Anda di halaman 1dari 40

PEMBAHASAN

2.1 Senyawa Amina


1. Pengertian Senyawa Amina
Senyawa amina tersusun oleh atom C, H dan N. Amina merupakan turunan organik dari
ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil
atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter
terhadap air. Senyawa organik ini mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan dengan
satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang
mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen
terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu
karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan
amina.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Meski
demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan
jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil, sedangkan
amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom
nitrogen.
2. Klasifikasi Senyawa Amina
Berdasarkan banyaknya subtituen alkil atau aril yang terikat pada nitrogen amina dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Amina Primer (RNH2)
Amina Primer adalah amina yang memiliki satu gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
Amina primer ada jika salah satu dari tiga atom Hidrogen dalam Amonia digantikan oleh
gugus alkil atau aril. Contohnya: metilamina dan etanolamin
Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan
pertama, terbentuk sebuah garam dalam hal ini, etilamonuim bromida. Garam ini sangat
mirip dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen dalam ion
amonium telah diganti oleh sebuah gugus etil.
Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara
garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran.
Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga
menjadikannya amina primer, yakni etilamina. Semakin banyak amonia yang terdapat dalam
campuran, semakin besar kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.
2. Amina Sekunder (R2NH)
Amina Sekunder adalah amina yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom
nitrogen. Amina sekunder ada jika ada dua dari tiga atom Hidrogen dalam Amonia digantikan
oleh gugus alkil atau aril. Contohnya: dimetilamin dan metiletanolamina.
Untuk pembuatan amina sekunder. Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer
terbentuk. Etilamina juga bereaksi dengan bromoetana (dalam dua tahapan yang sama seperti
reaksi sebelumnya. Pada tahap pertama, terbentuk sebuah garam kali ini, dietilamonium
bromida). Anggap garam yang terbentuk ini adalah amonium bromida dengan dua atom
hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil. Dan lagi-lagi terdapat kemungkinan
terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam
campuran tersebut.
Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga
menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin.
3. Amina Tersier (R3N)
Amina Tersier adalah amina yang memiliki tiga gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
Amina tersier ada jika tiga atom hidrogen dalam Amonia digantikan oleh gugus alkil atau
aril. Contohnya: trimetilamina.
Untuk pembuatan amina tersier. Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum
berhenti. Dietilamina juga bereaksi dengan bromoetana dalam dua tahapan yang sama
seperti pada reaksi sebelumnya. Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.
Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan
amonia berlebih dalam campuran tersebut. Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion
trietilamonium sehingga menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin.
Nitrogen amina dapat memiliki 4 gugus atau atom yang terikat padanya, dalam hal ini
Nitrogen merupakan suatu ion positif. Ion ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Garam amina (jika satu atau lebih yg terikat adalah H)
2. Garam amonium kuaterner (jika keempat gugus itu alkil atau aril = tidak ada H pada N).
Amina primer, sekunder dan tersier dapat dibedakan dengan melakukan tes Hinsberg.
Dalam tes ini, amina dikocok dengan baik dengan reagen Hinsberg dengan adanya alkali
berair (baik KOH atau NaOH). Sebuah reagen yang berisi larutan natrium hidroksida berair
dan Benzenesulfonyl klorida ditambahkan ke substrat. Sebuah amina primer akan
membentuk garam sulfonamida larut yang mengendap setelah penambahan asam klorida
encer.Sebuah amina sekunder dalam reaksi yang sama akan langsung membentuk
sulfonamide larut. Sebuah amina tersier tidak akan bereaksi dengan sulfonamide tetapi tidak
larut. Setelah menambahkan asam encer amina larut ini diubah menjadi garam amonium
larut. Dengan cara ini reaksi dapat membedakan antara tiga jenis amina.

3. Tata Nama Amina


Amina sederhana dinamai dengan menyebutkan gugus alkil yang melekat pada nitrogen
dan menambahkan akhiran -amina.
Dalam sistem IUPAC, gugus amino, -NH2, dianggap sebagai substituen, seperti contoh
berikut:
Diamina diberi nama alkana induknya (dengan angka awalan yang sesuai), yg diikuti
dengan akhiran diamina.
H2NCH2CH2CH2NH2
1,3-propanadiamina
Jika lebih dari satu tipe gugus alkil terikat pada nitrogen, gugus alkil terbesar dianggap
sebagai induk. Gugus alkil tambahan dinyatakan dengan awalan N-alkil-.
Jika terdapat kefungsionalan yang memiliki prioritas tata nama yang lebih tinggi, Maka
digunakan awalan amino.
Tata Nama Sistematik
Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti nama
sistematik alkohol, monohidroksi akhiran a dalam nama alkana induknya diganti oleh kata
amina. Contoh : H3C-CH-CH3 2-propanamina H3C-CH2-CH-CH2-CH3 3-pentanamina.
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada atom N tidak
sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai amina primer yang tersubtitusi
pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa gugus sustituen yang lebih besar
dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya
ditunjukkan dengan cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
Tata Nama Trivial
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan gugus-gugus alkil/aril
yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan penulisannya harus memperhatikan
urutan abjad huruf terdepan dalam nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina
di belakang nama gugus-gugus tersebut. Contoh : CH3 CH3NH2CHCNH2 CH3
Metilamina tersier-butilamina.
2.2 Senyawa Nitril
1. Pengertian Senyawa Nitril
Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (C=N), dengan atom
karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak
senyawa. Beberapa senyawa diantaranya berupa gas dan lainnya berupa zat padat atau cair.
Gugus siano terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer dan juga ada yang bersifat
kovalen, molekuler, dan ionic. Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dari sianida organik
(nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil. Reaksi ini berlangsung dalam keadaan
asam maupun basa. Bila dalam suasana asam atom nitrogen dari sianida dikonversi menjadi
ion ammonium (Gambar 1), sedangkan dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi
amonia dan produk organik, yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah
terpisah menjadi asam (Gambar 2).
R-C=N + 2H2O + HCl R-COOH + NH4+ + Cl-
Gambar 1 Sintesis sianida dalam suasana asam.
R-C=N + 2H2O + NaOH R-COONa + NH3
Gambar 2 Sintesis sianida dalam suasana basa.
Dalam pengurangan organik nitril berkurang dengan bereaksi dengan hidrogen dengan
nikel katalis, sebuah amina terbentuk dalam reaksi ini (lihat pengurangan nitrile).
Pengurangan ke imin diikuti hidrolisis untuk aldehida berlangsung dalam sintesis aldehida
Stephen.
Nitril alkil yang cukup asam untuk membentuk carbanion, yang Alkylate
berbagaielektrofil. Kunci untuk nucleophilicity biasa adalah permintaan sterik kecil unit CN
dikombinasikan dengan stabilisasi induktif. Fitur-fitur ini membuat nitril ideal untuk
membuat ikatan karbon-karbon baru di sterik menuntut lingkungan untuk digunakan dalam
sintesis kimia obat. Perkembangan terakhir telah menunjukkan bahwa sifat dari logam
kontra-ion menyebabkan koordinasi berbeda baik nitrogen nitril atau karbon nukleofilik yang
berdekatan, sering dengan perbedaan yang mendalam dalam reaktivitas dan stereokimia.
2. Tata Nama Senyawa Nitril
Dalam sistem tata nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk alkananya,
atom C yang terikat pada atom N juga termasuk kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi
nama akhiran nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial asam karboksilatnya,
dengan menggantikan imbuhan asam-at menjadi akhiran nitril, atau onitril, jika induknya
tidak mempunyai huruf o.
3. Ikatan dalam Nitril
Gugus siano mengandung ikatan rangkap tiga yaitu satu ikatan sigma dan dua ikatan pi.
Meskipun nitrogen mempunyai sepasang elektron menyendiri, suatu nitril hanyalah basa
sangat lemah. Hal ini disebabkan oleh beradanya elektron menyendiri dalam suatu orbital sp.
Lebih banyaknya karakter s dalam suatu orbital sp berarti bahwa elektron-elektron sp lebih
erat diikat sehingga kurang tersedia untuk mengikat proton.
SPEKTROSKOPI MASSA
Spektroskopi UV-VIS untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif
(maks) dan analisis kualitatif berdasarkan persamaan (Hukum) Lambert Beer. Spektroskopi
IR untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi H1-NMR untuk menentukan
berapa tipe (jenis) proton dan berapa perbandingan jumlah proton tersebut. Gabungan
spektroskopi IR dan H1-NMRsudah cukup memuaskan untuk melacak (elusidasi) struktur
senyawa organik.
Spektroskopi massa (SM) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul
yang belum diketahui Bmnya. Spektroskopi massa akan memberikan informasi harga BM
(g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik.
Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan interpretasi data spektra IR dan H1-NMR
akan dapat mengelusidasi struktur molekul organik anknown.
1. Dasar-dasar Spektroskopi Massa
Dalam spektroskopi massa, maka molekul organik ditembaki dengan berkas elektron.
Molekul akan melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion positif radikal yang disebut
sebagai ion induk atau ion molekuler dengan notasi (M.+). Selanjutnya ion molekuler akan
pecah menjadi ion-ion anak yang lebih kecil dan seterusnya. Penulisan ion anak yang umum
adalah menggunakan huruf kecil (m) untuk membedakannya dengan ion molekuler. Secara
umum persamaannya ditulis seperti berikut :
M: + e M. + m1+ + m2 . atau m1+ + m2 ...............................(1)
Adapun dua kemungkinan jenis pemecahan ion molekuler yaitu menjadi ion positif
dan suatu radikal atau ion positif dengan suatu molekul netral. Selanjutnya ion-ion anak dapat
mengalami pemecahan lagi menjadi fragmen yang lebih kecil. Walaupun secara teoritis suatu
molekul organik dapat pecah hingga menjadi fragmen yang paling kecil (atom) namun pada
prakteknya hal itu tidak pernah menjadi dan dengan spektroskopi massa hanya diinterpretasi
fragmen-fragmen yang umum terjadi pada suatu molekul organik yang mempunyai pola yang
spesifik. Sesuai dengan gugus fungsionalnya. Elektron ditembakkan pada alat spektroskopi
massa dengan skema seperti gambar 1.
Gambar 1. Proses Penembakan Molekul dengan Elektron
Dalam spektroskopi massa yang terdeteksi adalah fragmen yang bermuatan positif
(kation). Spesi ion positif dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat
berubah sesuai dengan massa dan muatannya yang selanjutnya menimbulkan arus ion pada
kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif (LR) atau relative abundance (RA) lawan
perbandingan massa/muatan (m/e atau m/z) seperti spektra MS n-heksana berikut ini.
Gambar 2. Spektra MS n-heksana
Ion limpahan yang paling tinggi disebut puncak dasar (based peak) yang dalam hal ini
m/e = 57 diberi angka 100. Setiap molekul mempunyai puncak dasar yang spesifik yang
merupakan fragmen yang paling stabil untuk molekul tersebut. Intensitas (limpahan relatif)
fragmen yang lain relatif terhadap puncak dasar yang berarti stabilitasnya juga adalah relatif.
Untuk alkana baik yang normal (tidak bercabang) maupun yang bercabang maka puncak
spesifik yang timbul adalah dari m/e alkil (CnH2n+1). Maka puncak alkana yang paling
sederhana dalah dari metil dengan m/e = 15. Dengan demikian cirir khas dari spektra MS
alkana adalah memunculkan puncak-puncak m/e 15, 29, 43, 57dan seterusnya yaitu
merupakan puncak dari CH3+, C2H5+, C3H7+, C4H9+ dan seterusnya. Pola (model) pemecahan
dari n-heksana adalah seperti berikut ini.
Gambar 3. Pola Pemecahan Spektra MS n-heksana
Bila molekul molekul organik ditembaki dengan berkas elektron maka elektron yang
terlepas dari molekul tersebut adalah elektron yang energinya paling tinggi (yang paling tidak
stabil) pada molekul tersebut. Stabilitas elektron tergantung kekuatan ikatan dimana En > E
> E. Dengan demikian urutan elektron yang dilepaskan juga adalah seperti urutan ini.
Berikut ini adalah beberap contoh ion molekular senyawa organik setelah ditembaki berkas
elektron.
2. Proses Fragmentasi
Dalam mempelajari spektroskopi massa (MS) atau pola fragmentasinya maka perlu
diketahui beberap istilah atau definisi yang akan membantu kita dalam menginterpretasi data
spektra MS sebagai berikut :
1. Daya pisah
Dalam spektroskopi massa ada komponen analiser yang berfungsi memisahkan ion
molekuler (M) dengan (M + M) yang disebut daya pisah (resolusi = R). Daya pisah atau
resolusi (R) disefinisikan sebagai berikut
R = M / M ...............................................................................(2)
Besarnya M adalah perbedaan (jarak) antara dua puncak ion yang dipisahkan. Daya
pisah adalah daya sensivitas dari alat spektroskopi massa dalam memisahkan puncak-puncak
ion positif. Alat yang baik adalah bila daya pisahnya (R) = 10.000 15.000.

2. Limpahan Isotop
Beberapa atom dalam senyawa organik mempunyai isotop yang radio aktif seperti
2 3 13 18
1H , 1H , 6C , 8O dan juga atom halogen seperti Cl dan Br. Dengan demikian pada spektra
MS akan memunculkan puncak M + 1 dan M + 2 yang limpahan relatifnya terhadap M
dihitung dengan persamaan berikut.
M + 1/M = (1,1 x Jumlah C) + (0,37 x Jumlah N) dan
M + 2/M = [(1,1 x Jumlah C)2 / 200] (0,2 x Jumlah O) .......... (2)
Contoh : analin dan asetofenon.

Analin : M + 1/M = (1,1 x 6) + (0,37 x 1) = 7,0 (7%)


M + 2/M = (1,1 x 6)2 / 200 + 0 = 0,21 (0,21%)
Asetofenon :M + 1/M = (1,1 x 8) + 0 = 8,8 (8,8%)
M + 2/M = (1,1 x 8)2 / 200 (0,2 x 1) = 0,58 (0,58 %).
Untuk analin maka ketinggian puncak (M + 1) adalah 7% dibanding M dan ketinggian
puncak (M + 2) adalah 0,21% dibanding M. Sedangkan untuk asetofenon maka ketinggian
puncak (M + 1) adalah 8,8% dibanding M dan ketinggian puncak (M + 2) adalah 0,58%
dibanding M. Ketinggian relatif ini sebanding dengan kelimpahannya di alam. Misalnya Cl 35
: Cl37 = 3 : 1 dan Br79 : Br81 = 1 : 1 , sehingga hal ini merupakan ciri khas dari spektra MS
organoklor dan organobrom.

3. Ion Metastabil
Dalam spektra massa kadang ditemukan puncak-puncak pecahan seperti : m/e = 60,2 ;
43,4 dan lain-lain. Hal ini disebabkan bila suatu fragmen yang lebih besar pecah menjadi ion
yang lebih kecil beberapa molekul tidak pecah secara sempurna. Harga (m/e) dari ion
metastabil dilambangkan sebagai (m*) yang dihitung dengan persamaan.
m* = (m2)2 / m1 .........................................................................(3)
Dengan m1 adalah ion induk terhadap m2 dimana harga ini berkisar antara 0,1-0,4.
Sebagai contoh spektra toluena terdapat puncak yang kuat pada m/e = 91 dan m/e = 65
bersama-sama dengan puncak metastabil dengan m/e = 46,4. Harga ini berasal dari m* =
652/91 = 46,4 yang berarti puncak m/e = 91 akan pecah menjadi m/e = 65 dengan melepaskan
fragmen lain dengan harga m/e = 26.

4. Jumlah ketidak jenuhan


Ketidak jenuhan didefinisikan sebagai perbedaan jumlah hidrogen (H) dibagi dua dai
suatu molekuldibandingkan dengan alkana normalnya. Sebagai contoh benzena dengan
rumus molekul (RM) = C6H6 dengan normalnya C6H14, maka jumlah ketidakjenuhan (JKJ) =
14-6/3 = 4. Dengan demikian maka ikatan rangkap C = C, C = O dan C = N adalah suatu
ketidakjenuhan, ikatan trippel C = C dan C = N adalah dua ketidakjenuhan dan cincin adalah
satu ketidakjenuhan. Dengan demikian benzena mempunyai 4 ketidakjenuhan adalah 3 ikatan
rangkap ditambah satu cincin. Jumlah ketidakjenuhan suatu molekul organik dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
JKJ = Karbon + 1-(Hidrogen/2) + (Halogen/2) + Nitrogen/2 ...(4)
Besarnya JKJ ini akan membantu kita dalam elusidasi struktur dengan spektroskopi
karena kita dapat memperkirakan kemungkinan strukturya seperti untuk molekul C7H7NO.
JKJ = 7 + 1-(7/2) + 0 + (1/2) = 5
Maka struktur yang paling mungkin patut diduga adalah cincin benzena (4
ketidakjenuhan) + karbonil (C=O) satu ketidakjenuhan sebagai berikut.

Kemungkinan kombinasi lain juga bisa terjadi, sehingga kesimpulan struktturnya akan
diperoleh dengan memadukannya dengan spektra IR dan H1-NMR.

5. Hukum Nitrogen
Menyatakan bahwa suatu molekul yang Bmnya genap maka molekul tersebut tidak
mengandung nitrogen atau bila mengandung nitrogen maka jumlah N adalah genap.
Sedangkan bila Bmnya adalah ganjil maka molekul tersebut mengandung Nitrogen ganjil.

6. Aturan Elektro Genap


Fragmen dengan elektron genap tidak akan pecah menjadi fragmen yang ganjil-ganjil
(ion radikal-radikal)tetapi lebih cenderung pecah menjadi fragmen genap-genap (ion-molekul
netral).
M m1 .+ + m2 . lebih cenderung M m1 + + m2

Keenam istilah atau definisi diatas akan sangat membantu kita dalam mengelusidasi
struktur berdasarkan interpretasi spektra MS. Kesimpulan akhir tentu saja harus
dikonfirmasikan pada hasil analisis spektra IR dan H1-NMR. Spektra MS tidak dapat secara
langsung digunakan untuk elusidasi struktur kecuali bila dibandingkan dengan spektra MS
standar (otentik).

3. Proses Fragmentasi
Spektra massa (MS) akan melengkapi spektra IR dan H1-NMR dalam pelacakan atau
elusidasi suatu struktur molekul organik. Rekonstruksi dan perpaduan antara data gugus
fungsional utama (spektra IR), tipe atau jenis jumlah tiap jenis proton (spektra H1-NMR) dan
BM dan pola fragmentasi (spektra MS) akan dapat menentukan struktur suatu molekul
organik anknown (tidak diketahui). Penggambaran (penulisan) proses fragmentasi ada
beberapa versi sebagai berikut.
Misalkan suatu ion molekuler atau ion pecahan lain melepaskan fragmen radikal metil
(CH3), maka akan dihasilkan suatu fragmen yang m/enya lebih kecil dari ion induk yang
digambarkan sebagai berikut :
M (M-15) / (M - .CH3) + .CH3
Maka dalam penulisan khususnya untuk ion yang melepaskan molekul netral lazim
ditemukan fragmen :
M-18 untuk M-H2O
M-28 untuk M-CO
M-44 untuk M-CO2
M-34 untuk M-H2S dan lain-lain
Bila dalan suatu molekul terdapat secara bersama-sama elektron n dan elektron yang
mempunyai energi hampir sama, maka ion (m/e) molekuler kemungkinan adalah kombinasi
dari ion positif dari setiap elektron tersebutseperti contoh berikut ini.
Proses fragmentasi dapat terjadi baik secara heterolitik yaitu perpindahan dua elektron
maupun homolitik perpindahan satu elektron seperti contoh berikut ini.
Homolitik :
Dalam memperkirakan pola proses fragmentasi maka perlu diperhatikan beberapa hal
berikut :
1. Pemutusan Elektron () Jenuh
Untuk hidrogen jenuh alkana dan siklo alkana, maka ion molekuler terbentuk dengan
melepaskan elektron yang paling lemah yaitu (C-C) yang percabangannya lebih banyak
dibanding iktan (C-H). Untuk mengeluarkan atau memutuskan ikatan maka diperlukan
elektron dengan energi yang tinggi.
Contoh :
R2-CH-CH2-R + e R2 HC .+ + RH2C.

2. Pemutusan Elektron dekat Gugus Fungsional


Pemutusan ikatan adalah lazim karena ikatan berdekatan dengan heteroatom yang
elektronegatif sehingga ikatannya akan menjadi polar.
Contoh :
3. Eliminasi dengan Pemutusan elektron rangkap
Pemutusan ikatan rangkap dapat terjadi dengan melepaskan fragmen molekul netral
seperti CO, H2O, C2H4 (alkena) dan C2H2 (alkuna). Eliminasi alkena dikenal sebagai
kebalikan reaksi Diels-Alder (Retro Diels-Alder = RDA) menghasilkan kembali alkenanya.
a. Mekanisme elektron tunggal
b. Mekanisme elektron genap
4. Mc. Laffety Rearregement
Proses Mc. Laffety Rearregement atau penyusunan kembali terjadi pada senyawa
karbonil seperti aldehid, keton, ester, asam karboksilat, amida dan anhidrida yang
mempunyai hidrogen gamma.
Sejumlah aturan (hukum) umum untuk meramalkan puncak-puncak utama dalam
spektrum yang didasarkan pada konsep-konsep kimia organik fisik dapat dituliskan sebagai
berikut :
a. Ketinggian relatif dari ion molekuler adalah terbesar untuk rantai lurus dan menurun sesuai
dengan derajat kenaikan cabang.
b. Ketinggian realtif dari ion molekuler biasanya turun dengan kenaikan berat molekul dalam
serangkaian homolog, kecuali ester-ester lemak.
c. Pemecahan (cleveage) lebih cenderung pada percabangan atom karbon yang paling tinggi.
Hal ini adalah karena stabilitas ion karbonium: tersier > . > sekunder > primer.
d. Ikatan rangkap, struktur siklis terutama cincin aromatis dan heteroaromatis akan
menstabilkan ion molekuler, sehingga akan menaikkan keboleh jadiannya ( probabilitas lebih
tinggi) untuk muncul.
e. Ikatan rangkap lebih cenderung mengalami pemutusan pada posisi alilik karena stabilitas
resonansi.
f. Cincin jenuh lebih cenderung putus pada posisi dari ion molekuler dan muatan positif akan
lebih stabil pada cincin (hukum c).
g. Senyawa aromatik yang tersubstitusi alkil sama seperti hukum f, juga cenderung mengalami
pemutusan pada posisi dari cincin benzena memberikan ion benzil yang distabilkan oleh
resonansi dan selanjutnya membentuk ion tropolium (ion cincin anggota 7)
h. Pemutusan ikatan (C-C) dekat heteroatom cenderung meninggalkan uatan pada fragmen
yang mengandung hetero atom khususnya pada elektron (n) yang distabilkan oleh resonansi.
i. Pemecahan juga sering melepaskan fragmen berupa molekul netral (eliminasi) seperti : CO,
olefin (alkena), air, amonia, H2S, merkaptan (R-SH), ketena dan alkohol. Sebagai contoh
adalah Mc. Lafferty rearegement (penataan ulang Mc. Lafferty) seperti pada senyawa
karbonil yang mempunyai hidrogen gamma dan pemecahan dengan pola Retro Diels-Alder
(RDA) yang menghasilkan fragmen molekul netral berupa alkena (olefin).
4. Proses Fragmentasi dikaitkan dengan Gugus Fungsional
Senyawa organik diklasifikasikan (digolongkan) berdasarkan gugus fungsional. Setiap
gugus fungsional mempunyai pola pemecahan spektra MS yang spesifik secara umum.
Berikut dikemukakan tentang pola pemecahan berdasarkan gugus fungsional.

1. Alkana
Pada alkana baik yang normal (rantai lurus) maupun yang bercabang mempunyai pola
pemecahan yang spesifik dengan munculnya harga (m/e) alkil CnH2n+1. Dengan demikian ciri
khas dari alkana akan memunculkan puncak-puncak alkil dengan m/e = 15, 29, 43, 57 dan
seterusnya. Pemecahan akan cenderung pada percabangan dimana kecenderungan ini
ditunjukkan kemunculannya sebagai puncak dasar. Kecenderungan ini disebabkan karena
stabilitas ion karbonium mempunyai urutan: tersier > sekunder > primer (Hukum c). Sebagai
ccontoh adalah spektra MS 2-metil pentana berikut :
Gambar 4. Spektra MS 2-metil pentana
Puncak dasar adalah m/e = 43 yaitu dengan melepaskan fragmen yang sama yaitu M-
43 dengan mekanisme sebagai berikut :

2. Alkena
Ion molekuler alkena akan muncul dengan melepaskan satu elektron . Pemecahan
akan cenderung terjadi pada posisi alilik dari ion molekuler yang distabilkan oleh resonansi
(Hukum e). sebagai contoh adalah spektra MS dari trans 2-heksena. Puncak dasar adalah m/e
(m/z) = 55 dengan mekanisme pemecahan seperti pada gambar 5 yang distabilkan oleh
resonansi.
Gambar 5. Spektra MS dari trans 2-heksena.

3. Alkuna
Sama seperti alkena maka ion molekuler dari alkuna adalah dengan melepaskan
elektron . Fragmentasi yang umum adalah dengan melepaskan fragmen alkil CnH2n+1,
sehingga akan memunculkan puncak-puncak (M-15, M-29, M-43 dan seterusnya).
Pemecahan lain yang umum terjadi pada alkuna adalah dengan cara eliminasi alkena yang
akan memunculkan puncak-puncak (M-28/etena), (M-42/propena) dan seterusnya. Untuk 1-
butuna dan 2-butuna maka ion molekuler (M) adalah merupakan puncak dasar, sedangkan ion
molekuler alkuna yang lebih tinggi lebih lama.

4. Senyawa Aromatik
Senyawa aromatik khususnya benzana tersubstitusi alkil akan cenderung mengalami
pemutusan pada (C-C) membentuk ion benzil yang selanjutnya akan memunculkan puncak
dasar m/e = 91 dari ion tripolium (hukum g). Selanjutnya ion tripolium akan pecah dan
mengeliminasi etuna membentuk ion karbonium cincin anggota 5 dengan m/e 65 dan kedua
puncak ini adalah merupakan ciri khas dari benzena tersubstitusi alkil.
Untuk substituen alkil yang mempunyai Hgamma, maka analog dengan senyawa-
senyawa karbonil senyawa benzena tersubstitusi alkil akan mengalami Mc. Lafferty
rearregement dimana gugus karbonil C=O analog dengan C=C dan akan memunculkan
puncak m/e = 92 dengan mekanisme sebagai berikut.
Ion karbonium benzenil (muatan positif pada benzena) berbagai derivat benzena
seperti klorobenzena, fenol, nitrobenzena, dan lain-lain, akan terbentuk dengan melepas
radikal subtituen dengan mekanisme umum sebagai berikut.

Ciri khas dari pemecahan ini adalah munculnya ion meta stabil (m*) dengan m/e =
33,8 (512/77).

5. Organo Halogen
Untuk organo halogen (halida) khususnya Cl akan memunculkan puncak M: (M = 2)
= 3 : 1, sedangkan untuk Br = 1 : 1. Hal ini disebabkan kelimpahan isotop Cl 35 : Cl37 dan Br79
: Br81 adalah seperti perbandingan di atas. Pola pemecahan dari organo halogen adalah
dengan melepaskan fragmen radikal halida dan radikal alkil dengan mekanisme umum
sebagai berikut.
Untuk gugus samping R yang bercabang maka kecenderungan pemutusan adalah pada
percabangan yang paling banyak (hukum 3). Berikut ini adalah contoh spektra n-
propilbromida dan 2-kloro propana atau isopropil klorida.
a. Spektra MS n-propilbromida
b. Spektra MS 2-kloro propana
Gambar 6. Spektra MS n-propil bromida dan 2-kloro propana
Perhatikan bahwa ciri khas dari dua spektra organo bromida dan organo klorida
adalah pada puncak (M : M + 2) seperti perbandingan diatas.
6. Alkohol
Ion molekuler dari alkohol 1 dan 2 mempunyai intensitas yang rendah sedangkan
untuk alkohol 3 tidak terdeteksi. Pola pemecahan yang umum adalah pemutusan ikatan (C-
C) dekat dengan heteroatom (hukum h).
Untuk alkohol 2 dan 3, maka akan diperoleh puncak-puncak dengan m/e sebagai
berikut.
Alkohol 1 R-CH = O+-H (m/e = 45, 59, 73 dan sterusnya).
Alkohol 2 (R)2-C = O+-H (m/e = 59, 73, 87 dan sterusnya).
Untuk alkohol 1 dan 2, maka pemutusan akan cenderung terhadap R yang paling
besar. Berikut ini adalah contoh spektra 3-metil-1-butanol.
Gambar 7. Spektra 3-metil-1-butanol
Ion molekuler (M) denga m/e = 88 tidak muncul dalam spektra ini. Puncak m/e = 78
muncul dengan melepaskan air dari ion molekuler (M-18). Selanjutnya puncak m/e = 70,
pecah dengan melepaskan radikal metil akan memunculkan puncak m/e = 55 sebagai puncak
dasar (based peak). Untuk alkohol aromatik (bukan fenol), maka ikatan (C-C) posisi benzilik
akan cenderung putus dengan muatan pada aril seperti contoh berikut.
7. Senyawa Eter
Pola pemecahan eter adalah pada ikatan C-C dekat atom oksigen dan menghasilkan
ion oksosonium.
Bila pada posisi terdapat atom hidrogen maka akan dapat pecah dengan eliminasi
alkena dengan mekanisme sebagai berikut :
Pemecahan dengan pemutusan alkil juga dapat terjadi dengan dua kemungkinan
fragmen bermuatan positif sebagai berikut.
Pemutusan dengan R yang bermuatan positif lebih cenderung dan sebanding dengan
derajat kenaikan cabang (hukum c). Muatan positif pada atom yang elektronegatif seperti O
adalah tidak stabil.

8. Senyawa karbonil
Senyawa karbonil yaitu mengandung gugus karbonil (C = O) adalah aldehid, keton,
asam karboksilat, amida, anhidrida, dan ester bila mempunyai hidrogen gamma akan
mengalami Mc. Lafferty rearegement (lihat proses fragmentasi 4). Senyawa karbonil yang
umum mengalami hal ini adalah aldehid, keton dan ester. Secara umum pola fragmentasi dari
senyawa karbonil adalah sebagai berikut.
Untuk golongan ester pemutusan a dan b memunculkan kemungkinan empat puncak
dengan mekanisme sebagai berikut.
Fragmen (3) lebih cenderung terbentuk karena stabilisasi resonansi dengan harga m/e
= 43, 57, 71 dan seterusnya.

9. Amina dan amida


Harga m/e dari ion molekuler dapat dirujuk pada Hukum Nitrogen apakah ganjil atau
genap. Pola pemecahan amina adalah pemutusan ikatan (C C) dekat heteroatom (N) dan
biasanya merupakan puncak dasar karena stabilisasi resonansi dengan mekanisme umum
sebagai berikut.
Maka untuk amina akan memunculkan puncak-puncak dengan m/e = 44, 58, 72 dst
(untuk 2) ; m/e = 58, 72, 86, dts (untuk 3). Sedangkan untuk amina primer memunculkan
ciri khas m/e = 30 dari fragmen (CH2= N+ - H2).
Untuk amina maka kecenderungannya akan melepaskan rantai samping alkil dari (C
C) posisi dari karbonil dengan mekanisme sebagai berikut.
Untuk amida maka puncak diatas adalah merupakan puncak dasar karena stabilitas
resonansi. Untuk amida monosubstituen akan muncul puncak-puncak dengan m/e = 58, 72,
86 dan seterusnya, sedangkan untuk amida disubstituen maka akan muncul puncak-puncak
dengan m/e = 72, 86, 100 dan seterusnya.
Pola pemecahan di atas adalah yang ideal yang ada pada prakteknya dalam kita
menganalisis suatu spektra MS dapat terjadi penyimpangan dari aturan yang telah
dikemukakan di atas. Dalam kita menganalisis suatu spektra MS maka beberapa definisi,
aturan (hukum) dan pola pemecahan berdasarkan gugus fungsi biasanya secara simultan kita
gunakan sebagai pedoman (Guideline). Untuk elusidasi struktur senyawa organik unknow,
maka berbagai kombinasi spektroskopi UV-VIS , IR, H1-NMR dapat kita gunakan tergantung
kebutuhannya. Membandingkan dengan spektra standar (otektik) yang ada di bank spektra
adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh kimiawan organik.

5. Peralatan Spektroskopi MS
Skema bagian alatnya yaitu tempat proses penembakan elektron terhadap sampel
secara skematis dapat dilihat pada gambar 1. Skema lengkap peralatan spektroskopi MS
adalah seperti gambar 8.
Gambar 8. Skema Peralatan Spektroskopi Massa (MS)
Peralatan terdiri dari sebuah ruangan pemboman yang diisi cuplikan (sampel) dalam
bentuk uap (skema gambar 1). Ruangan dihampakan (vakum) agar tekanan uapnya rendah
sehingga sampel padat dan cairan mudah menguap. Selanjutnya ion molekuler (M) dan ion-
ion anak (pecahan) yang bermuatan positif yang terbentuk akan dipercepat oleh akselerator
(accelerator plate) oleh suatu muatan negatif yang terdapat diujung lainnya. Selanjutnya ion
yang melalui celah (slits) dilewatkan melalui medan magnet dan dibelokkan sesuai dengan
kecepatan yang tergantung pada perbandingan massa dan muatan menuju detektor.
Selanjutnya recorder mencatat hasil berupa gambar antara limpahan relatif (LR) / relative
abundance (RA) lawan m/e yang dikenal sebagai spektra MS.
Pada saat ini peralatan MS sudah dipadukan dengan alat kromatografi gas (interface),
sehingga setiap puncak yang terdapat pada kromatogram dapat dibuat data spektra Msnya.
Peralatan tersebut dikenal sebagai Gas Chromatography-Mass Spektrocopy (GC-MS) yang
skema peralatannya sebagai berikut.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam banyak sekali kita jumpai senyawa, baik itu senyawa organik maupun
senyawa anorganik, ataupun senyawa kompleks dan senyawa sederhana. Kali
ini kita akan membahas mengenai salah satu senyawa organic sederhana, atau
lebih spesifik lagi kita akan membahas tentang amina dan nitril. Amina
merupakan keluarga amonia yang terdapat di alam dan memainkan peranan
penting dalam banyak teknologi modern. Nitrogen dijumpai dalam protein,dan
asam nukleat,maupun dalam banyak senyawa lain yang terdapat baik dalam
tumbuhan, maupun hewan. Senyawaan dari unsur nitrogen yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah senyawa amina dan nitril.

Amina merupakan keluarga amonia yang terdapat di alam dan memainkan


peranan penting dalam banyak teknologi modern. Amina merupakan senyawa
organic yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent,yang terikat pada satu
atom karbon atau lebih : R-NH2, R2NH atau R3N. Amina tersebar luas dalam
tumbuhan dan hewan,dan banyak amina mempunyai kereaktivan fali.misalnya
dua dari stimulant alamiah tubuh dari sistem saraf simpatetik (melawan atau
melarikan diri)adalah merepinafrina dan epinafrina. Yang termasuk senyawa
amina ialah asam amino, amino biogenik, trimetilamina, dan anilina.
Senyawaan amina dapat digunakan sebagai bahan baku setengah jadi
(intermediate raw material) untuk peroduksi fatty nitril dan fatty amina,
untuk identifikasi asam yang berbentuk cair, untuk sintesis nilon, dan
memperbaiki sifat-sifat dari tinta yaitu membantu slip, mengurangi block dan
tack.
Nitril adalah setiap senyawa organik yang memiliki -CN kelompok fungsional.
Awalan (siano-) digunakan bergantian dengan istilah nitril dalam literatur
industri. Senyawa anorganik yang berisi -CN kelompok tidak disebut nitril, tapi
sianida sebagai gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan
darigaram sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun. Nitril terjadi secara
alami dalam beragam rangkaian sumber tanaman dan hewan. Lebih dari 120
nitril alami telah diisolasi dari sumber daratan dan lautan. Nitril secara umum
ditemukan dalam buah lubang, terutama almond, dan selama memasak
tanaman Brassica (seperti kol, kubis brussel, dan kembang kol). Senyawa nitril
yang mengandung polimer yang digunakan dalam lateks bebas laboratorium dan
sarung tangan medis. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai senyawa amina
dan nitril, maka dibuatlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi senyawaan amina primer, sekunder, dan
tersier.
2. Bagaiman membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi
identifikasi bagi keduanya

1.3 Tujuan
1. Mampu melakukan identifikasi terhadap senyawaan amina primer,
sekunder, dan tersier.
2. Mampu membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi
identifikasi bagi keduanya.

BAB II
ISI

2.1 Amina
Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom
hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu
amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap
air. Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan
tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol.
Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada
karbon yang mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan
jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen.

2.1.1 Klasifikasi dan Tata Nama Amina


Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau
tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom
nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol), atau dapat dikatakan
tergantung banyaknya alkil atau aril yang terikat pada nitrogen.
CH3-NH2 CH3CH2-NH-CH3 (CH3CH2)3-N
Suatu amina primer suatu amina sekunder suatu amina tersier

Nama sistematik untuk amina alifatik primer diberikan dengan cara seperti
nama sistematik alkohol, monohidroksi akhiran a dalam nama alkana induknya
diganti oleh kata -amina.
Untuk amina sekunder dan tersier yang asimetrik (gugus yang terikat pada atom
N tidak sama), lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai amina
primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa
gugus sustituen yang lebih besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan
gugus subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan dengan cara
menggunakan awalan N (yang berarti terikat pada atom N).
Contoh :
H3C-CH2-CH2-NH2 propanamina
H3C-CH2-CH2-CH2-CH2-NH2 pentanamina.
H3C-CH2-CH2-CH2-NH-CH3 N-metilbutanamina

Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah dengan menyebutkan gugus-
gugus alkil/aril yang terikat pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan
penulisannya harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam nama
gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina di belakang nama gugus-
gugus tersebut.
CH3

CH3 CNH2

CH3 CH3-NH-CH3

t-butilamina
dimetilamina
2.1.2 Sifat-Sifat Amina
a. Kebasaan
Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan
amina dalam air bersifat basa.
H

CHN: + H O- H CH3- N- H+ HO-

H
Metilamonium hidroksida

b. Titik Didih
Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan NH adalah ditengah-
tengah antara alkana (tidak ada ikatan hidrogen) dan alcohol (ikatan alcohol
kuat). Titik didih amina tersier lebih rendah dari pada amina primer atau
sekunder yang bobot melekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih dekat ke
titik didih alkana yang bobot molekulnya bersamaan. Dan amina yang berbobot
molekul rendah larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Amina tersier maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan
hidrogen karena memiliki pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan
untuk membentuk ikatan hidrogen dengan air.

2.1.3 Pembuatan Amina


Pembuatan amina secara umum dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a. Reaksi Subtitusi dari Alkil Halida
Amonia dan mengandung pasangan elektron sunyi pada atom nitrogen, oleh
sebab itu, senyawa itu dapatbertindak sebagai nukleofil dalm reaksi subtitusi
nukleofilik dari alkil halida. Reaksi dengan amonia menghasilkan garam dari
amin primer. Bila garam amina ini direaksikan dengan basa akan dibebaskan
amina bebas.
Reaksi alkil halida dengan amina dan bukan amonia akan menghasilkan amin
sekunder, tersier, atau garam amonium kuarterner, tergantung pada amina
yang digunakan.
b. Reaksi Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain
Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminium hidrida atau dengan gas
hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin
primer, sekunder, atau tersier bisa didapat, tergantung kepada jumlah
substitusi pada amida nitrogen.
Amida yang disubtitusi
CH3CH2CH2 C N CH3CH2CH2- CH2NH2
Nitril 1amina.
2.1.4 Reaksi Reaksi Amina
Reaksi Amina dengan asam nitrit (H-ONO)

2.2 Nitril
Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (CN), dengan atom
karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam
banyak senyawa. Beberapa senyawa diantaranya berupa gas dan lainnya berupa
zat padat atau cair. Gugus siano terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer
dan juga ada yang bersifat kovalen, molekuler, dan ionic.
2.2.1 Ciri Khas Nitril
Nitril merupakan kelompok senyawa yang toksik karena mengandung gugus CN
dalam strukturnya. Meskipun senyawa nitil dikenal sebagai senyawa sangat
toksik, namun diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan sebafgai pelarut,
plastik, karet sintetik, herbisida, obat-obatan. Krotononitril dan akrilonitril
misalnya banyak digunakan sebagai spesifik reagen untuk alkilasi protein
kelompok sulfihidril. Demikian juga benzonitril banyak digunakan sebagai salah
satu bahan aktif herbisida. Herbisida yang diketahui mengandung nitril misalnya
dichlobenil, ioksinil, dan buktril dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan dan lingkungan.
Senyawa anorganik yang berisi-C N kelompok tidak disebut nitril, tapi sianida
sebagai gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari
garam sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun.

2.2.2 Tata Nama Nitril


Nitril adalah senyawa yang mengandung gugus CN. Kadang-kadang diebut
senyawa siano atau senyawa sianida. Dalam sistem IUPAC, banyaknya atom
karbon gugus CN, menentukan induk alkananya. Nama alkana itu diberi
akhiran nitril. Beberaoa nitril diberi nama menurut nama trivial untuk asam
karboksilatnya, dengan menggantikan imbuhan asam at menjadi akhiran -nitril,
atau onitril, jika induknya tidak mempunyai huruf o-.
Contoh :
CH3 CN CH3CH2CH2CH2 CN
IUPAC : etananitril
Trivial : asetonitril Pentananitril
valeronitril
2.2.3 Ikatan dalam Nitril
Gugus siano mengandung ikatan rangkap tiga-satu ikatan sigma dan dua ikatan
pi. Meskipun nitrogen mempunyai sepasang elektron menyendiri, suatu nitril
hanyalah basa yang sangat lemah. pKb nitil adalah sekitar 24, sedangkan pKb
NH3 sekitar 4,5 (berbeda sepuluh pangkat 20). Kurangnya kebasaan suatu gugus
CN: disebabkan oleh beradanya elektron menyendiri dalam suatu orbital sp.
Lebih banyaknya karakter s dalam suatu orbital sp (dibandingkan dengan
karakter s dalam orbital sp2 atau sp3) berarti bahwa elektron elektron sp
lebih erat diikat sehingga kurang tersedia untuk mengikat proton.
2.2.4 Pembuatan Nitril
Ion CN- (misalnya, dari NaCN) merupakan nukleofil yang baik untuk
menukargantikan SN2 suatu ion halida dari suatu alki halida. Reaksi ini
merupakan jalur utama menuju nitril, tetapu karena adanya eliminasi,
rendemen tinggi hanya diperoleh dengan halida alkil primer dan dengan
rendemen lebih rendah dengan halida alkil sekunder. Aril nitril yang paling baik
diperoleh memalui garam diazonium.
2.2.5 Reaksi Nitril
a. Hidrolisis
Nitril dikelompokkan dalam derivat asam karboksilat karena hidrolisisnya
menghasilkan asam karboksilat. Hidrolisis suatu nitril dapat diaksanakan dengan
memanaskannya dengan asam atau basa berair.
Dalam hidrolisis asam, nitrogen basa lemah itu diprotonkan dan kemudian air
menyerap atom karbon yang elektropositif. Reaksi ini berlangsung lewat amida,
yang terhidrolisis lebih jauh menjadi asam karboksilat dan ion amonium.
Kerenan pembentukan ion NH4+ (dari NH3 dan H+ ini), haruslah digunakan basa
berlebih dalam hidirolisis nitril.
Hidrolisis basa berlangsung dengan serangan nukleofilik pada karbon positif
parsial dari gugus nitril. Reaksi ini juga menghasilkan amida, yang dihidrolisis
lebih lanjut menjadi karboksilat dan amonia. Asam bebas diperoleh bila larutan
diasamkan.
b. Reduksi
Nitril dapar direduksi menjadi amina primer dari tipe RCH2NH2, baik dengan
hidrogenasi katalitik atau dengan litium alumunium hidrida.
2.3 Perbedaan Sifat Amina dan Nitril
Perbedaan sifat kelarutan amina dan nitril dapat digunakan sebagai identifikasi.
Amina primer, sekunder dan tersier dari ratai alfatik mudah larut dalam HCl
encer. Untuk amina aromatik dengan satu cincin mudah larut dalam larutan
10% HCl, tetapi dengan kenaikan cincin seperti diarilamina dan triarilamina
tidak larut dalam amina. Nitril tidak dapat larut dalam larutan HCl 10%. Hal ini
disebabkan karena gugus C N tidak cukup basa untuk membentuk garam
hidroklorida.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Amina dan nitril merupakan salah satu senyawaan dari nitrogen.
2. Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau
tersier (R3N).
3. Pembuatan amina dapat dilakukan melalui reaksi subtitusi dari alkil halida
dan reaksi reduksi dari senyawa nitrogen lain.
4. Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air
bersifat basa.
5. Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (CN), dengan
atom karbon terikat-tiga pada atom nitrogen.
6. Nitril dapat dibuat melalui reaksi SN2 suatu ion halida dari suatu alki halida
yang digantikan dengan ion CN-.
7. Reaksi yang terjadi pada senyawa nitril adalah hidrolisis, baik hidrolisis
dalam suasana asam atau basa, dan reduksi.
3.2 Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembacanya dan masih membutuhkan saran yang membangun bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid 2.Jakarta: Erlangga
Hard, Harold, dkk.2003.Kimia Organik Edisi Kesebelas.Jakarta: Erlangga
Pine Stanley H, dkk. 1986. Kimia Organik I. Jakarta: Erlangga
Stoker. 1991. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
A. Metode Analisis Spektrometri Massa
Pada masa awal-awal perkembangan ilmu kimia, massa molekul suatu senyawa ditentukan
dengan cara mengukur kerapatan uap atau penurunan titik beku senyawa tersebut, sementara
rumus molekulnya ditentukan dengan cara analisis unsur. Metode ini membutuhkan waktu
lama dan rumit, teknik ini juga memerlukan kuantitas sampel yang banyak dan dengan
kemurnian yang tinggi. Saat ini berat molekul dan rumus molekul bisa ditentukan dengan
cepat dan jumlah sampel sedikit menggunakan instrument yang dikenal dengan
spektrofotometer massa (MS).

Salah satu fungsi spektroskopi massa adaah identifikasi struktur kimia suatu molekul.
Penentuan struktur molekul baik molekul organik maupun anorganik didasarkan pada pola
fragmentasi dari ion-ion yang terbentuk ketika suatu molekul diionkan. Spektroskopi massa
adalah suatu tekhnik analisis yang mendasarkan pemisahan bekas ion-ion yang sesuai dengan
perbandingan massa dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas ion-ion tersebut.
Dalam spektroskopi massa, molekulmolekul senyawa organik ditembak dengan berkas
elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang berenergi tinggi (ion - ion molekuler atau
ion - ion induk), yang dapat dipecah-pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil (ion- ion
pecahan) atau fragmen. Lepasnya elektron dari molekul akan menghasilkan radikal kation.
Pola fragmentasi suatu molekul sangat berbeda dengan molekul yang lain dan hasil
analisisnya dapat berulang (reproducible).

M M+

Sebagai contoh, metanol memberikan ion molekul sebagai berikut: CH3-O-H CH3-O-H +
2e-1 m/z=32

Ion molekuler M+ selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan atau fragmen, yang dapat
berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal.

M+ m1+ + m2

Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan selanjutnya dipisahkan
sesuai dengan massa dan muatannya oleh pembelokan medan magnet yang dapat berubah,
dan akan menimbulkan arus pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif molekul
ion tersebut. Spektrum massa mengambarkan perbandingan limpahan relatif terhadap m/z
(massa/muatan). Partikel-partikel netral yang dihasilkan dalam proses fragmentasi (m2) atau
radikal (.m2) tidak dapat dideteksi dalam spektrometer massa. Spektrum massa akan
menghasilkan puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai grafik
batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian sehingga peak-peak ditata menurut kenaikan
m/z dari kiri ke kanan dalam spektrum. Intensitas peak sebanding dengan kelimpahan relatif
fragmen-fragmen yang bergantung pada stabilitas relatif mereka. Puncak yang paling tinggi
dinamakan base peak (puncak dasar) ditandai dengan nilai intensitas sebesar 100%; peak-
peak yang lebih kecil misalnya 20%, 30%, adalah nilai relatif terhadap peak dasar. Puncak
uang paling tinggi pada spektrum methanol adalah puncak M-1 pada m/z = 31. Puncak ini
timbul karena lepasnya atom hidrogen dari ion molekul.
CH3-O-H CH2=O+-H + H m/z=31

B. Sejarah Spektrometri Massa


Pada tahun 1886, Eugen Goldstein mengamati sinar dari gas yang berpendar pada tekanan
rendah ketika dialiri arus listrik yang berpindah dari anoda ke katoda. Sinar ini berbeda
dengan arah muatan negatif sinar katoda (yang berpindah dari katoda ke anoda) sehingga
Goldstein menyebutnya dengan muatan positif sinar anoda atau kanalstraklen, dalam
bahasa inggris disebut canal rays. Kemudian, Wilhelm Wien menemukan bahwa medan
listrik dan medan magnet yang kuat membelokkan dapat membelokkan canal rays tersebut.
Oleh karena itu pada tahun 1899, dikonstruksikanlah sebuah instrumen madan magnet dan
medan listrik parallel yang dapat memisahkan sinar positif berdasarkan perbandingan muatan
per massa (Q/M). Wien menemukan bahwa rasio muatan per massa bergantung pada sifat gas
dalam tabung tidak bermuatan tersebut, keberhasilan pemisahan terebut digambarkan pada
sebuah spectrograph massa atau spektroskopi massa.

Aplikasi pertama dari spektrometri massa adalah untuk menganalis asam amino dan peptide
di laporkan tahun 1958. Teknik modern dari spektrometri massa dikembangkan oleh Arthur
Jeffrey Dempster dan F.W Aston pada tahun 1918 dan 1919. Tahun 1989 Hains Dehmelt dan
Wilfgang Paul memperoleh nobel dalam bidang fisika untuk pengembangan instrument ini.
Hadiah nobel dalam bidang kimia di peroleh John Bennett Fenn untuk pengembangan
electrospray ionization (ESI) dan Koichi Tanaka untuk pengembangan Soft Laser Desorption
(SLD) dan aplikasinya pada ionisasi makromolekul biologi seperti protein.

Kata spectrograph telah di gunakan sejak tahun 1884 sebagai International Scientific
Vocabulary. Akar katanya adalah gabungan dari spektrum dan photo-graph-ic. Peralatan
spektroskop di gunakan untuk mengukur rasio massa atau muatan disebut massa spektroskopi
terdiri dari instrument yang dapat merekam nilai spectrum masa pada sebuah plat
photographic.

Spektroskopi massa yang meggunakan layar phosphor dapat diganti dengan oscilloscope agar
dapat memberikan penerangan secara langsung. Pengguanaan istilah spektroscopy massa
tidak begitu cocok karena dapat salah arti jika dibandingkan dengan alat spectroscopy pada
umumnya, oleh karena itu sekarang di gunakan istilah spektrometri massa yang di singkat
mass-spsec (MS).

Setelah PD I berakhir, Aston kembali pada studinya di Cavendish, kini berfokus pada isotop.
Pada 1919, Aston membuat sumbangan terpentingnya pada ilmu atom dengan penemuan
spektograf massa. Alat itu bisa memisahkan isotop dengan mengukur perbedaan menit dalam
massanya. Menggunakan spektograf massa, Aston berhasil mengenali 212 isotop yang ada.
Penemuan juga mendorongnya merencanakan Aturan Bilangan Murninya yang terkenal yang
menyatakan, "massa isotop oksigen yang ditetapkan, semua isotop lainnya memiliki massa
yang hampir semuanya bilangan murni." Aturan itu penting untuk pengembangan ke depan
pada teknologi energi atom. Untuk pencapaiannya dalam studi isotop unsur non-radioaktif
menggunakan spektograf massa, Aston dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Kimia pada
1922.

C. Bagian-Bagian Spektrometri Massa


Secara umum spektroskopi massa terdiri dari tiga bagian penting, yaitu tempat pengionan
sampel, pemisahan ion, dan deteksi ion yang terbentuk. Sampel dimasukan kedalam chamber,
diuapkan dengan menaikkan temperatur chamber, ditembak dengan elektron berenergi tinggi,
ion fragmen yang terbentuk dipercepat dan dipisahkan dalam medan magnet, kemudian
dideteksi dengan detektor.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, masing-masing bagian telah mengalami perubahan


untuk meningkatkan kemudahan dalam penggunaan dan kemampuan alat dalam menganalisa.
Saat ini, spektroskopi massa biasanya digunakan secara mandiri dalam analisa sampel atau
digunakan bersama-sama dengan alat lain, seperti dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(HPLC), Kromatografi Gas (GC), Electroforesis Kapiler (CE) sehingga dikenal istilah HPLC-
MS, GC-MS, dan CE-MS. HPLC, GC, atau CE berperan untuk memisahkan campuran
sampel, yang selanjutkan setiap komponen yang sudah terpisah akan dianalisa satu persatu
dalam MS.

D. Pembentukan Ion pada Spektrometri Massa


Dalam spektrofometer massa reaksi pertama suatu molekul adalah ionisasi pelepasan sebuah
elektron, yang menghasilkan ion molekul. Peak untuk radikal ion ini biasanya adalah peak
paling kanan dalam spektrum, bobot molekul senyawa ini dapat ditentukan. Diduga bahwa
elektron dalam orbital berenergi tinggi adalah elektron yang pertama-tama akan lepas. Jika
sebuah molekul mempunyai elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan
dilepaskan. Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah elektron pi. Jika
tidak terdapat elektron n maupun elektron pi, maka ion molekul yang akan terbentuk sengan
lepasnya sebuah elektron sigma.

Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi, yaitu proses pelepasan
radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion
molekul tidak pecah secara acak, melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang
paling stabil. Marilah kita tinjau spektrum massa methanol. Spektrum ini terdiri dari tiga peak
utama pada m/z = 29, 31, dan 32. Struktur fragmen sering dapat disimpulkan dari massa
mereka. Peak M+ methanol (pada 32)

Gambar 1. Proses Ionisasi Pada Metanol


Gambar 2. Spektrum Massa Metanol

D.1. Ion Metastabil

Dalam spektrum massa dapat terlihat adanya puncak-puncak lebar pada massa-massa yang
tidak bulat seperti m/e 60,2 dan m/e 43,4 yang dikenal sebagai ion-ion metastabil, mereka
mempunyai tenaga kinetik yang lebih rendah dari pada ion-ion normal dan timbul dari
fragmentasi-fragmentasi yang terjadi selama lepas dari kamar pengion. Apabila sejumlah
besar molekul M diubah menjadi ion-ion molekuler M+, maka tidak semua ion-ion tersebut
akan memiliki tenaga eksitasi sama hingga beberapa akan mempunyai waktu hidup yang
lebih panjang bila dibandingkan dengan yang lain. Ion-ion M+ dengan waktu hidup yang
lebih pendek muingkin terurai dalam ruangan pengion menjadi ion-ion A+ dan radikal-
radikal B, ion-ion A+ akan dideteksi oleh kolektor secara normal.

Ion-ion molekuler yang lepas dari sumber ion akan dipercepat oleh tegangan pemercepat
hingga memiliki tenaga translasi eV. Sejumlah ion-ion M ini dapat mencapai kolektor dan
dideteksi. Meskipun demikian, jika ion-ion M lain terurai menjadi A+ dan B, segera setelah
dipercepat, maka tenaga translasi induk M (eV) akan dibagikan antara A+ dan B sebanding
dengan massa-massa mereka. Tenaga translasi ion A+ harus lebih rendah daripada induknya,
dan ion A+ ini akan mencapai kolektor yang berbeda dari yang seharusnya (abnormal). Ion
A+ dengan translasi yang abnormal tersebut dikenal sebagi ion metastabil. Massa ion
metastabil A (m*) dapat dihitung dari massa ion induk (m1) dan ion anak normal A+ (m2)
dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan tersebut sering memberikan hasil satuan massa 0,1 hingga 0,4 lebih rendah
daripada massa kenyataannya yang diamati. Sebagi contoh, spectrum massa toluene
menunjukkan puncak-puncak kuat pada m/z 91 dan m/z 65, bersama sama dengan puncak
metastabil yang lebar dan kuat pada m/e 46,5. Dengan menggunakan persamaan perhitungan
m* diperoleh 46,4, sehingga kita dapat mengintrepetasikan bahwa ion m/e 91 terurai dengan
melepaskan 26 satuan massa menjadi ion m/e 65, dan ada sejumlah fragmen yang
membentuk ion metastabil.

D.2. Efek Percabangan

Percabangan dalam suatu rantai hidrogen menghasilkan fragmentasi yang terjadi terutama
pada cabang, karena radikal ion sekunder dan karbokation sekunder lebih stabil daripada
bentuk primer. Stabilitas karbokation adalah faktor yang lebih penting daripada stabilitas
radikal bebas. Misalnya ion molekul metilpropana menghasilkan suatu kation isopropil dan
radikal metil.

D.3. Efek suatu Heteroatom atau Gugus Karbonil

Perhatikan spektrum dari N-etilpropilamina yang terdapat pada gambar di bawah ini. Ion
molekulnya mempunyai m/z 87. Fragmentasi ion molekul ini terjadi pada posisi alfa terhadap
atom nitrogen dan menghasilkan fragmen dengan m/z 58 (kehilangan gugus etil) dan m/z 72
(kehilangan gugus metil). Tipe fragmentasi seperti ini disebut pembelaan - dan lazim terjadi
dalam amina maupun eter.

Gambar 3. Spektrum Massa n-etilpropilamina

Gambar 4. Pemutusan Ikatan dan pembentukan fragmen pada n-etilpropilamina

ini adalah bahwa kation yang dibentuk dalamFaktor penyebab pembelahan reaksi ini
terstabilkan oleh resonansi. Fragmentasi serupa terjadi pada suatu ikatan di dekat suatu gugus
karbonil (atau terhadap oksigen). Hal ini kation yang dihasilkan juga terstabilkan oleh
resonansi.

D.4. Pelepasan Molekul Kecil

Molekul-molekul kecil yang stabil seperti H2O, CO2, CO dan C dapat terlepas dari dalam
sebuah ion molekul. Misalnya sebuah alkohol mudah kehilangan H2O dan menunjukkan
suatu peak yang 18 satuan massa lebih kecil daripada peak ion molekul itu. Peak ini
dikatakan sebagai peak M-18. dalam banyak alkohol, eleminasi H2O sedemikian mudah
sehingga peak ion molekul itu bahkan tidak dijumpai dalam spektrum. Sebagai contoh
spektrum 1-butanol yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini, merupakan spektrum massa
yang khas dari suatu alkohol.

Gambar 5. Fragmen Massa - Pelepasan Molekul Kecil

D.5. Penataan Ulang Mc Lafferty

Penataan ulang Mc Lafferty terjadi bila terdapat sebuah atom hidrogen terhadap suatu
gugus karbonil dalam ion molekul itu. Perhatikan gambar fragmentasi dari butanaldehida:

Gambar 6. Penataan ulang Mc Lafferty pada ion butanaldehida

Sampel yang akan dianalisis dimasukkan pada tempat pengionan di bagian pertama dari alat
spektroskopi massa. Sampel dapat berupa gas, padatan, dan larutan sesuai dengan wujud
sampel dan teknik ionisasi yang dipilih. Beberapa teknik ionisasi yang sering digunakan di
antaranya adalah:
1. Tumbukan Elektron (Electron Impact/EI)

Dalam ruang pengionan, uap sampel ditumbuk dengan elektron berenergi tinggi yakni
sebesar 70 ev. Energi yang diserap molekul sampel akan mendorong pengionan atau
pelepasan elektron dari orbital ikatan dan orbital anti-ikatan. Energi ditransfer kearah
pembentukan ion melalui proses tumbukan seperti terlihat pada persamaan reaksi berikut :

A-B-C + e- A-B-C+ + 2 e-

Metode ini banyak digunakan untuk sampel yang volatil dan stabil pada temperatur tinggi.
Sacara umum, lebih umum digunakan spektroskopi massa dengan metode tumbukan elektron
yang menghasilkan kation (ion positif) dari pada yang menghasilkan anion (ion negatif).
Selain itu, telah banyak dipublikasikan referensi atau literatur dengan pola-pola fragmentasi
ion positif dibandingkan ion negatif.

2. Electrospray Ionisation (ESI)

Suatu larutan disemprotkan melalui pipa berdiameter sangat kecil kedalam ruang vakum
dengan medan listrik bergradient beberapa ratus hingga ribuan volt per centimeter,
menghasilkan ion gas dari zat terlarut. ESI merupakan teknik MS yang mampu menghasilkan
fraksi besar dari fragmen-fragmen molekul organik atau analit biologis.

Karena MS mengukur rasio massa terhadap muatan ion, metode ini memberikan keuntungan
dalam menganalisa massa yang sangat tinggi tanpa perlu instrument analisis massa yang
khusus. Sebagai contoh, suatu ion dengan massa 120.000 dalton membawa 60 muatan positif
muncul pada 2000 m/z. Metode ini telah digunakan untuk mengukur massa ion dari molekul
hingga 200.000 dalton, seperti protein.

3. Chemical Ionization (CI)

Ion yang akan dianalisa diproduksi melalui transfer suatu partikel (H+, H-, dan lebih berat)
hasil pengionan suatu reaktan berupa gas yang lebih berat ke dalam sampel. Umumnya
reaktan yang digunakan adalah gas metana (CH4) pada tekanan 0,2-2,0 torr (27-270 pascal).
Mula-mula metana diionkan melalui proses tumbukan elektron menghasilkan ion CH4+ .
Selanjutnya ion tersebut bereaksi dengan molekul netral metana yang lain menghasilkan
asam Bronsted yang kuat untuk bereaksi dengan molekul sampel melalui transfer proton.

CH4 + e- CH4+ + 2e-


CH4+ + CH4 CH5+ + CH3
CH3+ + CH4 C2H5+ + H2
CH5+ + A-B-C HABC+ + CH4
C2H5+ + A-B-C HABC+ + C2H4

Gas lain yang juga sering digunakan adalah hidrogen (H2), uap air (H2O), ammonia (NH3),
dan isobutana (C4H10). Dalam gas-gas ini, ion yang reaktif adalah H3+, H2O+, NH3+ dan
C4H10+. Energi yang ditransfer pada proses ionisasi dengan metode ini berkisar 10-50
kkal/mol atau 40-200 kJ/mol, jumlah energi yang cukup kuat untuk proses fragmentasi,
namun fragmentasi yang terjadi lebih sedikit dari metode tumbukan elektron.
4. Fast Atom Bombardment (FAB)

FAB merupakan suatu tehnik ionisasi yang popular untuk molekul non-volatil dan atau labil
terhadap temperatur tinggi. Baik digunakan untuk molekul polar dan molekul dengan berat
molekul tinggi. Umumnya FAB menggunakan uap atom netral berkecepatan tinggi seperti
Argon dan Xenon pada 8 kV. Sampel yang dianalisa dapat berupa padatan atau sampel yang
dilarutkan dalam pelarut kental seperti gliserol. Biasanya ion pseudo molekuler [M+H]+
terbentuk bersama sedikit ion fragmen dengan massa yang lebih rendah.

5. Field Desorption (FD)

Untuk material yang kurang volatil, ionisasi biasanya dilakukan dekat permukaan elektroda
melalui gradient medan listrik yang sangat tinggi (beberapa volt per angstrom). Awan
elektron dalam molekul didistorsi dan bagian molekul yang mengandung kelebihan elektron
berperan sebagai anoda. Ion yang terbentuk akan ditolak oleh anoda. Lifetime dari ion ini
sangat singkat dibandingkan dengan ion hasil tumbukan electron. Karena sedikit energi yang
ditransfer berupa energi dalam dan ion bergerak sangat cepat, dan fragmentasinya sangat
sedikit, maka berat molekul sangat mudah dideteksi.

6. Matrix Assisted Laser Desorption Ionization (MALDI)

Metode ini baik digunakan untuk sampel dengan berat molekul lebih besar dari 700.000, dan
tehnik ini telah digunakan untuk menentukan berat molekul dari molekul biologi besar yang
bersifat polar, seperti enzim, analisa interaksi antibodi. Sampel berupa matriks organik atau
dibuat dalam matrik organic (asam sinapinat biasanya untuk sampel protein), dioleskan pada
permukaan suatu lempeng, selanjutnya diradiasi dengan 337 nm). MALDI adalah metode
ionisasi yang lemah dansinar laser (N2 fragmentasi ion sampel jarang terjadi. Ion yang
dihasilkan biasanya berupa ion molekuler sehingga spektra yang dihasilkan sangat sederhana.
MALDI-TOF adalah instrumen pengembangan dari spectrometer massa

E. Analisis Spektra Massa


Peralatan spektroskopi massa resolusi tinggi atau high resolution mass spectrometry (HRMS)
yang tersedia saat ini secara akurat dapat menentukan massa suatu ion molekuler atau massa
yang setara dengan rumus molekul, fragmen molekul (pecahan molekul setelah proses
ionisasi), sehingga memudahkan untuk membedakan ion molekuler atau fragmen molekul
yang perbedaan massanya sangat kecil. Massa yang teramati adalah penjumlahan eksak
semua massa atom penyusun molekul atau fragmen molekul dengan kelimpahan isotop
terbanyak. Sebagai contoh, HRMS mampu membedakan molekul CO, N2, CH2N, dan C2H4
dengan sangat akurat. Perhatikan massa dari masing-masing molekul tersebut. CO bermassa
27,9949, N2 bermassa 28,0062, CH2N bermassa 28,0187, dan C2H4 bermassa 28,0312.

Untuk ion molekul yang tersusun oleh atom-atom yang memiliki beberapa isotop atom
dengan kelimpahan yang cukup besar, maka ion molekul yang muncul bisa lebih dari satu.
Ion molekuler yang muncul biasanya ditandai sebagai M+, [M+1]+, [M+2]+, dan seterusnya
tergantung jumlah ion molekuler yang mungkin ada. Sebagai contoh CH3Br yang memiliki
ion molekuler M+ dengan mass 93.9417 dan [M+2]+ dengan mass 95.9397 sebagai akibat
adanya isotop 79Br dan 81Br yang kelimpahannya hampir sama banyak jumlahnya.
Bila ion molekuler diketahui, maka rumus molekul dari sampel dapat ditentukan pula dengan
cara mencocokkan harga m/z dari ion molekuler dengan tabel Rumus Molekul dengan variasi
jumlah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen yang tersedia. Selanjutnya dari rumus
molekul yang ada, dapat dihitung indeks kekurangan hidrogen (sering disebut BDE) yang
bermanfaat untuk diprediksi jumlah ikatan rangkap atau adanya cincin/siklik dalam molekul
tersebut. Harga DBE dihitung dengan rumus :

N + 1 Halogen + H - DBE = C -

Tabel 1. Kelimpahan relatif dan Massa eksak beberapa isotop yang umum

Adanya isotop suatu atom dapat membantu dalam identifikasi suatu molekul. Spektra massa
suatu senyawa akan menampilkan puncak yang menginformasikan jumlah isotop yang ada
dalam molekul. Sebagai contoh spektra massa suatu hidrokarbon yang memiliki 5 atom
karbon. Intensitas puncak [M+1]+ yang mengindikasikan banyaknya isotop C13 dalam
molakul, pasti 5(1,1%) = 5(0,011) dikalikan intensitas relatif puncak ion molekuler. Jadi
banyaknya atom karbon dalam molekul dapat dihitung bila intensitas relatif [M]+ dan
[M+1]+ diketahui.
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu berhubungan dengan senyawa-senyawa kimia, baik
senyawa organik maupun senyawa anorganik. Nitrogen merupakan unsure ke empat.Nitrogen
dijumpai dalam protein,dan asam nukleat,maupun dalam banyak senyawa lain yang terdapat
baik dalam tumbuhan ,maupun hewan.dalam makalah ini akan dibahas mengenai amina.
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan
dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa
yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau NH2). Amina tersebar luas dalam
tumbuhan dan hewan,dan banyak amina mempunyai kereaktivan fali.misalnya dua dari
stimulant alamiah tubuh dari system saraf simpatetik (melawan atau melarikan diri)adalah
merepinafrina dan epinafrina.

Sedangkan nitril adalah Nitril adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi -CN.
Gugus fungsi CN disebut gugus nitril. Senyawa nitril biasanya berupa cairan tidak berwarna
dengan bau yang menyenangkan. Salah satu manfaat dari amina yaitu dapat digunakan
sebagai pereda nyeri yang kita kenal dengan nama morfina,yang dijumpai pada biji opium
dan putresina yaitu salah satu dari beberapa poliaminan yang menyebabkan bau tidak enak
dari daging busuk. Meskipun senyawa nitil dikenal sebagai senyawa sangat toksik, namun
diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan sebafgai pelarut, plastik, karet sintetik,
herbisida, obat-obatan. Amida adalah turunan dari asam karboksilat yang bersifat netral.
Pembentukan senyawa amida dapat dilakukan dengan mereaksikan suatu amina karboksilat
dengan suatu asil halide atau anhidrida asam pada kondisi yang cocok. Oleh karena itu untuk
mengetahui pengujian senyawa amina dan nitril, maka dibuatlah makalah ini.

1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu pada akhir pembahasan makalah mahasiswa
diharapkan:
1. mampu melakukan identifikasi terhadap senyawaan amina primer, sekunder, dan tersier.
2. mampu membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi identifikasi bagi keduanya

II. ISI

2.1. Senyawa Amina


Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung
atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana
amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau
NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon
(tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen
adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.

Di antara sejumlah golongan senyawa organic yang memiliki sifat basa, yang terpenting
adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali (fisiologis), misalnya
efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang
berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid
yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga meripakan bagian dari golongan basa organic
amina. Rumus umum untuk senyawa amina adalah :
RNH2 R2NH R3N Dimana R dapat berupa alkil atau aril.

Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik, oleh karena itu amina tidak
terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam
senyawa amina akan sangat membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid
yang mempunyai peran pentig dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini.

Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier (R3N),
tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan pada atom
karbon, seperti pada alkohol).

1. Pembuatan amina primer.


Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan pertama,
terbentuk sebuah garam dalam hal ini, etilamonuim bromida. Garam ini sangat mirip
dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen dalam ion amonium telah
diganti oleh sebuah gugus etil.

Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara
garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran.

Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga menjadikannya
amina primer, yakni etilamina. Semakin banyak amonia yang terdapat dalam campuran,
semakin besar kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.

2. Pembuatan amina sekunder.


Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga bereaksi dengan
bromoetana dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi sebelumnya. Pada tahap pertama,
terbentuk sebuah garam kali ini, dietilamonium bromida. Anggap garam yang terbentuk ini
adalah amonium bromida dengan dua atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil.

Lagi-lagi terdapat kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini
dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, seperti diperlihatkan pada gambar berikut:

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga menjadikannya
amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah amina yang memiliki dua gugus
alkil terikat pada atom nitrogen.

3. Pembuatan amina tersier.


Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum berhenti. Dietilamina juga bereaksi
dengan bromoetana dalam dua tahapan yang sama seperti pada reaksi sebelumnya. Pada
tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.

Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan
amonia berlebih dalam campuran tersebut, sebagaimana ditunjukkan berikut:

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium sehingga menjadikannya
amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah amina yang memiliki tiga gugus alkil
terikat pada nitrogen.

Ada dua jalan umum untuk pembentukan amina yaitu subtitusi dan reduksi.
1. Reaksi Subtitusi
Reaksi substitusi dari Alkil Halida Ammonia dan mengandung pasangan elektron sunyi pada
atom nitrogen, oleh sebab itu, senyawa itu dapat bertindak sebagai nukleofil dalm reaksi
subtitusi nukleofilik dari alkil halida. Reaksi dengan amonia menghasilkan garam dari amin
primer. Bila garam amina ini direaksikan dengan basa akan dibebaskan amina bebas. Reaksi
alkil halida dengan amina dan bukan amonia akan menghasilkan amin sekunder, tersier, atau
garam amonium kuarterner, tergantung pada amina yang digunakan.

2. Reaksi Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain


Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminium hidrida atau dengan gas hidrogen
(hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin primer, sekunder, atau
tersier bisa didapat, tergantung kepada jumlah substitusi pada amida nitrogen. Amida yang
disubtitusi CH3CH2CH2 C N CH3CH2CH2- CH2NH2 Nitril 1amina. Berikut adalah
reaksi pembuatan amina dengan cara reduksi.

Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan perhatian khusus dari para ahli
kimia organik yang berkecimpung dalam farmakologi dan ilmu pngetahuan biologis lainnya,
karena banyak biomolekul yang mengandung nirogen. Sebagian besar yang digunakan untuk
mensintesis senyawa nitrogen dari amina telah dibahas dalam buku lain.

Banyak reaksi amina adalah hasil serangan nukleofilik oleh elektron menyendiri dari nitrogen
amina. Reaksi substitusi suatu amina dengan alkil halida adalah suatu contoh dari amina yang
bertindak sebagai suatu nukleofil. Amina dapat juga digunakan sebagai nukleofil dalam
reaksi substitusi asil nukleofilik. Jika derivat asam karboksilat merupakan reagensia
karbonilnya, maka diperoleh amida sebagai produk. Jika reaksi karbonil berupa aldehid atau
keton, produknya dalah imina (dari amina primer, RNH2) atau suatu enamina (dari suatu
amina sekunder, R2NH).

-NR3+OH-) merupakan suatu teknik sintetik lain. Eliminasi Hofmann dari amonium kuarter
hidroksida, lebih berguna sebagai suatu alat analitis dari pada suatu alat sintetik, karena
dihasilkan campuran alkena. (juga, suatu reaksi eliminasi alkil halida merupakan jalur yang
lebih mudah menuju alkena di laboratorium). Bahkan spektroskopi nmr telah lebih bayak
digunakan sebgai suatu alat bantu dalam suatu struktur dari pada eliminasi Hofmann. Di
pihak lain,pengubahan suatu arilamina menjadi garam diazonium yang disusul reaksi
substitusi, sangat berguna dalam sitesis organik, dan untuk memeriksa tipe senyawa yang
mudah diperoleh dari garam arildiazonium.

Enantiomer tunggal dari amina kristal lazim dijumpai dalam tumbuhan. Karena kebasaannya,
beberapa amina ini dapat digunakan untuk memisahkan asm-asam karboksilat rasimik. Dua
diantaranya ialah striknina (strychnine) dan brusina (brucine), keduanya dapat diisolasi dari
biji bidara laut (strychnos nux-vomica; kedua senyawa itu merupakanstimulan yang bersifat
racun dalam sistem syaraf pusat).

2.2. Senyawa Nitril.


Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (C=N), dengan atom karbon
terikat-tiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa.
Beberapa senyawa diantaranya berupa gas dan lainnya berupa zat padat atau cair. Gugus
siano terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer dan juga ada yang bersifat kovalen,
molekuler, dan ionic. Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dari sianida organik (nitril) dapat
dihidrolisis menjadi gugus karboksil. Reaksi ini berlangsung dalam keadaan asam maupun
basa. Bila dalam suasana asam atom nitrogen dari sianida dikonversi menjadi ion ammonium,
sedangkan dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi amonia dan produk organik,
yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah terpisah menjadi asam

Nitril merupakan kelompok senyawa yang toksik karena mengandung gugus CN dalam
strukturnya. Meskipun senyawa nitil dikenal sebagai senyawa sangat toksik, namun
diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan sebafgai pelarut, plastik, karet sintetik,
herbisida, obat-obatan. Krotononitril dan akrilonitril misalnya banyak digunakan sebagai
spesifik reagen untuk alkilasi protein kelompok sulfihidril. Demikian juga benzonitril banyak
digunakan sebagai salah satu bahan aktif herbisida. Herbisida yang diketahui mengandung
nitril misalnya dichlobenil, ioksinil, dan buktril dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan dan lingkungan. Dalam pengurangan organik nitril berkurang dengan bereaksi
dengan hidrogen dan katalis, sebuah aminaterbentuk dalam reaksi ini (lihatpengurangan
nitrile). Pengurangan ke imin diikuti hidrolisis untuk aldehida berlangsung dalam sintesis
aldehida Stephen Nitril alkil yang cukup asam untuk membentuk carbanion, yang Alkylate
berbagaielektrofil. Kunci untuk nucleophilicity biasa adalah permintaan sterik kecil unit
CNdikombinasikan dengan stabilisasi induktif. Fitur-fitur ini membuat nitril ideal untuk
membuat ikatan karbon-karbon baru di sterik menuntut lingkungan untuk digunakan
dalamsintesis kimia obat.

Perkembangan terakhir telah menunjukkan bahwa sifat dari logamkontra-ion menyebabkan


koordinasi berbeda baik nitrogen nitril atau karbon nukleofilik yang berdekatan, sering
dengan perbedaan yang mendalam dalam reaktivitas dan stereokimia. Nitril ditemukan dalam
senyawa yang bermanfaat, termasuk metilcyanoacrylate,yangdigunakan dalamlem super, dan
nitril karet butadiena, sebuah nitril yang mengandung polimer yang digunakan dalam lateks
bebas laboratorium dan sarung tangan media.

Senyawa organik yang mengandung gugus nitril beberapa dikenal sebagai cyanocarbons .
Senyawa anorganik yang berisi-C N kelompok tidak disebut nitril, tapi sianida sebagai
gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam sianida, nitril paling
tidak hampir sama beracun. Nitril terjadi secara alami dalam beragam rangkaian sumber
tanaman dan hewan. Lebih dari 120 nitril alami telah diisolasi dari sumber daratan dan lautan.
Nitril secara umum ditemukan dalam buah lubang, terutama almond, dan selama memasak
tanaman Brassica (seperti kol, kubis brussel, dan kembang kol), yang rilis nitril yang dirilis
melalui hidrolisis. Mandelonitrile, sebuah sianohidrin diproduksi oleh almond menelan atau
beberapa lubang buah, melepaskan hidrogen sianida dan bertanggung jawab atas toksisitas
glikosida sianogen.

Lebih dari 30 nitril yang mengandung obat-obatan yang saat ini dipasarkan untuk berbagai
macam indikasi obat dengan lebih dari 20 nitril yang mengandung tambahan lead dalam
pengembangan klinis. Kelompok nitril cukup kuat dan, dalam banyak kasus, tidak mudah
dimetabolisme tetapi melewati tubuh berubah. Jenis obat-obatan yang mengandung nitril
yang beragam, dari Vildagliptin merupakan obat antidiabetes untuk Anastrazole yang
merupakan standar emas dalam mengobati kanker payudara.

Dalam banyak nitril meniru fungsionalitas hadir di substrat untuk enzim, sedangkan dalam
kasus lain nitril meningkatkan kelarutan air atau mengurangi kerentanan terhadap
metabolisme oksidatif di hati.Kelompok nitril fungsional ditemukan dalam beberapa obat.
Struktur periciazine , sebuah antipsikotik dipelajari dalam pengobatan candu ketergantungan.
Nitrilase adalah salah satu jenis enzim penghidrolisa senyawa nitril. Substrat utama dari
enzim ini adalah indol-3-asetonitril dan senyawa ini kemudian akan diubah menjadi indol-3-
asam asetat. Nitril (RCN) terdapat di alam dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk
sianoglikosida. Senyawa ini banyak digunakan sebagai pembentuk polimer dan senyawa
kimia lainnya. Oleh karena itu, enzim nitrilase menjadi salah satu enzim yang banyak
dikembangkan saat ini. Enzim ini dapat ditemukan pada tanaman, hewan, dan fungi. Enzim
nitrilase dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan berdasarkan spesifitas substratnya, yaitu
alifatik, aromatik, dan arilaceto-nitrilase. Enzim-enzim ini tidak membutuhkan ion logam
atau gugus prostetik sebagai kofaktornya. Aktivitas nitrilase dapat dianalisis dengan
menggunakan high performance liquid chromatography (HPLC) dan infrared spectroscopy
(FTIR) Merkuri organik (RHg, R2Hg, ArHg) merupakan bentuk senyawa merkuri yang
paling berbahaya. Sebagian besar peristiwa keracunan merkuri disebabkan oleh senyawa ini.

III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada
nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril.
2. Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan pertama,
terbentuk sebuah garam dalam hal ini, etilamonuim bromida. Garam ini sangat mirip
dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen dalam ion amonium telah
diganti oleh sebuah gugus etil.
3. Amina sekunder adalah amina yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
4. Amina tersier adalah amina yang memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.
5. Amina dapat juga digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi asil nukleofilik.
6. Identifikasi senyawa amina dan nitril dilakukan berdasarkan sifat kelarutan.
7. Identifikasi senyawa amina primer, sekunder, dan tersier dapat dilakukan dengan tes
Hisnberg yang didasarkan pada reaksi amina primer dan sekunder dengan
benzensulfonilklorida membentuk benzensulfonilamida.
8. Asam primer dapat larut dalam basa, namun tidak dalam asam.
9. Amina sekunder tidak larut dalam asam maupun basa.
10. Amina tersier dapat larut dalam asam namun tidak larut dalam basa.

Anda mungkin juga menyukai