Anda di halaman 1dari 16

AMINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Proses Industri Kimia Organik

Dosen Pengampu : Ir. Wahyuningsih, M.Si

Disusun oleh:

1. Septi Enjelina Sitio (40040119650006)


2. Rifnaldi Sadik (40040119650068)
3. Panbres Pandia (40040119650012)
4. Muhammad Habib (40040119650030)
5. Grace almaida (40040119650106)
6. Adidan Bagus Prasetyo (40040119650106)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aminasi” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Proses Industri Kimia Organik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi aminasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Wahyuningsih, M.Si, selaku dosen
pengampu mata kuliah Proses Industri Kimia Organik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Semarang, 20 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aminasi adalah reaksi pembentukan amina (turunan amoniak) dimana 1 atom H atau
lebih diganti dengan gugus alkil (R), aril, hidroatil atau heterosiklik. Amina adalah suatu
senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2, -NHR, -NR2). Gugus amino
mengandung nitrogen yang terikat pada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugus
karbonil) dan sejumlah atom hidrogen. Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom
nitrogen adalah karbon karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. (Fessenden,
1997).
Amphetamine telah disintesis pada tahun 1887 oleh ilmuwan Jerman yang  bernama
bernama L. Edeleano. Edeleano. Pada tahun 1927, peneliti peneliti bernama bernama
Gordon Ales dari USA menemukan bahwa amphetamine dapat berefek sebagai pengganti
ephedrine. Kemudian, pada tahun 1930 diketahui bahwa amphetamine dapat
meningkatkan tekanan darah dan tahun 1932 dipasarkan sebagai ’benzedrine’ secara over
the counter inhaler untuk mengobati hidung yang tersumbat (nasal congestion).
Selanjutnya, pada tahun 1935 diketahui efek stimulansia dari amphetamine untuk pertama
kalinya. Pada tahun 1938, untuk pertamakalinya dipublikasikan hasil laporan bahwa
amphetamine dapat menyebabkan addiction (kecanduan) dan penyakit kejiwaan.
Tahun 1940, amphetamine digunakan untuk peningkat performa oleh orang Jepang,
Jerman dan Amerika dalam Perang Dunia II. Pada saat itu, amphetamine digunakan oleh
militer dalam peperangan. Efek stimulansia yang dihasilkan oleh amphetamine ini
digunakan untuk membantu prajurit agar tetap siaga selama berjam-  jam. Pada tahun
1950-1953, 1950-1953, amphetamine amphetamine diberikan diberikan kepada pasukan
pasukan Amerika Amerika dalam  perang di Korea.
Amina rantai panjang dan turunannya telah diketahui memiliki banyak kegunaannya
antara lain sebagai pelembut pakaian (Reck, 1962) juga dapat digunakan sebagai anti
iritasi pada shampoo yang mengandung natrium laurelsulfat dan zinc  piridinthione
piridinthione (Gerstein, (Gerstein, 1977). Oktadekilamin Oktadekilamin juga dapat
digunakan digunakan bersama bersama dengan emak sebagai obat dan bersifat spesifik
artinya tidak berbahaya bagi manusia (Banerjee, 2007). Turunan oleilamina dan
stearilamina dapat menggantikan zink dialkil ditiofosfat sebagai bahan pelumas (Kocsis,
2010). Senyawa amina rantai panjang dapat dibuat dengan cara hidrogenasi rantai
panjang dengan katalis nikel atau kobalt dengan tekanan sebesar 100-500 Psi (Allain,
1983).
Berdasarkan uraian di atas yang telah menyebutkan banyak manfaat yang didapat dari
senyawa amina, maka dari itu makalah ini akan membahas proses aminasi dalam
pembuatan senyawa amina rantai panjang secara detail.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
a. Bagaimana prinsip kerja dari proses aminasi?  
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses aminasi?
1.3 Tujuan
Berikut adalah beberapa tujuan dalam makalah ini, yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis-jenias amina.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan amina
3. Untuk mengetahui Penggunaan senyawa amina dan turunannya.
4. Untuk mengetahui aplikasi amina dalam industri
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Jenis-jenis Amina


Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier
(R3N), tergantung pada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan pada
atom karbon, seperti pada alkohol) (Fessenden, 1997).
1. Amina Primer (satu atom C terikat pada atom N) :

2. Amina Sekunder (dua atom C terikat pada atom N) :

3. Amina Tersier (tiga atom C terikat pada atom N)

Gambar 1. Penggolongan Amina (Zulfikar, 2007)

Amina merupakan turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom
hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina
memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier.
Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang
mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen
yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991)
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna
sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating agent) dan
pengemulsi (Billenstein,1984). Amina juga sangat penting dalam biokimia. Misalnya,
serotonin, suatu senyawa yang didapat dalam system susunan saraf, mengirimkan impuls
saraf dan mengerutkan pembuluh darah. Histamin adalah senyawa yang bertanggung
jawab terhadap alergi.

2.2 Proses Pembentukan Amina


Proses pembentukan amina dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu:
1. Aminasi secara reduksi : yaitu proses pembuatan amina berdasarkan reaksi reduksi.
2. Amonolisis : yaitu proses pembuatan amina dari reaksi dengan amonia.

2.1.1 Aminasi Secara Reduksi


Aminasi secara reduksi adalah proses pembentukan amina dengan
mereduksi senyawa nitrogen lain. Zat yang dapat direduksi adalah senyawa-
senyawa yang telah mengandung atom N, yaitu:
a. Senyawa nitro (R-NO2)
b. Senyawa nitroso (R-NO)
c. Senyawa hidroksilamin (R-NH-OH)
d. Senyawa hidraso (R-NH-NH-R)
e. Senyawa azoxybenzena (R-NH-NO-R)
f. Senyawa nitril (R-CºN), azida, amida (RCO-NH2)
Zat-zat pereduksi adalah :
a. Logam dan asam
Logam yang digunakan adalah : Fe, Zn, Sn, Al sebagai sumber elektron.
Asam yang digunakan adalah : HCl, H2SO4 sebagai sumber ion H+. HNO 3
jarang digunakan arena mempunyai sifat sebagai oksidator kuat.
b. Logam dan basa
Logamnya adalah : Fe, Zn, Sn, Al. Basa-nya adalah NaOH, KOH
c. Sulfida
Untuk mereduksi sebagian senyawa polinitro aromatik menjadi nitro amina
dan mereduksi aminoantraquinon menjadi antraquinon.
d. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)
e. Hidrogen (H2) dengan katalis
Penggunaan hidrogen sebagai reduktor, biasanya dengan katalisator. Reduksi
dengan hidrogen disebut hidrogenasi.
f. Elektrolisa
Ion hidrogen dihasilkan dari elektrolisa. Hidrogen inilah yang kemudian
melakukan reduksi.
g. Na-hidrosulfit
h. Metal hidrida
i. Natrium dan Na-alkoholat

Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda.


Yang paling banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih
reduktor yang sesuai dan mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat
dihentikan tidak sampai hasil akhir. Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut
dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena sebagai berikut :
Reduksi dari amida atau nitril dengan lithium alumunium hidrida atau gas
hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin
primer, sekunder, atau tersier bisa diperoleh tergantung pada jumlah substitusi
pada amida nitrogen. Dengan nitril, hanya amina primer dari tipe RCH 2NH2
yang dapat diperoleh, sebab atom karbon yang terikat ke atom nitrogen hanya
mempunyai satu substituent saja (R) dalam nitril.

2.1.2 Amonolisis
RX + NH3  RNH2 + HX ; dimana X dapat berupa : halogen, NO2, SO3H
dan lain-lain. Ada dua macam reaksi amonolisa yaitu :
 Amonolisa : memasukkan NH3 ke dalam senyawa
 Hidroamonolisa : memasukkan NH3 dan H2 dalam senyawa
Cara masuknya NH3 dalam senyawa :
1. Substitusi
a. Alkana
RCH3 + NH3  RCN  RCH2NH2
Untuk memperoleh RNH2 suhu harus tinggi dan katalisator kuat.
b. Substitusi halogen
RCH2X + NH3  RCH2NH2 + HX
c. Substitusi sulfat atau sulfat
RSO3H + NH3  RNH2 + H2SO3
d. Konversi senyawa karbonil : Hidroamonolisis
Memasukkan NH3 serta H2 ke dalam senyawa.
RCOOH + NH3 + H2  RCH2NH2 + H2O
RCHO + NH3 + H2  RCH2NH2 + H2O
RCOOR NH3 + H2  RCONH2 + H2O
e. Alkohol
RCH2OH + NH3  RCH2NH2 + H2O
2. Adisi

Faktor-faktor yang mempenaruhi amonolisis :


1. Kelarutan
2. Pengadukan
3. Efek derivat halogen
4. Efek gugus nitro
5. Suhu
6. Konsentrasi NH3

2.1.3 Penggunaan Katalis dalam Reaksi Aminasi


 Amonolisis senyawa halogen dengan katalis logam : Cu, As, Ag, CuO
dan garam-garam Cu
 Katalisator dehidrasi : alumina, silika gel, aluminium fosfat dalam gel
alumina, Ni, Co dan lain-lain.
 Katalisator hidrogenasi berupa logam campuran (alloy)
 Katalisator hidroamonolisis : logam Ni, Co, Cu, Ni-A, dll

2.3 Penggunaan Senyawa Amina dan Turunannya


Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna
sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating agents) dan
pengemulsi. (Billenstein,1984)
Empat amin yang relative sederhana sangat penting dalam fungsi tubuh manusia.
Mereka adalah sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin), norepinefrin (non
adrenalin), dopamine dan serotonin.
Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter (pembawa pesan
kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin, norepinefrin dan dopamine juga dikenal sebagai
katekolamin yang merupakan turunan dari katekol (o-dihidroksibenzen).
Berikut ini beberapa kegunaan senyawa amina dan turunannya :
1. Amina sebagai pelembut pakaian
2. Amina sebagai anti iritasi pada shampo
3. Amina sebagai pelumas
4. Amina sebagai obat parasit leishmania

2.4 Aplikasi Industri


2.2.1 Proses Pembuatan Anilin
Aminasi Chlorobenzen
Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak
cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan
menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini
adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium
khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke
dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan
di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan
amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu
reaksi 235 °C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang
digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
C6H5Cl + 2 NH3  C6H5NH2+ NH4Cl
Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro
anilin dengan yield yang dihasilkan adalah 96%. (Groggins, 1958)

2.2.2 Proses Pembuatan Amphetamine


Amphetamine atau amphetamine juga dikenal sebagai alpha-methyl-
phenethylamine, phenyl-isopropylamine, beta-phenyl-isopropylamine dan
Benzedrine adalah stimulan yang biasa digunakan untuk mengobati Attention-
deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada remaja dan anak-anak. Selain itu,
juga digunakan untuk pengobatan simptomatis dari traumatic brain injury dan
gejala mengantuk karena narcopelsy serta chronic fatigue syndrome. Pada
awalnya, senyawa ini dikenal dapat digunakan untuk mengurangi nafsu makan
dan untuk kontrol berat badan. Saat ini, obat tersebut ilegal untuk diedarkan.
Amphetamine merupakan cairan tak berwarna dengan bau amina dan
mudah larut dalam air (1:50) serta larut dalam alkohol. Bentuk basa mudah
menguap pada suhu kamar dan telah digunakan sebagai inhalant, tetapi secara
komersial tidak lagi tersedia di US. Amphetamine sulfate merupakan serbuk
kristal putih dan tidak berbau serta sedikit berasa pahit. Amphetamine sulfate
memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit larut dalam alkohol (sekitar
1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2-amine).
Senyawa amina dapat disintesis dalam satu tahap dengan mereaksikan
keton atau aldehid dengan amonia atau suatu amina dalam sejumlah agen
pereduksi. Proses ini dinamakan reaksi aminasi reduktif. Reduktif aminasi ini
terjadi melalui penyerangan gugus karbonil oleh amina dan menghasilkan imina
melalui reaksi adisi nukleofilik.
Langkah pertama adalah adisi nukleofilik pada gugus karbonil yang
diikuti dengan transfer proton. Produk yang dihasilkan pada langkah pertama ini
adalah hemiaminal atau sering disebut carbinolamine. Bentuk ini biasanya tidak
stabil dan tidak dapat diisolasi. Reaksi yang kedua adalah eliminasi air dari
hemiaminal sehingga terbentuklah senyawa imina. Kemudian bentuk imina ini
direduksi dengan agen pereduksi seperti gas hidrogen dan palladium (H2/Pd),
gas hidrogen dan platina (H2/Pt), Natrium borohidrid (NaBH4) atau dengan
lithium aluminium hidrida (LiAlH4) untuk membentuk senyawa amina.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan amphetamine secara
aminasi reduktif adalah benzyl methyl keton. Senyawa benzyl methyl keton
yang digunakan adalah phenil-2-propanone (P2P). Saat ini, P2P merupakan
bahan kimia yang peredarannya sangat dibatasi karena kekhawatiran
penyalahgunaan bahan ini sebagai starting material untuk pembuatan
amphetamine. Selain reaksi aminasi reduktif, juga dikenal reaksi lain untuk
pembuatan amphetamine.
Salah satu upaya sintesis amphetamine adalah dengan cara aminasi
reduktif tekanan tinggi terhadap 1-phenil-2-propanone dengan menggunakan
Raney Nickel. Prosedur pembuatan secara laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Satu mol atau kurang lebih 134,2 gram phenyl-2-propanone dilarutkan ke
dalam 500 ml methanol yang telah dijenuhkan dengan ammonia pada suhu
10oC (sekitar 94 gram atau 5,5 mol).
2. Setelah penambahan Raney nickel dari 30 gram alloy, dilakukan hidrogenasi
dalam autoclave yang dilengkapi dengan shaker atau pengaduk. Hidrogenasi
ini dijalankan pada suhu 90oC dan tekanan 100 atm. Setelah pengambilan
hidrogen telah berhenti, tekanan diturunkan.
3. Kemudian dilakukan penyaringan terhadap katalis dan dilakukan destilasi
untuk penghilangan pelar tekanan. Residu diasamkan dengan 20% HCl
hingga pH 3.
4. Pengotor non-basic (asam) diekstraksi dengan eter. Ekstrak eter ini dibuang.
Sedangkan larutan berair (fase air) dibasakan dengan larutan NaOH 40% dan
diekstraksi dengan eter.
5. Ekstrak eter (berisi amphetamine base) dikeringkan dari tapak-tapak air
dengan melewatkannya pada KOH.
6. Pelarut eter diuapkan dan produk didestilasi untuk mendapatkan produk yang
lebih murni (yield 90%) dengan b.p 92oC.
7. Amphetamine lebih baik disimpan dalam bentuk hidroklorida. Untuk
mendapatkan bentuk hidroklorida, amphetamine base dilarutkan dengan
pendinginan dalam alkohol jenuh HCl dalam jumlah berlebih. Dilakukan
presipitasi dengan eter absolut untuk mendapatkan racemic DL amphetamine
hydrochloride, mp 1520C.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Aminasi adalah reaksi pembentukan amina (turunan amoniak) dimana 1 atom H


atau lebih diganti dengan gugus alkil (R), aril, hidroatil atau heterosiklik. Amina
merupakan turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada
nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat
mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat
berguna sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating
agent) dan pengemulsi (Billenstein,1984). Selain itu, amina juga dapat digunakan
sebagai pelembut pakaian, anti iritasi pada shampoo, pelumas, dan obat parasit
leishmania
Agen aminasi (aminating agents) yang biasa digunakan adalah NH3 gas atau cair,
NH3 dalam air (NH4OH) atau dalam pelarut organik, senyawa yang mengandung amonia
seperti (NH4)2SO4, ammonium karbonat, urea, dan lain-lain.
Proses pembuatan amina sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu reduksi
dari senyawa nitrogen lain dan amonolisis. Masing-masing proses akan menghasilkan
produk yang berbeda tergantung pada aminating agent yang digunakan.
Di industri, proses aminasi biasa digunakan untuk menghasilkan produk aninlin
dan amphetamine.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden, Sukmariah dkk (ed).1997.”Dasar-dasar Kimia Organik”. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Gullit.2011.”Makalah Penelitian Universitas Sumatera Utara”.
repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/29033/4/Chapter%20II.pdf diunduh pada
tanggal 1 Desember 2014 pukul 00.02 WIB.
Syafri.2014. “Tugas Proses Industri Kimia”. https://www.scribd.com/doc/199227581/

Anda mungkin juga menyukai