DISUSUN OLEH
2022
TUJUAN
DASAR TEORI
Reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Ia adalah asam
kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti
keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Namun demikian,
karena sulit diperoleh dalam keadaan murni, larutan asam klorida harus distandarisasi
terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan keakuratan.
Kita dapat menstandarisasi larutan asam klorida dengan menitrasinya menggunakan
larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa
dengan menambahkan pelarut yang bersifat netral seperti akuades dalam jumlah
tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar
kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan atau diencerkan.
Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat
pelarut dan terlarut dalam suatu larutan. Zat yang jumlahnya sedikit di dalam larutan
disebut zat terlarut solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat
lain disebut pelarut solven.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer
tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai "titik ekuivalen". Pada saat titik
ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang
diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant,
volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang
tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai "titik akhir titrasi".
Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekuivalen antara 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika
pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam
lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH
berubah secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekuivalen.
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan standar
primer haus benar-benar dalam keadaan mumi, stabil secara kimiawi, mudah
dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis, serta memiliki berat ekuivalen besar,
sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan.
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer
adalah Natrium karbonat (abu soda) - NaCO3 merupakan garam sodium dari asam
karbonat. Sodium Karbonat sering digunakan untuk pembuatan kaca, juga digunakan
sebagai bahan dasar yang relatif kuat dalam berbagai keperluan. Sebagai contoh,
Natrium Karbonat digunakan sebagai pengatur pH basa untuk mempertahankan kondisi
yang stabil. Natrium Karbonat adalah aditif umum di kolam kota untuk menetralkan
efek asam dari klorin dan meningkatkan pH Natrium Karbonat juga digunakan sebagai
pengganti Sodium Hidroksida, sebagai stabilizer, sebagai pembersih kerak, sebagai
konduktor yang sangat baik dalam proses elektrolisis. Selain itu, tidak seperti ion
klorida yang membentuk gas klor, ion karbonat tidak korosif ke anoda. Hal ini juga
digunakan sebagai standar utama untuk titrasi asam-basa karena padat dan udara-stabil,
sehingga mudah untuk menimbang secara akurat. Natrium karbonat mempunyai sifat
larut dalam air, tetapi dapat juga terjadi seçara alami di daerah kering, terutama di
deposit mineral (evaporites) terbentuk ketika danau musiman menguap.
A. Alat
B. Bahan
1. Kristal NaCO3 x gram
2. HCl pekat 35% (densitas 1,18 g/ml) y mL
3. Indikator MO
4. Akuades
CARA KERJA
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Perhitungan
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini dilakukan suatu proses titrasi. Titrasi merupakan salah satu
proses analisis dimana suatu volume larutan standar ditambahkan ke dalam suatu
larutan untuk mengetahui komponen yang tidak dikenal. Adapun tujuan dari percobaan
ini yaitu menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan standar asam
oksalat. Percobaan ini terdiri atas standardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan
standar asam oksalat 0,1 N.
Pada titrasi asam-basa, disiapkan larutan asam dan basa dari konsentrasi yang
diketahui kemudian distandarisasi salah satunya dengan larutan standar primer.
Stadarisasi larutan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara
teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui. Larutan yang telah distandarisasikan dapat dipergunakan sebagai larutan
standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya. Bagi pekerjaan
yang membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandarisasi kedua
larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan standar primer.
Adapun prinsip dasar pada percobaan ini ialah, penentuan normalitas larutan
standar sekunder dengan menggunakan larutan standar primer dengan cara titrasi
volumetri. Prinsip kerjanya yaitu: pencampuran larutan standar, penambahan indikator,
titrasi dan penentuan normalitas.
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Tujuannya yaitu untuk dapat
membandingkan volume larutan natrium hidroksida yang digunakan setiap melakukan
titrasi. Pada percobaan pertama, volume larutan natrium hidroksida yang diperlukan
untuk mengubah larutan asam oksalat adalah sebanyak 20,2 mL. Pada percobaan kedua
dengan perlakuan yang sama tetapi volume larutan natrium hidroksida yang digunakan
dalam mengubah warna larutan adalah sebanyak 18,2 mL. Adapun pada percobaan
ketiga dengan perlakuan yang sama pula dibutuhkan NaOH sebanyak 18,1 mL,
sedangkan volume asam oksalat yang digunakan 25 mL untuk ketiga percobaan.
Perbedaan volume pada proses titrasi ini karena ketidaktepatan penitrasi pada
saat menghomogenkan larutan, sehingga proses penambahan larutan natrium hidroksida
pada asam oksalat tidak merata. Dari data tersebut kemudian di rata-ratakan menjadi
18,83 mL dan diperoleh normalitas dari larutan NaOH adalah 0,13 N. Ketidaktepatan
perolehan normalitas dari NaOH yang seharusnya 0,1 N bisa jadi dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah dari kami sendiri sehingga membuat larutan
terkontaminasi dengan udara dan bahan kimia lain. Adapun reaksi yang terjadi antara
larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat adalah:
Pada praktikum kali ini, diketahui prinsip dasar titrasi alkalimetri, yaitu
analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi netralisasi pada standarisasi larutan
NaOH, prosedur pembuatan larutan H2C2O4 0,1 N dan membuat larutan NaOH 0,1 N
yang kemudian larutan H2C2O4 dititrasikan menggunakan larutan NaOH sehingga
membuat larutan asam oksalat berubah warna dari bening menjadi ungu muda.
Perhitungan normalitas NaOH yang diperoleh dari praktikum sebesar 0,13 N. Adapun
reaksi yang terjadi antara larutan natrium hidroksida dengan asam oksalat adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Nasrun, Fikri Hasfita, M. Rizal. 2014. “ Studi Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat” . Jurnal Teknologi
Kimia Unimal, vol. 3, no. 2 : 33-40.