaksi antara logam Cu dengan ion Fe+3 dalam larutan diperkirakan
berlangsung sebagai berikut :
+
Cu + Fe+3 −→ Fe+2 + Cu …………………..(1)

Cu + Fe+3 −→ Fe+2 + Cu+2 …………………..(2)

Dengan menggunakan rumusan perbandingan mol (r) sebagai berikut ;

molFe+3 yangbereaksi
r= molCuyangterpakai

maka dapat diramalkan ion tembaga mana yng dominan terbentuk, artinya apabila
harga r = 1 maka yang terjadi hanya ion Cu+ yang terbentuk, sedangkan bila harga r =2
maka yang terjadi hanya ion Cu2+, dan apabila harga r berkisar antara 1 dan 2
menunjukkan bahwa keduanya ion Cu+ dan ion Cu 2+ sama-sama terbentuk.

III. Alat dan Bahan


1. Alat-alat
 Gelas kimia 250 mL 2 buah
 Kaca Arloji 1 buah
 Botol timbang 10 mL 1 buah
 Labu Ukur 100 mL 1 buah
 Pipet Ukur 25 mL 1 buah

19
 Buret 50 mL 1 buah
 Erlenmeyer 100 mL 3 buah
 Pemanas, kaki tiga, basa 1 set

2. Bahan-bahan

 Serbuk tembaga
 Padatan H2C2O4 2H2O
 Larutan FeCl3 0,2M
 Larutan H2SO4 2,5M
 Larutan KMnO4 0,02M

IV. Prosedur kerja

1. Standarisasi Larutan KMnO4 0,02 M

1. Timbang 0,63 gram asam oksalat, H2C2O4. 2H2O. Kemudian larutkan dengan akuades
dalam labu ukur 100 mL hingga tanda batas.

2. Isi buret dengan larutan KMnO4 0,02 M yang akan distandarisasi. Kemudian siapkan
3 buah erlenmeyer 100 mL dan isi masing-masing erlenmeyer tersebut dengan 10
mL H2C2O4 .2H2O yang dibuat pada tahap-1 dan 10 tetes H2SO4 2,5 M.

3. Kemudian lakukan titrasi terhadap masing-masing larutan dalam ketiga erlenmeyer


dengan menggunakan larutan KMnO4 dari buret yang telah disiapkan. Catat volume
larutan KMnO4 yang terpakai pada setiap titrasi hingga terjadi perubahan warna.

4. Hitung molaritas sesungguhnya dari larutan standar KMnO4.

2. Reaksi logam Cu dengan larutan garam Fe (III)

1. Kedalam gelas kimia 250 mL, masukkan 35 mL larutan FeCl3 0,2M ; 15 mL H2SO4
2,5M dan 0,1 gram serbuk tembaga.

2. Kemudian tutup gelas kimia tersebut dengan menggunakan kaca arloji. Panaskan
campuran tersebut sambil sekali-kali diaduk sampai terjadi perubahan warna atau
logam tembaga larut.

3. Dinginkan larutan dalam gelas kimia tersebut di udara terbuka. Setelah dingin,
masukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan dengan
menambahkan akuades sampai tanda batas.

4. Sediakan 3 buah erlenmeyer 100 mL, isi masing-masing erlenmeyer tersebut dengan
25 mL larutan di atas (3)

20
5. Kemudian lakukan titrasi terhadap masing-masing larutan dalam ketiga erlenmeyer
dengan menggunakan larutan KMnO4. Catat volume larutan KMnO4 yang diperlukan
hingga terjadi perubahan warna.

V. Tugas untuk Laporan

1. Tuliskan semua persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan ini.


2. Hitung konsentrasi KMnO4 yang sebenarnya berdasarkan data hasil proses
titrasi yang telah anda lakukan.
3. Hitung harga r dengan menggunakan rumusan :

MolFe3+ yangbereaksi
r= molCuyangterpakai

kemudian beri penjelasan berdasarkan harga r tersebut.

4. Tentukan ion Cu yang seharusnya terbentuk pada percobaan ini berdasarkan


harga potensial elektroda masing-masing ion !
5. Hitung perbandingan Cu+ dan Cu2+ yang terbentuk pada percobaan ini dengan
menggunakan rumusan :

[Cu+]
2−r
[Cu2+] = r − 1

Berikan penjelasan terhadap hasil hitungan anda!

21
PERCOBAAN VI

PENETAPAN RUMUS MOLEKUL SENYAWA KOMPLEKS

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan dan penentuan rumus molekul
senyawa kompleks besi (II) oksalat.

II. Tinjauan Teori

Reaksi antara dua molekul stabil atau lebih dapat menghasilkan produk reaksi
yang stabil dengan sifat yang karakteristik. Sebagai contoh, kompleks amina akan
terbentuk jika amina direaksikan dengan Kobalt (II) Klorida. Dalam beberapa hal
kompleks tidak memberikan reaksi dalam larutan yang karakteristik pada ion logam
atau ligan tidak kompleks. Tetapi stabilitas termodinamika dan kinetika bervariasi
sehingga hal ini bukan merupakan kriteria pembentukan senyawa koordinasi.
Hakekat struktur senyawa koordinasi adalah transfer elektron yang terjadi
anatara ligan dengan ion pusat (ion logam). Dalam bentuk yang paling sederhana,
ikatan koordinasi terbentuk oleh transfer pasangan elektron dari ligan (molekul) ke ion
pusat. Molekul netral atau ion-ion yang bertindak sebagai ligan harus memiliki
pasangan elektron sunyi (elektron bebas) seperti NH3, Cl, C2O4, dan Lain-lain. Senyawa
koordinasi paling sederhana akan terbentuk dengan ikatan sigma antara suatu ligan
dan suatu molekul atau ion logam. Beberapa kompleks dikenal dimana ikatan sigma
atau iatan phi keduanya dapat terjadi. Kompleks yang terjadi pada ion oksalat
memungkinkan ikatan phi dari orbital 2p pada oksigen mengkonstribusi sluruh ikatan.
Dalam ligan yang lain seperti Karbon Monoksida (CO) dan Nitrosida (NO),
kontribusi dari orbital ikatan phi berperan dalam seluruh ikatan. Gugus CO bereaksi
dengan suatu logam yang mempunyai orbital kosong dan dua orbital d terisi untuk
memberikan ikatan resultan dengan ikatan phi antara logam dan karbon. Sedangkan
untuk NO memerlukan suatu logam yang mempunyai orbital sigma dan dua orbital d
yang hanya mengandung tiga elektron. Hal ini dapat dikatakan bahwa derajat
sumbangan elektron dapat diharapkan bervariasi terhadap sifat alamiah logam
keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul.

II. Alat dan Bahan

1.Alat-alat
 Gelas piala 100 mL
 Gelas ukur 10 mL
 Bunsen
 Corong Buchner

22
 Kertas saring
 Buret 50 mL
 Termometer
 Erlenmeyer 50 mL
 Kaca arloji
 Timbangan

2. Bahan-bahan
 Ammonia besi (II) sulfat
 Asam oksalat
 Asam sulfat 2 M
 Akuades
 Aseton
 Kalium Permanganat
 Serbuk Seng
 Larutan tiosulfat

IV. Prosedur Kerja

1. Buatlah larutan ammonia besi (II) sulfat dan larutan asam oksalat dengan cara
melarutkan 8 g ammonia besi (II) sulfat dalam 25 mL akuades yang telah
diasamkan dengan 1 mL asam sulfat 2 M, larutan asam oksalat dibuat dengan
melarutkan 5 g asam oksalat dalam 30 mL akuades.
2. Campurkan larutan asam oksalat tersebut ke dalam larutan ammonia besi (II)
sulfat, kemudian didihkan.
3. Saring endapan kuning yang terbentuk dengan corong buchner dan cuci
endapan dengan air panas, lalu cuci kembali dengan Aseton dan keringkan.
4. Setelah endapan dikeringkan tentukan rendemen dan komposisi hasil sintesis.

Penentuan komposisi hasil sintesis

1. Larutkan 0,2-0,3 g hasil sintesis yang didapat ke dalam asam sulfat 2 M,


kemudian dititrasi dengan larutan standar kalium permanganat. Jika warna
kalium permanganat memucat, panaskan larutan sampai suhu 60oC dan
lanjutkan titrasi sampai tercapai titik ekivalen.
2. Didihkan larutan dengan 2 g serbuk seng selama 10 menit. Tes larutan dengan
satu tetes larutan Tiosulfat, jika muncul warna merah jambu hentikan titrasi.
Tetapi jika tidak ada warna merah jambu teruskan pendidihan selama 5 menit.
3. Saring larutan dengan kertas saring dan cuci serbuk seng dengan asam sulfat
2M.

23
4. Titrasi campuran filtrat Ammonia Besi (II) Sulfat dan hasil cucian dengan larutan
standar kalium permanganat, dari hasil tersebut tentukan kadar oksalat dan
kadar airnya. Tentukan pula rumus empirisnya.

V. Tugas untuk Laporan

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks?


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ikatan sigma dan ikatan phi pada senyawa
kompleks!
3. Buatlah reaksi kimia antara ammonia besi (II) sulfat dengan asam oksalat?
4. Buatlah struktur kimia senyawa kompleks yang dihasilkan pada percobaan ini!
5. Jelaskan manfaat/kegunaan dari senyawa kompleks yang dihasilkan pada
percobaan ini!

24
PERCOBAAN VII

PEMURNIAN GARAM DAPUR SECARA KRISTALISASI

I. Tujuan percobaan
Dapat mendeskripsikan proses pemurnian garam dapur secara kristalisasi melalui
pengendapan dan penguapan.

II. Tinjauan Teori

Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi


merupakan hal yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu
padatan yang umum yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini
pada dasarnya mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan
dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam
pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja . Pemurnian
demikian ini banyak dilakukan pada industri-industri (kimia) maupun laboratorium
untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.

Persyaratan suatu pelarut yang baik untuk dipakai dalam proses rekristalisasi,
antara lain yaitu :

1. Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang akan
dimurnikan dengan pengotornya.

2. Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan suatu fungsi temperatur, umumnya
menurun dengan menurunnya temperatur.

3. Mudah dipisahkan dari kristalnya.

4. Tidak meninggalkan zat pengotor di dalam kristal zat yang dimurnikan

5. Bersifat inert terhadap zat yang dimurnikan.

Garam dapur mengandung komponen utama natrium klorida dengan berbagai


pengotor yang umum yaitu ion-ion, Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I-, dan Br-, yang
kesemuanya mudah larut dalam air. Untuk memperoleh NaCl dengan kemurnian tinggi
dari garam dapur maka dapat ditempuh metode rekristalisasi dengan pelarut air.
Namun untuk melenyapkan/ mengurangi kehadiran ion-ion pengitir perlu
ditambahkan ion-ion tertentu yang mampu mengikat ion-ion pengotor menjadi
senyawa-senyawa yang kelarutannya dalam air menjadi sangat rendah, sehingga dapat
dipisahkan melalui penyaringan sebelumnya.

25
III. Alat dan bahan-bahan
1. Alat-alat
 Pemanas
 Gelas beaker
 Gelas ukur
 Corong
 Pipa bengkok (gas)

2. Bahan
 garam dapur, dan kristal CaO
 Larutan encer Ba(OH)2 atau BaCl2(0,5M)
 larutan (NH4)2CO3 ( 6 gram dalam 200 mL)
 Larutan HCl encer (0,1) dan H2SO4 pekat
 Kertas saring dan kertas lakmus

IV. Prosedur kerja

1. Pembuatan larutan
Larutkan kira-kira 16 gram garam dapur ke dalam 50 mL air (dalam gelas beker)
dengan pemanasan sampai mendidih sambil diaduk. Kemudian bagi larutan ini menjadi
dua bagian yang (persis) sama yaitu sebagai larutan A dan B, masing-masing
diperlakukan lebih lanjut sebagai berikut.

2. Kristalisasi dari larutan A secara penguapan


1. Tambahkan kira-kira 0,2 gram CaO ke dalam larutan A
2. Tambahkan larutan Ba(OH)2 secara bertetes-tetes hingga tidak terbentuk lagi
endapan pada tetes terakhir.
3. Tambahkan larutan (NH4)2CO3 bertetes-tetes sambil diaduk
4. Saring campuran tersebut ke dalam gelas beaker bersih yang telah ditimbang
sebelumnya dan netralkan filtratnya dengan penambahan larutan HCl encer
secara bertetes-tetes (uji sifat kenetralan ini dengan kertas lakmus tiap tetesan
HCl)
5. Uapkan larutan sampai (relatif) kering
6. Timbang NaCl (yang lebih putih daripada garam dapur semula) yang diperoleh
dan hitung persentasenya.

26
3. Kristalisasi dari larutan B secara pengendapan

V. Tugas untuk Laporan

1. Berat kristal ( murni ) NaCl yang diperoleh secara penguapan (kegiatan 2)

= ………………….. gram = ………….. % (berat)

2. Berat kristal (murni) NaCl yang diperoleh secara pengendapan (kegiatan 3)

= ………………….. gram = …….. % (berat)

3. Kenampakan fisik (warna / ukuran serbuk / kristal ) kristal yang dihasilkan dari
kedua metode tersebut yaitu...
4. Tujuan penambahan CaO atau a (OH)2 atau BaCl2 yaitu..
5. Tujuan penambahan (NH4)2CO3 .....
6. Netralisasi dengan larutan HCl 92,4 menyarankan bahwa larutan semula
bersifat basa. Sifat basa ini berasal dari ....
7. Mengapa pada netralisasi dipakai HCl, dan bukan asam-asam yang lain ?
Jelaskan.
8. Mengapa untuk menjenuhkan larutan B dipakai gas HCl ( Kegiata 3.1) ?
Jelaskan.
9. Secara singkat jelakan bagaimana cara menguji kemurnian hasil (NaCl) yang
Anda peroleh !

27
PERCOBAAN VIII

PEMBUATAN DAN IDENTIFIKASI SIFAT KOMPLEKS [Cu(H2O)4SO4]. H2O

I. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat membuat dan mengamati sifat-sifat senyawa kompleks tembaga (II)
sulfat.

II. Tinjauan Teori

Senyawa kompleks Cu(H2O)4SO4. H2O lebih dikenal sebagai senyawa tembaga


(II) sulfat hidrat dengan rumus molekul CuSO4.5H2O. Ada senyawa tembaga (II) sulfat
hidrat, dan ada juga sulfat tembaga (II) sulfat anhidratnya. Sifat fisik kedua senyawa
tersebut berbeda. Senyawa tembaga (II) sulfat hidrat merupakan kristal berwarna biru
dan berbentuk triklin, sedangkan senyawa tembaga (II) sulfat anhidrat merupakan
kristal berwarna putih dan berbentuk monoklin.

Senyawa tembaga (II) sulfat sebenarnya dapat membentuk tiga macam hidrat,
yaitu pentahidrat (CuSO4.5H2O), trihidrat (CuSO4.3H2O) dan monohidrat (CuSO4.H2O).
Pada percobaan ini akan dilakukan pembuatan salah satu senyawa tembaga (II) sulfat
hidrat dan sekaligus mengenali sifat-sifatnya.

III. Alat dan bahan


1. Alat-alat
 Gelas kimia 100 ml 1 buah
 Gelas ukur 50 mL 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Kaca arloji 1 buah
 Cawan Penguapan 2 buah

2. Bahan-bahan
 Padatan CuS
 H2SO4 pekat
 Kertas saring
 Larutan NH4OH 0,01 M
 Larutan HCl 0,01 M
 Padatan FeSO4 hidrat atau FeCl3 hidrat

28
IV. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan senyawa tembaga (II) sulfat hidrat
1. Masukkan 3 gram CuS ke dalam gelas kimia 100 mL. Kemudian secara perlahan-
lahan tambahkan 10 mL H2SO4 10 M melalui dinding gelas kimia tersebut.

2. Saring larutan yang terbentuk, kemudian panaskan sampai terbentuk tembaga (II)
sulfat. Cuci kristal yang terbentuk dengan air tetes demi tetes sampai endapan
berwarna biru. Kemudian keringkan di udara terbuka hingga kering, lalu ditimbang.

2. Uji Kestabilan termal


1. Siapkan dua buah cawan penguapan. Kedalam cawan 1 masukkan semua kristal
tembaga (II) sulfat hidrat hasil pembuatan. Ke dalam cawan 2 masukkan FeSO4
hidrat dengan berat yang sama dengan CuSO4 hidrat.

2. Dengan kondisi api yang sama, satu persatu cawan tersebut dipanaskan. Catat
waktu yang diperlukan oleh masing-masing zat sampai terjadi perubahan, dan
timbang dengan segera berat masing-maasing setiap zat tersebut.

3. Uji Kereaktifan
1. Larutkan dengan akuades masing-masing senyawa tembaga dan besi yang terdapat
dalam cawan penguapan (hasil dari prosedur 4.2 tahap 2).

2. Siapkan dua buah tabung reaksi. Ke dalam tabung 1 masukkan 3 mL larutan CuSO4
dan ke dalam tabung 2 larutan Fe(SO4)3 (Hasil dari prosedur 4.3 tahap 1)

3. Ke dalam masing-masing tabung reaksi, tambahkan 30 tetes NH4OH 0,01 M

4. Ulangi langkah kerja 2 dan 3 dengan mengganti larutan NH4OH 0,01 dengan larutan
HCl 0,01M

V. Tugas untuk laporan


1. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada setiap percobaan di atas.

2. Pada percobaan 4.1 tahap 3, mengapa kristal yang terbentuk hanya boleh
dikeringkan di udara terbuka dan bukan di dalam oven?

3. Jelaskan penyebab munculnya warna biru pada senyawa tembaga (II) sulfat hidrat.

4. Jelaskan mengapa warna larutan tembaga (II) sulfat maupun besi (II) sulfat berubah-
ubah pada saat ditambah larutan NH4OH maupun larutan Hcl !

5. Senyawa manakah yang memiliki kestabilan termal lebih tinggi, tembaga (II) sulfat
hidrat atau besi (II) sulfat hidrat? Jelaskan alasannya!

29
REFERENSI

1. Huheey, J., Keiter, E. (1993). Inorganic chemistry: principles of structure and


reactivity. Fourth edition. Harper Collins College Publishers.
2. Missler and Tarr. Inorganic chemistry. Third edition. St.Olaf College. Pearson
Prentice Hall.
3. Shriver and Atkins. (2010). Inorganic Chemistry. Fifth edition. W.H. Freeman
and Company. New York.
4. Sugiarto, K. (2013). Dasar-dasar Kimia Anorganik Non Logam. UNYPress:
Yogyakarta.
5. Sugiarto, K. (2008). Kimia Anorganik Logam. Graha Ilmu: Yogyakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai