Anda di halaman 1dari 8

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)

Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 82-89 2548-7868 (Cetak)

LANDASAN FILSAFAT ANTROPOLOGI-TEOLOGIS DALAM


PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KRISTEN
Karnawati & Priyantoro Widodo
Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia
Jl. Simongan No.1, Pusponjolo Selatan, Semarang, Jawa Tengah
Email: karnawatirejo@gmail.com

Abstract: The basis for developing a Christian education curriculum is guided by God as the "center" of
all knowledge. However, a philosophical foundation that looks at the human element according to the
perspective of the Word of God is needed to analyze its usefulness. This paper aims to examine the
foundation of anthropological philosophy based on the Word of God. This paper uses the literature study
method by looking for sources from the Bible, books and journals. The results of this paper are, the
anthropological philosophy of the development of a Christian education curriculum based on the Word of
God contains concepts such as: humans as religious beings are God's creations and must have respect and
obey God; humans as individual beings are unique and valuable in the sight of God; humans as moral
beings do right and do good; and humans as social beings have solidarity and social responsibility. Thus
this paper can add insight to the developers of the Christian education curriculum to be able to use the
foundation of anthropological philosophy in accordance with the values of the Word of God.

Keywords: Curriculum, Philosophy antrophologis – teologis, Christian Religion Education

ABSTRAK: Dasar dalam pengembangan kurikulum pendidikan Kristen adalah berpedoman kepada
Allah sebagai “pusat” dari segala pengetahuan. Namun demikian sebuah landasan filosofis yang melihat
kepada unsur manusia menurut cara pandang Firman Tuhan diperlukan untuk dianalisa kemanfaatannya.
Tulisan ini bertujuan mengkaji landasan filsafat antropologi yang berdasarkan Firman Tuhan. Tulisan ini
menggunakan metode studi pustaka dengan mencari sumber dari Alkitab, buku-buku dan jurnal. Adapun
hasil dari tulisan ini adalah, landasan filsafat antropologi pengembangan kurikulum pendidikan Kristen
yang berdasarkan Firman Tuhan memuat konsep antara lain: manusia sebagai makhluk religi merupakan
ciptaan Allah dan harus memiliki rasa hormat dan taat kepada Allah; manusia sebagai makhluk individu
adalah unik dan bernilai dalam pandangan Allah; manusia sebagai makhluk susila melakukan hal benar
dan berbuat baik; dan manusia sebagai makhluk sosial memiliki solidaritas dan tanggungjawab
bermasyarakat. Dengan demikian tulisan ini dapat menambah wawasan para pengembang kurikulum
pendidikan Kristen untuk dapat menggunakan landasan filsafat antropologi yang sesuai dengan nilai-nilai
Firman Tuhan.

Kata Kunci: Kurikulum; Filsafat antropologi-teologis; Pendidikan agama Kristen

PENDAHULUAN Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, ca-


Lembaga pendidikan sebagai sebuah sistem kap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
memiliki komponen penting yang terdiri dari: pendi- yang demokratis serta bertanggung jawab, maka Ne-
dik, peserta didik, tujuan atau kompetensi, isi atau gara selalu mengevaluasi pendidikan yang telah di-
materi atau kurikulum, strategi, dan evaluasi (Toen- laksanakan (UU RI No 20 Tahun 2003, Bab 2, Pasal
lioe, 2017, p. 6). Dalam rangka melaksanakan fungsi 2). Hal ini terlihat dalam sejarah perkembangan ku-
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembang- rikulum di Indonesia yang berubah-ubah mulai dari
kan kemampuan dan membentuk watak serta pera- Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 2013
daban bangsa yang bermartabat dalam rangka men- yang merupakan salah satu bentuk inovasi pendidi-
cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk ber- kan dalam rangka globalisasi. Segala perubahan dan
kembangnya potensi peserta didik agar menjadi ma- perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan
nusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan pada umumnya juga mempengaruhi cara satuan pen-

82 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


didikan Kristen dalam melaksankan praktik pengem- tinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan
bangan kurikulum pendidikannya. kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan di seko-
Untuk melakukan pengembangan kurikulum lah yang harus ditempuh oleh peserta didik; (c) K= Σ
yang menghasilkan sebuah kurikulum yang dapat di- MP + KK + SS + TP, artinya kurikulum adalah se-
pertanggungjawabkan, perlu menggunakan pertim- jumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan dan se-
bangan-pertimbangan mendasar dan menyeluruh, gala sesuatau yang berpengaruh terhadap pemben-
yang dijadikan acuan dalam pengembangan kuriku- tukan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan
lum. Hal inilah yang disebut landasan pengembang- pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
an kurikulum (Toenlioe, 2017, p. 13). Bahri (2011, atau sekolah. Akhirnya Bahri (2011, p. 15-24) me-
pp. 15-34) menyimpulkan bahwa landasan pengem- nyimpulkan bahwa kurikulum dalam pandangan mo-
bangan kurikulum untuk menjadi lebih baik meliputi dern merupakan program pendidikan yang disedia-
landasan filosofis dan sejarah, psikologi, sosial bu- kan oleh sekolah, tidak terbatas pada bidang studi
daya dan ilmu pengetahuan dan teknologi. dan kegiatan belajar saja, akan tetapi meliputi segala
Namun demikian, pemahaman tentang pe- sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
ngertian kurikulum dari berbagai pihak perlu diketa- pembentukan pribadi peserta didik sesuai dengan
hui secara jelas, sehingga tidak membingungkan pa- tujuan pendidikan yang diharapkan dapat mening-
ra pengembang kurikulum. Para pakar pendidikan katkan mutu kehidupan yang pelaksanaannya bukan
dan penulis buku kurikulum mengartikan kurikulum saja di sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah.
secara berbeda, namun memiliki substansi yang rela- Oleh karena begitu banyaknya definisi ten-
tif sama. Pada prinsipnya pengertian kurikulum da- tang kurikulum, maka setiap orang yang akan mela-
pat dipandang secara sempit dan secara luas. kukan pengembangan kurikulum harus terlebih da-
Dalam pengertian sempit Bobbit (1918, p. 1- hulu menentukan tafsirannya tentang kurikulum (Na-
312) mengatakan bahwa kurikulum sebagai suatu sution, 1993, p. 11). Dari latar belakang yang telah
gagasan yang memiliki akar kata bahasa latin Rare- diuraikan, maka kajian ini membahas tentang lan-
Source, yang berarti kurikulum sebagai “mata pela- dasan pengembangan kurikulum yang menjadi pe-
jaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami doman bagi praktik pendidikan untuk mencapai visi,
anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak suk- misi, dan tujuan dari setiap satuan pendidikan di era
ses dalam masyarakat orang dewasa. Sedangkan Ta- globalisasi teknologi saat ini. Praktik pengembangan
ba (1962, p. 526), secara sempit mengatakan bahwa kurikulum pada pendidikan Kristen pun mengalami
kurikulum adalah rencana pembelajaran. tantangan yang sama. Oleh karena itu para pengem-
Dalam pengetian luas, Caswel dan Campbell bang kurikulum pendidikan agama Kristen perlu me-
(1935, pp. 1-600) mengatakan bahwa kurikulum me- miliki pijakan yang kuat dalam rangka meletakkan
rupakan seluruh pengalaman dari anak yang berada dasar filosofis antropologisnya berdasarkan Alkitab
dalam pengawasan pendidik. Begitu pula Krug (1957, supaya tidak tergerus oleh secularism.
pp. 1-336) menyimpulkan bahwa kurikulum terdiri Adapun rumusan masalah dari tulisan ini
dari cara yang digunakan untuk mencapai atau me- adalah bagaimana landasan filsafat antropologi-teo-
laksanakan tujuan yang diberikan di sekolah. Sedang- logis bagi praktik pengembangan kurikulum pendi-
kan Engkoswara (2015, p. 200) merumuskan pe- dikan agama Kristen? Secara khusus tujuan dari
ngertian kurikulum secara detail dengan mengguna- kajian ini adalah memaparkan landasan filsafat an-
kan formula: K= Kurikulum adalah jarak yang harus tropologi–teologis yang menjadi dasar pengembang-
ditempuh oleh pelari; (a) K= Σ MP, artinya kuriku- an kurikulum pendidikan Kristen. Paparan ini diha-
lum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus di- rapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak-
tempuh oleh peserta didik; (b) K= Σ MP + KK, ar- pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan

Karnawati & Priyantoro Widodo, Landasan Filsafat Antropologi-Teologis Dalam Pengembangan.... 83


terutama dalam hal pengembangan kurikulum pendi- ruhi pengembangan kurikulum dapat berbeda-beda
dikan Kristen. menurut para ahli.
Menurut Nasution (1993, p. 1) landasan pe-
METODE ngembangan kurikulum terdiri dari: asas filosofis,
Tulisan ini menggunakan teknik studi litera- asas sosiologis, asas organisatoris, dan asas psikolo-
tur, dimana penulis melakukan survei dan membahas gis. Sedangkan menurut Doll (1986, p. 30) landasan
literatur pada bidang falsafah pengembangan kuriku- pengembangan kurikulum terdiri dari: sejarah, filsa-
lum terutama pada sisi antropologis serta dalam kait- fat, psikologi, serta masyarakat dan kebudayaan. Se-
annya dengan pandangan Alkitab. Adapun literatur mentara Michaelis, Grossman, dan Scott (1975, p.
yang digunakan adalah Alkitab, buku-buku sumber 27) menyebut landasan kurikulum antara lain: filo-
primer, buku-buku sumber sekunder, jurnal-jurnal sofis, sosial, psikologis, dan disiplin ilmu. Anselmus
terbaru. menyimpulkan bahwa landasan pengembangan kuri-
Tulisan ini merupakan gambaran singkat dari kulum antara lain adalah landasan filosofis, landasan
topik yang penulis pelajari, dan merupakan pengem- sosial, dan landasan psikologis. Hamalik (2010, p.
bangan dari penelitian pada berbagai jurnal pendi- 19-23) memberikan rumusan yang lebih rinci bahwa
dikan sebelumnya yang telah membahas topik ten- pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada
tang pengembangan kurikulum. Dengan melakukan faktor: (a) tujuan filsafat dan pendidikan nasional;
studi lanjut pada penelitian-penelitian yang sudah di- (b) sosial budaya dan agama; (c) perkembangan pe-
lakukan sebelumnya, maka tulisan ini diupayakan serta didik; (d) keadaan lingkungan yang meliputi
dapat bermanfaat bagi para pengembang kurikulum lingkungan manusiawi, lingkungan kebudayaan (il-
pendidikan agama Kristen karena telah memperhati- mu pengetahuan, teknologi dan seni), lingkungan hi-
kan relevansi kebutuhan pengembang kurikulum pa- dup, dan lingkungan alam; (e) kebutuhan pemba-
da masa kini. ngunan yang mencakup bidang ekonomi, kesejahte-
Adapun tahapan dalam menyelesaikan tulis- raan rakyat, hukum, hankam, dsb.; (f) perkembangan
an ini adalah penulis melakukan organisasi studi lite- ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sesuai
ratur menggunakan struktur tematik, yaitu menge- dengan sistem nilai dan kemanusian serta budaya
lompokkan dan mendiskusikan data-data dari sum- bangsa.
ber-sumber ilmiah sesuai temanya, kemudian mela- Dalam rangka pengembangan kurikulum
kukan analisa secara komprehensif sehingga terben- pendidikan Kristen, asas teologis menjadi dasar yang
tuk suatu kesimpulan yang dapat digunakan sebagai penting di atas semua landasan yang ada. Dengan
rujukan untuk diaplikasikan di dalam ranah pengem- demikian landasan pengembangan kurikulum pendi-
bangan kurikulum pendidikan Kristen. dikan Kristen antara lain: landasan teologis, sejarah,
filsafat, psikologi, sosial budaya dan ilmu teknologi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Landasan filsafat
Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan menyangkut hubungan antara se-
Landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, sama manusia, maka pandangan tentang siapa ma-
karena itu landasan merupakan tempat bertumpu nusia juga menjadi penting untuk dipahami dalam
atau titik tolak atau dasar pijakan. Pandangan be- rangka perencanaan dan pelaksanaan pendidikan te-
berapa ahli mengenai landasan pengembangan kuri- rutama dalam pengembangan kurikulum (Toenlioe,
kulum erat hubunganya dengan falsafah yang diya- 2017, p. 14). Salah satu pandangan yang mendasar
kininya. Dengan demikian faktor yang mempenga- dan menyeluruh tentang hakekat manusia dirangkum
dalam pandangan filsafat antropologi, yang pada ha-

84 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


kekatnya manusia adalah makhluk religi, makhluk purna (Guthrie, 1995, p. 154). Karena itu dalam pan-
individu, makhluk susila, dan makhluk sosial (Poe- dangan Yesus, diri manusia sejati terdapat dalam ke-
djawijatna, 2002, p. 1129). hidupan yang taat kepada Allah, karena Allah me-
ngetahui apa yang terbaik bagi manusia. Manusia
Manusia Makhluk Religi sebagai Ciptaan dan memiliki kebergantungan kepada Allah, oleh karena
Memiliki Ketaatan kepada Allah itu Yesus memberi pengajaran tentang doa kepada
Manusia sebagai makhluk religi yaitu dila- murid-murid-Nya, “berikanlah kami pada hari ini ma-
hirkan dengan potensi untuk menyadari adanya ke- kanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11) (Guthrie,
kuatan maha besar tak terbatas, pencipta, penguasa, 1995, p. 155). Hal ini menjelakan bahwa sebagai
dan pengatur segala sesuatu yang ada. Hal ini sesuai makhluk ciptaan, manusia tetap tergantung pada pe-
dengan pandangan filsafat idealisme yang berangkat meliharaan Allah.
dari hal-hal yang bersifat ideal dan spiritual, dimana Implikasi dalam konteks pendidikan Kristen
pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta di- adalah: (1) pendidik dipersyaratkan sebagai orang
dik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral yang sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan
serta mencita-citakan segala hal yang serba baik dan dan Juruselamatnya secara pribadi; pendidik harus
bertaraf tinggi. (Barnadib, 2002, p. 18). memiliki waktu yang khusus untuk mempelajari ke-
Dalam Firman Tuhan Perjanjian Lama me- benaran Firman Tuhan dan mengaplikasikan dalam
miliki pandangan bahwa “Allah adalah Pencipta.” kehidupan sehari-harinya; pendidik harus memiliki
Guthrie (1995, p. 104) mengawali pandangannya kebiasaan untuk mempelajari dengan seksama ber-
bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan memi- bagai kebutuhan siswa dan mendoakan mereka (Le-
liki tubuh secara fisik yang digambarkan sebagai de- bar, 2006, p. 314); (2) peserta didik diarahkan untuk
bu tanah (Kej. 2:7; 3:19) dan menerima hidupnya memiliki iman percaya kepada Yesus sebagai Tuhan
dari hembusan nafas Allah (Kej. 2:7). Manusia di- dan Juruselamat secara pribadi serta mengembang-
ciptakan menurut “gambar dan rupa Allah” (Kej. kan potensi intelektualnya dalam memiliki pengeta-
1:26). Pernyataan ini mengangkat manusia sebagai huan yang benar serta memiliki kepribadian yang se-
karya cipta Allah yang terbesar, manusia adalah sa- suai iman Kristen (Maksum & Yunan R. 2004, p.
tu-satunya ciptaan di antara ciptaan-ciptaan lainnya 49); (3) tujuan dan isi pendidikan iman Kristen be-
yang dapat memasuki hubungan persekutuan dengan rupa kuasa Tuhan dan kewajiban manusia untuk taat
Allah Pencipta. Manusia mempunyai kemampuan dan hormat dalam setiap laku kehidupan yang dite-
untuk mengamati hubungan-hubungan antara satu rapkan dalam pelajaran agama Kristen dan terinte-
dengan yang lain serta dapat berpikir. Konteks orang grasi dalam setiap mata pelajaran. (4) strategi pendi-
Ibrani memandang bahwa manusia sebagai ciptaan dikan dengan cara teladan, penalaran, perintah, ha-
yang memiliki tubuh dan jiwa (Ibr. nefesy), artinya diah, nasehat, larangan, dan hukuman secara propor-
bahwa manusia dipandang sebagai pribadi. sional, sinergis dan konsisten; (5) evaluasi pendidik-
Yesus adalah contoh pribadi yang unik de- an dilakukan terhadap perkembangan iman Kristen
ngan sifatnya yang sempurna, dimana kemanusiaan dalam diri peserta didik dengan menggunakan secara
Yesus selalu dilihat dalam hubungannya dengan Al- proporsional evaluasi acuan patokan dan acuan nor-
lah (Guthrie, 1995, p. 151). Namun demikian Yesus ma (Toenlioe, 2017, p. 18).
yang dipandang sebagai Tuhan menuntut manusia
untuk memiliki ketaataan kepada-Nya. Ketaatan yang Manusia Makhluk Individu yang Unik dan
dituntut Yesus bukanlah belenggu yang mengikat Bernilai
kebebasan jiwa manusia, tetapi merupakan penye- Setiap manusia adalah unik, yang berarti ha-
rahan sepenuh hati pada kehendak Allah yang sem- nya satu-satunya, tak ada duanya, tak ada banding-

Karnawati & Priyantoro Widodo, Landasan Filsafat Antropologi-Teologis Dalam Pengembangan.... 85


nya, tidak ada yang menyamai (Poerwadarminta, rapkan adalah orang yang benar-benar memiliki mi-
2007, p. 1129). Dengan pandangan ini maka pendi- nat dan bakat menjadi pendidik, serta mengajar se-
dikan berusaha menghargai keunikan tersebut. Da- suai dengan bakat dan minatnya tersebut; (2) peserta
lam hal ini aliran filsafat progesivisme telah membe- didik diharapkan mampu menghadapi dan menyele-
ri dasar bagi pengembangan model kurikulum pri- saikan setiap persoalan yang dihadapi di lingkungan
badi dan mewujudkan dalam penyelenggaraan pen- sosialnya, selain itu harus secara aktif mengembang-
didikannya. kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiri-
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, ke-
manusia merupakan bagian terpenting dalam seluruh cerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di-
ciptaan (Guthrie, 1995, p. 148). Adapun Titik tolak perlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan nega-
dalam mempertimbangkan pentingnya manusia ada- ra; (3) tujuan dan isi pendidikan berupa aneka mata
lah melalui pribadi Yesus yang merupakan manusia pelajaran pilihan, sehingga dapat mengakomodir ke-
secara utuh. Hal ini dibuktikan dengan Yesus yang anekaragaman bakat dan minat peserta didik; (4)
memperlihatkan pribadi-Nya yang unik serta sifat- strategi pembelajaran dengan menggunakan berba-
Nya yang sempurna. Guthrie (1995, p. 151) menga- gai macam metode, media pembelajaran, sehingga
takan: dapat mengakomodir keanekaragaman cara belajar
Dalam catatan-catatan kitab-kitab Injil, Yesus peserta didik; (5) evaluasi kemajuan belajar peserta
menonjol melebihi orang-orang lain sebagai ma- didik disesuaikan dengan kapasitas potensi akade-
nusia yang unik. Diri-Nya merupakan tolok ukur
mik yang dimilikinya. Dengan demikian pendidik
bagi semua manusia lainnya. Karena para pe-
nulis kitab-kitab Injil pada dasarnya memperha- dapat dikatakan berhasil jika keberhasilan itu juga
tikan kehidupan Yesus sebagai manusia dan ka- terdapat pada peserta didik yang mampu berkreasi
rena mereka mempunyai keyakinan yang sama dalam rangka mengembangkan potensi dan kecakap-
dengan para penulis PB lainnya bahwa Yesus
an keterampilan sesuai dengan bidang yang ia geluti.
tidak bercela, maka jelaslah bahwa mereka
ingin memperlihatkan kepada kita gambaran (Salu & Triyanto, 2017, p. 37).
yang sempurna mengenai manusia sebagaimana
mestinya melalui Yesus Kristus. Manusia Makhluk Susila yang Melakukan Hal
Nilai manusia sangat besar di hadapan Allah. Ma- Benar dan Berbuat Baik
nusia memiliki keunggulan atas binatang (Mat. 10: Manusia sebagai makhluk susila yaitu dila-
31). Yesus berkata. “ Kamu lebih berharga dari pada hirkan dengan potensi untuk membedakan baik dan
banyak burung pipit.” Kitab Injil lain juga memberi buruk serta untuk berbuat baik. Pada saat Petrus dan
pernyataan yang menunjukkan bahwa kehidupan ma- Yohanes dihadapkan di depan Mahkamah Agama
nusia memiliki nilai yang lebih besar dibanding de- untuk diadili, dengan tegas mereka menentang si-
ngan hal duniawi (Mrk. 8:37; Mat. 16:26; Luk 9:25). dang itu untuk memutuskan hal manakah yang “be-
Dengan demikian berarti nilai manusia dianggab nar” yang harus mereka lakukan, apakah taat kepada
lebih tinggi daripada prestasinya, miliknya, dan Mahkamah Agama atau taat kepada Allah (Kis. 4:
kuasanya. Ini bukan berarti Yesus tidak memperha- 19). Hal ini menunjukkan etika Kristen yang mula-
tikan atau mementingkan keadaan manusia, namun mula yang didasarkan atas kepercayaan yang teguh
maksud Yesus sebagaimana dinyatakan Guthrie bahwa hukum Allah bagi manusia memiliki kewiba-
(1995, p. 151) mengandung pengertian bahwa Yesus waan (Guthrie, 1995, p. 163). Begitu pula dengan ki-
memperhatikan prinsip prioritas, yaitu bahwa manu- sah Stefanus (Kis. 7:39-dst), ia membeberkan bahwa
sia lebih penting dan bernilai daripada benda. ketidaktaatan Israel kepada Allah dan tindakan sela-
Dengan demikian implikasinya dalam kon- lu menentang Roh Kudus adalah hal yang salah, dan
teks pendidikan Kristen adalah: (1) pendidik diha-

86 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


itu merupakan tema utama dalam pembelaan Stefa- Manusia Makhluk Sosial yang Memiliki Rasa
nus atas dirinya yang berani mengatakan kebenaran. Solodaritas dan Tanggungjawab Bermasyarakat
Potensi manusia untuk berbuat baik di da- Manusia adalah makhluk sosial yang mutlak
lam Firman Tuhan diwujudkan dengan contoh-con- bergantung pada orang lain (Toenlioe, 2017, p. 15).
toh tindakan kesetiakawanan sosial. Hal ini akibat Kitab Perjanjian Lama menjelaskan adanya hubung-
dari pengetahuan yang benar sebagai seorang pengi- an manusia sebagai kesatuan yang salaing mem-
kut jalan Tuhan. Konsep kesetiakawanan antar ma- butuhkan. Hal ini terlihat dari hubungan manusia
nusia ini terlihat dari adanya tindakan-tindakan da- pertama yaitu Adam dan Hawa dalam sebuah ke-
lam bentuk memberi pertolongan di dalam lingkung- luarga. Konsep keluarga ini dipandang sebagai hal
an jemaat Kristen mula-mula. Adapun contohnya se- yang hakiki bagi perkembangan bangsa.
perti memberi bantuan kepada janda (Kis. 6:1) dan Kehidupan bangsa Israel juga menunjukkan
upaya mengirimkan sumbangan ke Antiokhia untuk suatu kumpulan yang saling bergantung satu dengan
jemaat yang ditimpa bahaya kelaparan (Kis. 11:29). yang lain. Fakta mengenai bangsa Israel ini memper-
Potensi untuk berbuat baik bahkan dapat di- lihatkan adanya rasa “solidaritas” yang kuat di anta-
temui di kalangan orang-orang yang belum menge- ra umat Israel (Guthrie, 1995, p. 105). Selaras dalam
nal dan percaya kepada Yesus. Contoh di dalam Fir- gambaran Injil Yohanes yang selalu mencatat komu-
man Tuhan adalah Kornelius. Sebelum Kornelius nikasi antara Bapa dan Anak. Yesus memberi tela-
bertobat dalam iman Kristen, ia sudah dikenal se- dan dalam pengajarannya secara khusus, bahwa ma-
bagai orang yang murah hati terhadap banyak orang nusia tidak pernah dimaksudkan untuk hidup secara
(Guthrie, 1995, p. 164). Dengan demikian dapat di- individual tanpa memperduliakan orang di luar diri-
simpulkan bahwa potensi untuk berbuat baik dapat nya sendiri.
ditemui pada setiap pribadi manusia baik yang sudah Khotbah dibukit berisi banyak perintah akan
mengenal dan percaya kepada Yesus maupun yang tanggungjawab kepada sesama manusia (Mat. 5-7)
belum meengenal dan percaya Yesus. yaitu: setiap orang harus bermurah hati tehadap
Dengan demikian implikasi dalam konteks orang lain, bertindak sebagai pembawa damai, mem-
pendidikan Kristen adalah: (1) seorang pendidik ha- bawa terang yang bercahaya bagi orang lain, meng-
rus memiliki persyaratan telah berkembang secara hindarkan diri dari rasa marah atau menghina sauda-
memadai potensi baik dalam dirinya, sehingga lebih ra-saudaranya, menjauhkan diri dari perbuatan zinah
banyak menampilkan tingkah laku baik disbanding- atau perceraian (kecuali karena zinah), berkata benar
kan tingkah laku buruk; (2) peserta didik diharapkan secara mutlak, menyerahkan jubah kepada orang
telah mengalami perkembangan potensi baik hingga yang lebih memerlukan, mengasihi musuh, dan tidak
tingkat tertentu dalam menaati peraturan-peraturan menghakimi orang lain. Dengan demikian ajaran ini
di sekolah; (3) tujuan dan isi pendidikan berisi ten- merupakan bukti yang tidak dapat disangkal bahwa
tang doktrin kekristenan yang terintegrasi dalam se- tujuan manusia sesungguhnya bukan hanya bertin-
tiap pelajaran; (4) strategi pendidikan moral dan eti- dak secara bertanggungjawab kepada Allah dalam
ka dalam contoh teladan, indoktrinasi, hadiah, hu- kehidupan beragama secara pribadi, melainkan juga
kuman, dan penalaran yang diterapkan secara pro- bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat
porsional, sinergis, dan konsisten; (5) evaluasi meng- (Guthrie, 1995, p. 153).
gunakan aspek kognitif dengan acuan norma, serta Dengan demikian implikasinya dalam pen-
evaluasi terhadap perkembangan kebaikan peserta di- didikan Kristen yaitu: (1) pendidik memerlukan wa-
dik dengan menggunakan acuan patokan (Toenlioe, dah bagi pengembangan profesionalnya dalam ben-
2017, p. 17). tuk asosiasi pendidik Kristen; (2) peserta didik me-
merlukan wadah bagi pengembangan potensi dalam

Karnawati & Priyantoro Widodo, Landasan Filsafat Antropologi-Teologis Dalam Pengembangan.... 87


bentuk organisasi peserta didik; (3) tujuan dan isi sarkan nilai-nilai Firman Tuhan, yaitu: (1) seorang
pendidikan yang memadai untuk mendorong berkem- pendidik diharuskan adalah orang yang berbakat dan
bangnya kesadaran dan keterampilan sosial peserta minat menjadi pendidik kristen, ia mau ikut serta da-
didik dengan mata pelajaran/mata kuliah ilmu sosial lam organisasi profesi Kristen yang berfungsi me-
(sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dsb.); (4) ngembangkan sikap profesionalisme sebagai pendi-
strategi pembelajaran dengan menggunakan metode dik Kristen, ia juga harus dapat menunjukan iman
diskusi dan kelompok (Toenlioe, 2017, p. 16); (5) kekristenan melalui teladan hidupnya; (2) peserta
evaluasi menggunakan aspek afektik dan psikomo- didik diarahkan menjadi pribadi yang mampu meng-
torik. hadapi dan menyelesaikan setiap persoalan yang di-
hadapi di lingkungan sosialnya; mampu mengem-
KESIMPULAN bangkan potensi dirinya dengan mengikuti sejumlah
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dita- mata pelajaran pilihan yang disajikan dalam jenjang
rik kesimpulan, bahwa landasan filsafat pengem- pendidikan yang diikutinya pada satuan pendidikan,
bangan kurikulum pendidikan Kristen tidak lepas mereka juga harus diajar untuk hidup dalam sebuah
dari pandangan filsafat antropologi yang meman- wadah organisasi siswa yang dapat menumbuhkan
dang manusia sebagai makhluk religi, makhluk in- jiwa solidaritas dan tanggungjawab antar sesama,
dividu, makhluk susila, dan makhluk sosial. Namun peserta didik juga diajar untuk menunjukkan dan
dengan demikian pandangan Firman Tuhan menge- meningkatkan iman percaya kepada Yesus sebagai
nai manusia merupakan hal yang mendasar bagi pe- Tuhan dan Juruselamat pribadi melalui tingkah laku
laksanaan praktik pengembangan kurikulum pendi- yang sesuai iman kekristenan; (3) tujuan dan isi ma-
dikan Kristen. teri berisi beraneka pilihan mata pelajaran yang
Adapun landasan filsafat antropologi pe- mendorong bertumbuh dan berkembanganya kete-
ngembangan kurikulum pendidikan Kristen antara rampilan pribadi dan sosial; di dalam setiap mata
lain: (1) manusia sebagai makhluk religi yang meru- pelajaran harus ada nilai-nilai iman Kristen yang di-
pakan ciptaan Allah dan memiliki ketaatan kepada ajarkan; (4) strategi pendidikan menggunakan ber-
Allah. (2) manusia sebagai makhluk individu yang anekaragam metode pembelajaran dan media pem-
unik dan bernilai dalam pandangan Allah; (3) manu- belajaran; (5) evaluasi menggunakan aspek afektik,
sia sebagai makhluk susila yang melakukan hal be- kognitif, dan psikomotorik. Dengan demikian pe-
nar dan berbuat baik (4) manusia sebagai makhluk ngembangan kurikulum pendidikan Kristen yang di-
sosial yang memiliki rasa solodaritas dan tanggung- selenggarakan melalui setiap kegiatan baik di ling-
jawab bermasyarakat. kungan sekolah maupun luar sekolah dapat memba-
Sedangkan implementasi dalam penggem- wa para peserta didik untuk semakin dewasa dalam
bangan kurikulum pendidikan Kristen dapat meng- pengenalan akan Kristus.
gunakan penggabungan filsafat antropologi berda-

DAFTAR RUJUKAN
Alkitab (TB). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, Bobbitt, Franklin. 2015. The Curriculum (Classic
2008. Reprint). London: Fb&c Limited.
Bahri, Syamsul. 2011, “Pengembangan Kurikulum Caswell, H.L & Campbell, D.S. 1935. Curriculum
Dasar dan Tujuannya”. Jurnal Ilmiah Islam Development. California: American Book
Futura, XI (I): 15-34. Company.
Barnadib, I. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Adi-
cita Kaiya Nusa.

88 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


Doll, R.C. 1986. Curriculum Improvement: Decision and Instruction. New York: McGraw-Hill
Making and Process. Boston: Allyn & Ba- Book Company.
con Inc. Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. Ban-
Engkoswara. 2015. Administrasi Pendidikan. Ban- dung: Citra Aditya Bakti.
dung: Alfabeta. Poedjawijatna. 2002. Pembimbing ke Arah Alam Fil-
Fadlillah, M. 2017, “Aliran Progresivisme dalam safat. Jakarta: Rineka Cipta.
Pendidikan di Indonesia”. Jurnal Dimensi Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Baha-
Pendidikan dan Pembelajaran, V (I):17-24. sa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Guthrie, D. 1995. Teologi Perjanjian Baru I. Ja- Salu, V.R & Triyanto. 2017, “Filsafat Pendidikan
karta: BPK Gunung Mulia. Progresivisme dan Implikasinya dalam Pen-
Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. didikan Seni di Indonesia”. Imajinasi: Jur-
Jakarta: Bumi Aksara. nal Seni, XI (I): 29-42.
Krug, E.A. 1957. Curriculum Development. New Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development: theory
York: Harper. and Practice/Hilda Taba. New York: Har-
Lebar, L.E. 2006. Education that is Christian. Ma- court Brate Jovanovich.
lang: Gandum Mas. Toenlioe, A.J.E. 2017. Pengembangan Kurikulum.
Maksum, A. & Yunan R., L. 2004. Paradigma Pen- Bandung: Refika Aditama.
didikan Universal di era Modern dan post UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pen-
Modern. Yogyakarta: Idea Press. didikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Michaelis J.U., Grossman R.H., dan Scott L.F. 1975.
New Designs for Elementary Curriculum

Karnawati & Priyantoro Widodo, Landasan Filsafat Antropologi-Teologis Dalam Pengembangan.... 89

Anda mungkin juga menyukai